Anda di halaman 1dari 2

Pakar diabetes Prof Dr dr Sri Hartini KS Kariadi, SpPD, KEMD menjelaskan, jika kadar gula

darah dalam tubuh seseorang tinggi, maka glukosa yang tidak bisa dimetabolisme akan ikut
terbuang melalui urine.

Hal ini menyebabkan urine menjadi lebih kental, sehingga membutuhkan air untuk
mengencerkannya. Air yang digunakan ini diambil dari dalam tubuh.

"Akibatnya tubuh akan mengalami dehidrasi sehingga membutuhkan banyak minum. Jika
seseorang banyak minum, maka buang air kecilnya juga akan menjadi lebih sering,"

Menurunnya fungsi ketahanan dan keseimbangan permukaan kulit ini juga meningkatkan risiko
penderita diabetes mengalami gangguan kulit yang cenderung kering, termasuk timbulnya lesi
seperti eksem hingga dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang sehat. Kulit kering inilah
yang kerap menimbulkan rasa gatal dan dapat menyerang hingga sekujur tubuh pada penderita
diabetes.

Walaupun penderita diabetes sudah banyak makan untuk mencukupi energinya, tapi tubuh
tidak mampu mengubah semua gula yang masuk menjadi energi. Akibatnya, gula darah naik
dan membuat ginjal harus bekerja keras untuk menyeimbangkan gula dalam tubuh.
Caranya, yaitu dengan membuang gula darah bersama dengan urine.

Tapi, membuang gula darah bersama urine juga berarti Anda membuang kalori tubuh.
Sehingga, hal ini kemudian menyebabkan penurunan berat badan. Anda juga akan lebih
sering buang air kecil, sehingga membuat Anda cepat haus dan bahkan dehidrasi.

● Gangguan sirkulasi

Selain gangguan ujung saraf, penderita diabetes juga rentan mengalami gangguan fungsi dan
struktur pembuluh darah. Gangguan pembuluh darah ini dapat terjadi di berbagai lokasi, mulai
dari perifer seperti di tangan dan kaki atau gangguan pembuluh darah di ginjal, yang
memperbesar kemungkinan penderita diabetes mengalami komplikasi penyakit pada ginjal.

Gangguan pembuluh darah tentu akan menurunkan fungsi sirkulasi. Padahal, sirkulasi darah
sangat penting untuk proses penyembuhan luka karena fungsi penting darah adalah
mengangkut berbagai nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk proses tersebut.

Gangguan pembuluh ini juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang
menurunkan aliran darah ke alat gerak. Tingginya kadar gula dalam darah juga dapat membuat
darah menjadi lebih kental, sehingga sirkulasi menjadi semakin buruk.

● Infeksi

Jumlah lemak pada laki-laki dewasa ratarata berkisar antara 15-20 % dari berat badan total, dan
pada perempuan sekitar 20-25 %, Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan pada lakilaki, sehingga faktor risiko terjadinya DM pada perempuan 3-7 kali lebih
tinggi dibandingkan pada laki-laki yaitu 2-3 kali, (Jelantik & Haryati, 2013).

Menurut peneliti wanita lebih tinggi resiko terkena DM dibandingkan pria karena wanita mempunyai
beban pekerjaan yang lebih tinggi dari pria, sehingga wanita cendrung mengalami stres. Pada
keadaan yang stres terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan hormon kortisol yang konstan, terus menerus, dan menyebabkan ketidakseimbangan
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya obesitas, resistensi insulin dan peningkatan profil lipid
dalam darah. Jika berlangsung terus maka akan berlanjut menjadi DM tipe 2.

Agar dapat berfungsi dengan baik, retina membutuhkan asupan darah dari pembuluh darah
di sekitarnya. Pada penderita diabetes, kadar gula darah yang tinggi secara perlahan akan
menyumbat pembuluh darah tersebut, sehingga asupan darah ke retina berkurang.
Akibatnya, retina akan membentuk pembuluh darah baru guna mencukupi kebutuhan darah.
Namun, pembuluh darah yang baru terbentuk ini tidak berkembang secara sempurna,
sehingga rentan pecah atau bocor.

Ketoasidosis diabetik adalah kondisi serius yang terkait dengan diabetes. Jika tubuh Anda
tidak memiliki insulin yang cukup untuk memproses glukosa (gula) darah, maka tubuh Anda
akan membakar lemak sebagai energi. Akibatnya, asam yang disebut keton terbentuk dalam
tubuh. Jika tidak diobati, zat keton ini dapat meracuni Anda.

Anda mungkin juga menyukai