Anda di halaman 1dari 13

UJI EFEK SEDATIF EKSTRAK ETANOLIK DAUN KRATOM (Mitragyna

speciosa Korth.) PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB/C

Dini Novindriana1 , Bambang Wijianto2 , Mohammad Andrie3


123
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Pontianak

ABSTRAK

Kratom (Mitragyna speciosa Korth.) yang termasuk dalam keluarga Rubiaceae


merupakan salah satu tanaman khas daerah Putusibau Kalimantan Barat (Indonesia).
Daun kratom pada dosis rendah (2-10 gram) dapat menghasilkan efek stimulan,
sedangkan pada dosis tinggi memberikan efek sedatif. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan efek sedatif ekstrak etanol daun kratom serta mengetahui dosis efektif dan
potensi efek sedatif ekstrak etanol daun kratom jika dibandingkan dengan diazepam.
Pengujian efek sedatif dilakukan dengan metode traction test dan fireplace test,
yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap lamanya waktu mencit untuk
membalikkan badan, jatuh dan meloncat keluar dari tabung (uji kuantitatif), untuk uji
kualitatif dilakukan pengamatan terhadap refleks kornea dan refleks balik badan. Mencit
dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif (diazepam), kontrol negatif
(CMC 1%), kelompok ekstrak etanol 12,14 mg/20gBB, kelompok ekstrak etanol 24,29
mg/20gBB dan kelompok ekstrak etanol 48,57 mg/20gBB. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan program SPSS menggunakan uji One Way Anova dan Post
Hoc Test.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kratom memiliki efek
sedatif pada mencit jantan galur BALB/c dengan dosis efektif pada dosis 48,57
mg/20gBB. Ekstrak etanolik daun kratom memiliki potensi efek sedatif yang lebih besar
dari diazepam sebagai kontrol positif.

Kata kunci: daun kratom, sedatif, ekstrak etanol, traction test, fireplace test.
SEDATIVE EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF KRATOM LEAF (Mitragyna
speciosa Korth.) ON MALE BALB/C STRAIN MICE

ABSTRACT

Kratom (Mitragyna speciosa Korth.), belongs to Rubiaceae family, is one of the


special plants from Putusibau West Kalimantan (Indonesia). The leaves of kratom in low
doses (2-10 grams) can causes stimulant effects, whereas in high doses, sedative effects
are caused. The aim of this research is to prove sedative effects of ethanol extract of
kratom leaf, as well as determine the effective dose and potential sedative effect of
ethanol extract of kratom leaf when compared with diazepam.
Testing of sedative effects was conducted by the method of traction test and
fireplace test that is by observing of the length of time the mice to turning the body, fall
down and jumped out of the cylinder (quantitative test), qualitative tests carried out
observations of the corneal reflex and reflex act of turning the body. The mice divided
into 5 groups of the positive control group (diazepam), negative control group (CMC
1%), group of ethanol extract (12.14 mg/20gBW), group of ethanol extract (24.29
mg/20gBW), and group of ethanol extract (48.57 mg/20gBW). The data was tested using
One Way Anova and Post Hoc Test support by SPSS program.
The test results showed that the ethanol extract of kratom leaf have sedative
effect on male BALB/c strain mice with the effective dose at a dose 48.57 mg/20gBW
group. Ethanol extract of kratom leaf have greater potential sedative effect than diazepam
as positive control.

Keywords: kratom leaves, sedatives, ethanol extract, traction test, fireplace test.
PENDAHULUAN nenek moyang yang belum
Stres dapat menyebabkan semuanya teruji secara ilmiah.
seseorang mengalami gangguan tidur, Kratom (Mitragyna speciosa
yaitu insomnia. Insomnia adalah suatu Korth.) merupakan salah satu tanaman
keadaan dimana seseorang tidak mampu endemik di Asia Tenggara seperti,
tidur dengan nyaman disertai gejala- Thailand, Malaysia dan Indonesia yang
gejala selalu merasa letih dan lelah telah digunakan untuk mengobati
sepanjang hari dan secara terus menerus berbagai penyakit. Daun kratom sudah
mengalami kesulitan untuk tidur atau digunakan di Thailand untuk efek
selalu terbangun di tengah malam dan seperti opium dan coca yang memiliki
tidak dapat kembali tidur1,2. Insomnia kemampuan stimulan untuk melawan
dapat menyebabkan seseorang menjadi rasa letih dan meningkatkan daya tahan
kurang produktif, karena kehilangan terhadap sinar matahari serta digunakan
waktu tidur diketahui sebagai penyebab untuk mengobati diare dan untuk
tidak tercapainya target-target pekerjaan, menghentikan pecandu morfin5. Daun
tugas-tugas akedemik, dan lain-lain. kratom apabila digunakan dalam dosis
Kurang tidur juga dapat memicu yang rendah (2-10 gram) dapat
terjadinya kecelakaan yang serius memberikan efek stimulan, sementara
bahkan fatal dan menyebabkan dosis yang lebih tinggi dapat
gangguan keseimbangan hormon1,3. memberikan efek seperti opium, selain
Obat-obat golongan hipnotik efek penenang dan euforia6. Kandungan
utama dari daun kratom ini adalah
sedatif dapat digunakan untuk
alkaloid indol, yaitu mitraginin (66,2%)
mengatasi insomnia, yaitu dan 7-hidroksimitraginin (2,0%)7.
merupakan obat depressan SSP yang Mitraginin menunjukkan secara
berguna untuk menenangkan, signifikan penurunan aktivitas
membuat kantuk, dan menidurkan lokomotor pada tikus8. 7-
pemakainya hingga menyebabkan hidroksimitraginin bekerja pada ujung
hilangnya kesadaran, keadaan saraf dan menghambat pelepasan
anestesi, koma dan mati, bergantung neurotransmitter5. Selain alkaloid,
pada besar kecilnya dosis obat. flavonoid, saponin, triterpenoid saponin
Namun demikian, penggunaan obat- dan derivat glikosida juga pernah
obatan tersebut perlu diawasi dilaporkan terdapat pada daun
kratom9,10.
karena efek sampingnya yang cukup
Penelitian ini bertujuan untuk
berbahaya, seperti habituasi, mengetahui efek sedatif dan dosis
4
toleransi bahkan adiksi . Oleh karena efektif ekstrak etanolik daun kratom
itu, kebanyakan masyarakat mulai pada mencit BALB/c, serta pontensinya
kembali menggunakan tanaman obat jika dibandingkan dengan diazepam
sebagai alternatif dengan sebagai kontrol positif.
memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia yang didasarkan pada METODE PENELITIAN
pengalaman serta warisan nenek Alat dan Bahan
moyang yang dikenal dengan back to
nature. Akan tetapi selama ini Alat-alat yang digunakan adalah
rotary evaporator, hot plate, alat-alat
pengetahuan tentang khasiat obat
gelas, stopwatch, ball filler, sonde oral,
tradisional dan keamanan tanaman Spuit 1 mL, termometer, Traction Test
obat hanya diperoleh melalui termodifikasi, Fireplace Test
informasi secara turun temurun dari termodifikasi, penangas air, oven,
bejana maserasi dan timbangan,
sedangkan bahan-bahan yang digunakan pelarut tiap 1 x 24 jam, yaitu hari
adalah daun kratom, etanol 70% pertama sebanyak 1300 ml dan hari
(teknis), CMC, larutan basa ammonia 1 kedua dan ketiga masing-masing 1000
%, HCl 2 N, kloroform, pereaksi Mayer, ml. Maserat kemudian dipekatkan
Pereaksi Dragendrof, serbuk Mg, gelatin dengan evaporator pada suhu 60oC yang
1%, pereaksi Lieberman-Burchard, eter, dilanjutkan dengan water bath hingga
larutan FeCl3, tablet diazepam, kertas diperoleh ekstrak kental.
saring, dan aquadest.
Penetapan Susut Pengeringan
Hewan Uji
Susut pengeringan adalah kadar
Hewan uji yang digunakan bagian yang menguap suatu zat. Suhu
dalam penelitian ini adalah mencit penetapan adalah 1050C dan susut
jantan galur BALB/c . pengeringan ditetapkan sebagai berikut:
ditimbang seksama ±1 gram sampel
Cara Kerja dalam krusibel yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu penetapan selama
Pengambilan dan Pengolahan Sampel
30 menit dan telah ditara. Dimasukkan
Sampel yang digunakan pada ke dalam ruang pengering, dibuka
penelitian ini adalah daun tanaman tutupnya, keringkan pada suhu
kratom yang tumbuh liar dengan daun penetapan hingga bobot tetap.
berwarna hijau dan tulang daun
berwarna merah, berasal dari desa Sibau Skrining Fitokimia
Hilir, Kecamatan Putusibau Utara, Uji Alkaloid
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat. Sampel diambil pada tempat Ekstrak etanol ditambahkan
yang sama, dimusim hujan pada bulan dengan larutan basa amonia 1% dan
Juni dan pada pukul sekitar 10 pagi. kloroform di dalam tabung reaksi,
Daun kratom dikumpulkan dan dikocok, kemudian lapisan kloroform
ditimbang sebanyak 4 Kg (berat basah), (lapisan bawah) dipipet dan
disortasi basah kemudian dicuci dengan ditambahkan HCl 2 N lalu dikocok.
air bersih. Daun kratom yang sudah Larutan yang didapat dibagi tiga, yaitu
dicuci kemudian ditiriskan dan sebagai blangko, dan sisanya
dikeringkan dengan cara dioven dengan direaksikan masing-masing dengan
suhu 40oC. Setelah kering, daun kratom pereaksi Mayer dan Dragendorf. Hasil
dihancurkan untuk membuat ekstrak. positif, yaitu campuran dengan pereaksi
dengan mesin penghalus (grinder) Mayer menimbulkan endapan putih dan
hingga berbentuk serbuk kasar. campuran dengan pereaksi Dragendorf
menimbulkan kekeruhan dan endapan
Pemeriksaan Makroskopis Simplisia berwarna jingga.

Pemeriksaan makroskopik ini Uji Flavonoid


dilakukan dengan cara mengamati
simplisia daun kratom yang meliputi Ekstrak etanol sebanyak 2 mL
warna, bau, rasa dan bentuk. ditambahkan dengan sedikit serbuk
magnesium dan 2 mL HCl 2N. Hasil
Ekstraksi positifnya adalah larutan berubah warna
menjadi jingga.
Sebanyak 200 gram serbuk
simplisia kering daun kratom dimaserasi Uji Polifenol
dengan penyari etanol 70% pada suhu
kamar selama 3 hari dengan penggantian Ekstrak etanol diteteskan di atas
pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3.
Hasil positif ditandai dengan perubahan mg/kg/hari. Adapun konversi dosis pada
warna larutan menjadi hijau kehitaman. manusia dengan berat 70 kg ke mencit
20 gram adalah 0,002611. Kemudian
Uji Triterpenoid dan Steroid dihitung konversi dosis dan didapatkan
jumlah tablet diazepam yang harus
Ekstrak etanol ditambahkan
diambil untuk membuat suspensi
dengan ditambahkan dengan pereaksi
diazepam. Digerus halus tablet
Lieberman-Burchard. Hasil positif untuk
diazepam tersebut dan disuspensi
senyawa steroid ialah timbulnya warna
kedalam CMC 1%. Dosis yang
biru atau ungu sedangkan untuk
diberikan pada kelompok perlakuan
senyawa triterpenoid hasil positif
akan diencerkan hingga 0,5 mL sesuai
ditandai dengan munculnya warna
dengan kapasitas lambung mencit.
merah kecoklatan.
Pembuatan Larutan Ekstrak Etanol
Uji Saponin
Dosis yang digunakan pada
Dipipet 2 tetes ekstrak etanol,
penelitian adalah 15 gram yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
dikonversikan ke dosis mencit 20 g,
kemudian ditambahkan 10 mL air panas,
yaitu 39 mg/ 20gBB. Hasil ekstraksi
setelah itu didinginkan dan dikocok
didapat ekstrak etanol sebesar 62.27
kuat-kuat selama 10 menit hingga
gram, dengan rendemen sebesar
terbentuk buih yang mantap selama
31.14%. Dengan demikian, dosis ekstrak
tidak kurang 10 menit setinggi 1 cm
etanol yang digunakan adalah 12.14 mg/
sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes
20gBB (dosis I), 24.29 mg/ 20gBB
asam klorida 2 N, buih tidak hilang
(dosis II) dan 48.57 mg/ 20gBB (dosis
maka kemungkinan ada saponin.
III). Dosis yang diberikan pada
kelompok perlakuan diencerkan dengan
Uji Tanin
cmc 1% hingga 0.5 ml sesuai dengan
Ekstrak di dalam tabung reaksi kapasitas lambung mencit.
dilarutkan dengan sedikit aquadest
kemudian dipanaskan di atas penangas Uji Efek Sedatif
air lalu diteteskan dengan larutan gelatin
1% (1:1). Hasil positif ditandai dengan Traction Test
terbentuknya endapan putih. Lengan/tungkai paling depan
hewan uji digantungkan pada suatu
Pembuatan Sediaan Uji kawat yang direntangkan secara
Pembuatan Suspensi CMC 1% horizontal. Hewan uji yang abnormal
akan memerlukan waktu yang lama
Ditimbang CMC sebanyak 1 untuk membalikkan badan dan
gram, kemudian ditaburkan ke dalam memerlukan waktu yang cepat untuk
lumpang berisi akuades panas (air jatuh. Hal ini menunjukkan bahwa
korpus) sebanyak 10 kalinya, dibiarkan hewan uji berada dalam pengaruh efek
hingga mengembang. Setelah sedatif (positif).
mengembang tambahkan akuades
hingga 100 mL, diaduk homogen (jika Fireplace Test
perlu lakukan pemanasan).
Hewan uji diletakkan pada
Pembuatan Suspensi Diazepam gelas silinder. Pengamatan dilakukan
dengan melihat waktu yang diperlukan
Dosis dewasa sedatif diazepam hewan uji untuk meloncat keluar dari
dalam sediaan oral adalah 0,12-0,8 tabung kaca. Hewan uji normal akan
segera kabur dan memanjat gelas
silinder,sedangkan hewan uji yang Ekstraksi Daun Kratom
dipengaruhi oleh efek sedatif akan
Diperoleh ekstrak kental
memanjat gelas terebut dalam waktu
berwarna coklat kehitaman dengan berat
yang lebih lama.
ekstrak sebanyak 62.27 gram dan persen
rendemen ekstrak sebesar 31.14%.
Pengumpulan Data
Data kuantitatif yang Pemeriksaan Makroskopik
dikumpulkan adalah waktu yang
Hasil pemeriksaan organoleptik
diperlukan hewan uji untuk
pada simplisia daun kratom adalah rasa
membalikkan badan dan jatuh pada
sepat, warna hijau kecokelatan, bau
metode traction test dan waktu yang
yang tidak khas seperti bau teh, dan
diperlukan hewan uji meloncat keluar
berupa serbuk kasar.
dari gelas silinder pada metode fireplace
test, sedangkan data kualitatif yang
Penetapan Susut Pengeringan
dikumpulkan adalah ada tidaknya
refleks balik badan dan refleks kornea. Persentase susut pengeringan
yang diperoleh adalah sebesar 11.73%
Analisis Data yang menunjukkan bahwa ekstrak yang
Data yang diperoleh dianalisis digunakan pada penelitian tergolong
secara statistik yang dibantu dengan ekstrak kental karena persentase kadar
program SPSS, yang mana data air dan pelarutnya berjumlah hingga
ditampilkan dalam bentuk tabel dan 30%. Persentase kurang dari 5%
grafik. Uji Statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak termasuk
meliputi uji normalitas (Shapiro Wilk), ke dalam golongan ekstrak kering12.
uji homogenitas, dan uji One Way
Anova yang dilanjutkan dengan Post Skrining Fitokimia
Hoc Test. Senyawa utama dalam tanaman
dengan genus Mitragyna adalah
Hasil dan Pembahasan alkaloid, triterpenoid dan flavonoid13.
Determinasi Tanaman Selain alkaloid, pada daun kratom juga
terdapat senyawa flavonoid, saponin,
Berdasarkan hasil determinasi triterpenoid dan derivat glikosida9. Hasil
sampel yang dilakukan di Laboratorium skrining fitokimia ekstrak etanol daun
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu kratom dapat dilihat pada tabel 1.
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Tanjungpura Pontianak, menyatakan
bahwa tanaman yang digunakan pada
penelitian ini adalah benar tanaman
kratom (Mitragyna speciosa Korth.).

Tabel 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia


Perlakuan Pereaksi Hasil Pengamatan Ket.
Alkloid Dragendroff Endapan jingga tua +
Alkaloid Mayer Tidak terbentuk endaapan putih -
Flavonoid (Serbuk Mg + HCl) Jingga +
Polifenol FeCl3 Hijau kehitaman +
Triterpenoid/ Lieberman-Burchard Merah kecoklatan (triterpenoid) +
Steroid
Saponin Air Terbentuk busa konstan +
Tanin Gelatin 1% Endapan putih +
Uji Efek Sedatif fireplace test. Berdasarkan tabel tersebut
terlihat bahwa efek sedatif paling besar
Pengujian efek sedatif ini
diberikan oleh kelompok perlakuan
dilakukan dengan menggunakan metode
dosis III yang diikuti oleh kelompok
Traction test dan Fireplace test, serta
dosis II dan dosis I.
pengujian refeks kornea dan refleks
Hasil analisis data untuk
balik badan yang diambil sebagai data
parameter waktu balik badan
kualitatif. Parameter pengujian efek
menunjukkan bahwa kelompok
sedatif dengan metode traction test
perlakuan kontrol negatif memiliki
adalah lamanya waktu yang diperlukan
perbedaan yang bermakna (p<0.05)
hewan uji untuk membalikkan badan
dengan kelompok perlakuan kontrol
maupun waktu yang diperlukan hewan
positif, dosis II dan dosis III (grafik 1).
uji untuk jatuh, sedangkan parameter
Hal ini berarti kelompok perlakuan
pengujian dengan metode fireplace test
kontrol positif, dosis II dan dosis III
adalah lamanya waktu yang diperlukan
memiliki potensi efek sedatif, sedangkan
hewan uji untuk meloncat keluar tabung.
dosis I tidak memiliki potensi efek
Semakin lama waktu yang diperlukan
sedatif karena memiliki perbedaan yang
hewan uji untuk membalikkan badan
tidak bermakna (p>0.05) dengan kontrol
dan meloncat keluar tabung, serta
negatif. Kelompok perlakuan kontrol
semakin cepat waktu yang diperlukan
positif memiliki perbedaan yang tidak
hewan uji untuk jatuh, berarti pengaruh
bermakna (p>005) dengan kelompok
efek sedatif yang ditimbulkan juga
dosis II, tetapi memiliki perbedaan yang
semakin besar.
bermakna (p<0.05) dengan kelompok
Hasil uji Anova untuk semua
dosis III, sedangkan kelompok dosis III
parameter, baik waktu balik badan,
memiliki perbedaan yang bermakna
waktu jatuh maupun waktu loncat,
(p<0.05) dengan dosis II. Dari hasil
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tersebut dapat diketahui bahwa dengan
lama waktu balik badan, waktu jatuh
meningkatnya dosis ekstrak etanol daun
dan waktu loncat antara kelompok
kratom menunjukkan peningkatan efek
perlakuan kontrol positif, kontrol
sedatif pada hewan uji, sehingga efek
negatif, dosis I, dosis II, dan dosis III
efektif ektrak etanol daun kratom yang
karena memiliki nilai signifikansi
dipilih untuk parameter waktu balik
kurang dari 0.05 (p<0.05).
badan dalam penelitian ini adalah dosis
Tabel 2 menunjukkan waktu
III.
rata-rata dari tiap parameter pengujian
dengan metode traction test maupun
Tabel 2. Hasil Rata-rata Waktu Mencit
Kelompok Traction Test Fireplace Test
Perlakuan
Waktu Balik Badan Waktu Jatuh (detik) Waktu Loncat (detik)
(detik)
Kontrol (+) 1.07 2.20 44.10
Kontrol (-) 0.7 - 1.07
Dosis I 0.83 - 11.21
Dosis II 1.10 2.11 46.74
Dosis III 1.37 1.50 64.77
Waktu Balik Badan
1,6 c
Kontrol Positif
1,4
(Diazepam)
a
1,2 a
Kontrol negatif (CMC
1 b 1%)
b
0,8 Dosis I (Ekstrak etanol
12.14 mg/20gBB)
0,6
Dosis II (Ekstrak etanol
0,4
24.29 mg/20gBB)
0,2
Dosis III (Ekstrak etanol
0 48.57 mg/20gBB)
Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis I Dosis II Dosis III

Kelompok Perlakuan

Grafik 1. Lamanya waktu balik badan. Mencit dipuasakan selama 18 jam, diberikan perlakuan ekstrak etanol
daun kratom dan diuji menggunakan metode traction test. Hasil data waktu balik badan diuji
secara statistik menggunakan One Way Anova yang dilanjutkan dengan post hoc test. Ket: huruf
yang berbeda menunjukkan perbedaan secara signifikan.

Kelompok perlakuan kontrol Hasil analisis data untuk


positif, dosis II dan dosis III untuk parameter waktu loncat menunjukkan
parameter waktu jatuh memiliki potensi bahwa kelompok perlakuan kontrol
efek sedatif jika dibandingkan dengan positif, dosis I, dosis II dan dosis III
kelompok kontrol negatif dan dosis I memiiki perbedaan yang bermakna
karena kelompok kontrol negatif dan (p<0.05) dengan kontrol negatif yang
dosis I tidak memiliiki nilai waktu jatuh. berarti bahwa kelompok kontrol positif,
Kelompok perlakuan kontrol positif dosis I, dosis II dan dosis III memiliki
memiliki perbedaan yang tidak potensi efek sedatif (grafik 3).
bermakna (p>0.05) dengan kelompok Kelompok perlakuan kontrol positif,
dosis II, tetapi memiliki perbedaan yang dosis I, dosis II, dan dosis III memiliki
bermakna (p<0.05) dengan dosis III, perbedaan yang bermakna (p<0.05)
sedangkan kelompok perlakuan dosis III antar masing-masing kelompok
memiliki perbedaan yang bermakna perlakuan. Dengan meningkatnya dosis
dengan kelompok dosis II (grafik 2). ekstrak etanol daun kratom
Dari hasil tersebut dapat diketahui menunjukkan bahwa efek sedatif yang
bahwa dengan meningkatnya dosis ada pada hewan uji juga semakin
ekstrak etanol daun kratom meningkat, sehingga efek efektif ektrak
menunjukkan peningkatan efek sedatif etanol daun kratom yang dipilih untuk
pada hewan uji, sehingga efek efektif parameter waktu loncat dalam penelitian
ektrak etanol daun kratom yang dipilih ini adalah dosis III.
untuk parameter waktu jatuh dalam
penelitian ini adalah dosis III.
Waktu Jatuh
2,5 a
a

2 Kontrol Positif (Diazepam)


b
1,5
Dosis II (Ekstrak etanol
24.29 mg/20gBB)
1

Dosis III (Ekstrak etanol


0,5 48.57 mg/20gBB)

0
Kontrol (+) Dosis II Dosis III
Kelompok Perlakuan
Grafik 2. Lamanya waktu jatuh. Mencit dipuasakan selama 18 jam, diberikan perlakuan ekstrak etanol daun
kratom dan diuji menggunakan metode traction test. Hasil data waktu jatuh mencit diuji secara
statistik menggunakan One Way Anova yang dilanjutkan dengan post hoc test. Ket: huruf yang
berbeda menunjukkan perbedaan secara signifikan.

Waktu Loncat
70 e
Kontrol positif (Diazepam)
60

50 d Kontrol negatif (CMC 1%)


a
40 Dosis I (Ekstrak etanol 12.14
mg/20gBB)
30
Dosis II ((Ekstrak etanol 24.29
20 mg/20gBB)
c
10 Dosis III (Ekstrak etanol 48.57
b mg/20gBB)
0
Kontrol (+) Kontrol (-) Dosis I Dosis II Dosis III

Kelompok Perlakuan

Grafik 3. Lamanya waktu loncat. Mencit dipuasakan selama 18 jam, diberikan perlakuan ekstrak etanol daun
kratom dan diuji menggunakan metode fireplace test. Hasil data waktu loncat mencit diuji secara
statistik menggunakan One Way Anova yang dilanjutkan dengan post hoc test. Ket: huruf yang
berbeda menunjukkan perbedaan secara signifikan.
Data kualitatif berupa refleks GABA (gamma-aminobutyric acid).
korena dan balik badan yang diperoleh GABA yang dilepaskan dari terminal
dari hasil penelitian juga menunjukkan saraf terikat pada reseptor GABA,
adanya penurunan aktivitas. Kelompok pengikatan ini akan menyebabkan
perlakuan kontrol negatif tidak pembukaan saluran klorida. Membran
memberikan perubahan pada parameter sel saraf secara normal tidak permeabel
tersebut hingga menit ke-120, namun terhadap ion klorida, tapi bila saluran
pada masing-masing kelompok klorida terbuka, memungkinkan
perlakuan kontrol positif, dosis I, dosis masuknya ion klorida, meningkatkan
II, dan dosis III menunjukkan adanya potensial elektrik sepanjang membran
perubahan. sel, menyebabkan sel sukar tereksitasi
Kelompok kontrol positif serta menimbulkan efek sedatif
menunjukkan bahwa terjadi perubahan hipnotik14. Namun tidak menutup
refleks kornea dan balik badan setelah kemungkinan bahwa senyawa lain selain
menit ke-10. Hal ini menandakan pada alkaloid juga dapat menyebabkan efek
kelompok ini, obat mulai berefek sedatif sedatif, seperti krisin (Flavonoid) dalam
pada menit ke-10. herba Passiflora incarnata L. pada
Hasil pengamatan pada perrcobaan secara in vitro dapat
kelompok perlakuan dosis I, terjadi berikatan dengan reseptor
perubahan refleks kornea setelah menit benzodiazepine, mengurangi aktivitas
ke-15, tetapi tidak terjadi perubahan lokomotorik dan meningkatkan efek
refleks balik badan hingga menit ke-120. hipnosis pada hewan yang diinduksi
Hal ini menandakan bahwa hewan uji dengan pentobarbitalum15. Saponin
berada pada fase perpindahan dari efek berikatan dengan reseptor GABA
stimulan ke efek sedatif, sehingga sehingga meningkatkan aktifitas
penurunan aktivitas tonus otot hanya reseptor GABA yang menyebabkan
terjadi pada daerah mata saja. hiperpolarisasi dan menurunkan
Hasil pengamatan untuk eksitasi16. Senyawa terpenoid dalam
kelompok perlakuan dosis II dan dosis minyak atsiri pada akar Valeriana
III menunjukkkan bahwa perubahan officinale L. dalam percobaan in vivo
refleks kornea terjadi antara menit ke-10 memberikan efek lemah terhadap sistem
sampai menit ke-15, sedangkan saraf, merelaksasi otot dan mengurangi
perubahan refleks balik badan terjadi aktivitas motorik yang menyebabkan
pada menit ke-60. Ini berarti ekstrak timbulnya efek sedatif dan minyak atsiri
sudah mulai berefek pada rentang waktu dari batang Litsea cubeba yang
10-15 menit. diberikan secara inhalasi terbukti
Komponen utama dari daun menekan aktivitas lokomotor pada
kratom adalah alkaloid indol, yaitu mencit15,17.
mitraginin (66.2%) dan 7-
hidroksimitraginin (2.0%)5,7. Kesimpulan
Mitraginin menunjukkan secara
Berdasarkan hasil penelitian
signifikan penurunan aktifitas lokomotor
yang telah dilakukan maka dapat
pada tikus, sedangkan 7-
disimpulkan bahwa Ekstrak etanol daun
hidroksimitragininbekerja pada ujung
kratom memiliki efek sedatif pada
saraf dan menghambat pelepasan
mencit jantan galur BALB/c. Dosis
neurotransmitter8,5. Hal tersebut sangat
efektif ekstrak etanol daun kratom
memungkinkan bahwa senyawa alkaloid
adalah dosis 48.57 mg/ 20gBB. Efek
yang terkandung di dalam daun kratom
sedatif yang dihasilkan ekstrak etanol
memiliki aktivitas sedatif. Alkaloid
daun kratom memiliki potensi yang
memiliki pengaruh agonis pada reseptor
lebih besar jika dibandingkan dengan Analgesic Indole Alkaloids from the
diazepam sebagai kontrol positif. Rubiaceous Plant, Mitragyna
spesiosa. Journal. Pharmaceutical
Daftar Pustaka Society Of Japan. Japan.
8. Moklas, M.A.M., Nurul, R.A.R.,
1. Putro, M. C., dan Dr. Tamsil, M.
taufik, H,M., Sharida, F., Farah,
2013. Penerapan Strategi
I.N., Zulkhaiti, A., Shamima, A.R.
Pengelolaan Diri Untuk Mengurangi
2008. A Preliminary Toxicity Study
Insomnia Pada Siswa Kelas VIII A
of Mitragynine, An Alkaloid from
DI SMP PGRI 7 Sedati Sidoarjo.
Mitragyna spesiosa Korth. And its
Jurnal Mahasiswa Bimbingan
Effects on Locomotor Actuvity in
Konseling. Fakultas Ilmu
Rats. Artikel. Advances in Medical
Pendidikan Universitas Negeri
and Dental Sciences, 2(3). Malaysia.
Surabaya. Surabaya.
9. León, F., Habib E., Adkins JE., Furr
2. Sportindo, 2008. Free Fitness and
EB., McCurdy CR., Cutler SJ. 2009.
Nutrition Magazine; Kupas Tuntas
Phytochemical Characterization of
Insomnia Gangguan Tidur yang
The Leaves of Mitragyna speciosa
Berakibat Fatal. Edisi 10. Free
grown in U.S.A. Nat Prod Commun
Magazine Sportindo.com.
4(7).
3. Syaiful, A. 2009. Pengaruh Ekstrak
10. Kapp, F.G., Hans H., Volker A.,
Herba Putri Malu (Mimosa pudica
Martin W., Maren H.C. 2011.
Linn.) Terhadap Efek Sedasi pada
Intrahepattic Cholestatis Following
Mencit Balb/C. Karya Tulis Ilmiah.
Abuse of Powdered Kratom
Diajukan untuk memenuhi tugas dan
(Mitragyna spesiosa). Journal. J.
melengkapi syarat dalam menempuh
Med. Toxicol. Germany.
Program Pendidikan Sarjana.
11. Laurence, D.R dan Alfred L.B.
Fakultas Kedokteran Universitas
1964. Evaluation of Drug Activities:
Diponegoro Semarang.
Pharmacometrics. Edisi 2.
4. Purnomo, L., Lusiana D., Slamet S.
Academic Press. New York.
2004. Efektivita Infusa Kayu Ules
12. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
(Helicteres isora L) Sebagai Obat
Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
Hipnotik Sedatif. Jurnal. JKM, Vol
University Press. Yogyakarta.
3(2).
13. Gong, F., Hai-peng Gu, Qi-tai Xu,
5. Matsumoto, K., Syunji, H., Hayato,
Wen-yi Kang. 2012. Genus
I., Hiromitsu, T., Norio, A.,
Mitragyna: Ethnomedical Uses and
Dhavadee, P., Kazuo, W. 2004.
Pharmacological Studies. Journal
Antinociceptive effect of 7
Phytopharmacology. Inforesights
hydroxymitragynine in mice:
Publishing, 3(2). China.
Discovery of an orally active opioid
analgesic from the Thai medicinal 14. Ikawati, Z. 2006. Pengantar
herb Mitragyna speciosa. Jurnal. Farmakologi Molekuler. UGM
Life Sciences. Press. Yogyakarta.
6. Drug Enforcement Administration, 15. Mun’im, A. & Hanani, E. 2011.
2013, KRATOM (Mitragyna Fitoterapi Dasar. Penerbit Dian
speciosa korth.) (Street Names: Rakyat. Jakarta.
Thang, Kakuam, Thom, Ketum, 16. Sinta, M.S.W & Handoko, T.
Biak), Office of Diversion Control, 2001. Hipnotik Sedatif dan
Drug & Chemical Evaluation Alkohol Dalam : Sulistia G.
Section. Ganiswara, editors : Farmakologi
7. Takayama, Hiromitsu. 2004.
Chemistry and Pharmacology of
dan Terapi. 4th.ed. Bagian
Farmakologi FK UI. Jakarta.
17. Muchtaridi, Anton, p., Anas. S.,
Slamet. B. 2005. Analisis
senyawa minyak atsiri kulitt
batang ki lemo (Litsea cubeba
lour. Pers) yang menekan
aktivitas lokomotor mencit.
Journal. Majalah Farmasi
Indonesia 16(1).

Anda mungkin juga menyukai