Anda di halaman 1dari 44

CASE REPORT STUDY

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PADANG PANJANG

INSTALASI FARMASI

Perseptor:
Apt. Rahmi Safyanti, M. Farm
Apt. Delli Syam, S. Farm

OLEH:

KELOMPOK 3

Prastika Purnama Sari, S. Farm 31 05 063


Rahmat Hidayat, S. Farm 31 05 071
Atika Sri Indriyani ,S. Farm 31 05 075

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

ANGKATAN XXVII

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Standar

pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

bagi ketenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian

(Permenkes 72, 2016).

Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit .

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai

hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi Farmasi

harus memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai dengan

beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan

Instalasi Farmasi (Permenkes 72, 2016).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek

kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus

menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur

dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

2
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan

perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi

sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan

laporan kepada Kepala BPOM.

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan

Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Sedangkan administrasi harus

dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran

kegiatan yang sudah berlalu.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu

kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.

Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan

peralatan.

Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut

juga harus mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan

manajemen risiko.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah RSUD Padang Panjang

RSUD Kota Padang Panjang bermula dari Poliklinik yang didirikan oleh

Belanda pada tahun 1940 yang beralamat di Jl. KH.A Dahlan No.5 Kota Padang

Panjang. Kemudian pada tahun 1943 Poliklinik tersebut dikuasai oleh Jepang.

Tahun 1946 Poliklinik diambil alih oleh TNI sampai dengan tahun 1969. Pada

tahun 1970 Poliklinik diserahkan kepada Pemerintah Daerah dijadikan sebagai

Rumah Sakit Umum. 

Pada tahun 1980 RSU ini dijadikan menjadi RSU kelas D, selanjutnya

pada tanggal 12 november 1984 diresmikan oleh Mentri Kesehatan RI dr.

Suwardjono Surjaningrat sebagai rumah sakit kelas C. Pada tahun 2007 RSUD

Kota Padang Panjang pindah bangunan ke Jl.Tabek Gadang Kel. Ganting kec.

Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang. Pada tahun 2008 dengan SK

Menkes RI Nomor: 07.06/III/906/2008 tanggal 19 maret 2008 tentang

pemberian izin penyelenggaraan RSUD Kota, berstatus sebagai RSUD tipe C

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian

Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional

yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit . Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

4
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai

sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan

klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri (Permenkes

72, 2016).

2.2.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional

serta sesuai prosedur dan etik profesi;

2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna

memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;

4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien; Berperan

aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;

5. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan

Pelayanan Kefarmasian;

6. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit (Permenkes 72, 2016).

5
2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh

rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan

kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,

dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan

administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan

proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam

ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,

dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi

Farmasi sistem satu pintu.

2.3.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.

2.3.2 Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

6
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia.

2.3.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

2.3.4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak

atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait

penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

2.3.5 Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas

dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

7
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud

meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label

yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,

tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk

kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien

dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada

area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang

kurang hati-hati.

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa

oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang

lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara

benar dan diinspeksi secara periodik.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus

disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda

khusus bahan berbahaya.

8
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk

menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas

medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan

tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First

Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)

tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi

untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah

ditetapkan;

b. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;

c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain. 6. Pendistribusian

9
2.3.6 Distribusi

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien

dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.

Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin

terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi

Farmasi.

2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola

(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada

penanggung jawab ruangan.

4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

10
b. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

Instalasi Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau

ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan

untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b

+ c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk

pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat

dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor

stock atau Resep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan:

a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

11
2.3.7 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan

perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi

sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan

laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai bila:

a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b. telah kadaluwarsa;

c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau

kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan terdiri dari:

a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang akan dimusnahkan;

b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

12
c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

2.3.8 Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan

Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;

b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan

c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);

b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan

berturut-turut (death stock);

13
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

2.3.9 Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,

pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan

Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester

atau pertahun).

Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang

berlaku.

Pencatatan dilakukan untuk:

1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;

2) dasar akreditasi Rumah Sakit;

3) dasar audit Rumah Sakit; dan

4) dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

1) komunikasi antara level manajemen;

14
2) penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi

Farmasi; dan

3) laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan

Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu

menyelenggarakan administrasi keuangan.

Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan

analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan

laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara

rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak

terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara

membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan Perbekalan Kefarmasian

Acuan standar pelayanan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai di Rumah Sakit adalah Permenkes RI No. 72 Tahun 2016

tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT.

Serangkaian proses pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kota Padang Panjang sesuai dengan proses yang dipaparkan

Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 dimulai dari pemilihan, perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan

dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.

3.2 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi

Pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan,

karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat

usulan pemusnahan kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur dan peraturan

perundang – undangan yang belaku.

Tujuan pemusnahan untuk menjamin Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai

dengan standar yang berlaku.

16
Penarikan Sediaan Farmasi yang tidak memenuhi standar atau ketentuan

peraturan perundang – undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan

perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi

sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan

laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan

dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kasehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

bila :

 Produk tidak memenuhi persyaratan mutu

 Telah kadaluarsa

 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan

 Dicabut izin edarnya

Tahapan pemusnahan terdiri dari :

Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang akan dimusnahkan.

Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan

Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait

Menyiapkan tempat pemusnahan

Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

17
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang sistem pemusnahan

dan penarikan kembali Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan dengan cara :

 Apabila barang dapat di retur, barang yang expired di data dan

dikumpulkan terlebih dahulu dari masing – masing depo dan gudang

selanjutnya di inventarisir biasanya 6 bulan sebelum tanggal kadaluarsa

dan penarikan barang oleh PBF atau distributor dilakukan 3 bulan sebelum

tanggal kadaluarsa atau tergantung dengan kesepakatan antara pihak

distributor dan pihak rumah sakit dalam hal pemesanan dan penerimaan.

Pihak distributor dapat melakukan penggantian barang sesuai dengan

nominal atau pemotongan tagihan sesauai dengan nilai barang yang

dikembalikan.

 Apa bila barang tidak dapat dilakukan retur, barang di data dan

dikumpulkan dari masing – masing depo dan gudang selanjutnya oleh

petugas dilakukan inventarisir dan di letakkan di gudang karantina sambil

menunggu waktu pemusnahan.

Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga yang biasanya sudah melakukan

atau memusnahkan sampah – sampah infeksius. Pihak ketiga ini terdiri dari

Bagian Keuangan, Tenaga Kefarmasian yang diketahui oleh Kepala Rumah Sakit,

setelah pihak ketiga ini terbentuk selanjutnya akan mengirimkan surat kepada

masing – masing divisi tentang pemusnahan yang akan dilaksanakan. Kemudian

pemusnahan dilakukan di incinerator yang berada di RSUD Kota Padang Panjang.

Setelah proses pemusnahan pihak ketiga akan memebrikan surat berita acara ke

masing – masing divisi tentang acara pemusnahan.

18
3.3 Pengendalian

Sebagai akibat penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan

menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik menimbulkan

infeksi mikroorganisme yang tidak dapat diobati dengan antibiotik biasa,

berakibat perlunya digunakan antibiotik jenis baru dengan spektrum lebih luas.

Infeksi mikroorganisme yang tidak dapat diobati akan berakibat pada peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas. Penggunaan antibiotik jenis yang lebih baru juga

meningkatkan biaya perawatan yang harus dibayar oleh pasien. Akibat lainnya

adalah perubahan ekologi infeksi rumah sakit serta efek toksik yang tinggi, juga

masalah psikologis pasien dan keluarga.

Formularium antibiotik merupakan daftar sederhana obat yang tersedia

untuk digunakan di suatu rumah sakit. Pengendalian formularium efektif

mempengaruhi peresepan antibiotik sekaligus dapat mengurangi penggunaan dan

resistensi terhadap antibiotik.

Standar yang harus dipegang dalam menyusun dan menerapkan

formularium antibiotik adalah sebagai berikut :

a. Antibiotik yang akan dimasukkan ke dalam formularium dipilih

terutama berdasarkan bukti efikasi. Pertimbangan lain terkait dengan kelebihan

yang dimiliki oleh suatu antibiotik, seperti tidak mudah mengalami resistensi,

profil baik secara farmakokinetik dan farmakodinamik, efek samping minimal,

dan relatif murah. Sebaiknya dihindari duplikasi antibiotik sehingga efisien dalam

pengadaannya.

b. Pemilihan antibiotik mengacu pada pola kepekaan kuman setempat.

19
c. Antibiotik disusun menurut pembatasan penggunaanya, dimulai dari

antibiotik yang dapat digunakan secara luas hingga antibiotik yang hanya dapat

diresepkan untuk indikasi tertentu.

d. Formularium harus direvisi secara berkala untuk mengeluarkan

antibiotik yang sudah tidak efektif berdasarkan pola kepekaannya dan

memasukkan antibiotik yang dipandang diperlukan. e. Compliance terhadap

penerapan formularium diaudit secara rutin.

Di RSUD Padang Panjang pasien mendapatkan antibiotik berdasarkan

peresapan yang diberikan oleh dokter sesaui dengan diagnosanya. Penggunaan

antibiotik yang tepat akan meningkatkan kualitas kesehatan pada pasien. Dari

penggunaan antibiotik yang terdapat di RSUD Padang Panjang terdapat berbagai

bentuk sediaan seperti peroral, topikal dan injeksi.

Pada tahun 2020 RSUD Padang Panjang menyediakan kurang lebih 300

item antibiotik yang terdiri dari berbagai golongan dan bentuk sedian. Pada sedian

oral terdapat 150 item antibiotik dapat dosis yang berbeda-beda dan golonganya,

sedangkan untuk sedian injeksi 89 item dan untuk topikal 46 item. Sesuai dengan

PERMENKES 72 tahun 2016 tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit pada

bagian pengendalian memiliki cara mengendalian persediaan farmasi yaitu a.

melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving), b.

melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan

berturut-turut (death stock), c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan

berkala. Maka dari itu kami melakukan evaluasi terhadap pemakaian antibiotik

pada tahun 2020 dengan waktu empat bulan berturut turut dan menjadi 3

kelompok.

20
Pada awal bulan januari- april terdapat pemakaian antibiotik keselurahan

80.719 item dengan rincian 74.541 item untuk pemakain oral dengan presentase

92,35 % , untuk pemakaian antibiotik injeksi 5.600 item dengan presentase 6,93%

sedangkan untuk sedian topikal sebanyak 347 item dengan prensemtase 0,43 %.

Pada pertengahan bulan mei-agustus terdapat pemakaian antibiotik

keselurahan 53.145 item dengan rincian 49.145 item untuk pemakaian oral dengan

presentase 92,47 % , untuk pemakaian antibiotik injeksi 3.172 item dengan

prensentase 5,96% sedangkan untuk sedian topikal sebanyak 558 item dengan

prensentase 1.05%.

Pada akhir bulan September- Desember terdapat pemakaian antibiotik

keseluhan 69.117 item dengan rincian 66.078 item antibiotik yang digunakan

secara oral dengan presentasi 95,60 %, untuk pemakaian antibiotik injeksi 2.473

item dengan presentasi 3,57 % , sedangkan untuk pemakain antibiotik secara

topikal sebanyak 331 item antibotik dengan presentasi 0,49 %

Dari data-data tersebut pemakaian antibiotik terbanyak adalah secara oral

dengan prensentasi di atas 90 % lalu disusul dengan pemakaian antibiotik secara

injeksi dan yang terakhir secara topikal. Maka dari itu tujuan dari pengendalian

sediaan farmasi di instalasi RSUD Padang Panjang penggunaan Obat sesuai

dengan Formularium Rumah Sakit, penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan

terapi, dan memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi.

21
3.4 Administrasi

A. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor

transaksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

keluar dan masuk dilingkungan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Adanya

pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi

penarikan dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan

digital (komputerisasi) maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk

melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok Induk.

Fungsi :

1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi

(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluarsa)

2. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)

jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.

3. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan,

pengadaan, distribusi, dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik

perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

1. Kartu stok diletakkan bersamaan dan berdekatan dengan perbekalan

farmasi bersangkutan

2. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari

22
3. Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang,

rusak atau kadaluwarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok,

4. Penerimaan dan pengeluaran di jumlahkan pada setiap akhir bulan.

Informasi yang didapat :

 Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang tersedia (sisa stok)

 Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang diterima

 Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang keluar

 Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang hilang atau rusak atau kadaluarsa

 Jangka waktu kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

Hal – hal yang harus diperhatikan :

 Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan

pengeluaran perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk

 Kartu stok induk :

1. Sebagai pencerminan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang ada di gudang

2. Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

3. Alat bantu dalam menentukan kebutuhan

23
 Bagian judul pada kartu induk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai diisi dengan:

1. Nama perbekalan farmasi tersebut

2. Sumber atau asal perbekalan farmasi

3. Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung

sebesar waktu tunggu

4. Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan = sebesar

stok kerja + waktu tunggu + stok pengaman

 Kolom – kolom pada Kartu Stok Induk persedian Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai diisi dengan :

1. Tanggal diterima atau dikeluarkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai

2. Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain

3. Dari siapa diterima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai atau kepada siapa dikirim

4. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang diterima berdasarkan sumber anggaran

5. Jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang dikeluarkan

6. Sisa stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dalam persediaan

7. Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun kadaluwarsa,

nomor bacth dan lain – lain.

24
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Panjang sistem

pencatatan stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

di gudang sudah sangat baik memenuhi peraturan yang telah di tetapkan dengan

menggunakan kartu stok atau kartu control untuk setiap jenis Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai satu kartu control, diisi setiap

barang datang dan barang keluar. Namun pengendalian di Apotek RSUD Kota

Padang Panjang menggunakan sistem elektronik atau komputerisasi.

Pelaporan

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi

perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada

pihak yang berkepentingan.

Tujuan :

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

b. Tersedianya informasi yang akurat

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan

d. Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan

Jenis laporan yang sebaiknya dibuat oleh IFRS meliputi :

No Jenis Laporan Kegunaan Ket


Keuangan (laporan yang telah Untuk keperluan audit, wajib
1
dikeluarkan oleh IFRS) dibuat
Untuk keperluan
2 Mutasi perbekalan farmasi
perencanaan, wajib dibuat
Penulisan resep generic dan Untuk keperluan pengadaan,
3
non generik wajib dibuat
4 Narkotika dan Psikotropika Untuk audit POM dan

keperluan perencanaan, wajib

25
dibuat
Untuk keperluan audit dan
5 Stock opname
perencanaan, wajib dibuat
Pendistribusian, berupa Untuk keperluan audit dan
6
jumlah dan rupiah perencanaan, wajib dibuat
Untuk keperluan audit dan
7 Penggunaan obat program
perencanaan, wajib dibuat
Jaminan kesehatan bagi

Pemakaian perbekalan masyarakat miskin untuk


8
farmasi keperluan audit dan

perencanaan, wajib dibuat


9 Jumlah resep Untuk keperuan perencanaan
Untuk keperluan

Kepatuhan terhadap perencanaan, informasi untuk


10
formularium KFT (Komite Farmasi

Terapi)
Untuk keperluan

perencanaan, informasi untuk


11 Penggunaan obat terbesar
KFT (Komite Farmasi

Terapi)
Untuk keperluan

perencanaan, informasikan
12 Penggunaan antibiotik
untuk KFT (Komite Farmasi

Terapi)
13 Kinerja Untuk audit

B. Administrasi Keuangan

Administrasi keuangan disini mencakup anggaran yang diperoleh rumah

sakit untuk dana pembelanjaan kebutuhan rumah sakit. Administrasi keuangan

26
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan

informas keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan

dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam

periode bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.

Di RSUD Kota Padang Panjang administrasi keuangan jika barang masuk

dari PBF atau Distributor pihak PBF akan menitipkan faktur barang kebagian

penerimaan barang, selanjutnya panitia penerimaan membuat berita acara

pembayaran yang selanjutnya diberikan kepada bagian keuangan, selanjutnya

bagian keuangan akan melakukan pembayaran kepada pihak PBF atau Distributor

dilakukan dengan transfer langsung ataupun menggunakan giro.

C. Administrasi Pemusnahan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrasi pemusnahan

yaitu:

1. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

2. Nama dan jumlah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai

3. Nama apoteker pelaksana pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai

4. Nama saksi dalam pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

5. Laporan pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai

27
Pemusnahan atau penghapusan dilakukan oleh pihak ketiga yang mendapat

surat tugas dari Kepala Rumah Sakit. Setelah tim terbentuk selanjutnya tim

pemusnahan memeberikan surat pemberitahuan tentang jadwal pemusnahan.

Setelah pemusnahan dilakukan maka akan dikirimkan surat berita acara

pemusnahan yang diketahui oleh kepala rumah sakit dan kepala instalasi farmasi

rumah sakit dengan beberapa saksi telah dilakukan pemusnahan di Rumah Sakit

Umum (RSUD) Kota Padang Panjang.

BAB IV

KESIMPULAN

28
Berdasarkan hasil pengamatan, serangkaian kegiatan yang telah dilakukan,

dan wawancara dengan tenaga teknis kefarmasian, Apoteker, dan tenaga terkait

mengenai Pemusnahan dan penarikan, Pengendalian, dan Administrasi Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dilakukan oleh

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Panjang memenuhi standar

Permenkes No. 72 tahun 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes Depkes RI Bekerjasama dengan Japan


International Cooperation Agency. (2010). Pedoman Pengelolaan

29
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Dirjen Bina Kefarmasian dan
Alkes Depkes RI: Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Nomor :147/Menkes/Per/I/2010 tentang


Pelayanan kefarmasian RumahSakit

Kementrian Kesehatan, 2014. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia


nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah
sakit. Departemen kesehatan republik indonesia: Jakarta

Permenkes RI. (2016). Permenkes no.72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian


di Rumah Sakit. Direktur Jendral Peraturan Perundang-Undangan
Kementrian Hukum dan HAM RI : Jakarta

Perpres RI. (2018). Perpres no 16 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.


Direktur Jendral Peraturan Perundang-Undangan Kementrian Hukum dan
HAM RI : Jakarta

Lampiran

Barang di data oleh TKK

30
Barang diletak di gudang
karantina

Barangian administrasi
merangkum barang

Menunggu konfirmasi dari


TIM pemusnahan

Gambar. Bagan Alur Pemusnahan Obat dan BHP di RSUD Padang Panjang

Pembentukan TIM pihak ketiga

31
TIM pihak ketiga juga melakukan
pemusnahan sampah infeksius

Pemusnahan diketahui oleh kelapa RS,


bagian keuangan dan instalasi farmasi

Pihak ketiga memberikan informasi


tentang jadwal pemusnahan

Dilakukan pemusnahan di
incinerator RSUD PP

Setelah pemusnahan berita acara


diberikan kepada kepala RS,
bagian keuangan dan instalasi
farmasi

Gambar. Bagan Kerja Tim Pemusnahan

Obat didata 6 bulan sebelum EXP


dari tiap depo

32
Barang dihitung inventarisir
konfirmasi

Penarikan 3 bulan sebelum barang


EXP

PBF mengganti barang baru sesuai


dengan nominal barang atau
dipotong dengan tagihan

Gambar. Alur Retur Obat di RSUD Padang Panjang

33
34
Gambar. SOP Pemusnahan Sediaan Farmasi yang Rusak dan Kadaluarsa.

Gambar. SOP Pemusnahan Resep

35
Gambar. SOP Sistem Penarikan Obat Kadaluarsa

36
Gambar. SOP Sistem Penarikan Obat

37
Gambar. Incenerator RSUD Padang Panjang

38
39
Gambar. Berita Acara Pemusnahan Obat Kadaluarsa/Rusak

40
Gambar. Berita Acara Pemusnahan Resep

41
Gambar. Formulir Pemakaian Pemakaian Narkotika

42
Gambar. Formulir Pelaporan Pemakaian Psikotropika

43
44

Anda mungkin juga menyukai