Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi ditandai dengan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg
(Dipiro et al., 2009). Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta
orang di seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian. Hipertensi dapat
terjadi bersamaan (komorbid) dengan diabetes atau merupakan akibat proses
patologis diabetes. Lebih dari 50% penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2
mengalami hipertensi (Sweetman et al., 2009).

Penyakit Diabetes Melitus (DM) dengan hipertensi mempunyai faktor risiko


lebih yang tinggi mengingat bahwa hipertensi merupakan awal proses terjadinya
penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke dan komplikasi
DM meliputi komplikasi makrovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti
nefropati, neuropati, dan retinopati. Dari berbagai penelitian didapatkan sebanyak
30-40% penderita DM tipe 2 akan mengalami kerusakan ginjal berupa nefropati
diabetik. Selain komplikasi pada organ ginjal ini, DM ini juga sebagai penyebab
peningkatan insidensi kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler (Pacheo et
al., 2002).

Pelayanan farmasi klinik merupakan tugas Apoteker dalam meningkatkan


mutu pelayanan pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan farmasi klinik
merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam
rangka meningkatkan outcome terapi dalam meminimalkan resiko terjadinya efek
samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Seorang Apoteker klinis dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang baik sesuai dengan

1
peraturan yang berlaku. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016
disebutkan tujuh tugas pelayanan farmasi klinik yaitu meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite (khusus
puskesmas rawat inap), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). Mengingat hal tersebut
diatas, sangat penting bagi seorang Apoteker untuk mengerti bagaimana cara
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dengan tepat (Permenkes, 2016).

Terapi pengobatan yang diterima pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi


sangat kompleks, maka perlu penatalaksanaan terapi antihipertensi yang tepat
dalam menurunkan tekanan darah sehingga dapat mengendalikan risiko penyakit
komplikasi lain. Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu proses jaminan mutu
yang terstruktur dan dilakukan secara terus menerus untuk menjamin agar obat-
obat yang digunakan tepat, aman, dan rasional (Ibrahim et al, 2007). Evaluasi
penggunaan obat dalam makalah ini ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat,
tepat pasien, dan tepat dosis.

Menurut Permenkes No.26 Tahun 2020 tentang perubahan atas Permenkes 74


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas menyatakan
bahwa pemenuhan tenaga Apoteker sebagai penaggung jawab ruang farmasi
dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum. Berdasarkan paparan diatas makalah ini
akan membahas tentang konseling penggunaan antihipertensi pada penderita
hipertensi dengan diabetes mellitus tipe 2 pada pasien lansia di Puskesmas Lapai
Kota Padang. Tujuan praktek kerja profesi apoteker ini untuk mengetahui tingkat
kepatuhan pasien dalam penggunaan obat antihipertensi dan antidiabetes.

1.2 Manfaat Makalah


1. Mengetahui gambaran dari kinerja pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
2. Mengetahui kebijakan dan upaya dalam menyelenggarakan pelayanan
di Puskesmas.

2
3. Mengetahui kelemahan dan manfaat dalam memberikan pelayanan
kefarmasian kepada pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Defenisi Hipertensi

Menurut Word Health Organization (WHO) hipertensi merupakan


meningkatnya tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari normal
yang digunakan sebagai klasifikasi hipertensi yaitu tekanan darah sistolik (TDS)
> 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg) (Tjay &
Rahardja).
2.1.2 Etiologi Hipertensi

Etiologi hipertensi tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi


essensial atau hipertensi primer. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol. Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor endogen
maupun eksogen (Abdul Muchid, et al., 2006).
Klasifikasi hipertensi menurut A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension, 2013 Klasifikasi
Hipertensi berdasarkan penyebab :

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada usia >18 tahun ( JNC VII )

3
1. Hipertensi Primer (Esensial/idiopatik) Penyebabnya tidak diketahui
(biasanya genetik, lingkungan, sistem renin angiotensin, sistem saraf
otonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko.
2. Hipertensi Sekunder Penyebab spesifik diketahui (biasa disebabkan oleh
penyakit aterosklerosis, ginjal, endokrin, kelainan neurologi, dan obat-
obatan.
2.1.3 Faktor Risiko Hipertensi

 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :


o Umur
o Jenis kelamin
o Riwayat hipertensi
o Penyakit kardiovaskular dalam keluarga
 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
o Riwayat pola makan (konsumsi garam, alkohol berlebihan)
o Aktivitas fisik berkurang
o Kebiasaan merokok
o Obesitas
o Dislipidemia
o Diabetes mellitus
o Psikososial dan stres
2.1.4 Tanda Dan Gejala Hipertensi

Hipertensi Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain


tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan :

- Sakit atau nyeri kepala


- Gelisah
- Jantung berdebar-debar
- Pusing
- Leher kaku
- Penglihatan kabur
- Rasa sakit didada

4
2.1.5 Patofisiologi

Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi ensefalopati


yaitu :

1. Teori “Over Autoregulation” Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme


yang berat pada arteriole mengurangi aliran darah ke otak (CDF) dan
iskemi. Meningginya permeabilitas kapiler akan menyebabkan pecahnya
dinding kapiler, udema di otak, petekhie, pendarahan dan mikro infark.
2. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation” bila TD mencapai
threshold tertentu dapat mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan
oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami


perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg.
Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas
tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan
asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak.

2.1.6 Guidline Hipertensi

5
Sumber: Team Medical Mini Notes. (2017). Basic Pharmacology & Drug Notes
Edisi. Makasar : MMN Publishing.

2.3.7 Guidline Diabetes Melitus

Sumber: Team Medical Mini Notes. (2017). Basic Pharmacology & Drug Notes
Edisi. Makasar : MMN Publishing.
2.3.8 Penatalaksanaan Hipertensi dan Dm

1) Terapi Non Farmakologi


a. Modifikasi gaya hidup:
1) Penurunan berat badan jika kelebihan berat badan,
2) Penerapan Diet, Pendekatan untuk Menghentikan Hipertensi
(DASH) rencana makan,
3) Asumsi natrium makananidealnya menjadi 1,5 g / hari (3,8 g /
hari natrium klorida),
4) Aktivitas fisik aerobik teratur,
5) Konsumsi alkohol sedang (dua minuman atau kurang per hari),
6) Berhenti merokok.
b. Modifikasi gaya hidup saja sudah cukup untuk kebanyakan pasien
dengan prehipertensitetapi tidak memadai untuk penderita
hipertensi
2) Terapi Farmakologi
- Hipertensi
o Lini I : Golongan ARB, ACEI, CCB, diuretik

6
o Β-Blocker digunakan dengan kombinasi terapi lini I
- DM
o Lini 1 : gol Biguanid dan Sulfonilurea

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

2.2.1 Definisi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Menurut Permenkes No.74 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian


di Puskesmas, dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan pusat kesehatan
masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah suatu unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Permenkes,
2016).
2.2.2 Tujuan Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian meliputi:


1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum untuk tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional dengan
tujuan untuk menjaga keselamatan pasien
2.2.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang tujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
A. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan
rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan

7
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
d. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
B. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan Farnasi Klinik adalah Pelayanan yang diberikan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan obat dan bahan medis
habis pakai dengan tujuan agar tercapaianya hasil yang di inginkan untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian dan Pelayanan resep
Kegiatan ini dimulai dari seleksi dalam Pemeriksaan kelengkapan
administratif, Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, pertimbangan klinik baik
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap. Kegiatan penyerahan resep
(dispensing) dan pelayanan informasi obat adalah kegiatan dimana sebelum
obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis
dan jumlah obat. Sebaiknya penyerahan obat diberikan kepada pasien
hendaknya dilakukan dengan cara yang sopan dan baik, mengingat kondisi
pasien yang kurang sehat dan kemungkinan emosional pasien yang kurang
stabil serta memastikan yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya, dan memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal lain
yang terkait dengan obat tersebut.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan obat
harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini

8
kepada dokter, perawat, dan profesi tenaga kesehatan lainnya dan pasien
terkait upaya penggunaan obat yang rasional.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat tetes
hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep
rektal dan tablet vagina.
4) Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan,
misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah
warna, air kencing berubah warna dan sebagainya.
5) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat,
interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan
kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, dan
menyusui.

Cara penyimpanan obat


Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
 Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
 Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
 Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
 Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
 Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.

9
 Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
 Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

c. Konseling
Konseling adalah kegiatan dimana proses sistematiknya untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap.
Tujuan dari konseling adalah untuk memberikan pemahaman yang
benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama
obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama
penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.

Adapun kegiatan konseling meliputi :


 Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
 Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien (three prime questions) dengan metode open-ended
question.
 Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
 Final verification: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. Kriteria pasien:
1) Pasien rujukan dokter.
2) Pasien dengan penyakit kronis.
3) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
4) Pasien geriatrik.
5) Pasien pediatrik.

10
6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
b. Sarana dan prasarana:
1) Ruangan khusus.
2) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan,
kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan
dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat
kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
d. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Merupakan kegiatan kunjungan ke rumah pasien yang dilakukan
oleh Apoteker secara mandiri untuk mengamati kondisi pasien secara
langsung, mengkaji masalah obat, memantau terapi obat dan reaksi obat
yang tidak dikehrndaki, dan meningkatkan terapi obat yang rasional.
Kegiatan visite mandiri:
1) Untuk Pasien Baru
 Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan.
 Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan
jadwal pemberian Obat.
 Menanyakan Obat yang sedang digunakan dari puskesmas dan
melihat catatan pengobatan pasien.
 Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.
2) Untuk pasien lama dengan instruksi baru
 Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
 Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian
Obat.
3) Untuk semua pasien
 Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

11
 Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap
kunjungan.
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
 Menganalisis laporan efek samping Obat.
 Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
 Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
merupakan proses yang memastikan bahwa soerang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan efek samping.
Tujuan :
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terait dengan obat.
Kriteria pasien :
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima obat lebih dari 5 jenis.
3. Adanya multidiagnosa
4. Pasien dengan fungsi ginjal dan hati
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit

12
6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan
Kegiatan :
1. Memilih pasien yang memenuhi criteria
2. Membuat catatan awal
3. Memperkenalkan diri pada pasien
4. Memberikan penjelasan pada pasien
5. Mengambil data yang dibutuhkan
6. Melakukan evaluasi
7. Memberikan rekomendasi
g. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman, dan terjangkau (rasional).
Tujuan :
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh kepala puskesmas. SPO tersebut diletakkan ditempat
yang mudah dilihat.
2.2.4 Aspek yang Harus Dipertimbangkan dalam Penggunaan Obat
a. Efektivitas
Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan
dengan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu bentuk sediaan yang
ditentukan oleh ketersediaan hayatinya (bioavaibilitasnya). Berdasarkan
faktor klinis yang dapat mempengaruhi efektivitas suatu senyawa obat
antara lain faktor umur, hal tersebut dapat mempengaruhi regimen dosis.
Efektivitas suatu senyawa obat tidak sama untuk tiap pasien karena
didasarkan juga terhadap faktor fisiologisnya, dimana antara anak-anak
dan orang dewasa berbeda.
b. Keamanan

13
Keamanan ditunjukkan dengan batas-batas dosis yang aman digunakan
oleh pasien, serta tidak menimbulkan terjadinya efek-efek yang tidak
diinginkan apalagi sampai membahayakan nyawa pasien.
c. Mutu
Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi,
keseragaman, dan ketersediaan hayatinya.
d. Rasional
Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien menerima
obat-obatan yang sesuai untuk kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu itu sendiri.
e. Harga
Harga merupakan hal yang krusial apalagi bagi sebagian pasien yang
berasal dari golongan menengah kebawah. Sehingga, seorang dokter dapat
melakukan penyesuaian dosis yang memungkinkan keterjangkauan harga
terhadap pasien tersebut.

2.3 Program Rujuk Balik (PRB)

2.3.1 Definisi Program Rujuk Balik (PRB)

Program Rujuk Balik merupakan pelayanan pemberian obat-obatan untuk


peserta BPJS penderita penyakit kronis di Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) atas rekomendasi atau rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis.

Program ini memudahkan pasien penderita penyakit kronis untuk


mendapatkan obat-obatan yang diresepkan untuk pemeliharaan kondisi kronisnya
selama tiga bulan berturut-turut tanpa perlu kembali merujuk ke Dokter
Spesialis/Sub-Spesialis di Faskes Rujuk Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit).

2.3.2 Manfaat Program Rujuk Balik (PRB)

Manfaat program rujuk balik ini meliputi:


1. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan (termasuk
pelayanan obat).

14
2. Mengurangi atau menunda resiko terjadinya komplikasi yang berpotensi
memberatkan penyakit utama (multimorbiditas).
3. Meningkatkan kepatuhan peserta PRB dalam mengkonsumsi obat yang
digunakan.
4. Meningkatkan pengetahuan dan pemanahan peserta terhadap sediaan,
manfaat dan dampak obat yang digunakan.
2.3.3 Kondisi Penyakit yang dilayani Program Rujuk Balik (PRB)

Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah seluruh peserta BPJS
aktif yang menderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
membutuhkan pengobatan jangka panjang. Jenis penyakit yang dilayani untuk
PRB ini adalah:

1. Diabetes Mellitus

2. Hipertensi

3. Jantung

4. Asma

5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

6. Epilepsi

7. Stroke

8. Schizophrenia

9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

2.3.4 Cara Mendapatkan Pelayanan Program Rujuk Balik (PRB)

Sebelum mendapatkan pelayanan PRB, peserta harus mendaftarkan diri


sebagai peserta aktif PRB dengan cara:

1. Pendaftaran pada petugas “Pojok PRB” dengan menunjukkan:

1. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan

2. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis

3. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan

15
4. Lembar resep obat/salinannya

2. Peserta mengisi form pendaftaran peserta PRB

3. Peserta menerima buku control Peserta PRB

Setelah itu, pasien berhak mendapatkan pelayanan obat PRB, dengan cara:

1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP):

1. Lakukan kontrol kesehatan di FKTP dengan menunjukan identitas


peserta BPJS, SRB, dan buku kontrol peserta PRB

2. Dokter FKTP melakukan pemeriksaan, memberikan resep obat


rujuk balik yang tercantum di buku kontrol peserta PRB

2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS


Kesehatan untuk pelayanan obat PRB

1. Peserta menyerahkan resep dari Dokter FKTP

2. Peserta mennjukkan SRB, SEP dan Buku Kontrol Peserta

3. Pelayanan obat rujuk balik diberikan tiga kali berturut-turut selama 3


bulan di FKTP, setelah 3 bulan peserta dirujuk kembali ke FKRTL (Rumah
Sakit) untuk dilakukan evaluasi oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis

4. Jika hasil evaluasi peserta dinyatakan masih terkontrol stabil kondisinya,


maka pelayanan PRB dapat dilanjutkan dengan memberikan SRB baru kepada
peserta.

5. Jika hasil evaluasi peserta dinyatakan tidak stabil, maka peserta dirujuk
kembali ke Dokter Spesialis/Sub Spesialis.

2.3.5 Jenis Obat Termasuk Program Rujuk Balik (PRB)

 Obat Utama, yaitu obat-obatan untuk terapi penyakit kronis yang telah
diresepkan Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan (Rumah Sakit)

 Obat Tambahan, yaitu obat yang biasa diberikan bersama obat utama
untuk mengatasi efek samping obat utama atau mengurangi penyakit

16
penyerta, yang telah diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Resep Pasien Program Rujuk Balik (PRB)

3.2 Formulir Konseling Obat Pasien Program Rujuk Balik (PRB)

FORMULIR KONSELING OBAT PASIEN

Tanggal : 1 Maret 2021 Nama Dr. Riza


Dokter :

NamaPasien : Lismawati Diagnosa : Hipertensi +

Jenis Kelamin : Perempuan DM tipe 2

Alamat : Komplek Lapai BB/TB 80 kg / 167 cm


Pasien :

No. Telepon : 082379786545 Usia : 52 tahun

17
Resep R/ Glimepirid tab 2 No XXX

S1dd tab 1

R/ Amlodipin tab 5 mg No XXX

S1dd cap 1

Riwayat Alergi Tidak ada alergi

Riwayat Tidak ada


Penyakit :

Riwayat
Keluarga: DM

Riwayat Tidak ada


Pengobatan

Kondisi Khusus Hamil : Menyusui Anak Pralansia

Trimester :

Hasil - Tekanan darah : 150/90 mmHg (Normal: <130/80


Pemeriksaan mmHg)
Vital : - -Nadi : 84x/i (Normal: 70-80x/i)
- Pernapasan : 23x/i (Normal: 16-20x/i)
- Suhu : 37,2 oC (Normal : 36,6-37,2 oC)
Hasil
Pemeriksaan - Gula darah Puasa : 123 mmHg (Normal: <100 mg/dl)
Laboratorium : - G2pp : 171 mg/dl (Normal: <140 mg/dl)

Informasi dan Informasi :


saran
 Aturan pakai

- Glimepirid 2 mg 1 x sehari 1 tablet sebelum


makan pada pagi hari
- Amlodipin 5 mg 1 x sehari 1 tab sesudah makan
pada pagi hari

18
 Efek Samping

- Glimepirid seperti hipoglikemia, mual, muntah,


perut terasa tidak nyaman, peningkatan berat
badan

- Amlodipin seperti sering Buang air kecil (BAK),


bengkak pada tungkai kaki atau tangan, pusing,
sakit kepala, gerah dan berkeringat.

 Penyimpanan Obat

- Simpan di suhu ruangan.

- Terhindar dari matahari langsung.

- dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

 Saran

- Sebaiknya sarankan kepada pasien untuk batasi


konsumsi garam dan gula yang berlebih dan
diimbangi dengan buah dan sayuran.
- Penurunan berat badan dan menjaga berat badan
ideal
- Aktivitas fisik teratur minimal 30-45 menit sehari,
- Hindari stress, tidur tepat waktu dan istirahat yang
cukup.

KASUS : Ny. Lismawati berusia 52 tahun, datang ke apotek Puskesmas Lapai


didiagnosis penyakit Hipertensi dan DM tipe 2 yang merupakan
pasien PRB. Pasein mengeluh sakit kepala disertai rasa sakit di dada,
jantung berdebar, leher kaku, penglihatan kabur, sering kencing,
mudah lapar dan haus, badan terasa lelah dan jika luka sulit sembuh.
Ny. Lismawati menebus resep obat yaitu Glimepirid 2 mg 1 x sehari
pagi hari sebelum makan dan Amlodipin 5 mg 1 x sehari pagi hari
sesudah makan, masing-masing yang akan di minum selama 30 hari,
Ny. Lismawati tidak memiliki alergi obat-obat di atas.

19
3.3 Dialog Konseling

1. Pasien dipersilahkan masuk dan duduk, kemudian ucapkan salam.


A. Selamat siang Buk, silahkan duduk buk….!
P. Iya selamat siang mbak
2. Apoteker memperkenalkan diri dan mengidentifikasi pasien apakah
yang datang pasien atau bukan.
A. Perkenalkan, saya Sofia Nofianti Apoteker yang sedang bertugas di
Apotek Puskesmas Lapai hari ini, benar dengan ibu Lismawati,
umur 52 tahun ya bu?

P. Iya benar, untuk saya sendiri mbak.

3. Menanyakan ke pasien apakah pasien punya waktu untuk diberi


konseling dan menjelaskan kegunaan konseling.
A. Bu maaf sebelumnya, apakah ibu berkenan untuk saya jelaskan
mengenai obat yang ibu terima? Kira-kira 5-10 menit saja bu
P. Iya boleh silahkan mbak
4. Menanyakan keluhan pasien ?
A. Kalau boleh saya tahu keseharian ibu seperti apa? Sebagai wanita
karirkah atau sebagai ibu rumah tangga?

P. Saya sebagai sekretaris dinkes kota ini

B. Maaf buk, keluhan penyakit ibu seperti apa?


P. Begini, saya mengalami sakit kepala disertai rasa sakit di dada,
jantung berdebar, leher kaku, penglihatan kabur, sering kencing,
mudah lapar dan haus, badan terasa lelah dan jika luka sulit
sembuh.

A. Berapa tekanan darah dan gula darah ibu saat diperiksa tadi?

P. Tadi katanya tekanan darah saya 150/90 mmHg dan gula darah 2
jam setelah makan saya 171 mbak.

20
5. Menanyakan diagnosa dari dokter
A. Saat ibu diperiksa dokter, apa yang dikatakan dokter mengenai
penyakit ibu?
P. Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya menderita hipertensi
disertai Diabetes mellitus dikarenakan gula darah dan tekanan
darah saya naik.
A. Iya benar bu, berdasarkan resep ini ibu memang hipertensi dan
diabetes melitus tahap 2.
6. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
A. Kalau boleh saya tau apakah dikeluarga ibu ada yang memiliki
riwayat hipertensi atau Diabetes?
P. Ada mbak, dulu ayah saya pernah terkena Diabetes

A. apakah ibu sering mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan


jika ibu masak dengan garam yang agak terasa?

P. iya mbak, saya senang mengkonsumsi teh manis dan kalau makan
pasti ada ikan asin

7. Riwayat pengobatan (penggunaan obat sebelumnya dan alergi obat )


A. kemudian apakah ibu pernah punya alergi obat atau makanan ?
P. Rasanya saya belum pernah alergi obat atau makanan mbak,
A. Ooo begitu ya buk, Baiklah buk.
8. Menanyakan 3 prime question :
 Bagaimana penjelasan dokter tentang obat
 Bagaimana penjelasan dokter tentang cara pakai obat
 Penjelasan dokter tentang harapan setelah minum atau
memakai obat
A. Sebelumnya apakah ibu sudah mendapat penjelasan dari dokter
mengenai obat ini ?, seperti cara pakai, dan harapan setelah
meminum obat ini buk?
P. Tadi saat dokter nya memberi resep sudah dijelaskan mbak, tapi
saya masih lupa-lupa ingat.

21
A. Baiklah bu, saya akan jelaskan kembali mengenai obat yang akan
ibu gunakan.
9. Jelaskan kepada pasien : nama obat, indikasi, cara pemakaian, dosis,
frekuensi penggunaan, lama penggunaan obat, interaksi obat, efek
samping, cara penyimpanan.
A. Baiklah bu, saya akanmulai menerangkan obat-obatan yang akan
ibu gunakan, disini ibu mendapatkan 2 macam obat, Obat pertama
ada Glimepirid 2 mg 1 x sehari diminum tiap 24 jam pada pagi
hari sebelum makan untuk menghindari efek samping mual muntah
dari obat ini. Glimepirid ini gunanya untuk mengontrol tingginya
kadar gula darah ibu tadi, kemudian obat kedua ada Amlodipin 5
mg untuk mengontrol tingginya tekanan darah ibu, diminum 1 x
sehari tiap 24 jam pada pagi hari sesudah makan karena Amlodipin
dapat mengambat metabolisme obat Glimepirid sehingga dapat
menghambat efek obat ini maka waktu minum obat kedua obat ini
dijarakkan.
Nah yang harus diperhatikan mengkonsumsi kedua obat ini
selalu minum pada waktu yang sama setiap hari untuk
memaksimalkan efek terapi, jadi kalau misalnya ibu minum pagi
jam 7, maka hari berikutnya jam 7 pagi. Supaya penyakit ibu cepat
sembuh, tidak pusing lagi, dan tidak mengganggu aktivitas ibu
maka saya sarankan ibu minum kedua obat ini rutin sampai habis
selama 30 hari kedepan dan obat ini diminum tepat waktu di jam
yang sama ya bu.

Efek samping kedua obat ini biasanya ringan dan tidak


berbahaya, seperti Glimepirid dapat menyebabkan mual, muntah
dan perut terasa tidak nyaman maka diminum sebelum makan.
sedangkan efek samping dari Amlodipin sering buang air kecil
maka obat ini diminum pada pagi hari karena jika diminum malam
hari maka ibu akan sering buang air kecil yang nantinya tekanan
darah ibu menjadi naik dan ibu menjadi susah tidur, kemudian efek

22
samping lainnya kebetulan bisa terjadi seperti pembengkakan pada
tungkai kaki atau tangan, pusing, mudah lelah, mual dan jantung
berdebar. Namun ibu tidak perlu khawatir karena biasanya gejala
ini tidak berlangsung lama, hal ini menandakan bahwa obat ibu
sudah berefek dan nantinya tubuh ibu akan terbiasa dalam waktu
beberapa hari. Jika nanti ibu merasakan hal-hal seperti jantung
berdebar maka sebaiknya ibu konsultasikan kembali ke dokter.

P. oh baik lah mbak

A. Ibu akhir-akhir ini kenapa bisa hipertensi buk?

P. Ah iya karena saya banyak kerjaan di kantor jadi waktu tidur saya
berkurang untuk mengatasi ngantuk saya sering minum kopi yang
manis, kalau tidak manis saya tidak minum.

A. lalu makanan yang ibu sukai?

P. saya suka makan ikan asin, setiap kali makan pasti ada menu ikan
asin dipiring saya

A. Karena ibu hipertensi dan diabetes mellitus tahap 2, jadi saya


sarankan ibu untuk mengurangi minum kopi yang terlalu sering ya
buk, selain itu ibu juga mengurangi konsumsi garam yaitu ikan
asin tadi dan gula yang berlebih dan makan diimbangi dengan buah
dan sayuran, Aktivitas fisik teratur minimal 30-45 menit sehari,
hindari stress dan tidur yang cukup ya bu.

P. Baik lah mbak

A. Lalu jika ibu terlewat minum obat ini, misalnya sampai pada sore
hari menjelang malam, silahkan ibu minum obatnya begitu
teringat, tapi jika waktu terlewatnya sampai mendekati waktu
minum obat berikutnya, maka sebaiknya minum obat ini
dilewatkan saja dan tunggu waktu minum obat selanjutnhya,
jangan sampai minum obatnya digandakan dosisnya ya buk.

23
P. Iya mbak

A. Untuk penyimpanan obatnya, obat ini dapat ibu simpan pada suhu
ruangan dan terhindar dari matahari langsung dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak ya buk.

P. Oo jadi begitu Baiklah mbak...


10. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
A. Dari penjelasan saya tadi apa ada yang ingin ibu tanyakan atau
masih ada yang kurang jelas buk?
P. Saya rasa sudah jelas mbak..
11. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan
dengan meminta pasien mengulang kembali, jika ada kekurangan
atau kesalahan maka dijelaskan kembali sampai pasien paham.
A. Baik lah buk, jika ibu paham. Untuk memastikan penjelasan saya
tadi tidak ada yang tertinggal bisa ibu mengulangi kembali
mengenai penggunaan obatnya kepada saya ?

P. Baik mbak obat yang saya gunakan ada 2 macam yaitu obat
pertama ada Glimepirid 2 mg 1 x sehari diminum tiap 24 jam pada
pagi hari sebelum makan untuk menghindari efek samping mual
muntahnya. Obat ini gunanya untuk mengontrol tingginya gula
darah saya, lalu obat kedua ada Amlodipin 5 mg untuk tekanan
darah saya, diminum 1 x sehari sesudah makan setiap 24 jam pada
pagi hari, karena Amlodipin dapat mengambat efek Glimepirid ini
maka waktu minum obat kedua obat ini dijarakkan dan saya harus
minum tepat waktu.

Efek samping dari Glimepirid seperti mual,muntah, perut terasa


tidak nyaman dan efek samping dari Amlodipin mual, bengkak
pada kaki sampai jantung berdebar. Jadi nanti merasakan hal-hal di
atas jangan khawatir, itu menandakan obat saya sudah berefek.

24
Kemudian perlu saya hindari tidak mengkonsumsi kopi berlebihan,
hindari makan ikan asin dan gula berlebihan, tidur yang cukup dan
harus banyak gerak.
Untuk penyimpanan obatnya, obat ini dapat simpan di suhu
ruangan dan terhindar dari matahari langsung dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
A. Iya bu tepat sekali buk, berarti ibu sudah paham tentang
penggunaan obat dan cara penyimpananya. Jika sakit yang ibu
rasakan tidak kunjung sembuh, saya sarankan ibu hubungi dokter

P. Baiklah mbak

12. Jadwalkan konseling berikutnya melalui pelayanan Home Care


A. Karena obat ibu ada beberapa efek samping yang perlu dipantau,
untuk itu perlu ditindak lanjuti melalui pelayanan Home Care
dirumah ibu nantinya, untuk jadwal konseling berikutnya kalau ibu
tidak keberatan izinkan saya langsung mengunjungi ibu ke rumah
untuk melihat pemantauan efek terapi dan efek samping dari obat
yang ibu konsumsi saat ini, apakah ibu bersedia saya kunjungi 4
hari kedepan buk?

P. Oh tentu saja saya bersedia mbak, justru saya sangat berterima


kasih sudah mau berkunjung langsung ke rumah saya mbak

A. Iya sama-sama buk, untuk alamatnya bisa dituliskan dikertas ini.


Jika ada yang ingin ditanyakan terkait penggunaan obat saat ini,
ibu bisa langsung hubungi saya atau mungkin merasa ragu atau
lupa dengan penggunaan obatnya. Ini kartu nama saya. Ini obatnya
ya bu, terima kasih sudah bersedia dikonseling, semoga lekas
sembuh buk.

P. Iya baik mbak, terimakasih kembali.

25
3.4 From PIO Pasien Program Rujuk Balik (PRB)

FORM DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT


(PIO)

No.01 Tanggal :1 maret 2021Waktu :5 manit Metode :


Lisan/Tertulis/Telepon )*
1. Identitas Penanya
Nama Ny. Lismawati No. Telp. 082379786545
Status : Pasien / Keluarga Pasien / Petugas Kesehatan ( )*
2. Data Pasien
Umur : 52 tahun; Tinggi : 167 cm; Berat : 80 kg; Jenis kelamin : Laki-
laki/Perempuan )*
Kehamilan : Ya (……minggu)/Tidak )* Menyusui : Ya/Tidak )*
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
1. apa yang dokter katakan terkait keluhan ibu?
2. sudah pernahkah mendapat obat ini sebelumnya bu?
3. ada alergi obat atau makanan?
4. aktivitas dan pola makan sehari hari?
Jenis Pertanyaan:
 Identifikasi Obat  Stabilitas  Farmakokinetika
 Interaksi Obat  Dosis  Farmakodinamika
 Harga Obat  Keracunan  Ketersediaan
 Kontra Indikasi  Efek Samping Obat
 Cara Pemakaian Obat  Lain-lain
 Penggunaan …………………..
Terapeutik
4. Jawaban
1. apa yang dokter katakan terkait keluhan ibu?

Jawab: dokter mengatakan hipertensi dan DM tipe 2

2. sudah pernahkah mendapat obat ini sebelumnya bu?

Jawab: belum pernah

3. ada alergi obat atau makanan?

Jawab: tidak ada alergi obat dan makanan

26
4. aktivitas dan pola makan sehari hari?

Jawab: sehari-hari bekerja dikantor dengan pola makan yang suka dengan manis-
manis dan ikan asin.
5. Referensi
Team Medical Mini Notes. (2017). Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi.
Makasar : MMN Publishing.
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 jam/Lebih dari 24 jam )*
Apoteker yang menjawab :disarankan kepada pasien :
- Sebaiknya sarankan kepada pasien untuk batasi konsumsi ikan asin,
kopi dengan gula yang berlebih dan diimbangi dengan buah dan
sayuran.
- Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
- Aktivitas fisik teratur minimal 30-45 menit sehari,
- Hindari stress, tidur tepat waktu
- Sering minum dan istirahat yang cukup.

Tanggal : 1 Maret 2021 Waktu : 5 menit


Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*

3.5 From Konseling Pasien Program Rujuk Balik (PRB)

27
FORM DOKUMENTASI KONSELING

Puskesmas :Lapai Kota Padang


Jalan :Jl. Komplek Lapai
Nama Pasien : Ny. Lismawati
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Umur : 52 th
Alamat : Komplek Lapai
Tanggal konseling : 1 Maret 2021
Nama Dokter : dr. Riza
Diagnosa : Hipertensi + Dm tipe 2
Nama obat, dosis dan cara : - Glimepirid 2 mg 1 x sehari 1 tablet
pemakaian sebelum makan pada pagi hari
- Amlodipin 5 mg 1 x sehari 1 tab
sesudah makan pada pagi hari
Riwayat alergi : tidak ada
Keluhan : Pasein mengeluh sakit kepala disertai
rasa sakit di dada, jantung berdebar,
leher kaku, penglihatan kabur, sering
kencing, mudah lapar dan haus, badan
terasa lelah dan jika luka sulit sembuh.
Pasien pernah datang : Belum
konseling ada

sebelumnya:
Tindak lanjut: Monitoring tekanan darah dan kadar gula darah
Pasien Apoteker

Lismawati Sofia Nofianti, S.Farm

3.6 Form Riwayat Pengobatan Pasien

FORM RIWAYAT PENGOBATAN PASIEN SEBELUM HOME CARE

28
I. DATA PASIEN
Nama Pasien : Ny. Lismawati
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Dokter : dr. Riza
Umur : 52 th
Berat / Tinggi badan : 80 kg/167 cm
Alamat : Komplek Lapai
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
No. Telp : 082379786545
Kondisi Khusus : Hamil
Anak-anak
Ibu Menyusui
PreLansia

II. PERENCANAAN PASIEN


Riwayat Penyakit : tidak ada
Riwayat Keluarga : DM
Riwayat Pengobatan :tidak ada
Alergi : tidak ada

Nama Obat / Makanan Efek yang tidak diinginkan

Tidak ada Tidak ada

Data Laboratorium
Parameter

PEMERIKSAAN TANDA VITAL SEBELUM HOME CARE


- Tekanan darah : 150/90 mmHg (Normal: <130/80 mmHg)
- Nadi : 84x/i (Normal: 70-80x/i)
- Pernapasan : 23x/i (Normal: 16-20x/i)
- Suhu : 37,2 oC (Normal : 36,6-37,2 oC)

Jenis Hasil Nilai Satuan Interpretasi


Pemeriksaan Rujukan
laboratoriu
m

PEMERIKSAAN GULA DARAH SEBELUM HOME CARE

Glukosa 123 <100 mg/dL Tinggil (Batas atas)

29
Darah Puasa

Glukosa 171 <140 mg/dL Tinggi


darah 2 JPP

III. PENYAKIT SAAT INI


Nama Penyakit : Hipertensi dan DM tipe 2
Lama Menderita : 6 bulan yang lalu
Keluhan : Pasein mengeluh sakit kepala disertai rasa
sakit di dada, jantung berdebar, leher kaku,
penglihatan kabur, sering kencing, mudah
lapar dan haus, badan terasa lelah dan jika
luka sulit sembuh.
Obat :

Obat Dosis Aturan Lama Cara Efek Penanganan Cara


Pakai Penggunaan Pakai Samping Efek Penyimpanan
Samping

Glimepiri 2 mg 1x1 30 hari PO Mual, Pemberian simpan di


d muntah sebelum suhu ruangan
makan dan terhindar
dari matahari
langsung dan
jauhkan dari
jangkauan
anak-anak.

Amlodipin 5 mg 1x1 30 hari PO Sering Pemberian simpan di


BAK pada pagi suhu ruangan
hari dan terhindar
dari matahari
langsung dan
jauhkan dari
jangkauan
anak-anak.

IV. KONDISI TERTENTU

30
( ) Anemia ( ) Glaukoma ()jantung
( ) Arthritis ( ) Gangguan Ginjal ( ) Tiroid
( ) Asma ( ) Hipertensi ( ) TBC
( ) Diabetes ( ) Maag
( ) Emfisema ( ) Penyakit Kuning

V. Saran Apoteker :
- Sebaiknya sarankan kepada pasien untuk batasi konsumsi
ikan asin, kopi dengan gula yang berlebih dan diimbangi
dengan buah dan sayuran.
- Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
- Aktivitas fisik teratur minimal 30-45 menit sehari,
- Hindari stress, tidur tepat waktu
- Sering minum dan istirahat yang cukup.

* Terapi Non Farmakologi

VI. Jadwal Konseling Berikutnya : 5 Maretl 2021

Padang , 1 Maret 2020

Apoteker Pasien / Keluarga Pasien

(Sofia Nofianti, S.Farm) ( Lismawati )


SIPA : 0101010101

HOME PHARMACY CARE


(DIALOG SAAT PTO, MESO & SWAMEDIKASI)

31
3.7 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2021 di rumah pasien yang terletak di Jl.
Komplek Lapai Kota Padang Sumateraa Barat.

3.8 Objek Home Pharmacy Care


Objek dalam pelaksanaan home pharmacy care ini adalah Ibu Lismawati
berusia 52 tahun yang menderita hipertensi dan DM tipe 2.

3.9 Metode Pengkajian


Memantau kepatuhan pasien dalam meminum obat serta menilai
keberhasilan terapi obat yang ditunjukkan dengan nilai pengukuran tekanan darah.
dan glukosa darah.
3.10 Dialog Konseling
Sebelum pelaksanaan pelayanan kefarmasian home care kepada pasien.
Apoteker perlu melakukan penilaian awal terhadap pasien, sehingga jika ada
masalah yang perlu ditindak lanjuti dengan pelayanan kefarmasian dirumah maka
apoteker perlu menjelaskan permasalahannya kepada pasien dan manfaat
pelayanan tersebut serta menawarkan pelayanan home care. Adapun percakapan
antara apoteker dan suami pasien adalah sebagai berikut:

VISITE 1:

(tanggal 5 Maret 2021,Apoteker sampai di rumah pasien)


Apoteker : Selamat siang Pak, saya Sofia Nofianti apoteker dari
Puskesmas Lapai. Apakah benar ini rumah Bu Lismawati?”
Suami Pasien : “Oh iyaa mbak bener. Silahkan masuk mbak?”
Apoteker : “Saya kesini bertujuan untuk melakukan pelayanan
kefarmasian di rumah pasien terkait pemantauan efek terapi
dan efek samping terhadap obat yang diminum ibu Lismawati
4 hari yang lalu serta melihat kondisi Bu Lismawati dan
mengkaji mengenai pemakaian obat hipertensi dan DMnya.
Boleh saya bertemu dengan ibuknya?”

32
Suami Pasien : “Oh boleh Mbak, tunggu sebentar saya panggilkan.”
(ibu Lismawati keluar dari kamarnya)
Apoteker : Selamat siang Ibu, mohon maaf mengganggu waktu nya ibu,
saya mau melihat bagaimana keadaan ibu sekarang?
Pasien : Saya merasa sakit kepala dan nyeri dada saya sudah
berkurang, namun badan tetap sering lemas, namun kaki
saya bengkak setelah mengkonsumsi obat ini sejak tanggal 01
maret kemaren, padahal sebelumnya kaki saya baik-baik saja
dan saya rasa sudah minum obat secara teratur.
Apoteker : boleh saya tau bagaimana ibu selama ini mengkonsumsi obat
hipertensi dan DM ibu:
Pasien : Obat Glimepirid ini untuk gula darah saya minum 1 x 1 pagi
hari sebelum makan dan obat Amlodipin untuk tensi saya
minum 1 x 1 pagi hari sesudah makan
Apoteker : Baik itu sudah benar buk…kalau boleh tau apa ibu pernah
lupa minum obat ini?
Pasien : oh kalau itu, karena saya banyak kerjaan jadi saya sering
melewatkan waktu minum obat saya dan saya sering telat
minum obat ini, namun begitu teringat saya langsung minum
obat ini
Apoteker : jika ibu lupa jam berapa ibu sering mengkonsumsi obat ini?
Pasien : kadang malam kadang mau tidur tapi lebih sering saya minum
obatnya jam 5 subuh pas saya bangun karena jam 7 tersebut
waktu saya dikantor jadi saya sering melupakannya.
Apoteker : kalau boleh saya tau keluhan apa lagi yang sering ibu rasakan
setelah minum obat ini?
Pasien : saya sering makan dan minum bahkan sering buang air
kencing bahkan sampai tengah malam karena saya sering
lapar dan haus
Apoteker : kalau boleh saya tau lagi makanan jenis apa yang sering ibu
makan, apa ibu sering makan makanan berlemak dan manis

33
Pasien : kalau makanan yang saya makan itu bersantan semua, karena
tanpa makanan tersebut saya tidak mau makan kecuali makan
ikan asin sudah saya tinggalkan dan minum kopi juga sudah
saya kontrol.
Apoteker : untuk lebih jelasnya boleh saya periksa tekanan darah ibu dan
gula darah ibu sebentar?
Pasien : iya silahkan mbak

(Apoteker menjelaskan kesalahan ibu Lismawati saat mengkonsumsi


obatnya).
Apoteker : Baiklah ibu terkait keluhan yang ibu rasakan, untuk bengkak
dikaki ibu adalah salah satu efek samping obat amlodipin
yang ibu konsumsi, namun ibu tidak usah khawatir efek
samping ini besifat ringan dan tidak membahayakan, efek
samping ini akan segera hilang.
Dari hasil pengukuran tekanan darah ibu masih
tinggi 160/90 mmHg, dan kadar gula darah ibu juga masih
tinggi 185 mg/dl. Mohon maaf ibu, berdasarkan hasil
pemaparan ibu tadi, ada kaitannya antara kebiasaan minum
obat dan makan ibu dengan tingginya hasil pemeriksaan
tekanan darah dan gula darah ibu tadi. Dikarenakan ibu
sering makan manis-manis dan mengkonsumsi obat yang
tidak teratur sehingga menyebabkan tingginya tekanan darah
dan gula darah ibu meskipun ibu sudah minum obat namun
tidak teratur. karena itu tidak akan berdampak mengurangi
penyakit ibu, karena salah satu faktor tingginya gula darah
juga berasal dari makanan manis dan nasi yang ibu makan
mengandung karbohidrat yang tinggi.
Jadi untuk mempercepat penyembuhan penyakit ibu
agar bisa bekerja tanpa rasa sakit saya sarankan ibu untuk
menghentikan makan makanan terlalu manis, usahakan
minum obat teratur, sering minum air putih, rajin berolahraga

34
minimal 30 menit sehari, karena jika penyakit ibu tidak
tertangani dengan segera, takutnya akan bertambah parah dan
bisa menyebabkan stoke yang sulit disembuhkan,
Pasein : oh begitu ya mbak, baik saya akan dengarkan nasehat mbak
kali ini
Apoteker : baik buk, dan untuk kali ini saya ingin ibu lebih mengontrol
semua yang ibu makan termasuk makanan berlemak ya bu
ya,,, dan supaya ibu tidak lupa jadwal minum obatnya saya
akan membuatkan kartu minum obat ibu, dan kartu ini harus
berada didekat ibu agar ibu bisa mengingat jadwal minum
obat ibu ya...
Pasien : baik mbak, terima kasih ya atas sarannya, saya sangat
berterima kasih karena sudah perduli dan mengunjungi saya
Apoteker : iya bu, dan jika ibu ada waktu dan bersedia 4 hari kedepan
saya akan melakukan pelayanan Home Care lagi lewat media
telephone tekait pemantauan efek terapi dan efek samping
obat ibu apakah ibu bersedia.?
Pasien :iya mbak saya bersedia untuk dilakukan pemantauan efek
terapi obat saya
Apoteker :baik bu terima kasih atas waktunya semoga lekas sembuh,
Pasien : iya mbak terima kasih kembali.

VISITE KE 2 MELALUI MEDIA TELEKOMUNIKASI:


Apoteker rmelakukan follow up terhadap pelayanan home care yang
akan dilakukan melalui media telekomunikasi. Ada pun percakapan yang
terjadi adalah:

Pasien : Selamat siang, Ada yang bias di bantu?


Apoteker : Hallo, selamat siang saya Apoteker Sofia Nofianti dari
Apotek Pukesmas Lapai. Mohon maaf mengganggu
waktunya sebentar. Apakah saya berbicara dengan ibu
Lismawati?
Pasien : Iya mbak ini saya sendiri,

35
Apoteker : Begini ibu, saya ingin bertanya tentang kondisi ibu sekarang,
apakah ibu masih merasakan sakit pada kaki ibu dan apakah
badan ibu masih terasa lemah sampai saat ini?
Pasien : Oh kaki saya sudah tidak bengkak lagi, badan saya juga tidak
terasa lemah lagi sekarang saya sudah bisa beraktifitas seperti
biasanya lagi tanpa ada beban sakit yang saya rasakan,, benar
kata mbak Sofia karena saya telah mengontrol pola makan
saya dengan ketat dan minum obat secara teratur melalui
kartu minum obat, saya sudah tidak merasa sering makan dan
minum lagi, dan saya rasa jika saya mengecek tekanan darah
dan gula darah saya lagi saya yakin sudah turun, terima kasih
mbak atas saran dan edukasinya. Sampai saat ini saya tidak
lagi memakan makanan yang berlemak dan berkarbohidrat
tinggi
Apoteker : Syukurlah ibu, apakah terdapat keluhan lain yang ibu
rasakan? Apa ibu masih jarang olahraga?
Pasien : Tidak ada mbak saya sekarang sudah setiap hari berolahraga
minimal 30 menit, saya merasa badan saya sudah lebih sehat,
dan bisa bekerja dengan nyaman.
Apoteker : Baik ibu, jika ibu sudah tidak mengalami lemas lagi tapi
untuk menjaga agar tekanan darah dan gula darah ibu tetap
terkontrol saya sarankan ibu tetap menjaga asupan makan dan
poha hidup yang sehat ya ibu ya bu,
Pasien : “Baik mbak, terimakasih atas sarannya mbak.”
Apoteker : “Terima kasih kembali ibu, saya tutup teleponnya selamat
siang”

3.11 Form Pemantauan Terapi Obat (PTO)

36
FORM DOKUMENTASI HOME PHARMACY CARE
PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)

Nama Pasien : Ny. Lismawati


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 52 th
Alamat : Komplek Lapai
No. Telepon : 082379786545
No Tanggal Kunjungan Catatan Pelayanan Apoteker
5 Maret 2021  Monitoring efek samping Amlodipin dan
glimepirid
 Monitoring kepatuhan pasien minum obat
 Monitoring tekanan darah dan gula darah
 Sarankan pasien atur pola hidup sehat,
banyak minum dan olahraga

No Tanggal Catatan Nama Obat, Identifikasi Rekomendasi/


Pengobatan Dosis, Cara Masalah Tindak Lanjut
Pasien Pemberian terkait Obat
Riwayat Tidak ada Amlodipin Monitoring
dapat kaki yang
penyakit
menyebabka bengkak
n edema
perifer pada
pasien

Riwayat Tidak ada Tidak ada Tidak ada


penggunaan obat

Riwayat alergi Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Padang, 5 Maret 2021


Apoteker

Sofia Nofianti, S.Farm


3.12 Hasil Pemeriksaan Pasien saat Home Care

37
Dari hasil pemeriksaan kedua gula darah menggunakan alat Easy Touch
GCU dan tekanan darah menggunakan tensimeter dirumah Ny. Lismawati,
berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. Lismawati memiliki kadar gula darah
meningkat menjadi 185 mg/dl dan hasil tekanan darah pasien yang juga tinggi
160/90 mmHg dari hasil sebelumnya, hal ini Karena pasien tidak berhasil
mengontrol tekanan darah dan gula darahnya, namun setelah diedukasi melalui
pelayanan langsung ke rumah pasien, didapatkan setelah hasil pemantauan lagi
lewat media telekomunikasi pasien sudah tidak mengeluhkan penyakitnya lagi
dan sudah dapat menjalankan aktivitas seperti orang normal saat bekerja hal ini
pasien sudah berhasil mengontrol tekanan darah dan gula darahnya sendiri selain
itu hal ini juga dikarenakan terkontrol oleh obat-obatan antihipertensi dan
antidiabetes yang pasien dapatkan, meskipun sudah terkontrol dengan baik namun
tetap disarankan kepada pasien untuk tetap mengontrol tekanan darah dan kadar
gula darah agar tidak terjadi peningkatan komplikasi.
Tabel 1.Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien Saat Home Care
Jenis Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Pemeriksaan Rujukan

Glukosa darah 185 <100 mg/dL Tinggi


Puasa
(alat Easy Touch
GCU)

Tekanan Darah 160/90 <130/80 mmHg Tinggi


(Tensimeter)

3.13 Pengobatan Pasien Saat Ini


Pasien Ny. Lismawati mendapatkan resep dari dokter berupa obat-obatan
untuk mengontrol tekanan darah dan gula darah yaitu sebagai berikut:
R/ Glimepirid 2 mg No. XXX
S 1 dd 1
R/ Amlodipin 5 mg No. XXX
S 1 dd 1

38
3.14 Uraian Mengenai Obat-Obat yang diterima Pasien
No Nama Obat Uraian Keterangan
.

1. Glimepirid Komposisi glimepirid 2 mg

Indikasi Dm tipe 2

Dosis Dosis harian : 1-8 mg/hari(diberikan


1 x sehari)
Dosis maksimal : 8 mg/hari,
diberikan sebelum makan

Interaksi Obat Meningkatkan resiko hipoglikemik


jika diberikan bersama insulin,
alkohol, fenformin, sulfonamide,
salisilat dosis besar, penilbutazone,
probenesid, kloramfenikol, dan
penghambat MAO

Efek samping Hipoglikemia, mual muntah diare


konstipasi, gangguan hati, gangguan
darah.

Kontraindikasi Gangguan fungsi hati, gagal ginjal,


porfiria, ketoasidosis, kehamilan dan
menyusui.

Perhatian Pada pasien resiko tinggi


hipoglikemia, tidak untuk pasien
tunggal DM Juvenil, kebutuhan
insulin tidak stabil.

2. Amlodipin Komposisi Amlodipin 5 mg

Indikasi Anti hipertensi, profilaksis angina

Dosis Dosis awal 1-5 mg/hari


Dosis maksimal 10 mg/hari

39
Interaksi Obat Amlodipin dengan simvastatin dapat
meningkatkan konsentrasi pplasma,
berisiko meningkatkan miopati,
meningkatkan resiko toksisitas
muskuloskletal

Efek samping sakit kepala, mual, bengkak pada


kaki sampai jantung berdebar.

Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap amlodipin,


syok kardiogenik, angina pektoris

Perhatian Gangguan fungsi hati, hamil dan


laktasi

3.15 Drug Related Problem (DRP)


Rekomendasi
DRP
Check list

Indikasi tidak terobati - Tidak terdapat indikasi yang tidak terobati

Obat tanpa indikasi - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai


dengan indikasi medis

Pemilihan obat tidak - tidak terdapat pemilihan obat yg tidak tepat


tepat

Dosis subterapetik - tidak terdapat obat dibawah dosis


seharusnya

Overdosis - tidak terdapat obat overdosis

Gagal mendapatkan - Tidak gagal mendapatkan terapi


terapi

Interaksi obat - Amlodipin dengan simvastatin dapat


meningkatkan konsentrasi plasma, berisiko
meningkatkan miopati, meningkatkan
resiko toksisitas muskuloskletal.

Efek samping - efek samping masing-masing obat

40
merugikan tercantum ditabel atas*

SOAP PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)

S Tgl.1/3/21 Tgl.5/3/21
O
A Saat berobat di puskesmas Saat home care
P

Pasien gelisah, Pasein mengeluh sakit Pasien masih merasa sakit


kepala disertai rasa sakit di dada, jantung kepala, dan nyeri dada
S berdebar, leher kaku, penglihatan kabur, sudah berkurang, namun
sering kencing, mudah lapar dan haus, badan tetap sering lemas,
badan terasa lelah dan jika luka sulit dan kaki bengkak setelah
sembuh. mengkonsumsi obat ini
sejak tanggal 01 maret
2021 kemaren, padahal
sebelumnya kaki pasien
baik-baik saja
- Tekanan darah : 150/90 mmHg (Normal: <130/80 - Glukosa darah (alat Easy Touch
mmHg) GCU) = 185 mg/dL (normal <
O - Nadi : 84x/i (Normal: 70-80x/i) 100 mg/dL)
- Pernapasan : 23x/i (Normal: 16-20x/i) - Tekanan darah (alat
- Suhu : 37,2 oC (Normal : 36,6-37,2 oC) tensimeter)160/95(normal<130/90
mmHg)
-Gula darah Puasa : 123 mmHg (Normal: <100 mg/dl)
- G2pp : 171 mg/dl (Normal: <140 mg/dl) Terapi pasien:

Terapi pasien: 1. Glimepirid 2 mg 1 x 1 pagi a.c

1. Glimepirid 2 mg 1 x 1 pagi a.c 2. Amlodipin 5 mg 1 x 1 pagi p.c

2. Amlodipin 5 mg 1 x 1 pagi p.c

- Hipertensi - Hipertensi
Diabetes mellitus tipe 2 - Diabetes mellitus tipe 2
A

41
- Konseling pasien terkait aturan penggunaan - Konseling pasien untuk
obat hipertensi dan diabetes melitus meningkatkan kepatuhan
- Melanjutkan terapi amlodipin 5 mg dan pasien minum obat, aturan
glimepirid 2 mg dan observasi tanda-tanda minum obat hipertensi dan
P vital normal:
diabetes mellitus
Td : 100/70 mmHg, - Melanjutkan terapi amlodipin
5 mg dan glimepirid 2 mg
N : 80 x /menit,
- observasi tanda-tanda vital
R : 20 x /menit,
Td : 100/70 mmHg,
S : 36.50C. N : 80 x /menit,

R : 20 x /menit,

S : 36.50C.

SARAN DAN KESIMPULAN :


Cara penggunaan obat yang dilakukan sudah tepat dengan memberikan jarak
aturan pemakaian seperti :
• Pemakaian Glimepirid 2 mg dan diberi jarak. Glimepirid 1 x 1 30 menit
sebelum makan pagi hari dan Amlodipin 5 mg 1 x 1 60 menit sesudah
makan pagi hari.
• Pemakaian Glimepirid 2 mg dan Amlodipin 5 mg 1 x 1 karna saling
meningkatkan efek masing-masing obat dan dapat menyebabkan mual jika
diberikan bersamaan dengan makanan.
• Glimepirid bekerja dengna cara meningkatkan sekresi insulin sehingga
dapat mengontrol kadar glukosa dalam darah sedangkan amlodipin bekerja
dengan cara menghambat ion Ca masuk ke dalam sel sehingga terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah.
• Lakukan pemantauan glukosa darah dan tekanan darah minimal 1 kali
seminggu.

42
3.16 Dokumentasi Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
DOKUMENTASI HOME PHARMACY CARE
(MESO)

Nama : Ny. Lismawati


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
No Telepon : 082379786545
Alamat : Jl. Komplek Lapai
No Tanggal Pelayanan Apoteker
. Kunjungan

1. 1 maret 2021 Pertanyaan Jawaban

Kepatuhan Pasien menyatakan bahwa


pasien meminum obat hipertensi dan
meminum obat gula darah sekali dalam 1 hari
sesuai atas arahan dokter namun
jarang meminum kedua obat
tepat waktu sehingga dilihat hasil
pemeriksaan tekanan darah dan
gula darah saat dirumah pasien
masih tetap tinggi.

Keluhan efek Pasien mengeluh kaki bengkak


samping yang
dirasakan

Sejarah sebelum hipertensi karena faktor umur


terkena penyakit dan keturunan, gula darah
karena pola makan tidak baik
makan makanan yang berlemak
dan makanan asin, dan sehari
hari bekerja duduk dikursi.

Konsultasi setiap bulan ke dokter dan

43
penyakit ke mendapatkan resep kemudian
dokter resep ditebus di Apotek
Puskesmas Lapai

Cek satu tahun terakhir medical check


Laboratorium up (terakhir akhir tahun 2020)
terakhir

Penyimpanan penyimpanan obat di kamar


obat diletakan dalam etiket.

Makanan yang tidak ada alergi makanan


biasa dimakan sehingga semua makanan bisa
dimakan, sering memakan
makanan yang digoreng dan
berlemak (sangat suka daging),
namun tidak diimbangi dengan
sayuran

Olahraga tidak pernah olahraga, hanya


naik turun tangga

Mengukur Hasil tekanan darah 150/90 dan


tekanan darah naik menjadi 160/90 mmHg dan
gula darah 171mg/dl naik
menjadi 185 mg/dl

Saran dari 1. Memastikan pasien rutin minum obat hipertensi


mahasiswa dan gula darah karena yang dilihat pasien kurang
PKPA ke patuh dalam mengkonsumsi obat dikarenakan
pasien sibuk bekerja sehingga disarankan pasien untuk
mengontrol pola makan dan hidup yang sehat,
hal ini ditandai dengan hasil cek tekanan darah
terakhir saat home care 160/90. Obat amlodipin
sebagai penurun tekanan darah dikonsumsi
sekali sehari pagi hari setelah makan untuk

44
menjaga tekanan darah. Jika tekanan darah tidak
stabil akan merugikan pasien karena respon
tubuh akan menjadi lemas, sakit kepala hebat,
nyeri di daerah dada dan hipertensi merupakan
penyebab utama stroke.
2. Memastikan pasien juga rutin meminum obat
gula darah mengingat pasien memiliki tubuh
yang besar (BB=80kg) terjadi penumpukan
kadar gula darah di tubuh, untuk menjaga gula
darah pada batas normal diperlukan obat penurun
guna darah yakni glimepirid diminum 1 x 1 pagi
hari sebelum makan. jika kadar gula darah
meningkat dapat mengakibatkan gangguan
jantung, ginjal, sampai stroke.
3.17 Formulir Pelaporan Efek Samping Obat.

Padang, 5 Maret 2021

Mahasiswi Apoteker Pasien / Keluarga


Pasien

( Sofia Nofianti, S.Farm ) (Lismawati )

SIPA : 3105065

45
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang dilakukan


terhadap salah satu pasien dengan penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2
yang menerima obat dari Apotek Puskesmas Lapai Kota Padang dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki kepatuhan yang kurang baik terhadap
konsumsi obat yang diberikan yang didukung dengan data hasil pengukuran
terakhir saat kunjungan visite ke rumah pasein dengan tekanan darah pasien
tersebut yaitu 160/90 mmHg dan gula darah pasien 185mg/dl.

4.2 Saran

1. Disarankan kepada pasien untuk menjaga pola hidup sehat dan


mengontrol pola makan disertai dengan olahraga teratur
2. Disarankan kepada pasien untuk rutin dan teratur mengkonsumsi obat
antihipertensi dan antidiabetes agar kadar gula darah dan tekanan darah
pasien terkontrol dan tidak menyebabkan komplikasi yang memparah
penyakit pasien.

46
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Statistical Update, p. 205.
Arifin, M., H., B., M (2016). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Petang I Kabupaten Bandung Tahun 2016.Skripsi. FK Universitas
Udayana. Denpasar.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. (2014). Panduan Praktis
Program Rujuk Balik. BPJS Kesehatan, Jakarta.

Bell, K, Twigss, J, & Orlin, B., R. (2015). Hypertension:The Silent Killer.


Updated JNC 8 Recommendation. Continuing Study. Auburn University.
Alabama
Dipiro, J., T. (2009). Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach Handbook
7th edition, Mc Graw Hill: New. York.
Ibrahim, A., Erna, P., Tri, M.A. (2007). Evaluasi Kerasionalan Pengobatan
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama Semarang Tahun 2006. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik, 1(4)
Krisantini. M. (2011). Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Diabetes
Melitus 2 Dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS Harapan
Magelang (Skripsi). Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Menkes, Jakarta.

Pacheo, C.A., Parrott, M.A., Raskin, P. (2002). The treatment of hypertension in


adultpatients with diabetes. Diabetes journal [Internet]. 2002 (diakses

47
tanggal 5 Maret 2021). Diakses dari:http://care.diabetesjournal.org/cgi;
134-143.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Stockley, I. H. (2010). Drug interaction 9th ed. Blackwell Sci Publ. London.
Sweetman, S.,C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Thirty Sixth
Edition. Pharmaceutical Press: New York.
Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya,Halaman 63, 65, 66, Edisi kelima, Jakarta, PT
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
World Health Organization (WHO). (2006). Guidelines for The Prevention
Management and Care of Diabetes Melitus. New York

48

Anda mungkin juga menyukai