2, September 2016
Penelitian
ISOLASI SENYAWA STEROID DARI TANAMAN GYNURA
PSEUDOCHINA (LOUR) DC DAN UJI AKTIVITAS
ANALGETIKA TERHADAP MENCIT JANTAN
(MUS MUSCULUS)
E-mail: robi.gultom@gmail.com
ABSTRAK
The secondary metabolites have been isolated from nonpolar fraction of methanol extract of Gynura
pseudochina (Lour) DC plants. The extraction was done by maseration. Separation and purification were
done by column chromatography. The isolated compound was a white solids with melting point 123 oC-
125oC. The structure of this compound was determined based on spectral evidence including IR, 13C-
NMR, 1H-NMR, HSQC, HMBC and COSY. The spectral data analysis were suggested that the isolated
compound is a mixture of two steroids which is stigmast-5-en-3-ol or β-sitosterol as a major compound.
The analgesic activity of the isolated compound was tested in male mice by writhing test method with 1%
acetic acid as the pain-inducer. The isolated compound showed that pain-inhibition activity were 56,2 %
for 2 mg/20 g BB dose and 67 % for 4 mg/20 g BB dose. The analgesic activity of the isolated compound
is lower than the aspirin.
Key words: Gynura pseudochina (Lour) DC; Steroid; Stigmast-5-en-3-ol; analgesic activity.
ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi senyawa metabolit sekunder dari fraksi nonpolar ekstrak metanol tanaman
Gynura pseudochina (Lour) DC. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Pemisahan dan
pemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi kolom. Senyawa isolasi berupa padatan
bewarna putih dengan titik leleh 123oC-125oC. Struktur dari senyawa hasil isolasi ditentukan
berdasarkan data spektroskopi meliputi IR, 13C-NMR,1H-NMR, HSQC, HMBC dan COSY. Berdasarkan
analisa data spektrum, senyawa hasil isolasi merupakan campuran dua senyawa steroid, dimana
senyawa stigmast-5-en-3-ol atau dikenal dengan nama lain β-sitosterol merupakan senyawa mayor.
Senyawa hasil isolasi selanjutnya diuji aktivitas analgetikanya pada mencit jantan dengan metode geliat
dengan asam asetat 1% sebagai pemberi rasa nyeri. Hasilnya, senyawa memiliki aktivitas menekan rasa
nyeri untuk dosis 2 mg/20g BB sebesar 56,2 % dan dosis 4 mg/20 g BB sebesar 67 %. Aktivitas
analgetika dari kedua dosis ini di bawah aktivitas aspirin.
Kata kunci: Gynura Pseudochina (Lour) DC; Steroid; Stigmast-5-en-3-ol; Aktivitas Analgetika.
tidak nyaman. Adanya respon tubuh terhadap spidol, spatula, sarung tangan plastik, syringe
nyeri dapat diartikan sebagai tanda adanya jarum suntik injeksi, timer, wadah mencit
gangguan jaringan pada tubuh (Tjay dan (kandang), hot plate, kamera digital, dan oral
Rahardja, 2002). Untuk meringankan bahkan sonde tikus, lumpang.
menghilangkan rasa nyeri yang memberikan
efek ketidaknyamanan pada penderita Bahan
digunakan obat-obat analgetika. Bahan yang dibutuhkan sampel daun
Tanaman Gynura pseudochina (Lour) tanaman Gynura pseudochina (Lour) DC
DC dapat berkhasiat sebagai tanaman obat yang sudah kering, mencit jantan, pelarut
dan dapat digunakan sebagai analgetika metanol, n-heksana, etil asetat, kloroform,
(Badan POM, 2001). Kandungan metabolit aseton, aquadest, silika gel 60 GF254, silika
sekunder yang terdapat di dalam tanaman G. gel 60G. Plat KLT Kiessel gel 60 F254, 0,25
Pseudochina (Lour) DC antara lain mm, 20 x 20 cm, asam asetat glasial p.a,
flavonoid, terpenoid, steroid, alkaloid, tanin, aspirin, karboksimetil selulosa (CMC), aqua
saponin, polifenol, minyak atsiri serta asam pro-injeksi Otsuka, kapas, alkohol 70%, dan
fenolat (Harrizul, 2011; Herwindriandita penampak noda (serium sulfat).
dkk, 2006; Nirwan dan Aziz, 2006; dan
Zaini, 2006). Uji analgetika terhadap ekstrak Pengambilan dan Penyiapan Tanaman
Gynura procumbens (Lour) Merr dan Gynura Sampel tanaman Gynura pseudochina
segetum (Lour) Merr memberikan hasil (Lour) DC diperoleh dan dikumpulkan dari
bahwa pemberian ekstrak tanaman tersebut Bandung. Bagian sampel yang digunakan
dapat efektif menghambat respon rasa nyeri dalam penelitian adalah daunnya, yang sudah
(Suhendi dkk, (2003) dan Putri dkk, (2009)). dikeringkan terlebih dahulu. Determinasi
Berdasarkan literatur bahwa uji aktivitas tanaman ditentukan oleh Herbarium
analgetika dari tanaman Gynura tersebut Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian
masih sebatas pada penggunaan ekstrak Biologi-LIPI Cibinong.
tanamannya saja. Namun senyawa-senyawa
yang berperan aktif sebagai analgetika yang Prosedur Kerja
terkandung di dalam ekstrak tanaman tersebut
belum diketahui secara pasti. Berdasarkan Ekstraksi Senyawa Metabolit
tinjauan adanya kandungan metabolit
sekunder pada tanaman G. pseudochina Sekunder
(Lour) DC dan pemanfaatannya sebagai Sebanyak 1 kilogam serbuk kering daun,
analgetika, maka dari itu perlu dilakukan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan
isolasi senyawa dari ekstrak tanaman G. pelarut metanol sebanyak 3 liter selama 3
pseudochina (Lour) DC dan melakukan uji hari. Masing-masing ekstrak metanol yang
aktivitas analgetika dari senyawa hasil diperoleh dipisahkan dari sampel dengan cara
isolasinya tersebut. disaring dan dipekatkan dengan
menggunakan rotary evaporator namun tidak
METODE sampai pekat dan disimpan di dalam wadah
tertutup. Kemudian masing-masing ekstrak
Alat metanol tersebut selanjutnya digabungkan
Alat yang digunakan seperangkat alat sehingga diperoleh ekstrak metanol total hasil
destilasi, rotary eveporator R-114 Buchi maserasi, yang selanjutnya dipekatkan
dengan sistem vakum Buchi B-169, chamber, kembali dengan menggunakan rotary
timbangan, KCV (Kromatogafi Cair Vakum), evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat
lampu UV CAMAG 254 nm, kromatogafi metanol total kemudian disimpan di dalam
kolom gavitasi, alat pengukur titik leleh vial tertutup.
Fisher John, peralatan gelas. Spekrofotometer
NMR Agilent DD2 (500 MHz untuk 1H-
NMR dan 125 MHz untuk 13C-NMR), NMR
2D, FTIR Perkin ELMER Spectrum One,
133
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
134
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
hanya diberikan larutan suspensi CMC 0,5% Pelaksanaan Uji Aktivitas Analgetika
dengan volume pemberian setiap mencit yaitu Masing-masing kelompok ditimbang
0,5 ml. tiga ekor mencit, dicatat bobotnya dan diberi
tanda. Terhadap kelompok uji diberikan dosis
Pembuatan Larutan Asam Asetat 1% dan senyawa isolasi, kemudian untuk kelompok
Suspensi CMC 0,5% kontrol positif diberikan dosis aspirin, dan
Diambil 1 ml asam asetat glasial kelompok kontrol negatif diberikan dosis
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu CMC 0,5%, semua kelompok pemberian
diencerkan dengan aqua pro-injeksi. dosisnya secara peroral (p.o). Setelah 15-20
Pembuatan suspensi CMC 0,5% di dalam 100 menit pemberian, setiap mencit dalam
ml dilakukan dengan menimbang 500 mg masing-masing kelompok disuntik dengan
CMC, ditaburkan di atas aquadest (30 ml) larutan asam asetat 1% secara intraperitoneal
yang sudah dipanaskan dan dibiarkan sampai (i.p).
mengental sekitar 5-10 menit, kemudian Respon geliat pada mencit diamati setiap
diaduk sampai homogen, ditambahkan 5 menit pertama, 5 menit kedua dan 5 menit
dengan aquadest sedikit dan diaduk kembali ketiga, selanjutnya dicatat frekuensi geliat
dengan cepat sampai terbentuk gel suspensi, untuk semua kelompok perlakuan. Aktivitas
kemudian diencerkan dengan aquadest ke hambatan nyeri ditentukan dengan cara
dalam labu ukur 100 ml (Asteya, 2010). mengamati penurunan frekuensi geliatnya
dan data frekuensi geliat pada tiap kelompok
Pembuatan Sediaan Senyawa Uji dan tersebut dirata-ratakan.
Aspirin
Untuk sediaan pembanding (aspirin), Analisis Data
sebanyak 0,25 g CMC ditaburkan di atas
aquadest (20 ml) yang sudah dipanaskan dan Penentuan Frekuensi Respon Nyeri
dibiarkan sampai mengental sekitar 5-10 (Geliatan)
menit. Kemudian diaduk sampai homogen, Respon nyeri (geliatan) mencit masing-
ditambah sedikit aquadest dan diaduk masing kelompok 5 menit pertama sampai 5
kembali dengan cepat sampai terbentuk gel menit ketiga dijumlahkan kemudian dirata-
suspensi kemudian ditambahkan gel suspensi ratakan. Dari data hasil penelitian selanjutnya
tersebut sedikit demi sedikit ke dalam 0,5 g dianalisis dengan menggunakan metoda
aspirin yang telah dihaluskan, kemudian ANOVA serta untuk melihat pengaruh beda
ditambahkan sedikit aquadest, diaduk dengan nyata terkecil respon geliatan dari setiap
cepat sehingga terbentuk suspensi dan kelompok perlakuan menggunakan uji BNT.
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu
diencerkan dengan aquadest. Penentuan Hambatan Nyeri
Untuk pembuatan sediaan uji, sebanyak Dari data frekuensi geliat pada mencit
0,05 g CMC ditaburkan di atas aquadest (5 dalam masing-masing kelompok kecuali
ml) yang sudah dipanaskan dan dibiarkan kelompok kontrol negatif, dihitung persentase
sampai mengental sekitar 5-10 menit, (%) hambatan nyeri untuk mengetahui daya
kemudian diaduk sampai homogen, ditambah analgetikanya
sedikit aquadest dan diaduk kembali dengan
cepat sampai terbentuk gel suspensi HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian ditambahkan gel suspensi tersebut
sedikit demi sedikit ke dalam 0,1 g sampel Ekstraksi Senyawa Steroid dari Tanaman
senyawa isolasi, kemudian ditambahkan Gynura pseudochina (Lour) DC
sedikit aquadest, diaduk dengan cepat Sebanyak 1 kg serbuk kering daun dari
sehingga terbentuk suspensi dan dimasukkan tanaman G. Pseudochina (L) DC dilakukan
ke dalam labu ukur 10 ml kemudian ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan
diencerkan dengan aquadest. pelarut metanol. Hasil maserasi diperoleh
ekstrak pekat metanol sebanyak 35,71 g. Uji
terpenoid/steroid dengan menggunakan
135
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
136
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
vinilik (proton yang terikat pada karbon sp2 d, J = 6,7 Hz) dan 0,80 ppm (3H, d, J= 8,0
(Gambar 6). Keberadaan proton yang terikat Hz) dan satu gugus metil dengan multiplisitas
dengan karbon sp2 tersebut didukung oleh triplet H 0,84 ppm (3H, t, J = 8,8 Hz)
spektrum 13C-NMR dengan munculnya sinyal (Gambar 8).
pada C 121,8 ppm yang khas untuk karbon
sp2, selain itu pada spektrum 1H-NMR
terdapat sinyal pada H 3,52 ppm (1H, m)
yang khas untuk proton yang terikat pada
karbon yang mengikat O (oksimetin)
(Gambar 7). Spektrum 13C-NMR juga
mendukung keberadaan karbon oksimetin
yang muncul pada C 71,9 ppm (Gambar 7).
Adanya oksimetin ini mendukung data
spektrum IR menunjukkan adanya serapan
gugus OH dari senyawa hasil isolasi.
13
Gambar 7. Spektrum C-NMR karbon 10 32,0
oksimetin C 71,9 ppm A
36,6
B
8
32,0 7
42,4
1
Spektrum H-NMR memperlihatkan HO 4 5,34
6
138
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
0,84
1,84 1,25 29
1,07 28
1,83 1 1,32
1,49 0,91 21 1,01
2 B
A 20 22 23
3,52 3 7 1,35 1,16
6 1,97
4 1,51
HO
2,25 5,34
Gambar 10. Spektrum COSY proton metin Gambar 11 Spektrum COSY proton metil
vinilik pada H 5,34 ppm; proton oksimetin (CH3) pada H 0,84ppm; proton metil (CH3)
pada H 3,52 ppm dan proton metilen (CH2) pada H 0,91 ppm dan proton metilen (CH2)
pada H 1,83 dan 1,49 ppm pada H 1,16 ppm
proton pada H 1,32 ppm (H-22) dengan Gambar 13. Korelasi spektrum COSY dan
karbon metil pada C 18,9 ppm (C-21) dan beberapa HMBC penting senyawa hasil
dengan karbon metin (CH) pada C 56,2 ppm isolasi
0,84
(C-17). Selanjutnya juga terdapat korelasi 1,25
12,1
0,91 1,01
23) dengan karbon metin pada C 46,0 ppm 18,9
0,83
1,35 34,1 20,0
36,3 46,0
(C-24) dan dengan karbon metilen pada C 2,00 0,67
1,50 1,16 12,0
26,2 0,92 29,3
1,66
1,43 39,9 1,16
23,2 ppm (C-28). (Gambar 12). 21,4
1,12
56,2 19,2
Korelasi COSY dan beberapa korelasi 1,84 1,00
19,5
42,5 0,80
1,07 28,4
0,92 1,84
1,83 37,4 50,3
HMBC penting dari senyawa hasil isolasi 1,49 56,9 1,26
31,8 24,4
ditunjukkan pada Gambar 13 sedangkan data 36,6 32,0 0,99
1,56
1,43 1,05
NMR dari senyawa hasil isolasi selengkapnya 3,52 71,9
140,9
32,0
HO 1,97
dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan 42,4
2,25
121,8
5,34
1,51
data-data spektroskopi di atas maka Gambar 14. Posisi proton dan karbon
disimpulkan bahwa senyawa mayor hasil berdasarkan spektrum HSQC
isolasi adalah stigmast-5-en-3-ol atau yang
lebih dikenal dengan nama β-sitosterol Hasil Uji Aktivitas Analgetika
dengan rumus molekul C29H50O.
Pengaruh Pemberian Suspensi CMC
0,5%, Aspirin, dan Dosis Sampel Uji
Terhadap Jumlah Geliatan Mencit pada 5
Menit Pertama, Kedua dan ketiga
disimpulkan bahwa pengaruh analgetika dari pemberian asam asetat 1% mulai bekerja,
kelompok I tidak ada. hal ini berbeda dengan kelompok aspirin
Kelompok II dan III sangat berbeda pada 5 menit pertama mencit tidak
nyata terhadap kelompok kontrol negatif akan mengalami geliatan yang menunjukkan
tetapi kelompok aspirin sangat berbeda nyata pengaruh analgetika sudah bekerja pada 5
terhadap semua kelompok perlakuan. Maka menit pertama. Jumlah geliatan dari
dari itu disimpulkan bahwa untuk kelompok kelompok I, II dan III berbeda-beda pada 5
aspirin pada 5 menit kedua tetap memberikan menit pertama, keadaan ini menunjukkan
pengaruh analgetika yang lebih baik dari adanya perbedaan pengaruh analgetika dari
pada semua kelompok perlakuan hal ini dapat setiap dosis yang diberikan.
dilihat sedikitnya jumlah geliatan yang Kelompok I menunjukkan jumlah
dihasilkan. geliatan yang besar pada 5 menit pertama,
Pada 5 menit ketiga berdasarkan uji keadaan ini menyatakan bahwa kelompok I
BNT menunjukkan kembali kelompok aspirin tidak berpotensi memberikan pengaruh
sangat berbeda nyata dengan semua analgetika. Kelompok II dan III pada pada
kelompok perlakuan. Maka dari itu dapat Gambar 15 mulai menunjukkan pengaruh
disimpulkan bahwa pemberian aspirin pada analgetika pada 5 menit kedua dengan
penelitian ini tetap memberikan pengaruh ditandainya penurunan jumlah geliatan
analgetika terbaik dari setiap waktu perlakuan sampai pada 5 menit ketiga, keadaan ini
yang ada jika dibandingkan dengan kelompok menyatakan bahwa kelompok II dan III
II dan III yang memiliki pengaruh analgetika berpotensi sebagai analgetika namun efek
lebih rendah dari aspirin. analgetika kelompok II dan III berada di
Jumlah geliat rata-rata mencit selama 5 bawah aspirin. Berdasarkan Gambar 15
menit pertama, kedua dan ketiga dibuat menyatakan bahwa kelompok aspirin sebagai
kedalam grafik untuk membandingkan kontrol positif memberikan pengaruh
jumlah geliat masing-masing kelompok analgetika terbaik dari kelompok I, II dan III.
perlakuan. Pemberian dosis sampel uji secara Selain dilihat dari hasil jumlah geliatan yang
bertingkat terhadap waktu pengamatan kecil, efek obat aspirin sudah mulai bekerja
mampu menurunkan jumlah geliatan. Hal ini pada 5 menit pertama.
berarti semakin besar jumlah dosis yang Suatu obat dapat dikatakan mempunyai
diberikan maka semakin kecil jumlah aktivitas sebagai analgetika apabila mampu
geliatannya (Gambar 15). menurunkan jumlah geliatan mencit ≥ 50%
(Sirait dkk, 1993). Gambar 16
55 memperlihatkan bahwa kelompok I memiliki
50 persentase hambatan nyeri kurang dari 50%
Rerata Geliatan Mencit
45
40 Kontrol (-)
sehingga dapat dikatakan belum mempunyai
35 Kontrol (+) aktivitas analgetika. Pada kelompok II dan III
30
25
(I) 1 mg memiliki persentase hambatan nyeri lebih
(II) 2 mg dari 50% sehingga dapat dikatakan kelompok
20
(III) 4 mg
15 II dan III mempunyai aktivitas analgetika.
10
5
0
1 2 3
Waktu Perlakuan (5 menit)
141
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 2, September 2016
90
80 67% Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
70 56,2%
60 (2001). Kebijakan Obat Alam/Herbal
50 Medicine Indonesia. Jakarta : Badan
40 25,7%
30 POM
20 Harrizul, R. (2011). Karakteristik Ekstrak
10
0 Daun Dewa (Gynura Pseudochina (L)
Aspirin I II III DC) dengan Kromatografi Cair Kinerja
Kelompok Perlakuan Tinggi. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 5
(3), hal (134-141).
Gambar 16. Grafik % hambatan nyeri rata- Herwindriandita., Siti, K dan As’ari, N.
rata mencit setiap kelompok perlakuan (2006). Telaah Fitokimia Daun Dewa
(Gynura Pseudochina (Lour) DC).
Persentase hambatan nyeri selanjutnya Skripsi Departemen Farmasi, ITB,
dapat dijadikan dasar untuk menghitung Bandung.
persentase efektivitas analgetika dengan cara Nirwan dan Aziz, S.A. (2006). Multiplikasi
membandingkan persentase hambatan nyeri dan Pigmentasi Antosianin Daun Dewa
kelompok uji terhadap kelompok aspirin. (Gynura Pseudochina (L) DC) In Vitro.
Persentase efektivitas analgetika berguna Buletin Agronomi, Vol 34 (2), Hal (112-
untuk mengetahui keefektifan analgetika 118).
kelompok uji dalam berbagai dosis yang Putri, C.A.R., Setjari, W dan Hendrik.
diberikan terhadap aspirin karena aspirin (2009). Daun Dewa dapat
sudah terbukti sebagai obat analgetika yang Menghambat Respon Rasa Nyeri. Oral
paling efektif dalam menggurangi rasa nyeri. Biology Dental Journal, Vol (1), hal
Persentase efektivitas analgetika pada (28-31).
kelompok II sebesar 56,3 % dan kelompok III Sirait, M.D., Hargono., Wattimena., Husin.,
sebesar 67,1% terhadap aspirin. Jadi, dari Sumadilaga dan Santoso. (1993).
persentase hambatan nyeri dan efektivitas Pedoman Pengujian dan Pengembangan
analgetika dapat diketahui bahwa aktivitas Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi,
analgetika kelompok II dan III berada di Pengujian Fitokimia dan Pengujian
bawah aspirin Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan
Obat Bahan Alam. Jakarta: Yayasan
KESIMPULAN Pengembangan Obat Bahan Alam
Phytomedica.
1. Senyawa golongan steroid dengan nama Suhendi, A., Kuswandi dan Nugroho, A.E.
stigmast-5-en-3-ol sebagai β-sitosterol (2003). Efek Analgetik Infusa Daun
telah diisolasi dari ekstrak metanol daun Dewa (Gynura Procumbens (Lour)
Gynura pseudochina (Lour) DC. Merr) Pada Mencit Putih Jantan Galur
2. Pemberian dosis 2 mg/20 g BB dan dosis DDI. International Scientific Journal
4 mg/20 g BB menunjukkan aktivitas Database, Vol (4), hal (77-83).
sebagai analgetika dengan waktu kerja Tjay, T.H., dan Rahardja K. (2002). Obat-
obat pada 5 menit kedua. Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
3. Perbandingan persentase efektivitas Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam.
dosis 2 mg/20 g BB sebesar 56,3 % dan Jakarta: Elex Media Komputindo.
dosis 4 mg/20 g BB sebesar 67,1% Zaini, R. (2006). Isolasi Komponen Bioaktif
terhadap aspirin Flavonoid dari Tanaman Daun Dewa
(Gynura Pseudochina (Lour) DC). Tesis
DAFTAR PUSTAKA Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor: IPB.
Asteya, D.M. (2010). Sintesis Asam 2-
(2’Klorobenzoiloksi) Benzoat dan Uji
142