Anda di halaman 1dari 8

Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

UJI EFEKTIVITAS ANTIPIRETIK DARI EKSTRAK ETANOL


KULIT BATANG KEMBANG SEPATU ( Hibiscus rosa-sinensis L)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Hamidah Sri Supriati1, Apif Pramana Djuari2, Febrianika Ayu Kusumaningtyas3

ABSTRAK

Kembang sepatu merupakan tanaman semak suku malvaceae yang berasal dari Asia
Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Salah satu
khasiatnya adalah sebagai antipiretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
antipiretik ekstrak etanol kulit batang kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) dan
mengetahui konsentrasi efektif ekstrak etanol kulit batang kembang sepatu pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus). Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium
dengan design pre-test post test with control group. Hewan uji yang digunakan sebanyak
15 ekor tikus putih yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor tikus. Setiap kelompok diberikan larutan ekstrak dengan konsentrasi
50%, 25%, 12.5%, larutan parasetamol sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol
negatif. Setiap 30 menit diukur suhu rektal tikus selama 180 menit pada kelompok
perlakuan. Hasil uji statistik anova dua arah, menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang
kembang sepatu memiliki efek antipiretik, dan pada konsentrasi 50% sangat efektif
memberikan efek antipiretik.

Kata kunci : Kulit Batang Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-sinensis L),


Antipiretika, Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

kepala, nafsu makan menurun


PENDAHULUAN (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Untuk
Demam adalah peningkatan suhu mengurangi dampak negatif ini maka
tubuh di atas batas normal. Suhu normal demam perlu diobati dengan antipiretik
tubuh berkisar antara 36,5–37,5°C (Ermawati, 2010).
(Guyton,2007). Demam merupakan suatu Bunga kembang sepatu (Hibiscus
regulasi panas pada suatu tingkat suhu rosa-sinensis L) merupakan salah satu
yang lebih tinggi dan juga merupakan tumbuhan yang memiliki banyak
gejala yang menyertai hampir semua kandungan kimia, diantaranya flavonoid,
infeksi, tetapi juga terdapat pada cyanidin, querecetin, hentriacontane,
penyakit-penyakit lain seperti pada calcium oxalate, thiamine, riboflavin,
beberapa bentuk tumor (Mutschler, niacin, ascorbic, citric, tartaric, dan
1986). oxalic (Shukla, 2001). Selain itu, bunga
Demam atau pireksia merupakan kembang sepatu dipercaya dapat
gejala dari suatu penyakit. Penyakit menyembuhkan demam dengan
infeksi seperti demam berdarah, tifus, penggunaan rebusan segengam daun
malaria, peradangan hati, dan penyakit kembang sepatu tapi masih banyak
infeksi lain merupakan contoh penyakit masyarakat hanya menggunakan sebagai
yang sering mempunyai gejala demam. tanaman hias karena kurangnya informasi
Dampak negatif demam antara lain khasiat dari bunga kembang sepatu
dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan (Nuraini, 2014).
saraf, rasa tidak nyaman seperti sakit

1105
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Flavonoid bekerja menghambat fase kulit batang bunga kembang sepatu pada
penting dalam biosintesis prostaglandin, tikus putih jantan.
yaitu lintasan siklooksigenase. Flavonoid
juga menghambat fosfodiesterase, METODE PENELITIAN
aldoreduktase, monoamine oksidase, Jenis Penelitian
proteinkinase, DNA polymerase dan Penelitian yang digunakan adalah
lipooksigenase (Robinson, 1995). penelitian eksperimental yang dilakukan
Prostaglandin berperan dalam proses di labolatorium. Dalam penelitian ini
inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. subjek tikus dibagi menjadi lima
Apabila prostaglandin tidak dihambat kelompok perlakuan secara acak.
maka terjadi peningkatan suhu tubuh Kulit batang kembang sepatu di ambil
yang akan mengakibatkan demam dari Desa Bongkudai Kecamatan
(Wijayakusuma, 1996). Modayag Barat Kabupaten Bolaang
Antipiretik atau analgetik non Mongondow Timur.
opioid merupakan salah satu obat yang
secara luas paling banyak digunakan.
Obat yang biasa digunakan untuk Perlakuan Tikus
menurunkan demam adalah parasetamol Lima belas tikus dipuasakan selama
dan asetosal. Sekitar 175 juta tablet 8 jam tetapi tetap diberikan minum,
parasetamol dikonsumsi masyarakat kemudian dibagi menjadi 5 kelompok
Indonesia setiap tahunnya ketika gejala masing masing terdiri dari 3 tikus
demam muncul karena cukup aman, perlakuan. Sebelum perlakuan, diperiksa
mudah didapat dan harganya terjangkau suhu rektal semua tikus dan catat suhu
(Ermawati, 2010). Beberapa penelitian awal. Setelah diperiksa suhu awal rektal
tentang parasetamol akhir-akhir ini tikus semua kelompok diinduksi injeksi
menemukan bahwa meskipun cukup IM (Intramuskular) menggunakan vaksin
aman tetapi parasetamol memiliki banyak ATS. Setelah diberikan vaksin pada
efek samping (Antony, 2003). menit ke 30 terjadi kenaikan suhu tubuh
Flavonoid mempunyai struktur maka segera diberikan perlakuan yaitu
yang mirip dengan asetaminofen, yaitu kelompok satu diberikan ekstrak kulit
sama-sama merupakan golongan fenol batang kembang sepatu 12,5 %,
dan memiliki cincin benzen. Flavonoid kelompok dua diberikan ekstrak kulit
memiliki efek antipiretik dan diduga juga batang kembang sepatu 25%, kelompok
dapat menghambat reaksi biosintesis tiga diberikan ektrak kulit batang
prostaglandin melalui mekanisme kembang sepatu 50%, kelompok empat
penghambatan enzim siklooksigenase 2 diberikan kontrol positif larutan
(Syarifah, 2010). Hal inilah yang diduga parasetamol 67.5 mg/200gBB. Kelompok
membuat efek antipiretik flavonoid lebih lima hanya diberikan akuades sebagai
baik daripada obat-obatan antipiretik kontrol negatif. Setelah puncak kenaikan
sintesis yang cara kerjanya dengan suhu, diukur suhu rektal tikus semua
menghambat enzim siklooksigenase 2. kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, bunga
kembang sepatu yang mengandung Seleksi hewan uji
flavonoid diharapkan mempunyai efek Penyiapan sampel yang dikatakan
antipiretik yang berperan sebagai memenuhi kriteria hewan uji yang sehat,
penurun panas. Penelitian ini bertujuan tidak cacat secara fisiologi. Umur tikus
untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak sekitar 11/2 bulan – 2 bulan. berat badan
tikus sekitar 150 – 200 gram.

1106
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Masa aklimatisasi hewan uji pembanding berisi parasetamol yang


Tikus yang digunakan diadaptasikan digerus dan diambil sebanyak 67,5 mg
terlebih dahulu selama 1 minggu dengan lalu dicampurkan dengan larutan CMC
tujuan penyesuaian diri dengan iklim 0,5%, dimasukkan kedalam labu ukur
lingkungan, kondisi atau suasana baru. lalu dicukupkan dengan larutan CMC
Pemberian makan dan minum dilakukan 0,5% sampai 10ml sedangkan kontrol
secara ad libitum, tikus ditempatkan negatif hanya diberikan aquades tanpa
dalam kandang individual dengan kondisi ditambahkan dengan zat obat apapun.
cahaya dan ventilasi yang cukup pada
suhu ruang. Uji Efek Antipiretik
Setiap kelompok terdiri dari tiga
Pembuatan ekstrak kulit batang tikus. Pengujian kelompok perlakuan
kembang sepatu (kelompok 1, 2 dan 3). Timbang berat
Diambil kulit batang kembang sepatu, badan tikus. Hewan uji diukur suhu rektal
dibersihkan dan dicuci dengan air dengan menggunakan menggunakan
mengalir. Dikeringkan dengan cara termometer, dicatat sebagai suhu awal
angin-anginkan selama 7 hari, kemudian (M0). Hewan uji dibuat demam dengan
dihaluskan hingga diperoleh simplisia. cara disuntik larutan steril ATS secara
Ditimbang 700 g simplisia, dimasukkan intramuscular. Setelah terjadi kenaikan
kedalam toples dan maserasi dengan puncak demam setelah penyuntikan
etanol 96% sebanyak 1500 ml ditutup larutan steril ATS, hewan uji diukur suhu
dan dibiarkan selama 5 hari, sambil rektal. Hasil dicatat sebagai suhu setelah
sesekali diaduk. Maserat yang diperoleh induksi (M1). Diberikan ekstrak kulit
dimasukkan kedalam toples kemudian batang kembang sepatu. Pada kelompok
cukupkan dengan pelarut etanol 96% 1 diberikan ekstrak kulit batang kembang
sampai maserat terendam. Tutup wadah, sepatu 12,5 %, kelompok 2 diberikan
biarkan ditempat sejuk, terlindung dari ekstrak kulit batang kembang sepatu 25
sinar matahari semala 2 hari. Hasil dari %, kelompok 3 diberikan ekstrak kulit
rotavapor kemudian diuapkan kembali batang kembang sepatu 50 % dengan
menggunakan waterbath dengan suhu volume pemberian 1,3 ml/200 g tikus.
400C untuk memperoleh ekstrak kental. Pengujian kelompok 4 (kontrol
positif) : timbang berat badan tikus.
Pemberian vaksin ATS Hewan uji diukur suhu rektal dengan
Semua kelompok tikus diinduksi menggunakan menggunakan termometer,
vaksin ATS secara Intramuskular (I.M). dicatat sebagai suhu awal (M0). Hewan
uji dibuat demam dengan cara disuntik
Pembuatan larutan uji larutan steril vaksin ATS secara
Ekstrak kental diambil 10 ml dan intramuscular. Setelah terjadi kenaikan
dicukupkan hingga 20 ml akuades untuk puncak demam seteah penyuntikan
membuat ekstrak konsentrasi 50%, larutan steril vaksin ATS, hewan uji
selanjutnya pembuatan ekstrak dengan diukur suhu rektal. Hasil dicatat sebagai
konsentrasi 25% diambil 5 ml dari suhu setelah induksi (M1). diberikan
ekstrak konsentrasi 50% dan dicukupkan larutan uji dengan larutan parasetamol
hingga 10 ml aquades, dan untuk 67.5 mg/200gBB tikus secara oral.
konsentrasi 12,5% diambil 2,5 ml dari Pengujian kelompok 5 (kontrol
konsentrasi 50% dan dicukupkan dengan negatif) : timbang berat badan tikus.
aquades hingga 10ml. Untuk kontrol Hewan uji diukur suhu rektal dengan
positif yang digunakan sebagai menggunakan menggunakan termometer,

1107
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

dicatat sebagai suhu awal (M0). Hewan dengan pengukuran suhu rektal setelah
uji dibuat demam dengan cara disuntik perlakuan.
larutan steril vaksin ATS secara Dari hasil data diatas terlihat bahwa
intramuscular. Setelah terjadi kenaikan kontrol negative tidak menunjukkan
puncak demam seteah penyuntikan adanya penurunan suhu rektal tikus hal
larutan steril vaksin ATS, hewan uji ini disebabkan karena akuades tidak
diukur suhu rektal. Hasil dicatat sebagai mengandung zat-zat yang memberikan
suhu setelah induksi (M1). diberikan efek antipiretik. Sedangkan pada
aquades (2ml/200g) tikus secara oral. perlakuan ekstrak konsentrasi 50%, 25%
Setelah semua hewan uji mendapat dan 12,5% memberikan efek antipiretik
perlakuan, dilakukan pengukuran suhu dan konsentrasi 50% hampir sama
rektal tiap 30 menit selama 180 menit. dengan kontrol positif (Parasetamol). Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit
a. Analisis Data batang kembang sepatu pada konsentrasi
Data dikumpulkan dengan cara 50% mampu menurunkan suhu rektal
menentukan presentase penurunan suhu tikus. Hal ini dikarenakan, kulit batang
setelah induksi ekstrak kulit batang kembang sepatu mengandung flavonoid.
kembang sepatu pada menit ke 30, 60, Menurut Syarifah (2010) flavonoid
90, 120, 150, 180. Kemudian diolah diduga mempunyai struktur yang mirip
dengan statistik anova dua arah untuk dengan asetaminofen, yaitu sama-sama
mengetahui pengaruh ekstrak kulit batang merupakan golongan fenol dan memiliki
kembang sepatu terhadap efek antipiretik cincin benzen. Flavonoid diduga
pada tikus putih. memiliki efek antipiretik dan juga dapat
menghambat reaksi biosintesis
HASIL DAN PEMBAHASAN prostaglandin melalui mekanisme
Kulit batang kembang sepatu yang penghambatan enzim siklooksigenase 2.
dimaserasi sebanyak 700 gram, diperoleh Hal inilah yang membuat efek antipiretik
ekstrak kental sebanyak 15 gram. Dibuat flavonoid lebih baik daripada obat-obatan
larutan ekstrak dengan konsentrasi 50%, antipiretik sintesis yang cara kerjanya
25% dan 12.5%. Hewan uji yang telah dengan menghambat enzim
diaklimatisasi selama 7 hari, dan siklooksigenase 2.
dipuasakan selama 18 jam dibagi menjadi Dari hasil diatas kelompok
5 kelompok dan disuntikan vaksin ATS. perlakuan dan kelompok waktu
Setelah suhu tubuh hewan uji mencapai mendapatkan nilai signifikan = .000, dan
puncak demam diberikan larutan uji 50%, hasil data versus kelompok perlakuan dan
25%, 12,5%, kontrol positif dan kontrol kelompok waktu mendapatkan nilai
negatif, lalu diukur suhu rektal setiap 30 signifikan = .012, maka disimpulkan
menit sampai menit ke 180. bahwa kelompok perlakuan dan
Dari penelitian yang dilakukan kelompok waktu berpengaruh nyata
diperoleh hasil berupa data pengukuran terhadap penurunan suhu rektal hewan
suhu rektal hewan uji sebelum diinduksi, uji.
setelah diinduksi dan setelah perlakuan. Pengambilan bahan kulit batang
Dari hasil pengamatan kelompok kembang sepatu diambil pada waktu pagi
perlakuan mengalami kenaikan suhu hari, kemudian dibersihkan dengan air
tubuh setelah diinduksi dengan vaksin bersih mengalir, tiriskan lalu ditimbang,
ATS 27 IU/ 200 g BB tikus. Hasil diperoleh hasil sebanyak 3 kg, kulit
pengukuran suhu rektal hewan uji terlihat batang kembang sepatu dikeringkan
adanya penurunan jika dibandingkan dengan cara diangin-anginkan. Kulit

1108
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

batang yang telah kering ditimbang suhu berarti semakin tinggi derajat
sebanyak 700 gram, kulit batang yang demam yang dialami tikus, demikian pula
telah ditimbang kemudian diekstraksi sebaliknya. Jika setelah perlakuan terjadi
dengan cara maserasi, direndam dalam penurunan suhu rektal tikus, berarti
etanol 96% dan ditutup rapat demam mulai turun, dengan kata lain
menggunakan aluminium foil selama 5 efek antipiretiknya meningkat.
hari sambil sesekali diaduk, setelah 5 hari Penurunan suhu rata-rata tikus putih
dimaserasi di saring untuk diambil jantan bervariasi meskipun terdapat
ekstrak dan diuapkan untuk mendapatkan dalam satu kelompok yang sama. Variasi
ekstrak kental, ekstrak kental yang inilah yang kemudian dianalisis untuk
didapatkan sebanyak 21 gram. Pada tahap mengetahui ada tidaknya penurunan yang
pembuatan ekstrak kental didapatkan bermakna untuk signifikan sebagai
persentase rendemen ekstrak, rendemen respon terhadap perlakuan. Kondisi stress
adalah perbandingan antara ekstrak yang pada tikus menyebabkan kenaikan suhu
diperoleh dengan simplisia awal. rektal tikus yang merupakan salah satu
Rendemen pada tahap ekstraksi dari 700 faktor pengganggu dikarenakan adanya
gr kulit batang kembang sepatu perlakuan pengukuran suhu yang
menghasilkan rendamen ekstrak kental berulang-ulang.
etanol sebesar 2,1%. dari ekstrak kental Pada pengujian efek antipiretik
lalu dibuat larutan uji konsentrasi 50%, ekstrak kulit batang kembang sepatu
25%, 12,5%, kontrol positif dan kontrol terdapat penurunan suhu rektal, dilakukan
negatif. Pembuatan larutan uji, dari pada hewan uji yang kondisinya dalam
ekstrak kental diambil 10ml ekstrak keadaan demam. Oleh karena itu,
kental dan dicukupkan hingga 20ml diperlukan demam buatan untuk
aquades untuk membuat ekstrak mendemamkan hewan uji yaitu dengan
konsentrasi 50%, selanjutnya pembuatan metode induksi vaksin ATS. Pada
ekstrak dengan konsentrasi 25% diambil pengukuran ini diperoleh suhu awal
5ml dari ekstrak konsentrasi 50% dan terendah 34,5 °C dan suhu awal tertingi
dicukupkan hingga 10ml aquades, dan 36,5 °C.
untuk konsentrasi 12,5% diambil 2.5ml Penyuntikan vaksin ATS
dari konsentrasi 50% dan dicukupkan menyebabkan demam tertinggi yaitu suhu
dengan aquades hingga 10ml. Untuk puncak tertinggi 37,5 °C. Semua hewan
kontrol positif yang digunakan sebagai uji mengalami peningkatan suhu lebih
pembanding berisi parasetamol yang dari atau sama dengan 0,9 pada suhu
digerus dan diambil sebanyak 67,5 mg rektal hewan uji pada jam ke 1 atau 30
lalu dicampurkan dengan larutan CMC menit setelah penyuntikan vaksin ATS,
0,5%, dimasukkan kedalam labu ukur sehingga dapat dikatakan hewan uji coba
lalu dicukupkan dengan larutan CMC telah mencapai puncak demam.
0,5% sampai 10 ml sedangkan kontrol Hasil pengukuran suhu rektal hewan
negatif hanya diberikan akuades tanpa uji tikus setelah diinduksi vaksin ATS
ditambahkan dengan zat obat apapun. terlihat bahwa kontrol negatif
Hasil pengukuran suhu rektal pada menurunkan suhu paling kecil. Pada
hewan uji menunjukkan adanya variasi perlakuan dengan ekstrak kulit batang
suhu rata-rata pada tiap-tiap kelompok kembang sepatu pada konsentrasi 12,5%
setelah diberikan perlakuan. Tinggi hampir sama dengan kontrol negatif,
rendahnya kenaikan suhu menunjukkan dikarenakan dosis yang diberikan terlalu
derajat demam yang dialami masing- kecil. Pada perlakuan dengan ekstrak
masing tikus. Semakin tinggi kenaikan kulit batang kembang sepatu pada

1109
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

konsentrasi 25% dan 50% sama-sama Bahaya Obat), Edisi 2. Jakarta :


memberikan efek antipiretik dan pada Pustaka Populer Obor.
konsentrasi 50% lebih cepat memberikan
efek antipiretik serta hampir sama dengan DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia.
kontrol positif (Parasetamol). Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit batang kembang DepKes RI, 1995. Farmakope Indonesia.
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) Edisi IV, Departemen Kesehatan
mempunyai aktifitas antipiretik. Ekstrak Republik Indonesia, Jakarta
etanol kulit batang kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L) dengan Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005.
konsentrasi 50% memiliki efek Fever and Hyperthermia. In:
antipiretik yang efektif dibandingkan Kasper, D.L., et. al., ed.
dengan ekstrak etanol kulit batang Harrison’s Principles of Internal
kembang sepatu 12,5% dan 25%. Medicine. 16th ed. Singapore:
The McGraw-Hill Company, 104-
DAFTAR PUSTAKA 108.

Amlot, P., 1997. Demam dan Djamhuri, A.,1995, Synopsis


Berkeringat, dalam : Wash T. D, Farmakologi dengan Terapan
Kapita Selekta Penyakit dan Khusus di Klinik dan
Tempi, EGC, Jakarta Keperawatan, Edisi 1, 76,
Hipokrates, Jakarta
Anonim,2013. Isolasi dan identifikasi
flavonoid http:// Dorland, 2000. Kamus Kedokteran. Edisi
rizkaritonga.blogspot.co.id /2013/ 26. Jakarta : Penerbit Buku
04/ bab-i-pendahuluan-senyawa- Kedokteran EGC.
metabolit. html (diakses 10
Januari 2016) Ermawati, E.F, 2010. Efek antipiretik
ekstrak daun pare (momordica
Anonim,2012. Gambar struktur charantia l.) Pada tikus putih
paraseramol http://starfish7- jantan. Surakarta : Universitas
koga.blogspot.co.id /2012/ 08/ Sebelas Maret Fakultas
mekanisme-hepatotoxicity Kedokteran
parasetamol.html (diakses 12
januari 2016) Goodman & Gilman., 1975. Dasar
Farmakologi Terapi volume 1.
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Edisi 10, Jakarta : Penerbit Buku
Sedian Farmasi. Jakarta : Kedokteran EGC.
UIPress.
Guyton dan Hall, (1997). Buku Ajar
Antony, P.,2003. Pemrograman Borland Farmakologi Kedokteran. Edisi 9,
Delphi 6 (Edisi 4), Penerbit ANDI EGC, Jakarta
Offset, Yogyakarta.
Guyton. (1990), Fisiologi Manusia dan
Aziz, S., 2008. Kembali Sehat Dengan Mekanisme Penyakit Edisi III.
Obat (Mengenal Manfaat dan EGC. Jakarta

1110
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Guyton, C. Arthur; Hall, E. John., Price, A. Sylvia; Wilson, M. Lorraine.,


2007. Buku Ajar Fisiologi 2005. Patofiologi Konsep Klinis
Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : Proses-Proses Penyakit. Edisi 6
EGC Volume 1. Jakarta : EGC

Katzung, B.G., 2002. Farmakologi Dasar Robbinson, T., 1995. Kandungan


Dan Klinik. Edisi II. Jakarta : Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi
Penerbit Buku Kedokteran EGC. VI, Hal 191-216, Diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata, ITB,
Lestari, H; Suharmiati. 2006. Cara Benar Bandung.
Meracik Obat Tradisional.
Jakarta : Agromedia Pustaka, Shukla, Y.N. & Mishra, M., 2001, A
2006. Hydroxyacid and Sterols From
Hibiscus rosa-sinensis, Indian
Li, H.L. 1959. The Garden Flowers of Drugs. 38: 543.
Chin. The Ronald Press Company
New York, pp:137 Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Lutfiana syarifah, 2010. Efek antipiretik Jakarta;EGC
ekstrakherba meniran
(phyllanthus niruri .L) terhadap Sachdewa, A. & Khemani, L.D., 2003,
tikus putih (rattus norvegicus) Effect of Hibiscus rosa sinensis
dengan demam yang diinduksi Linn.Ethanol Flower Extract On
vaksin DPT. Surakarta : Blood Glucose and Lipid Profile
Universitas Sebelas Maret in Streptozotocin Induced
Fakultas Kedokteran. Diabetes in Rats, Journal of
Ethnopharmacology, 89: 61-66.
Mangkoewidjojo., 1988. Pemeliharaan,
Pembiakan, dan Penggunaan Sudoyo dkk, 2007. Buku Ajar Ilmu
Hewan Percobaan di Daerah Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Tropis. Jakarta : UIPress. Penerbit FKUI

Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat : Sugiyanto, 1995. Petunjuk Praktikum


Buku Ajar Farmakologi dan Farmasi Edisi IV. Labolatorium
Toksikologi, diterjemahkan oleh Farmasi dan Taksonomi UGM.
Widianto, M.B., dan Ranti, A.S.,
Edisi Kelima, 157-158, Penerbit Tjay, T.H; Rahardja K., 1993.
ITB, Bandung. Swamedikasi . Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik
Nelwan, R.H.H. 2006. Demam: Tipe dan Indonesia.
Pendekatan, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Tjay, T.H; Rahardja K., 2007. Obat-Obat
Balai Penerbit FK UI. Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo Kelompok
Nuraini, D.N., 2014. Aneka Daun Gramedia.
Berkhasiat Untuk Obat. Jakarta :
Penerbit Gava Medika.

1111
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Inflamasi Non Steroid dan Obat
Farmasi, Gadjah Mada Pirai : Farmakologi dan Terapi.
Universitas Press. Yogyakarta Edisi ke 4. Jakarta. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran
Wash, T. D., (1997), Kapita Selekta Universitas Indonesia. Halaman :
Penyakit dan Tempi, EGC, 217- 218
Jakarta
Wijayakusuma, H.M., dkk. 1994.
Wikipedia, (2016). Kembang sepatu https Tanaman Berkhasiat Obat di
: // id . wikipedia .org /wiki Indonesia. Jilid II. Jakarta:
/Kembang sepatu Pustaka Kartini.

Wilmana, P.F., (1995). Analgesik-


Antipiretik,Analgesik Anti-

1112

Anda mungkin juga menyukai