Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS/ CASE REPORT SESSION

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A215093/ Juni 2017


** Pembimbing/ dr.Yulianti, SpTHT-KL

ABSES PERITONSIL

Eva Risma, S.Ked*


dr. Yulianti, Sp.THT-KL**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN THT-KL RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

• Abses peritonsil  sering 20-40 th

• Abses peritonsil merupakan infeksi pada


tenggorok yang seringkali merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut.

• Abses peritonsil terbentuk karena 


penyebaran organisme bakteri penginfeksi
tenggorokan ke salah satu ruangan aereolar
yang longgar disekitar faring menyebabkan
pembentukan abses, dimana infeksi telah
menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam
batas otot konstriktor faring
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. K
• Umur : 25 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Mendalo Indah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Pendidikan Pasien : SLTA
ANAMNESIS (Autoanamnesis, Tanggal: 31 Mei 2017)

Keluhan Utama
Nyeri menelan kurang lebih sejak 5 hari yang lalu.
 
Riwayat Perjalanan Penyakit
Os datang ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan nyeri ketika menelan dan sulit menelan sejak ± 5 hari yang lalu,
keluhan tersebut menyebabkan os tidak nafsu makan. Os juga mengeluh
tidak dapat membuka mulut dengan lebar dan merasakan nyeri ketika
membuka mulut. Nyeri juga dirasakan menjalar sampai ke telinga kanan
terutama saat menguap. Os merasa air liur keluar lebih banyak dari
biasanya. Keluhan tersebut juga disertai demam terus menerus sejak 5
hari yang lalu. Mual (-), muntah (-), mulut bau (+), suara seperti
bergumam (+), tidur ngorok (+), bengkak pada leher (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak menggunakan obat untuk mengurangi keluhannya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat alergi
makanan (-), riwayat alergi obat (-), riwayat asma (-), riwayat hipertensi
(-), riwayat DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien (-)
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit tonsilitis (+) Ibu
pasien.
Autoanamnesis
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/- Rinore : -/- Sukar Menelan : + Suara parau :+
Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : + Afonia :+
Nyeri : -/- Bersin :- Trismus :+ Sesak napas : -
Bengkak : -/- Dingin/Lembab : - Ptyalismus :+ Rasa sakit :+
Otore : -/- Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : + Rasa ngganjal: +
Tuli : -/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : +
Tinitus : -/- Mimisan : -/- Rasa Kering :-
Vertigo : - Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau :-
Muntah : -
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• TD : 110/70 mmHg
• Pernapasan : 20 x/i
• Suhu : 37,0 °C
• Nadi : 80 x/menit
• Anemia : -/-
• Sianosis : -/-
• Stridor inspirasi : -/-
• Retraksi suprasternal : -
• Retraksi interkostal : -/-
• Retraksi epigastrial : -/-
Daun Telinga Kanan Kiri
TELINGAnotia/mikrotia/makrotia - -

A Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -

Liang Telinga Kanan Kiri


Atresia - -
Serumen (+) minimal (+) minimal
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Refleks Cahaya Jam 5 Jam 7

Retro-aurikular Kanan Kiri


Fistel - -
Kista - -
Abses - -

Pre-aurikular Kanan Kiri


Fistel - -
Kista - -
Abses - -
HIDUN Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi
Kanan
Hiperemis (-), livide (-)
Kiri
Hiperemis (-), livide (-)

G Kavum nasi
Sekret (-), hiperemis (-), Edema
mukosa (-)
Sekret (-), hiperemis (-), Edema
mukosa (-)
Selaput lendir Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn

Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis (-),


Konka inferior
livida (-) livida (-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavum nasi
Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Sulit dinilai
Konka superior
adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan
Mulut Hasil

Selaput lendir mulut DBN

Sianosis (-) raghade (-), sudur bibir (N), gerakan


Bibir
bibir (N)

Lidah Atropi papil (-), aptae(-), tumor (-), parese(-)

Gigi Karies (-)

Kelenjar ludah DBN


Faring Hasil

Bentuk normal, bengkak (-) Hiperemis


Uvula
(-), terdorong ke kontralateral (kiri)

Palatum mole Bengkak (+), menonjol ke depan


Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (+)

Sinistra: Tonsil T1, hiperemis (-),


permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Tonsil
Dextra: Tonsil T3, hiperemis (+), edem
(+) terdorong ke medial depan dan
bawah, kripta melebar, detritus (-)

Plika posterior Sulit dinilai


Mukosa orofaring Hiperemis (+)
Laringoskopi Indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Tidak dilakukan
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa
Kelenjar Getah Regio I
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn

Bening Leher Regio II Dbn Dbn


Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn

Area supraclavicula Dbn Dbn

Kanan Kiri

Pemeriksaan Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus VII Dbn Dbn


Nervi Craniales Nervus IX Dbn

Regio XII Dbn


MERIKSAAN AUDIOLOGI
Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N

Kesimpulan : Fungsi Pendengaran dalam


batas normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (Selasa, 30 Mei 2017)
Trombosit : 445 x 109/L N (100-300)
Leukosit : 19,35 x 109/L ↑ (4-10)
Eritrosit : 4,54 1012/L N (3,5-5,5)
Hemoglobin : 11,9 gr/dl N (11-16)
Hematokrit : 35,3 % N (35-50)
DIAGNOSIS
• Abses Peritonsil Dextra
 
DIAGNOSIS BANDING
• Abses Retrofaring
• Abses Parafaring
• Abses Submandibula
PENATALAKSANAAN

Diagnostik
• Pungsi dan insisi abses peritonsil  darah (+) dan pus (+)
 
Terapi
• Pasien dirawat inap
• IVFD RL 20 gtt/i
• Ceftriaxone 1x2 gr iv
• Metronidazole 3x 500 mg drip iv
• Ketorolac 2x1 gr iv
• Ranitidin 2 x 1 gr iv
• Obat kumur antiseptik/ kumur-kumur dengan cairan hangat
 
Monitoring
• Keluhan pasien
• Tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, nafas, suhu)
• Tanda-tanda komplikasi seperti aspirasi paru, abses parafaring, dan abses
submandibular  
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
• Menjelaskan mengenai penyakit pasien, termasuk faktor yang
memperberat penyakit pasien
• Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari
pengobatan yang diberikan kepada pasien
• Memberitahukan kepada pasien akan pentingnya follow up dan
terapi yang adekuat untuk penyakitnya
• Menjelaskan bagaimana cara dan prosedur tindakan punksi kepada
pasien dan keluarganya
• Menyarankan pasien untuk makan makanan yang lembut dulu
seperti bubur
• Menyarankan pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulut, serta
kumur dengan cairan hangat, kompres dingin pada leher dan
memakan makanan yang bergizi
PROGNOSA
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad fungsionam : bonam
• Quo ad sanationam: bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
Tonsil palatina merupakan dua massa
jaringan limfoid yang terletak pada dinding
lateral orofaring didalam fossa tonsilaris

Cincin Waldeyer
Tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil faring (adenoid),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah),
tonsil tuba Eustachius (lateral band
dinding faring/Gerlach’s tonsil).
ABSES PERITONSIL

Definisi
• Abses peritonsil atau Quinsy 
kumpulan nanah akut yang terbentuk dalam
ruang peritonsil.

Epidemiologi
• Dapat terjadi pada umur 10-60 tahun (sering umur 20-40 tahun)
• Pada anak-anak  menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa
menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak-
anak
ETIOLOGI
• Komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus Weber di kutub atas tonsil
• Organisme aerob  Streptococcus pyogenes (Group A Beta-
hemolitik streptococcus), Staphylococcus aureus dan Haemophilus
influenzae.
• Organisme anaerob  Bacteroidaceae sp, Fusobacterium sp,
Prevotella, Porphyromonas dan Peptostreptococcus
Patofisiologi
Superior dan
lateral fosa tonsil Infiltrasi Palatum mole
(jaringan ikat membengkak
longgar) supurasi

Pembeng Tonsil Uvula


Daerah tsb
terdorong ke bengkak +
kakan + lunak + tengah , depan terdorong ke
hiperemis kekuningan dan bawah kontralateral

Peradang Peradang Iritasi m. Trism


an terus an jar. pterigoid
menerus sekitar interna us

Abses pecah spontan Aspirasi ke paru


DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Keluhan Utama, RPS (Keluhan Gejala :
pasien ) -Odinofagia (nyeri menelan)
RPD, Riwayat penyakit keluarga yang hebat,
-Nyeri tenggorokan
-Nyeri telinga (otalgia) biasanya
unilateral
-Muntah (regurgitasi),
-Mulut berbau (foetor ex ore),
-Suara gumam (hot potato
voice)
-Sukar membuka mulut
(trismus),
-Banyak air ludah
Pemeriksaan Fisik
• Abses peritonsil biasanya unilateral
Inspeksi 
1. Ketidakmampuan pasien membuka mulut.
2. Palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan
3. Uvula bengkak ,terdorong ke sisi kontralateral
4. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin detritus (+) dan
terdorong ke arah tengah, depan, dan bawah.
5. Mukosa di lipatan supratonsiler tampak pucat dan bahkan
seperti bintil-bintil kecil
Palpasi  palatum mole teraba fluktuasi.
Pemeriksaan Penunjang
• Aspirasi jarum
• Darah lengkap
• “Throat culture” atau “throat swab and culture”
• Radiologi (CT Scan)
DIAGNOSIS BANDING

• Abses Retrofaring
• Abses Parafaring
• Abses Submandibula
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA Antibiotik
penicillin 600.000-1.200.000 IU atau
ampicilin 4 x 250-400 mg/hari atau
amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari atau
sefalosporin 3-4 x 250-500 mg/hari,
metronidazol 3-4 x 250-500 mg/hari

Analgetik, antipiretik
parasetamol 3-4 x 250-500 mg/hari

Antiseptik  obat kumur

OPERATIF 1. Insisi dan drainase


2. Aspirasi
3. Tonsilektomi
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Nn. K, Perempuan, 25
tahun diketahui bahwa Nn. K datang ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi

ANAMNESIS TEORI
• nyeri menelan kurang lebih sejak 5 hari yll -Odinofagia (nyeri menelan) yang hebat,
• Tidak nafsu makan -Nyeri tenggorokan
• tidak dapat membuka mulut dengan lebar - Nyeri telinga (otalgia) biasanya
+ nyeri unilateral
• nyeri juga dirasakan menjalar sampai ke -Muntah (regurgitasi),
telinga kanan terutama saat menguap. -Mulut berbau (foetor ex ore),
• air liur keluar lebih banyak dari biasanya -Suara gumam (hot potato voice)
• demam terus menerus sejak 5 hari -Sukar membuka mulut (trismus),
• Mual (-), muntah (-), mulut bau (+), suara -Banyak air ludah (hipersalivasai),
seperti bergumam (+), tidur ngorok (+), - Pembengkakkan kalenjar submandibula
bengkak pada leher (-). + nyeri tekan
ANALISA KASUS
PEMERIKSAAN FISIK TEORI
• keadaan umum baik dalam batas normal Abses peritonsil biasanya unilateral
• mulut dan faring: Inspeksi 
1. (-) karies pada gigi 1. Ketidakmampuan pasien
2. uvula bentuk normal dan terdorong membuka mulut.
ke kontralateral (kiri) 2. Palatum mole tampak
3. palatum mole bengkak (+) dan membengkak dan menonjol ke
menonjol ke depan depan
4. palatum durum dalam batas normal 3. Uvula bengkak ,terdorong ke sisi
5. plika anterior hiperemis (+) kontralateral
6. tonsil dextra T3 hiperemis (+), 4. Tonsil bengkak, hiperemis,
edema (+), terdorong ke medial, mungkin detritus (+) dan
depan dan bawah, kripta melebar, terdorong ke arah tengah, depan,
detritus (-), dan bawah.
7. tonsil sinistra T1, hiperemis (-) 5. Mukosa di lipatan supratonsiler
tampak pucat dan bahkan seperti
bintil-bintil kecil
Palpasi  palatum mole teraba fluktuasi.
ANALISA KASUS
PENATALAKSANAN TEORI
Diagnostik MEDIKAMENTOSA Antibiotik
Pungsi abses peritonsil  penicillin 600.000-1.200.000 IU
darah (+) dan pus (+) atau ampicilin 4 x 250-400
mg/hari atau amoksisilin 3 x 250-
Terapi 500 mg/hari atau sefalosporin 3-4
IVFD RL 20 gtt/i x 250-500 mg/hari, metronidazol
Ceftriaxone 1x2 gr iv 3-4 x 250-500 mg/hari
Metronidazole 3x 500 mg
drip iv Analgetik, antipiretik
Ketorolac 2x1 gr iv parasetamol 3-4 x 250-500 mg/hari
Ranitidin 2 x 1 gr iv
Obat kumur antiseptik/ Antiseptik  obat kumur
kumur-kumur dengan cairan
hangat

OPERATIF 1. Insisi dan drainase


2. Aspirasi
3. Tonsilektomi
DAFTAR PUSTAKA
• Novialdi, Prijadi J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil. Bagian THT-KL. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2006
• Soepardi EA, Iskandar HN, Abses Peritonsiler, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI. 2012
• Adrianto, Petrus. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, 296, 308-09. EGC, Jakarta
• Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokkan. Edisi Terjemahan. Cetakan
V. EGC. Jakarta. 1993
• Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke-3. EGC. Jakarta. 1997
• Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006.
• Ellis H, editor. Clinical Anatomy. Edisi 11. Australia. 2006
• Fachruddin D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi
Keenam. Jakarta. FKUI.
• Soebroto, S Rukmini. Perbandingan Pungsi vs. Insisi pada Terapi Abses Peritonsil di UPF THT RSUD Dr.
Soetomo
• Braude DA, Shalit M. A Novel Approach to Enchance Visualization During Drainage of Peritonsillar
Abscess. The Journal of Emergency Medicine 2007
• Kieff, Bhattacharyya. Selection of Antibiotic After Incision and Drainage of Peritonsillar Abscesses.
Otolaryngol Head Neck Surg.1999:120 (1)
• Ming CF. Effycacy of Three Theraupetic Methods for Peritonsillar Abscess. Journal of Chinese Clinical
Medicine 2006

Anda mungkin juga menyukai