ABSTRAK
Kembang sepatu merupakan tanaman semak suku malvaceae yang berasal dari Asia
Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Salah satu
khasiatnya adalah sebagai antipiretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
antipiretik ekstrak etanol kulit batang kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) dan
mengetahui konsentrasi efektif ekstrak etanol kulit batang kembang sepatu pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus). Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium
dengan design pre-test post test with control group. Hewan uji yang digunakan sebanyak
15 ekor tikus putih yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor tikus. Setiap kelompok diberikan larutan ekstrak dengan konsentrasi
50%, 25%, 12.5%, larutan parasetamol sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol
negatif. Setiap 30 menit diukur suhu rektal tikus selama 180 menit pada kelompok
perlakuan. Hasil uji statistik anova dua arah, menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang
kembang sepatu memiliki efek antipiretik, dan pada konsentrasi 50% sangat efektif
memberikan efek antipiretik.
1105
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Flavonoid bekerja menghambat fase kulit batang bunga kembang sepatu pada
penting dalam biosintesis prostaglandin, tikus putih jantan.
yaitu lintasan siklooksigenase. Flavonoid
juga menghambat fosfodiesterase, METODE PENELITIAN
aldoreduktase, monoamine oksidase, Jenis Penelitian
proteinkinase, DNA polymerase dan Penelitian yang digunakan adalah
lipooksigenase (Robinson, 1995). penelitian eksperimental yang dilakukan
Prostaglandin berperan dalam proses di labolatorium. Dalam penelitian ini
inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. subjek tikus dibagi menjadi lima
Apabila prostaglandin tidak dihambat kelompok perlakuan secara acak.
maka terjadi peningkatan suhu tubuh Kulit batang kembang sepatu di ambil
yang akan mengakibatkan demam dari Desa Bongkudai Kecamatan
(Wijayakusuma, 1996). Modayag Barat Kabupaten Bolaang
Antipiretik atau analgetik non Mongondow Timur.
opioid merupakan salah satu obat yang
secara luas paling banyak digunakan.
Obat yang biasa digunakan untuk Perlakuan Tikus
menurunkan demam adalah parasetamol Lima belas tikus dipuasakan selama
dan asetosal. Sekitar 175 juta tablet 8 jam tetapi tetap diberikan minum,
parasetamol dikonsumsi masyarakat kemudian dibagi menjadi 5 kelompok
Indonesia setiap tahunnya ketika gejala masing masing terdiri dari 3 tikus
demam muncul karena cukup aman, perlakuan. Sebelum perlakuan, diperiksa
mudah didapat dan harganya terjangkau suhu rektal semua tikus dan catat suhu
(Ermawati, 2010). Beberapa penelitian awal. Setelah diperiksa suhu awal rektal
tentang parasetamol akhir-akhir ini tikus semua kelompok diinduksi injeksi
menemukan bahwa meskipun cukup IM (Intramuskular) menggunakan vaksin
aman tetapi parasetamol memiliki banyak ATS. Setelah diberikan vaksin pada
efek samping (Antony, 2003). menit ke 30 terjadi kenaikan suhu tubuh
Flavonoid mempunyai struktur maka segera diberikan perlakuan yaitu
yang mirip dengan asetaminofen, yaitu kelompok satu diberikan ekstrak kulit
sama-sama merupakan golongan fenol batang kembang sepatu 12,5 %,
dan memiliki cincin benzen. Flavonoid kelompok dua diberikan ekstrak kulit
memiliki efek antipiretik dan diduga juga batang kembang sepatu 25%, kelompok
dapat menghambat reaksi biosintesis tiga diberikan ektrak kulit batang
prostaglandin melalui mekanisme kembang sepatu 50%, kelompok empat
penghambatan enzim siklooksigenase 2 diberikan kontrol positif larutan
(Syarifah, 2010). Hal inilah yang diduga parasetamol 67.5 mg/200gBB. Kelompok
membuat efek antipiretik flavonoid lebih lima hanya diberikan akuades sebagai
baik daripada obat-obatan antipiretik kontrol negatif. Setelah puncak kenaikan
sintesis yang cara kerjanya dengan suhu, diukur suhu rektal tikus semua
menghambat enzim siklooksigenase 2. kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, bunga
kembang sepatu yang mengandung Seleksi hewan uji
flavonoid diharapkan mempunyai efek Penyiapan sampel yang dikatakan
antipiretik yang berperan sebagai memenuhi kriteria hewan uji yang sehat,
penurun panas. Penelitian ini bertujuan tidak cacat secara fisiologi. Umur tikus
untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak sekitar 11/2 bulan – 2 bulan. berat badan
tikus sekitar 150 – 200 gram.
1106
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
1107
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
dicatat sebagai suhu awal (M0). Hewan dengan pengukuran suhu rektal setelah
uji dibuat demam dengan cara disuntik perlakuan.
larutan steril vaksin ATS secara Dari hasil data diatas terlihat bahwa
intramuscular. Setelah terjadi kenaikan kontrol negative tidak menunjukkan
puncak demam seteah penyuntikan adanya penurunan suhu rektal tikus hal
larutan steril vaksin ATS, hewan uji ini disebabkan karena akuades tidak
diukur suhu rektal. Hasil dicatat sebagai mengandung zat-zat yang memberikan
suhu setelah induksi (M1). diberikan efek antipiretik. Sedangkan pada
aquades (2ml/200g) tikus secara oral. perlakuan ekstrak konsentrasi 50%, 25%
Setelah semua hewan uji mendapat dan 12,5% memberikan efek antipiretik
perlakuan, dilakukan pengukuran suhu dan konsentrasi 50% hampir sama
rektal tiap 30 menit selama 180 menit. dengan kontrol positif (Parasetamol). Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit
a. Analisis Data batang kembang sepatu pada konsentrasi
Data dikumpulkan dengan cara 50% mampu menurunkan suhu rektal
menentukan presentase penurunan suhu tikus. Hal ini dikarenakan, kulit batang
setelah induksi ekstrak kulit batang kembang sepatu mengandung flavonoid.
kembang sepatu pada menit ke 30, 60, Menurut Syarifah (2010) flavonoid
90, 120, 150, 180. Kemudian diolah diduga mempunyai struktur yang mirip
dengan statistik anova dua arah untuk dengan asetaminofen, yaitu sama-sama
mengetahui pengaruh ekstrak kulit batang merupakan golongan fenol dan memiliki
kembang sepatu terhadap efek antipiretik cincin benzen. Flavonoid diduga
pada tikus putih. memiliki efek antipiretik dan juga dapat
menghambat reaksi biosintesis
HASIL DAN PEMBAHASAN prostaglandin melalui mekanisme
Kulit batang kembang sepatu yang penghambatan enzim siklooksigenase 2.
dimaserasi sebanyak 700 gram, diperoleh Hal inilah yang membuat efek antipiretik
ekstrak kental sebanyak 15 gram. Dibuat flavonoid lebih baik daripada obat-obatan
larutan ekstrak dengan konsentrasi 50%, antipiretik sintesis yang cara kerjanya
25% dan 12.5%. Hewan uji yang telah dengan menghambat enzim
diaklimatisasi selama 7 hari, dan siklooksigenase 2.
dipuasakan selama 18 jam dibagi menjadi Dari hasil diatas kelompok
5 kelompok dan disuntikan vaksin ATS. perlakuan dan kelompok waktu
Setelah suhu tubuh hewan uji mencapai mendapatkan nilai signifikan = .000, dan
puncak demam diberikan larutan uji 50%, hasil data versus kelompok perlakuan dan
25%, 12,5%, kontrol positif dan kontrol kelompok waktu mendapatkan nilai
negatif, lalu diukur suhu rektal setiap 30 signifikan = .012, maka disimpulkan
menit sampai menit ke 180. bahwa kelompok perlakuan dan
Dari penelitian yang dilakukan kelompok waktu berpengaruh nyata
diperoleh hasil berupa data pengukuran terhadap penurunan suhu rektal hewan
suhu rektal hewan uji sebelum diinduksi, uji.
setelah diinduksi dan setelah perlakuan. Pengambilan bahan kulit batang
Dari hasil pengamatan kelompok kembang sepatu diambil pada waktu pagi
perlakuan mengalami kenaikan suhu hari, kemudian dibersihkan dengan air
tubuh setelah diinduksi dengan vaksin bersih mengalir, tiriskan lalu ditimbang,
ATS 27 IU/ 200 g BB tikus. Hasil diperoleh hasil sebanyak 3 kg, kulit
pengukuran suhu rektal hewan uji terlihat batang kembang sepatu dikeringkan
adanya penurunan jika dibandingkan dengan cara diangin-anginkan. Kulit
1108
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
batang yang telah kering ditimbang suhu berarti semakin tinggi derajat
sebanyak 700 gram, kulit batang yang demam yang dialami tikus, demikian pula
telah ditimbang kemudian diekstraksi sebaliknya. Jika setelah perlakuan terjadi
dengan cara maserasi, direndam dalam penurunan suhu rektal tikus, berarti
etanol 96% dan ditutup rapat demam mulai turun, dengan kata lain
menggunakan aluminium foil selama 5 efek antipiretiknya meningkat.
hari sambil sesekali diaduk, setelah 5 hari Penurunan suhu rata-rata tikus putih
dimaserasi di saring untuk diambil jantan bervariasi meskipun terdapat
ekstrak dan diuapkan untuk mendapatkan dalam satu kelompok yang sama. Variasi
ekstrak kental, ekstrak kental yang inilah yang kemudian dianalisis untuk
didapatkan sebanyak 21 gram. Pada tahap mengetahui ada tidaknya penurunan yang
pembuatan ekstrak kental didapatkan bermakna untuk signifikan sebagai
persentase rendemen ekstrak, rendemen respon terhadap perlakuan. Kondisi stress
adalah perbandingan antara ekstrak yang pada tikus menyebabkan kenaikan suhu
diperoleh dengan simplisia awal. rektal tikus yang merupakan salah satu
Rendemen pada tahap ekstraksi dari 700 faktor pengganggu dikarenakan adanya
gr kulit batang kembang sepatu perlakuan pengukuran suhu yang
menghasilkan rendamen ekstrak kental berulang-ulang.
etanol sebesar 2,1%. dari ekstrak kental Pada pengujian efek antipiretik
lalu dibuat larutan uji konsentrasi 50%, ekstrak kulit batang kembang sepatu
25%, 12,5%, kontrol positif dan kontrol terdapat penurunan suhu rektal, dilakukan
negatif. Pembuatan larutan uji, dari pada hewan uji yang kondisinya dalam
ekstrak kental diambil 10ml ekstrak keadaan demam. Oleh karena itu,
kental dan dicukupkan hingga 20ml diperlukan demam buatan untuk
aquades untuk membuat ekstrak mendemamkan hewan uji yaitu dengan
konsentrasi 50%, selanjutnya pembuatan metode induksi vaksin ATS. Pada
ekstrak dengan konsentrasi 25% diambil pengukuran ini diperoleh suhu awal
5ml dari ekstrak konsentrasi 50% dan terendah 34,5 °C dan suhu awal tertingi
dicukupkan hingga 10ml aquades, dan 36,5 °C.
untuk konsentrasi 12,5% diambil 2.5ml Penyuntikan vaksin ATS
dari konsentrasi 50% dan dicukupkan menyebabkan demam tertinggi yaitu suhu
dengan aquades hingga 10ml. Untuk puncak tertinggi 37,5 °C. Semua hewan
kontrol positif yang digunakan sebagai uji mengalami peningkatan suhu lebih
pembanding berisi parasetamol yang dari atau sama dengan 0,9 pada suhu
digerus dan diambil sebanyak 67,5 mg rektal hewan uji pada jam ke 1 atau 30
lalu dicampurkan dengan larutan CMC menit setelah penyuntikan vaksin ATS,
0,5%, dimasukkan kedalam labu ukur sehingga dapat dikatakan hewan uji coba
lalu dicukupkan dengan larutan CMC telah mencapai puncak demam.
0,5% sampai 10 ml sedangkan kontrol Hasil pengukuran suhu rektal hewan
negatif hanya diberikan akuades tanpa uji tikus setelah diinduksi vaksin ATS
ditambahkan dengan zat obat apapun. terlihat bahwa kontrol negatif
Hasil pengukuran suhu rektal pada menurunkan suhu paling kecil. Pada
hewan uji menunjukkan adanya variasi perlakuan dengan ekstrak kulit batang
suhu rata-rata pada tiap-tiap kelompok kembang sepatu pada konsentrasi 12,5%
setelah diberikan perlakuan. Tinggi hampir sama dengan kontrol negatif,
rendahnya kenaikan suhu menunjukkan dikarenakan dosis yang diberikan terlalu
derajat demam yang dialami masing- kecil. Pada perlakuan dengan ekstrak
masing tikus. Semakin tinggi kenaikan kulit batang kembang sepatu pada
1109
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
1110
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
1111
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Inflamasi Non Steroid dan Obat
Farmasi, Gadjah Mada Pirai : Farmakologi dan Terapi.
Universitas Press. Yogyakarta Edisi ke 4. Jakarta. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran
Wash, T. D., (1997), Kapita Selekta Universitas Indonesia. Halaman :
Penyakit dan Tempi, EGC, 217- 218
Jakarta
Wijayakusuma, H.M., dkk. 1994.
Wikipedia, (2016). Kembang sepatu https Tanaman Berkhasiat Obat di
: // id . wikipedia .org /wiki Indonesia. Jilid II. Jakarta:
/Kembang sepatu Pustaka Kartini.
1112