Trauma
External Nose &
Hematoma
Vestibulum
septum abses
Disease
Furunkulosis
Infeksi Vestibulitis
Selulitis
Masalah Anatomis
Deformitas
Kongenital dan didapat
Saddle Nose
Epidemiologi:
Populasi dengan kemungkinan trauma pada
wajah (Ex: Petinju, Kriminal, Atlet dsb)
Etiologi:
1.Kongenital
2. Acquired Trauma
Terapi:
Nasal reconstruction augmentasi
Hump Nose
Etiologi:
Genetik merupakan peran utama
namun dapat juga disebabkan
oleh trauma pada hidung semasa
kecil.
Patofisiologi:
Pertumbuhan sudut kartilago
lateral dan septum yang tidak
normal
Terapi:
Nasal reconstruction
Crooked Nose
Etiologi:
Dapat terjadi pada fraktur nasal
yang tidak tertangani dengan
baik dan penyakit auto imun.
Komplikasi:
Sering menimbulkan obtruksi
nasal
Terapi:
Nasal reconstruction
Trauma
Anterior
Lokasi
Posterior
Trauma
Benda
asing
Epistaksis Lokal
Neoplasma
Infeksi
Penyebab
CVD
Sistemik
Obat-
obatan
Idiopatik
Anamnesis
1. Derajat keparahan, frekwensi, durasi?
2. Sisi yang mengalami perdarahan?
3. Riwayat trauma, epistaksis sebelumnya?
4. Penyakit sistemik? DM? Hipertensi? Penyakit hepar?
5. Penggunaan obat-obatan anti-koagulan?
6. Anak-anak kemungkinan benda asing?
Tatalaksana
1.Evaluasi KU, syok?
2.Amati sumber perdarahan
3.Jika perdarahan anterior :
• Tekan hidung 10-15 menit
• Jika gagal tampon anterior
4.Jika perdarahan posterior : Tampon posterior
Tatalaksana
Komplikasi
1. Anemia
2. Aspirasi jalan nafas
3. Syok
Hematoma Septum
Trauma Pembuluh darah submukosa pecah Darah berkumpul di antara
perikondrium dan kartilago septum hematoma abses*
Gejala:
1. Sumbatan hidung dan nyeri
2. Pembengkakan unilateral/bilateral di septum depan bila meluas
menjadi obstruksi total
Terapi:
Drainase insisi hematoma tampon untuk menekan perikondrium di
kartilago bawahnya antibiotik
Komplikasi:
Saddle nose & abses septum
Abses Septum
Sering terjadi didahului karena hematoma yang tidak disadari.
Gejala:
Demam, sakit kepala, hidung tersumbat, nyeri progresif
Pemeriksaan fisik:
Lebih baik tanpa menggunakan spekulum hidung
Komplikasi:
Deformitas hidung, nekrosis kartilago septum septikemia
Infeksi
Furunkulosis & Vestibulitis
Infeksi
Corpus - Virus
AKUT Kronik
alienum - Bakteri
- Jamur
Hormon
Medikamentosa
- Kehamilan
- hipotiroidisme Nonallergic
Intermitten Persisten rhinitis with Vasomotor
eosinophilia
Anatomi
syndrome
- Polip
(NARES)
- Tumor
- Septal
defect
Rhinitis akut - Infeksi
Rinitis Simpleks Commond cold Rhinitis Hipertrofi Hipertrofi konka inferior akibat
Etiologi : Rhinovirus, myxovirus infeksi maupun alergi
Klinis : gatal, bersin berulang, ingus Klinis: Blocked nose, dry mouth,
encer, demam, nyeri kepala, chepalgia,
Px. Fisik : mukosa hidung merah, Px. Fisik : konka hieprtrofi,
Terapi: Self limited disease, terapi sekret mukopurulen,
simptomatis, analgetik, antipiretik, Terapi: atasi faktor pencetus,
dekongestan terapi simptomatis (kausatik
konka, kauter,luksasi, konkotomi
parsial)
• Terapi :
Hindari alergen
Antihistamin
Dll sesuai simptom
Rinitis kronis – Non Alergi - Vasomotor
• Anamnesis : hidung tersumbat bergantian
• Pemfis : mukosa edema, konka mengkilap, sekret mukoid sedikit
• Pemx penunjang : eosinofil normal/meningkat
• Skin prick (-)
• Terapi :
• Kortikosteroid , dekongestan
Rinitis kronis – Non Alergi - Vasomotor
1.Keadaan idiopatik tanpa infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan
hormonal dan pajanan obat
2.Klasifikasi :
• Sneezers = bersin
• Runners = rinore
• Blockers = hidung tersumbat
Rhinitis kronis –Non alergi- Medikamentosa
• Definisi : Sumbatan hidung menetap akibat drug abuse vasokontriktor topical
• Patofisiologi : terganggunya siklus nasi akibat penggunaan vasokontriktor topical,
terjadinya rebound dilatation setelah vasokontriksi.
Agonis alfa-adrenergic yang tinggi, menurunkan sensitivitas reseptor alfa-adrenergic, terjadi
toleransi.
• Gejala dan tanda : Hidung tersumbat berulang, edema konka, mengecil dengan tampon adrenalin
• Tatalaksana : 1. hentikan obat
2. steroid oral dengan tapering off 1 minggu
3. Dekongestan oral
Tumor Hidung dan Sinus
Paranasal
Tumor Hidung dan Sinus Paranasal
• Pada umumnya jarang ditemukan
• Sering ditemukan dalam stadium lanjut
• Sulit diketahui secara dini
• Tumor primer sulit ditemukan
• Etiologi belum diketahui
Klasifikasi
• Tumor Jinak: • Tumor Ganas:
• Epithelial • Epithelial
• Adenoma • SCC
• Papiloma • Adenokarsinoma
• Non-epithelial • UCC
• Fibroma • Non-epithelial
• Angiofibroma • Hemangioperisitoma
• Hemangioma • Sarkoma
• Osteoma • Limfoma malignum
• Odontogenik • Agresif
• Ameloblastoma • Papiloma inverted
• Adamantinoma • Displasia fibrosa
• Ameloblastoma
Gejala dan Tanda
• Gejala Dini: hidung tersumbat, rinorea
• Tergantung asal primer tumor serta arah dan perluasannya
• Gejala Nasal
• Hidung tersumbat unilateral
• Rinorea
• Epistaksis atau sekret bercampur darah
• Sekret berbau
• Deformitas hidung
• Gejala Orbital
• Diplopia
• Proptosis (penonjolan bola mata)
• Oftalmoplegia
• Gangguan visus
• Epifora
• Gejala Oral
• Penonjolan atau ulkus palatum
• Nyeri di gigi dan tidak membaik meskipun gigi sudah dicabut
• Gejala Fasial
• Penonjolan pipi
• Parestesia atau anestesia
• Nyeri wajah
• Gejala Intrakranial
• Nyeri kepala hebat
• Likuorea
Pemeriksaan
• Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan Penunjang
• Inspeksi • Foto polos sinus paranasal
• Wajah asimetri • CT Scan
• Proptosis • MRI
• Massa
• Biopsi
• Dinding cavum nasi
• Palpasi
• Nyeri tekan
• Penonjolan
• Gigi goyah
Tumor Jinak
• Paling sering papilloma skuamosa
• Terdapat 2 jenis papilloma:
• Eksofitik / fungiform
• Endofitik / papilloma inverted : sangat invasive, cenderung residif, dan dapat
berkembang menjadi ganas
Tumor Ganas
• Yang paling sering terjadi adalah:
• SCC (70%)
• UCC
• Lokasi yang paling sering terkena:
• Sinus Maxilla
• Sinus Ethmoid
• Hidung
• Penatalaksanaan
• Pembedahan disertai dengan terapi modalitas
• Prognosis
• Pada umumnya prognosis kurang baik
Penyakit Hidung Kongenital
ATRESIA KOANA
• Tertutupnya satu atau kedua posterior kavum nasi
(nares posterior) oleh membran abnormal atau
tulang.
Gejala:
Kesulitan bernapas karena
obstruksi
Klasifikasi
Atresia koana
unilateral
Berdasarkan
derajat
Atresia koana
bilateral
Atresia koana
Tipe tulang (bony)
Campuran antara
tulang dan
membrane
ATRESIA KOANA
Bayi baru lahir: distress respirasi bisa karena atresia koana yang
bilateral atau dapat pula terjadi napas memendek
• BILATERAL
Anamnesis:
Riwayat kesulitan bernapas dan bernapas dari hidung saat baru lahir dan
makin memberat dalam beberapa bulan ini. AK bilateral dibawa setelah 1
bulan, pasien AK unilateral datang setelah beberapa bulan kelahiran.
Unilateral: Tidak ada gejala, jarang menimbulkan gawat nafas, biasanya di
ketahui belakangan karena sekret hidung terus menerus atau hidung
tersumbat pada satu sisi.
Bilateral: nafas yang tersendat-sendat tidak teratur, tampak biru jika bibir
tertutup
Kesulitan dalam pemberian makan karena akan mengganggu pernapasan
(bernapas lewat mulut)
ATRESIA KOANA
Inspeksi: pasien cenderung mengambil nafas dari mulut
Riwayat keluar cairan dari hidung serta aliran udara dari hidung
yang kurang atau tidak ada sama sekali.
BIFID NOSE
HUMP NOSE
CORPUS ALINEUM DI HIDUNG
• Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang
berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam
keadaan normal tidak ada pada tubuh.
• Benda asing terbagi menjadi :
1. benda asing eksogen (dari luar tubuh)
2. benda asing endogen (dari dalam tubuh).
ETIOLOGI
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat di bagi
menjadi :
A. Benda asing hidup (benda organik)
1) Larva lalat
2) Lintah
3) Cacing
dll
B. Benda asing tak hidup (benda anorganik)
1.manik-manik
2.baterai logam
3.kancing baju
dll
• Benda asing hidung; lintah Benda asing mati; manik-manik
Patofisiologi
• sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun karena hidung budah
diakses dan rasa ingin tahu yang tinggi
• Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung
• Lokasi tersering benda asing hidung
• Benda asing tidak hidup :
1. rekasi jaringan yang lebih ringan
2. lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan radiologis karena umumnya benda asing
anorganik bersifat radiopak.
3. tidak menimbulkan perubahan mukosa tapi kebanyakan menyebabkan kongesti dan edema
pada mukosa hidung dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan dapat
berlanjut menjadi sinusitis.
• Benda asing hidup:
1. menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi
masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan
berbau.
• Baterai cakram
menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas
beberapa logam berat, seperti merkuri, zink, perak, nikel,
cadmium, dan lithium.
perforasi septum (90 jam setelah baterai masuk ke hidung)
umumnya terjadi ketika adanya kontak antara mukosa hidung dan
kutub negatif baterai.
Manifestasi Klinis
• Streptococcus pneumoniae,
Agen penyebab Haemophilus influenza dll
Sekret
1 2 3 4 5 6 purulen
• Batuk
• Demam (untuk RS Non Akut)
• Tenggorok berlendir
Gejala Minor • Nyeri Kepala
• Nyeri Geraham
• Halitosis
• Hidung tersumbat, nyeri tekan (lokasi sinus), ingus purulent, demam, lesu
Anamnesis
• Nasoendoskopi
• Foto waters AP/lateral
Pemeriksaan
Penunjang • CT scan (gold standar)
Klasifikasi Berdasarkan waktu:
Komplikasi
- Kelainan orbita
- Kelainan intrakranial
- Osteomyelitis dan abses subperiostal
- Kelainan paru