Abstrak
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan salah satu tanaman yang banyak
digunakan masyarakat sebagai alternatif pengobatan. Salah satu khasiat pegagan adalah
antikonvulsan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa serbuk pegagan mempunyai efek
antikonvulsan. Penelitian ini dilakukan dengan hewan uji mencit jantan sebanyak 25 ekor dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif) diberi larutan CMC Na, kelompok II, III, dan IV
masing-masing diberi serbuk pegagan dengan dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400
mg/KgBB, kelompok V (kontrol positif) diberi fenobarbital 100 mg/KgBB. Semua kelompok diberi
perlakuan sesuai dengan kelompoknya selama 7 hari secara peroral, kecuali fenobarbital diberikan
hanya pada hari ke-7, enam hari sebelumnya diberi larutan CMC Na. Pada hari ke-7, setelah 1 jam
pemberian semua mencit dari setiap kelompok diinduksi pentylenetetrazole secara intraperitonial.
Data yang diamati berupa kejang tonik klonik umum yang meliputi onset, durasi, frekuensi, dan
jumlah kematian mencit. Data dianalisis dengan tingkat kepercayaaan 95 %.. Analisis data
menunjukkan bahwa dosis 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB dapat memperpanjang onset,
mempercepat durasi, mengurangi frekuensi kejang dan jumlah kematian. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa serbuk herba pegagan dosis 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB berpotensi
sebagai antikonvulsan.
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 17
ØISBN : 978-979-18458-4-7×
18 Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011
Prosiding Seminar Nasional "Home Care"
untuk menghitung dosis pemberian. Kelompok sampai selesai kejang. Sedangkan frekuensi
mencit diberi perlakuan sebagai berikut : adalah jumlah kejang yang terjadi. Kejang yang
Kelompok I : Sebagai kontrol negatif diamati dalam penelitian ini adalah kejang tonik
(suspensi CMC Na 0,5%). klonik.
Tabel I. Hasil pengamatan kejang tonik klonik umum mencit jantan setelah diinduksi PTZ
Mean ± SD
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 19
ØISBN : 978-979-18458-4-7×
Data pada Tabel I terlihat bahwa semua Hasil keseluruhan analisis dapat diperoleh
kelompok perlakuan mencit memberikan kesimpulan bahwa kelompok I tidak mempunyai
perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol daya antikonvulsan dalam mempengaruhi onset,
negatif, kecuali kelompok perlakuan dosis 100 durasi, frekuensi kejang dan jumlah kematian
mg/KgBB maka dapat dikatakan bahwa pada mencit jantan yang diinduksi PTZ. Hal ini
kelompok dosis 200 mg/KgBB dan 400 disebabkan karena kelompok I hanya diberi
mg/KgBB mempunyai efek antikonvulsan. Efek suspensi CMC Na 0,5%. Menurut (Mandhane, et
ini dilihat dari pengaruhnya yang dapat al., 2007) CMC Na. 0,5% tidak mempunyai efek
memperpanjang onset kejang. terhadap induksi kejang PTZ. Sehingga
Kelompok I tidak mampu memperpanjang onset,
Durasi Kejang Tonik Klonik Umum memperpendek durasi, frekuensi kejang dan
Data pada Tabel I terlihat bahwa semua jumlah kematian pada mencit yang diinduksi
kelompok perlakuan mencit memberikan kejang PTZ.
perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol Pada kelompok II belum mempunyai efek
negatif maka dapat dikatakan bahwa kelompok antikonvulsan dalam mempengaruhi onset,
dosis 100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 durasi, frekuensi kejang dan jumlah kematian
mg/KgBB mempunyai efek antikonvulsan. Efek pada mencit jantan yang diinduksi PTZ. Hal ini
ini dilihat dari pengaruhnya yang dapat mungkin disebabkan karena kandungan zat aktif
memperpendek durasi kejang tonik klonik. antikonvulsan pada dosis ini belum mencukupi
Frekuensi Kejang Tonik Klonik Umum dalam menimbulkan efek antikonvulsan.
Sehingga kelompok II belum mampu menunda
Data pada Tabel I terlihat bahwa semua onset, menurunkan durasi, frekuensi kejang dan
kelompok perlakuan mencit tidak memberikan jumlah kematian pada mencit jantan yang
perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol diinduksi PTZ.
negatif. Perbedaan signifikan jika dibandingkan
dengan kontrol positif. Secara statistik memang Kelompok III sudah mulai memiliki efek
data yang diperoleh tidak berbeda bermakna antikonvulsan dalam mempengaruhi onset tonik
dengan kontrol negatif yang artinya tidak klonik umum. Kelompok ini sudah mampu
mempunyai efek antikonvulsan, tetapi dilihat memperpanjang onset tonik klonik dan
secara kasat mata data mempunya efek mempersingkat durasi kejang. Kelompok III
antikonvulsan. hal ini dilihat dari jumlah kejang mempunyai efek antikonvulsan yang lebih besar
tonik klonik yang semakin berkurang. daripada kelompok I dan kelompok II. Akan
tetapi, kelompok III mempunyai efek
Jumlah Kematian Mencit antikonvulsan yang lebih kecil dibandingkan
Data pada Tabel I terlihat bahwa dengan kelompok IV.
kelompok perlakuan mencit dosis 400 mg/KgBB Selanjutnya kelompok IV sudah efektif
memberikan perbedaan signifikan dengan mempunyai efek antikonvulsan dalam
kelompok kontrol negatif, sedangkan kelompok mempengaruhi onset, durasi dan jumlah
dosis 100 mg/KgBB dan 200 mg/ KgBB tidak kematian pada mencit yang diinduksi PTZ.
memberikan perbedaan yang signifikan. Hasil Kelompok IV efektif menunda onset,
ini menunjukkan bahwa kelompok dosis 400 menurunkan durasi dan jumlah kematian pada
mg/KgBB berpotensi sebagai antikonvulsan mencit yang diinduksi PTZ. Kelompok IV
karena dapat mengurangi jumlah kematian memiliki efek antikonvulsan yang lebih besar
mencit yang diinduksi PTZ secara signifikan. dibandingkan kedua kelompok perlakuan
lainnya. Akan tetapi efek antikonvulsannya lebih
20 Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011
Prosiding Seminar Nasional "Home Care"
Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011 21
ØISBN : 978-979-18458-4-7×
22 Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Juni 2011