Anda di halaman 1dari 15

OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga luar. Infeksi ini bisa menyerang seluruh
saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel).
Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).

Penyebab
Sejumlah bakteri atau jamur (lebih jarang) bisa menyebabkan otitis eksterna generalisata,
misalnya bakteri stafilokokus.

PREDISPOSISI
1. pH yang meningkat (basa)
2. Udara hangat dan lembab
3. Trauma ringan (mengorek telinga)
Faktor Risiko
Orang-orang tertentu (penderita alergi, psoriasis), eksim atau dermatitis pada kulit kepala) sangat
peka terhadap otitis eksterna. Cedera pada saluran telinga ketika sedang membersihkannya atau
masuknya air/bahan iritan (misalnya hari spray atau cat rambut) bisa menyebabkan otits
eksterna.
Klasifikasi Otitis Eksterna
Menurut Carr (2000) secara klinik otitis eksterna terbagi :
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, edema, kulit hiperemis dan eksudat
positif.
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan edema.
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
1. Otitis eksterna akut :
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Otitis eksterna difus
2. Otitis eksterna kronik

Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel) adalah otitis eksterna lokal yang bermula dari infeksi
folikel rambut dan menimbulkan furunkel pada sepertiga luar dari liang telinga luar (meatus
akustikus eksternus). Otitis eksterna difus adalah otitis eksterna yang dapat disebabkan bakteri
(Pseudomonas, Stafilokokus, Proteus) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar
(meatus akustikus eksternus). Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama
dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang
telinga menyempit
Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati
dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud
(kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk
ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga
lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Patofisiologi Otitis Eksterna
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan dari
gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu
mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di
sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa
lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam
telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam
liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna
yaitu Pseudomonas(41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%)
dan Bakteroides(11%) (Oghalai, 2003).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke
kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.


Gejala dan Tanda
Gejala-gejala dari otitis eksterna generalisata adalah gatal-gatal, nyeri dan keluarnya cairan
berbau busuk. Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel-sel kulit yang
mati, maka bisa terjadi gangguan pendengaran.
Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran telinga ditekan, akan timbul nyeri.
Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga tampak merah, membengkak dan
penuh dengan nanah dan sel-sel kulit yang mati.
2.6 Diagnosis Otitis Eksterna
Anamnesis :
- Rasa gatal sampai nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan sampai tenggorok.
Kadang-kadang disertai sedikit nyeri. Awalnya sekret encer, bening, tetapi dapat berubah
menjadi sekret kental purulen. Pada bentuk kronik sekret tidak ada atau hanya sedikit atau
berupa gumpalan, berbau akibat bakteri saprofit ataupun jamur.
- Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
- Pada furunkel MAE gejala yang paling dominan adalah nyeri telinga (otalgi). Nyeri
bertambah saat gerakan mengunyah atau bila telinga disentuh.
Pemeriksaan :
- MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitaman
(jamur).
- Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membrana timpani.
- Pembesaran kelenjar regional: daerah servikal antero superior, parotis atau retro aurikuler.
- Pada furunkel didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenus MAE, nyeri tarik
aurikulum dan nyeri tekan tragus. Bila edema hebat membran timpani dapat tidak tampak
(Rukmini, 2005).

2.7 Diagnosa Banding Otitis Eksterna
Diagnosa banding otitis eksterna :
1. Otitis Media akut
2. Otitis eksterna nekrotik
3. Otitis eksterna bullosa
4. Furunkulosis dan karbunkulosis
(Abdullah, 2003)

Penatalaksanaan
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan pembuangan sel-sel kulit
mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat penghisap atau kapas kering. Setelah saluran
telinga diersihkan, fungsi pendengaran biasanya kembali normal. Biasanya diberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotik selama beberapa hari.
Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan.
Kadang diberikan obat tetes telinga yang mengandung asam asetat untuk mengembalikan
keasaman pada saluran telinga. Untuk mengurangi nyeri pada 24-48 jam pertama bisa diberikan
aseteminofen atau kodein. Infeksi yang sudah menyebar keluar saluran telinga (selulitis) diobati
dengan antibiotik peroral (melalui mulut).
Bisul dibiarkan pecah dengan sendirinya karena jika sengaja disayat bisa menyebabkan
penyebaran infeksi. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik tidak efektif. Untuk
meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan bisa dilakukan pengompresan hangat
(sebentar saja) dan pemberian obat pereda nyeri.
Penatalaksanaan Otitis Eksterna
- Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
- Pemasangan tampon pita cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan Burowi filtrata
pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai
membran timpani, sulit mengeluarkan).
- Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap basah. Tampon
diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid
dan antibiotik.
- Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang mengandung neomycine
dan hydrocortisone.
- Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5% dalam alkohol 20%.
- Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25% krim/salep atau
dexamethasone 0,1%.
- Antibiotik oral tidak perlu diberikan.
(Rukmini, 2005).

Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik
ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik (Sosialisman, 2008) .

Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan :
1. Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga. Bersihkan
dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering.
2. Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik
ke dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut dan ulserasi. Berikan
juga antibiotik sistemik jika perlu.
3. Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan
kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
4. Menghilangkan rasa tidak enak.
5. Memulihkan pendengaran.
6. Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal untuk
menghindari infeksi jamur.
7. Terapi antialergi dan antiparasit.
8. Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang telinga.

2.9 Pencegahan Otitis Eksterna
Telinga perenang kemungkinan dicegah dengan meneteskan cairan yang mengandung campuran
alkohol dan cuka di dalam telinga sebelum dan sesudah berenang. Orang tersebut harus
menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan semprotan rambut, dan
menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang lembab. Berusaha untuk membersihkan
saluran dengan lap kapas mengganggu mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa
mendorong serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga, tindakan ini
bisa menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi otitis eksternal (Abdullah, 2003).

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Seperti cabang ilmu kedokteran yang lain, dalam mendalami suatu ilmu THT kitapun juga harus
benar-benar menguasai dahulu mengenai anatomi dan fisiologinya... nah.. kali ini kita akan
bahas mengenai anatomi dan fisiologi telinga

Telinga merupakan salah satu panca indera yang penting bagi manusia yang mempunyai dua
fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan.

Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
1. Telinga luar
2. Telinga tengah
3. Telinga dalam





Sedangkan menurut fungsinya maka telinga dibagi menjadi 2 bagian, yakni:
1. Telinga sebagai alat pendengar
Telinga sebagai alat pendengar ini, yaitu meliputi fungsinya untuk pengahantar bunyi yang
merupakan tugas dari telinga luar dan telinga tengah. Serta telinga sebagai penerima bunyi yang
merupakan tugas dari telinga dalam.
2. Telinga sebagai alat keseimbangan
ANAT OMI T E L I NGA
Telinga luar (AURIS EKSTERNA)
Telinga luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga

1. DAUN TELINGA (AURICULA)

Telinga luar atau auris eksterna terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Aurikulum = daun telinga = pina
Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan (kartilago) kecuali pada
lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada perikondrium.
Pada proses mendengar daun telinga ini berfungsi untuk menangkap dan mengumpulkan
glombang bunyi serta menentukan arah sumber bunyi (pada binatang aurikulum ini dapat
digerakan).

2. Liang telinga luar = CANALIS AUDITORIUS EKSTERNUS
Terdiri atas:
a. Meatus akustikus eksternus ( lubang )
b. Canalis auditorius eksternus ( saluran ), terbagi menjadi:
1/3 lateral = pars kartilago = cartilago auricula, lapisan kulit ( folikel rambut, kel. Sebasea, kel.
Sudorifera, kel. Ceruminosa )
2/3 medial = pars oseus, kulit / mukosa, folikel rambut, kelenjar, melekat erat pada tulang,
infeksi selulitis gejala hebat.
Berbentuk seperti tabung dengan penampang 0,5 cm dan panjang 2,5-3 cm.

Pada proses mendengar memiliki fungsi untuk melanjutkan gelombang suara dan meresonansi
bunyi + 12-15 dB.


Telinga Tengah
Sebagai batas antara telinga luar dan telinga tengah dibatasi oleh membran yang disebut dengan
membrana tympani.


1. Membran tympani
Merupakan sutu selaput yang berwarna putih seperti mutiara, berbentuk oval-kerucut, terdri dari:
- Pars flasida (2 lapis): terdiri atas stratum kutaneum dan stratum mukosum
- Pars tensa (3 lapis): terdiri atas stratum kutaneum, stratum fibrosum, dan stratum mukosum



2. Kavum Timpani
Kavum timpani merupakan bangunan yang berbentuk kubus yang tak teratur, terletak antara
telinga tengah dan telinga dalam.
Cavum timpani terdiri atas 3 bagian:
a. Epitimpanum; merupakan cavum timpani bagian atas yang berhubungan dengan antrum
dengan aditus ad antrum
b. Mesotimpanum; merupakan cavum timpani bagian tengah
c. Hipotimpanum; merupakan cavum timpani bagian bawah yang berhubungan dengan tuba
eustachius

Pembagian secara fisiologi:
a. Timpani anterior, terdiri dari: mesotimpani, hipotimpani, tuba auditiva
b. Timpani posterior, terdiri dari: retrotimpani ( antrum dan selula)

Cavum timpani berisi:
- Osikula: Maleus, Inkus, Stapes
- Muskulus: muskulus temsor timpani, stapedius
- Lain-lain: ligamen, saraf (korda timpani)




Pada proses mendengar:
- Membran timpani dan osikula memperkuat gelombang bunyi sekitar 25-30 kali. Sedangkan
muskulus stapedius dan muskulus tensor timpani mengurangi gelmbang bunyi yang berlebihan.

3. Tuba Eustachius
Menghibungkan cavum timpani dengan nasofaring. Terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. Pars osseus : 1/3 bagian lateral ( panjang 12 mm ) selalu terbuka
b. Pars cartilaginosa / pars membranacea: 2/3 bagian medial , selalu tertutup.
Tuba pada anak lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horisontal. Oleh karena itu anak sering
mengalami otitis media akut karena kuman mudah masuk.

Berfungsi:
- Drainase
- Ventilasi (pertahankan tekanan udara dan oksigenasi)

4. Antrum dan sel-sel mastoid
- Berhubungan dengan cavum timpani melalui aditus ad antrum.
- Dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa, dimana melekat m. Sternokleidomastoideus dan
m. Digastricus venter posterior
- Mengandung rongga udara yang disebut selluale, yang juga berhubungan dengan antrum
- Antrum sudah ada sejak kecil sedang selula terbentuk sejak kehidupan tahun-tahun pertama
sampai tahun ke 5 atau ke 6
- Radang di cavum timpani dapat menyebabkan radang di antrum mastoidea disebut mastoiditis.






Telinga Dalam = Auris Interna = Labirin
Telinga dalam terdiri atas 2 bagian:
Terdiri dari 2 bagian:
1. Tulang = labirin osseus
2. Membran = labirin membranaceus
Labirin membranaseus terdapat didalam labirin osseus, diantara keduanya terdapat perilimphe,
sedang didalam labirin membranaseus terdapat endolimphe.


A. Labirin Osseus
Terdiri dari:
1. Cochlea, seperti rumah siput terletak didepan, berupa bangunan 2,5 lingkaran
2. Canalis semisirkularis:
- Canalis semisirklaris horisontalis / lateralis
- Canalis semisirkularis superior / anterior
- Canalis semisirkulais inferior / posterior

B. Labirin membranaceus
Terdapat diadalam labirin osseus dengan pemisah perilimphe yang berisi endolimpe. Terdiri dari:
1. Duktus cochlearis: di dalam cochlea fungsi pendengaran: n. Cochlearis

2. Saculus dan utriculus : didalam vestibulum
a. Saculus
Bentuk: globoid, lebih besar utriculus
Letak: depan bawah
Terdapat daerah sensoris maculi saculi, terdiri dari:
1. sel-sel reseptor
2. sel-sel penyokong
3. membrane basilaris
beraksi terhadap gerakan ventrikel

b. Utriculus
Bentuk ovoid
Letak belakang atas
Terdapat daerah sensoris makuli utriculus, terdiri dari:
- Sel-sel reseptor
- Sel-sel penyokong
- Membrane basilaris
Bereaksi terhadap gerakan horizontal, linier

3. Duktus semisirkularis : di dalam kanalis semisirkularis pada membrana basilaris terdapat
organon corti dengan bangunan:
- Pilar dalam dan pilar luar yang membentuk tunel of corti
- Sel-sel rambut dalam 1 deret keluar 3-4 deret
- Sel-sel penyokong: el deiters, sel hansen, claudies dan membrane tektoria.

Duktus semisirkularis
Terdapat 3 ampula, yaitu:
- Ampula romb. Anterior
- Ampula romb. Lateral
- Ampula romb. Posterior





Pada proses mendengar; organ corti merupakan reseptor pendengaran rangsang bunyi (mekanik)
diubah menjadi listrik.


F I S I OL OGI P E NDE NGAR A N
Proses mendengar ini terdiri dari dua macam proses yaitu proses konduksi dan proses
sensorineural. Yang pertama adalah proses konduksi. Pada proses konduksi disini gelombang
bunyi dikumpulkan dan ditentukan arahnya oleh aurikulum; kemudian diteruskan dan
diresonansi melalu meatus akustikus eksternus (MAE); kemudian diteruskan ke mambrana
timpani dan tulang-tulang pendengaran (meleus, inkus, stapes), disini gelombang suara diperkuat
sekitar 27 kali, setelah itu dilanjutkan dengan proses sensorineural.
Pada proses sensorineural disini terdiri dari proses yang terjadi pada koklea dan retrokoklea.
Dimulai dari proses pada koklea yaitu gerakan cairan perilimfe yang terdapat pada skala timpani
dan skala vestibuli yang akan menggetarkan membrana reisner yang akan mendorong endolimfe
sehingga menjadikan gerakan relatif terhadap membrana basilaris dan membrana tektoria.
Gerakan-gerakan ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menyebabkan proses depolarisasi pada sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius
(n. koklearis, n. akustikus) yang akan meneruskan impuls listrik ke nukleus auditorius di batang
otak sampai ke pusat pendengaran korteks serebri lobus temporalis (Wernike) area 39-40.

Anda mungkin juga menyukai