Anda di halaman 1dari 9

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa


oleifera Lam.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus
norvegicus)

ANALGESIC EFFECT TEST OF Moringa oleifera Lam. LEAF


ETHANOL EXTRACT IN MALE WHITE RATS WISTAR STRAIN (Rattus
norvegicus)

Alyah Ananta Pratiwi Tamimi1)*, Edwin de Queljoe 1), Jainer Pasca Siampa 1)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
*e-mail : aptalyah@gmail.com

ABSTRACT
Analgesic medicinals are medicinals that can inhibit pain. Moringa leaves (Moringa oleifera Lam.)
are known to contains alkaloid and flavonoid which have analgesic effects.The purpose of this study was
to determine the analgesic effects of the ethanol extract of Moringa leaves on male white rats wistar
strain (Rattus norvegicus). A total of 15 rats were divided into 5 treatment groups, namely the negative
control group (CMC), positive control group (paracetamol), and the group of ethanol extract of Moringa
leaves with different doses of 0.1 g, 0.2 g, and 0.4 g. Rat response was observed before giving test
material and after giving test material from the 30 th, 60th, 90th, and 120th minutes. Data were analyzed
using ANOVA then continued with LSD test. The results showed that the ethanol extract of Moringa
leaves with dosages of 0.1 g, 0.2 g, and 0.4 g had an analgesic effect on male white rats wistar strain.
And among these three doses the best in providing analgesic effect is a dose of 0.4 g.

Keywords: Analgesic, Moringa leaf (Moringa oleifera Lam.), Rattus norvegicus.

ABSTRAK
Obat analgesik merupakan obat yang dapat menghambat rasa nyeri. Daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
diketahui mengandung alkaloid dan flavonoid yang memiliki efek analgesik. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui adanya efek analgesik dari ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) pada tikus
putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus). Sebanyak 15 ekor tikus dibagi 5 kelompok perlakuan, yaitu
kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok ekstrak etanol daun kelor dengan
dosis berbeda 0,1 g, 0,2 g, dan 0,4 g. Respon tikus diamati sebelum pemberian bahan uji dan setelah
pemberian bahan uji dari menit ke 30, 60, 90, dan 120. Data dianalisis menggunakan ANOVA kemudian
dilanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 0,1 g
0,2 g, dan 0,4 g memiliki efek analgesik terhadap tikus putih jantan galur wistar. Dan diantara ketiga
pemberian dosis tersebut yang paling baik dalam memberikan efek analgesik yaitu dosis 0,4 g.

Kata kunci: Analgesik, Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.), Rattus norvegicus.

1
PENDAHULUAN Parasetamol berguna untuk mengatasi nyeri
ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala.
Rasa nyeri adalah salah satu masalah Parasetamol sendiri mempunyai efek
yang umumnya terjadi pada masyarakat dan hepatotoksik (Al-Muqsith, 2015). Analgesik
juga salah satu penyebab paling sering yang berasal dari herbal cenderung tidak
pasien akan datang ke dokter, karena rasa menimbulkan efek samping, salah satu
nyeri mengganggu fungsi sosial dan kualitas tanaman yang dapat digunakan sebagai
hidup penderitanya. Rasa nyeri akan disertai analgesik adalah daun kelor (Moringa
dengan respon stres, berupa meningkatnya oleifera Lam.). Tanaman kelor sangat
rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah, banyak dijumpai di tengah-tengah
dan frekuensi napas. Nyeri yang berlanjut masyarakat, di samping itu
atau tidak ditangani secara kuat, memicu pembudidayaannya pun sangat mudah. Daun
respon stres yang berkepanjangan, yang kelor mengandung alkaloid dan flavonoid
akan menurunkan daya tahan tubuh dengan yang bersifat analgesik. Kandungan alkaloid
menurunkan fungsi imun, mempercepat daun kelor terdiri dari alkaloid moringin,
kerusakan jaringan, laju metabolisme, moringinin, dan pterigosperinin. Zat-zat
pembekuan darah dan retensi cairan, inilah yang berkhasiat mengurangi rasa
sehingga akhirnya akan memperburuk nyeri. Flavonoid juga dapat mengurangi rasa
kualitas kesehatan (Hartwig dan Wilson, nyeri terutama pada nyeri persendian akibat
2006). reumatik (Al-Muqsith, 2015).
Nyeri bisa diatasi dengan
menggunakan obat analgesik. Analgesik METODOLOGI PENELITIAN
adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan Waktu dan Tempat Penelitian
kesadaran. Analgesik dibagi menjadi dua Penelitian dilakukan pada bulan
kelompok yaitu analgesik opioid dan November 2019 sampai Januari 2020 di
analgesik non-opioid (Tjay dan Rahardja, Laboratorium Lanjutan Farmasi Program
2007). Analgesik opioid merupakan Studi Farmasi Fakultas Matematika dan
kelompok obat yang selain memiliki efek Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam
analgesik, juga memiliki efek seperti opium Ratulangi, Manado.
(Gunawan et al., 2008). Analgesik non-
opioid merupakan analgesik pilihan pertama Alat dan Bahan
yang diberikan untuk penatalaksanaan nyeri Alat
ringan sampai sedang. Contoh obat Alat-alat yang akan digunakan pada
analgesik non-opioid yaitu parasetamol, penelitian ini antara lain alat-alat gelas
aspirin, ibuprofen, dan lain-lain (Ikawati, (Pyrex), oven, blender (Philips®), pengayak,
2011). Parasetamol merupakan pilihan wadah, pisau, batang pengaduk, sudip,
pertama bagi penanganan demam dan nyeri timbangan analitik (ADAM,KERN),
sebagai antipiretik dan analgesik. timbangan tepung, sarung tangan, kertas
saring, pipet ukur, lumpang dan alu, Pembuatan Simplisia dan Proses
termometer, hot plate (IKA), stopwatch, Ekstraksi
disposable syringe 1 ml, aluminium foil, Daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
toples, dan sonde oral. yang diambil dicuci bersih sebanyak 4,4 kg
sampel daun kelor. Kemudian daun kelor
Bahan dikeringkan dengan cara di angin-anginkan
Dalam penelitian ini bahan yang hingga daunnya mengering. Sampel yang
digunakan yaitu daun kelor (Moringa sudah kering di blender lalu diayak dengan
oleifera Lam.), etanol 96%, aquadest, CMC, pengayak. Daun kelor ditimbang sebanyak
tablet parasetamol 500 mg, dan makanan 400 g dimasukkan kedalam wadah,
hewan uji. kemudian ditambahkan pelarut etanol 96%
sebanyak 2000 ml dengan perbandingan 1:5
Hewan Uji sampai sampel terendam secara keseluruhan
Objek yang digunakan dalam kemudian sampel ditutup, perendaman
penelitian ini merupakan tikus putih jantan dilakukan selama 5 hari dan terlindung dari
galur wistar (Rattus novergicus) yang cahaya. Selama perendaman dilakukan
berumur 2–3 bulan dan berat badan 150-200 pengadukan setiap hari. Setelah 5 hari,
g dengan jumlah 15 ekor. dilakukan penyaringan menggunakan kertas
saring menghasilkan filtrat dan debris.
Rancangan Penelitian Selanjutnya dilakukan proses remaserasi
Penelitian ini menggunakan ekstrak dengan etanol 96% sebanyak 1200
rancangan penelitian eksperimental ml dengan perbandingan 1:3 selama 2 hari.
laboratorium dengan menggunakan tikus Filtrat hasil dari maserasi dan remaserasi
putih jantan galur wistar (Rattus novergicus) digabungkan dan dipekatkan menggunakan
sebagai hewan percobaan. Perlakuan dibagi oven pada suhu 40˚C sampai diperoleh
dalam 5 kelompok, dalam kelompok ekstrak kental.
masing-masing terdiri dari 3 ekor tikus yang
sudah diadaptasikan terlebih dahulu Pembuatan Larutan CMC
terhadap lingkungan kurang lebih 10 hari. Sebanyak 1 g CMC ditaburkan
Pembagian kelompok perlakuan sebagai dalam beaker glass dan dimasukkan
berikut : aquadest sebanyak 100 ml kemudian
K (-): diberikan CMC sebanyak 1 ml, dipanaskan menggunakan hot plate, diaduk
K (+): diberikan parasetamol dosis 9 mg, sampai mengembang dan homogen.
KP 1: diberikan ekstrak etanol daun kelor Suspensi CMC juga digunakan sebagai
0,1 g, KP 2: diberikan ekstrak etanol daun larutan stock dan diambil 10 ml untuk setiap
kelor 0,2 g, KP 3: diberikan ekstrak etanol kelompok perlakuan.
daun kelor 0,4 g.
Penyiapan Hewan Uji dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan dimana setiap
Hewan uji yang digunakan dalam kelompok terdiri dari 3 ekor tikus dengan berat 150-
penelitian ini adalah tikus putih jantan galur 200 g. Sebelum dilakukan pengujian, hewan uji
wistar (Rattus novergicus) sebanyak 15 ekor dipuasakan selama 8 jam namun tetap diberi minum.
3) Kontrol Negatif
Pemberian Ekstrak dan Larutan Kontrol negatif diberikan CMC
Pembanding diambil sebanyak 1 ml dan diberikan pada
1) Ekstrak etanol daun kelor tiap hewan uji kontrol negatif.
Takaran konversi dosis untuk
manusia dengan berat badan 70 kg terhadap Metode Stimulasi Panas
tikus dengan berat badan 200 g adalah Uji efek analgesik menggunakan
0,018. Pada penelitian yang menggunakan metode stimulasi panas diberikan secara
subjek manusia, daun kelor diberikan dalam konduksi dikenal dengan metode Hot Plate
bentuk simplisia dengan dengan dosis 10 oleh Wolf dan Mc Donald yaitu dengan cara
g/hari (Stohs dan Hartman, 2015). memasukkan tikus ke dalam beaker glass
Maka untuk dosis tikus: yang telah dipanaskan diatas hot plate pada
= 10 x 0,018 suhu 52°C sebagai stimulus nyeri dan tikus
= 0,18 g akan memberikan respon dalam bentuk
Dalam percobaan digunakan dosis menjilat kaki dan atau melompat (Domer,
bertingkat ekstrak daun kelor yang terbagi: 1971).
Kelompok perlakuan 1 = 0,1 g
Kelompok perlakuan 2 = 0,2 g Pengujian Efektivitas Analgesik
Kelompok perlakuan 3 = 0,4 g Langkah-langkah pengujian efek
2) Kontrol Positif analgesik pada hewan uji adalah sebagai
Tiap tablet parasetamol mengandung berikut :
500 mg. Takaran konversi dosis parasetamol a. Beaker glass diletakkan diatas hot
pada manusia dengan berat badan 70 kg dan plate yang dipanaskan hingga 52°C.
pada tikus dengan berat badan 200 g adalah Setelah suhu mencapai 52°C tikus
0,018. dimasukkan kedalam beaker glass
Maka dosis untuk tikus adalah : tersebut.
= 500 mg x 0,018 b. Setelah tikus ada di dalam beaker
= 9 mg glass maka responnya diamati, yaitu
berupa gerakan menjilat kaki dan atau
melompat, pengamatan dilakukan
selama 1 menit.
c. Kelompok kontrol negatif diberikan
CMC, kelompok kontrol positif
diberikan parasetamol dan kelompok
perlakuan diberikan ekstrak etanol
daun kelor. Tikus lalu diistirahatkan
untuk diamati kembali pada menit ke-
30
d. Pengamatan dilakukan hingga menit e. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali yaitu :
ke-120, dengan interval waktu 30 1. Sebelum pemberian bahan uji
menit untuk setiap pengamatan. 2. Menit ke-30
3. Menit ke-60 ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera
4. Menit ke-90 Lam.) terhadap tikus putih jantan galur
5. Menit ke-120 wistar (Rattus noervegicus) maka
dilanjutkan dengan uji LSD (Least
Analisis Data Significant Difference) untuk mengetahui
Data hasil pengamatan dikumpulkan signifikan dari perbedaan rata-rata kelompok
dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan perlakuan.
menggunakan uji statistik parametik One
Way ANOVA (Analysis Of Variance). Bila HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil uji One Way ANOVA menunjukan
perbedaan yang signifikan dari pengujian Hasil penelitian berikut ini
merupakan data yang diperoleh dari 5
kelompok perlakuan dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 3 ekor hewan uji.
Rata-rata penurunan respon tikus (jilatan
dan lompatan) terhadap kontrol negatif,
kontrol positif, dan ekstrak etanol daun kelor
dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Rata-rata Penurunan Respon Tikus Sebelum dan Sesudah Pemberian Bahan Uji
Sebelum
Kelompok Pemberian Menit ke-30 Menit ke-60 Menit ke-90 Menit ke-120
Perlakuan Bahan Uji
Kontrol Negatif 19,7 18 19,3 19 20,3
Kontrol Positif 20 12,7 6 1 0
KP 1 18,7 13 6,67 1,33 0,33
KP 2 20 7 4,67 0,67 0
KP 3 19,7 4 2,33 0 0
Keterangan: K(-) : Kelompok kontrol negatif (CMC), K(+) : Kelompok kontrol positif dosis
9mg, KP 1 : Kelompok perlakuan ekstrak daun kelor dosis 0,1 g, KP 2 : Kelompok perlakuan
ekstrak daun kelor dosis 0,2 g, KP 3 : Kelompok perlakuan ekstrak daun kelor dosis 0,4 g

Berdasarkan grafik, terlihat dengan jelas menit ke-120, sedangkan pada pemberian
bahwa pada pemberian bahan uji yaitu bahan uji kontrol negatif respon nyeri yang
kontrol positif dan ekstrak etanol daun kelor ditunjukkan oleh hewan uji disetiap menit
respon nyeri yang ditunjukkan oleh hewan pengujian semakin meningkat.
uji mulai menurun dari menit ke-30 hingga
Kontrol Negatif Kontrol Positif KP 1
22
20
18 KP 2 KP 3
16
14
10
12
8
6
2
4
0
SEBELUM MENIT MENIT MENIT MENIT
P E M B E R I A N B A H A N UKE
J I - 30 KE - 60 KE - 90 KE - 12 0

Gambar 1. Grafik Penurunan Rata-rata Respon Tikus

Tanaman kelor (Moringa oleifera siklooksigenase dalam jalur metabolisme


Lam.) khususnya yang dipakai dalam asam arakidonat, sedangkan saponin
penelitian ini yaitu bagian daunnya telah digolongkan ke dalam triterpenoid dan
digunakan secara luas untuk mengobati steroid saponin yang bersifat sebagai anti
berbagai penyakit. Penelitian ini dilakukan inflamasi, analgesik, dan sitotoksik (Wemay
untuk mengetahui ada tidaknya efek et al., 2013). Berdasarkan dari uraian diatas
analgesik dari ekstrak etanol daun kelor ekstrak etanol daun kelor berpotensi sebagai
terhadap hewan uji yang menggunakan analgesik terhadap tikus putih.
metode stimulasi panas untuk merangsang Hewan uji yang digunakan yaitu
rasa nyeri. tikus putih jantan karena kondisi biologisnya
Rasa nyeri merupakan sensasi yang lebih stabil dibandingkan dengan tikus
perlu diatasi dan adanya aktivitas menekan betina. Rasa nyeri disebabkan oleh
rasa nyeri yang ditimbulkan oleh ekstrak rangsangan mekanik atau kimiawi, panas
daun kelor disebabkan karena adanya atau listrik yang dapat menimbulkan
senyawa aktif yang terkandung dalam daun kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang
kelor. Hal ini didukung oleh penelitian disebut mediator nyeri (Tjay dan Rahardja,
sebelumnya yang dilakukan oleh Patel et al 2007). Rangsangan nyeri yang diberikan
(2014), bahwa hasil uji fitokimia daun kelor pada penelitian ini adalah metode stimulasi
menunjukan adanya kandungan flavonoid, panas, dengan cara memasukkan tikus ke
alkaloid, steroid, tanin, saponin, dan dalam beaker glass yang sudah diletakkan di
terpenoid. Flavonoid berkhasiat sebagai atas hot plate pada suhu 52°C sebagai
analgesik yang mekanisme kerjanya stimulus nyeri. Keuntungan dari metode
menghambat kerja enzim siklooksigenase. stimulasi panas adalah rangsangannya alami,
Dari penghambatan enzim siklooksigenase mudah dikontrol, tidak menyebabkan
tersebut yang akan mengurangi produksi kerusakan jaringan walaupun rangsangan
prostaglandin sehingga dapat mengurangi untuk menimbulkan rasa sakit dilakukan
rasa nyeri. Alkaloid memiliki fungsi sebagai berkali-kali, dan dapat digunakan pada
penghambat fase penting dalam biosintesis subjek yang bergerak ataupun tidak bergerak
prostaglandin, yaitu pada lintasan (Domer, 1971). Respon yang terlihat seperti
menjilat kaki atau melompat digunakan sebagai indikator respon hewan uji terhadap stimulus
nyeri yang dikonduksi oleh panas. Waktu mampu menurunkan respon tikus pada efek
disetiap tikus sedang menjilat kakinya atau analgesik.
mecoba melompat keluar dari wadah Pada kelompok kontrol negatif yang
digunakan sebagai data waktu respon rasa diberikan suspensi CMC, sebelum dan
nyeri (Lanhers et al., 1992). Stimulasi panas setelah pemberian bahan uji hingga menit
dalam penelitian ini mengunakan suhu 52°C ke-120 respon tikus tidak mengalami
karena suhu kritis rata-rata nyeri sebesar penurunan, dari menit ke-30 hingga menit
45°C saat seseorang mulai merasakan sakit ke-120 respon tikus justru semakin tinggi.
dan reseptor panas mempunyai respon Hal ini menunjukan bahwa kontrol negatif
terhadap suhu 30-45°C. Kemudian suhu yang digunakan tidak mengandung zat aktif
diatas 45°C dimana mulai terjadi kerusakan yang dapat mengurangi rasa nyeri. Pada
jaringan akibat panas dan sensasinya kelompok positif yang diberikan dengan
berubah menjadi nyeri. Nyeri ini disebabkan suspensi parasetamol, sebelum dan setelah
oleh stimulus panas yang merangsang pemberian bahan uji dari menit ke-30 hingga
reseptor nyeri yang sensitif terhadap suhu menit ke-120 menunjukan terjadinya
panas atau dingin (Guyton, 1994). Efek penurunan respon rata-rata hewan uji
analgesik dapat ditunjukkan dengan terhadap rangsangan nyeri. Efek analgesik
berkurangnya jumlah respon tikus dalam dari kontrol positif tetap terlihat sampai
bentuk menjilat kaki dan melompat. Selang akhir pengujian dan mencapai puncaknya
waktu antara pemberian stimulus nyeri dan pada menit ke-120. Hal ini disebabkan
terjadinya respon disebut waktu reaksi. karena parasetamol ini sudah terbukti
Waktu reaksi ini dapat diperpanjang oleh memiliki efek analgesik yang secara luas
obat-obat analgesik. Perpanjangan waktu telah digunakan oleh masyarakat.
reaksi ini dapat dijadikan sebagai ukuran Parasetamol memang sudah terbukti secara
mengevaluasi aktivitas analgesik (Turner, teoritis dapat menghambat sintesis
1965). prostaglandin.
Hasil perhitungan rata-rata respon Hasil pengujian pada kelompok
tikus sebelum dan setelah perlakuan dengan perlakuan yang diberikan dosis berbeda,
selang waktu 30 menit ini menjelaskan menunjukan adanya efek analgesik ekstrak
bahwa penurunan respon tikus paling kecil daun kelor pada hewan uji. Hal ini dapat
yaitu terlihat pada kelompok perlakuan dilihat penurunan rata-rata respon nyeri pada
kontrol negatif, sedangkan kelompok hewan uji dari sebelum pemberian dan
perlakuan kontrol positif parasetamol dan setelah pemberian bahan uji. Pada kelompok
ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 0,1 perlakuan satu diberi ekstrak daun kelor
g, 0,2 g, dan 0,4 g respon tikus hampir sama. dengan dosis 0,1 g dan hasil menunjukan
Hal ini menunjukan bahwa suspensi adanya penurunan respon tikus pada menit
parasetamol dan ekstrak etanol daun kelor ke-30 dan terus mengalami penurunan
hingga menit ke-120. Ekstrak daun kelor
dengan dosis kecil 0,1 g yang diberikan dan
kelompok kontrol positif memiliki
kemampuan menghambat nyeri yang hampir sama, namun pada pemberian ekstrak kelompok
perlakuan satu ini tidak sebaik dengan efek dari beberapa kelompok perlakuan berasal
analgesik yang ditunjukkan oleh pemberian dari populasi dan varian yang sama atau
kontrol positif. Kelompok perlakuan dua tidak, yang artinya data terdistribusi
diberi ekstrak daun kelor 0,2 g dan hasil homogen. Data yang diperoleh terdapat nilai
menunjukan adanya penurunan respon tikus signifikan = 0,137 (sig>0,05) yang berarti
dari menit ke-30 dan terus mengalami tidak ada perbedaan yang bermakna antara
penurunan hingga menit ke-90, kemudian kelima kelompok tersebut atau dengan kata
pada menit ke-120 respon nyeri pada hewan lain data terdistribusi homogen.
uji mulai hilang. Hal ini menunjukan bahwa Dilanjutkan dengan uji LSD (Least
ekstrak daun kelor dengan dosis 0,2 g Significant Difference) untuk melihat adanya
memiliki efek analgesik. Kelompok perbedaan nilai rata-rata penurunan respon
perlakuan tiga diberi ekstrak daun kelor hewan uji dari sebelum perlakuan dan
dengan dosis 0,4 g dan hasil menunjukan sesudah perlakuan pada menit ke-30, 60, 90,
adanya penurunan respon nyeri terhadap 120, antara kelima kelompok perlakuan
hewan uji dari menit ke-30 dan terus yang berbeda-beda yaitu kontrol negatif
mengalami penurunan hingga menit ke-60, CMC, kontrol positif parasetamol dosis 9
kemudian pada menit ke-90 hingga menit mg dan kelompok perlakuan ekstrak dengan
ke-120 respon nyeri pada hewan uji mulai dosis 0,1 g, 0,2 g dan 0, 4 g. Dimana hasil
hilang. pengujian LSD menunjukkan bahwa pada
Data penelitian yang telah kontrol negatif terdapat perbedaan dengan
didapatkan dilakukan uji statistik kontrol positif dan kelompok perlakuan
menggunakan aplikasi SPSS versi 25 untuk ekstrak. Sedangkan kelompok perlakuan
memperoleh data yang lebih spesifik pada ekstrak etanol daun kelor tidak mengalami
efek analgesik ekstrak etanol daun kelor dari perbedaan dengan kontrol positif. Ini
penelitian yang dilakukan dengan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
menggunakan metode One Way ANOVA, etanol daun kelor memiliki efek analgesik
kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengurangi respon hewan uji.
(Least Significant Difference). Dari uji One Dari data-data yang telah diperoleh
Way ANOVA diperoleh nilai signifikan = dinyatakan bahwa kandungan daun kelor
0,044 (sig<0,05) yang berarti ada perbedaan menunjukkan aktivitas sebagai analgesik
yang bermakna antara kelima kelompok karena mengandung flavonoid dan alkaloid
perlakuan. Dilihat dari data tersebut bahwa sehingga mampu menghambat enzim
ekstrak etanol daun kelor memiliki efek siklooksigenase yang berperan dalam
analgesik yang mampu mengurangi respon
biosintesis prostaglandin sebagai mediator
nyeri pada hewan uji. Uji One Way ANOVA
pembentuk radang yang disertai rasa nyeri.
yang telah diketahui hasilnya, maka
dilakukan Test of homogenity of variance
KESIMPULAN
yang bertujuan untuk mengetahui apakah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak etanol daun kelor
(Moringa oleifera Lam.) dengan dosis
berbeda yaitu 0,1 g, 0,2 g dan 0,4 g yang diberikan pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus) memiliki efek analgesik ditinjau Hartwig., dan Wilson. 2006. Patofisiologi:
dari penurunan respon nyeri yang Konsep Klinis Proses-Proses
ditunjukkan oleh hewan uji. Dan diantara Penyakit. EGC, Jakarta.
ketiga pemberian dosis berbeda tersebut Ikawati, Z. 2011. Farmakoterapi Penyakit
yang paling baik dalam memberikan efek Sistem Saraf Pusat. Bursa Ilmu,
analgesik adalah pemberian ekstrak etanol Yogyakarta
daun kelor dengan dosis besar 0,4 g. Lanhers, M.C., J. Fleurentin., F. Mortier., A.
Vinche., and C. Younos. 1992. Anti-
SARAN Inflamamatory and Analgesic Effects
Perlu dilakukan penelitian uji efek of an Aqueous Extract of
analgesik dengan menggunakan variasi dosis Harpagophytum procumbens. Planta
agar diperoleh dosis minimum, maksimum, Medica. 5(1): 117-123.
dan dosis toksik sehingga dapat diperoleh Patel, P., Nivedita., Dhara., S. Desai., and D.
dosis yang optimal untuk menunjang tingkat Meshram. 2014. Phytochemical
keamanan penggunaan daun kelor sebagai Analysis and Antifungal Activity of
sediaan herbal. Serta dilakukan lanjutan Moringa oleifera. International
pengujian uji toksisitas kronik dan Journal of Pharmaceutical Sciences.
subkronik. 6(5): 144-147.
Stohs, S.J., and M.J. Hartman. 2015. Review
DAFTAR PUSTAKA of The Safety and Efficacy of
Al-Muqsith. 2015. Uji Daya Analgetik Moringa oleifera. Phytotherapy
Infusa Daun Kelor (Moringa Research. 29(6): 796-804.
oleifera, L) Pada Mencit (Mus Tjay, T., dan K. Rahardja. 2007. Obat –
musculus) Betina. Lentera. 15(14): obat Penting, Khasiat, Penggunaan
59-63. dan Efek Sampingnya. Edisi ke-6. PT
Domer, F.R. 1971. Animal Experimental in Elex Media Komputindo Kelompok
Pharmacological Analysis. Charles Gramedia, Jakarta.
Thomas Publisher, USA. Turner, R.A. 1965. Screening Methods In
Gunawan, S.G., R. Setiabudy., Nafrialdy., Pharmacology. Academia Press, New
dan Elysabeth. 2008. Farmakologi York.
dan Terapi. Edisi ke-5. Departemen Wemay, M.A., Fatimawali., dan F.
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Whantouw. 2013. Uji Fitokimia dan
Kedokteran Universitas Indonesia, Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol
Jakarta. Tanaman Kucing-Kucingan
Guyton, A.C. 1994. Fisiologi Kedokteran (Achalpa indica L.) pada Tikus Putih
Edisi ke-7. Terjemahan Ken Ariata Betina Galur Wistar (Rattus
Tengadi. EGC, Jakarta. norvegicus L.) Jurnal Ilmiah
Farmasi. 2(3): 4-8.

Anda mungkin juga menyukai