Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang berada didaerah tropis yang mempunyai

keanekaragaman hayati yang sangat besar, kaya akan bahan baku obat, sehingga

fitofarmaka merupakan suatu pilihan pengobatan yang menarik dan dapat secara

terus menerus dikembangkan. Indonesia memiliki kurang lebih 30.000 spesies

tanaman dan 7.000 spesies termasuk kedalam tanaman berkhasiat yang telah

dilakukan penelitian secara ilmiah. pengobatan tradisional di Indonesia,

menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar merupakan bagian dari

kebudayaan bangsa yang secara turun-temurun (Samudra, 2017).

Sesuai dengan sifat alamiahnya, manusia selalu berusaha mencukupi

kebutuhannya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya,

termasuk untuk kebutuhan pangan dan obat-obatan (Mursito, 2002). Sejak ribuan

tahun yang lalu, pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia jauh sebelum

pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat.

Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat

merupakan pengobatan yang diakui oleh masyarakat dunia dan menandakan

kesadaran kembali ke alam (back to nature) untuk mencapai kesehatan yang

optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami (Wijayakusuma, 2001).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada dekade ini,

pengguaan obat tradisional ditengah masyarakat tidak bisa dikesampingkan begitu

saja. Justru, penggunaan obat tradisional dan obat modern saling melengkapi satu

sama lain. Masyarakat dapat memperoleh tumbuhan obat tradisional ini di alam,
dapat ditanam sendiri sebagai tanaman obat keluarga (TOGA), dan dapat diramu

sendiri (Simanjuntak, 2008).

Diantara tanaman obat tradisional yang banyak terdapat dialam, tumbuhan

senduduk (Melastoma malabatharicum L) dari suku Melastomataceae adalah

salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan. Senduduk

merupakan tanaman yang tumbuh liar dan dapat bertahan hidup pada tanah yang

kering dan tidak subur. Tumbuhan ini mempunyai khasiat sebagai pereda demam

(antipiretik), penghilang rasa nyeri (analgesik), peluruh urin (diuretik), mengobati

keputihan (leukorea), menghilangkan pembengkakan, darah haid yang berlebihan,

dan mengobati luka bakar atau luka berdarah, radang dinding pembuluh darah

disertai pembekuan darah didalam salurannya (Dalimartha, 2000).

Demam merupakan gangguan kesehatan yang hampir pernah dirasakan oleh

setiap manusia. Demam sering dialami anak-anak maupun orang dewasa. Demam

ditandai dengan kenaikan suhu tubuh diatas normal yaitu 36-37ºC, yang diawali

dengan kondisi menggigil (kedinginan) pada saat peningkatan suhu dan setelah itu

terjadi kemerahan pada permukaan kulit. Pengaturan suhu tubuh terdapat pada

bagian otak yang disebut hipotalamus. Gangguan pada pusat pengaturan suhu

tubuh inilah yang kemudian dikenal dengan istilah demam (Ibrahim, 2014., Ivana,

2015).

Demam atau pireksia merupakan gejala dari suatu penyakit. Penyakit infeksi,

seperti demam berdarah, tifus, malaria, dan peradangan hati, merupakan beberapa

contoh jenis penyakit yang sering mempunyai gejala demam. Dampak negative

demam antara lain mengakibatkan dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan


saraf, serta rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, nafsu makan menurun

(anoreksia), lemas, dan nyeri otot (Arifianto dan Hariadi, 2007).

Prevalensi sakit penduduk Indonesia dalam sebulan adalah 21%, terendah di

Propinsi Lampung (12%). Keluhan utama sakit, antara lain 29,1 % demam, 19,2

% batuk, dan 16,8 % pilek (Sudibyo, et all, 1999). Keadaan demam sejak jaman

Hipocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit (Nelwan, 1996). Meskipun

demam hanya merupakan suatu gejala penyakit, namun demam ini merupakan

salah satu gejala yang sering dihadapi masyarakat (Wahjoedi, et all, 1981).

Demam dapat diturunkan dengan menggunakan obat penurun demam atau

antipiretik seperti paracetamol. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu

tubuh yang tinggi. Kebanyakan analgetik memberikan efek antipiretik, sebaliknya

antipiretik juga dapat mnegurangi rasa sakit bagi penderita. Setiap orang masing-

masing memiliki efek yang dominan, misalnya paracetamol dan aspirin. Obat-

obat tersebut efek antipiretiknya lebih besar dari pada analgetiknya (Siwi, 2016).

Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam

arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat

siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat

lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat

antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol

hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang

menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri

ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan

efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat

sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini


menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin,

tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak

dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik

(Aris, 2009).

Kandungan kimia daun senduduk yang telah diketahui antara lain flavonoid,

tanin, saponin, glikosida dan steroida atau triterpenoida (Hidayat dan Rodame,

2015). Flavonoid memiliki berbagai macam bioaktivitas. Bioaktivitas yang dapat

ditunjukkan yaitu efek antipiretik, analgetik, dan antiinflamasi (Suwertuyasa,

2013). Zakaria et al (2006) menyatakan bahwa ekstrak kloroform daun senduduk

memiliki bioaktivitas sebagai antinociceptive, antiinflamantori dan antipiretik

(Zakaria et al 2006a dan 2016b).

Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX), cyclooxygenase

(COX) berfungsi untuk memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin

berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila

prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan

mengakibatkan demam (Samudra, 2017).

Berdasarkan penelitian Ivana Jansen (2015), Fakultas Kedokteran Universitas

am Ratulangi Manado, dengan judul uji antipiretik ekstrak daun meniran

(Phylantus ninuri L.) pada tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi

vaksin DPT-Hb. Pada penelitian tersebut telah dilakukan pengujian antipiretik

ekstrak etanol daun meniran (Phylantus ninuri L.) terhadap tikus wistar (Rattus

norvegicus) jantan. Hasil menunjukkan bahwa daun meniran (Phylantus ninuri L.)

memiliki aktivitas antipiretik dengan dosis 100mg/200 grBB tikus, 200mg/200


grBB tikus, dan 300mg/200 grBB tikus dimana penurunan suhu yang paling baik

adalah dosis 300mg/200 grBB tikus pada menit ke 180.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian efek

antipiretik ekstrak daun senduduk pada tikus jantan yang diinduksi dengan vaksin

DPT-HB .

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pemberian ekstrak etanol daun senduduk senduduk (Melastoma

malabatharicum L) dapat memberikan efek Antipiretik pada tikus putih

jantan ?

b. dosis ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) yang

memberikan efek Antipiretik pada tikus putih jantan ?

c. Apakah ekstrak daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) lebih

efektif dibandingkan dengan paracetamol ?

1.3 Hipotesis

a. Ekstrak daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) memiliki efek

antipiretik pada tikus putih jantan

b. Ekstrak daun senduduk (Melastoma malabatharicum L) memiliki efek

antipiretik yang sebanding dengan paracetamol

1.4 Tujuan Penelitan

a. Mengetahui efek antipiretik dari ekstrak etanol daun senduduk senduduk

(Melastoma malabatharicum L)) terhadap tikus putih jantan

b. mengetahui dosis ekstrak etanol daun senduduk senduduk (Melastoma

malabatharicum L) yang memberikan efek Antipiretik pada tikus putih

jantan
c. Mengetahui perbandingan ekstrak daun senduduk (Melastoma

malabatharicum L) dengan paracetamol

1.5 Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya tentang efek antipiretik dengan menggunakan

ekstrak daun senduduk

b. Menjadikan acuan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan

penelitian dalam bentuk sediaan tablet maupun kapsul

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penelitian daun

senduduk dapat digunakan sebagai pengobatan demam

1.6 Kerangka pemikiran

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Serbuk simplisia Uji skrining


Daun Senduduk fitokimia :
segar alkaloid

tanin

flavonoid
ekstrak etanol
saponin
daun senduduk
terpenoid

Ekstrak daun
senduduk

Ukur Efek
antipiretik pada antipiretik
tikus putih jantan masing-masing
kelompok pada
menit ke 60,120,
Paracetamol

Anda mungkin juga menyukai