Anda di halaman 1dari 4

Tapak Dara

Tapak dara (Catharanthus roseus) adalah tumbuhan semak pendek yang


termasuk jenis evergreen (tumbuhan hijau abadi). Tanaman ini berasal dari
Madagaskar, tetapi telah menyebar ke berbagai wilayah tropis di seputar dunia. Di
Indonesia sendiri tumbuhan ini biasa dijadikan penghias pekarangan rumah dan
disebut dengan beberapa nama daerah: kembag tembaga (Sunda), kembang tapak
dara (Jawa), dan sindapor (Sulawesi).

Ciri-Ciri Tapak Dara

Jenis tumbuhan semak pendek yang bisa tumbuh hingga 90 cm.

Pangkal batangnya tegak; punya cabang-cabang yang panjang dan lentur, berwarna
ungu atau hijau muda.

Daun-daunnya tumbuh berseberangan, bertangkai pendek, panjangnya 2.5 – 9 cm,


biasanya berbentuk bulat telur dan punya ujung yang menyempit.

Warna daunnya hijau dengan urat-urat yang pucat.

Daun tapak dara (Catharanthus roseus) mempunyai kandungan flavonoid yang


memiliki potensi sebagai obat penurun panas, merupakan salah satu obat tradisional
yang digunakan oleh sebagian masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efek antipiretik ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus) pada
mencit (Mus musculus) dan membandingkan efek antipiretik dengan parasetamol.
Penelitian ini menggunakan dua puluh lima ekor mencit dan dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif Na CMC 1%, kelompok control positif
Parasetamol (65mg/Kg BB), ekstrak etanol daun tapak dara dosis 1 (41,6 mg/Kg BB),
dosis 2 (67,5 mg/Kg BB), dan dosis 3 (93,5 mg/Kg BB). Setiap mencit dilakukan
pengukuran suhu tubuh awal selanjutnya diinjeksikan vaksin Dpt Hb, 2 jam setelah
itu diberi zat uji lalu di ukur kembali suhu tubuh mencit tiap 30 menit sekali selama
180 menit. Hasil penelitian dianalisa menggunakan SPSS Anova menunjukan bahwa
ekstrak daun tapak dara dosis 3 menunjukan penurunan suhu lebih besar
dibandingkan dosis 1 dan 2. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun tapak
dara (Catharanthu s roseus) mempunyai efek anti piretik pada mencit (Mus
musculus), namun efeknya lebih rendah dari parasetamol.
Antipiretik adalah jenis obat yang dapat menurukan demam dan mengatasi gejalanya.
Biasanya, penggunaan obat antipiretik dilakukan bersamaan dengan analgesik
sehingga sering dikatakan obat analgetik antipiretik.
a. Bagian tanaman yang digunakan :
Tanaman pada tapak dara yang digunakan untuk penelitian ekstraksi dalam
metode soxhletasi ini adalah bagian daun. Pada daun tapak dara mengandung
senyawa flavonoid.
b. Kandungan senyawa pada tanaman tapak dara
Tapak dara mengandung berbagai zat kimia aktif. Hasil analisa fitokimia
ekstrak daun tapak dara (Catharantus roseus) menunjukkan adanya kandungan
tanin, triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid. Alkaloid dan flavonoid merupakan
senyawa aktif yang telah diteliti memiliki aktivasi hipoglikemik (Ivorra et al.,
1989). Flavonoid dapat menghambat kerja enzim α-glukosidase dalam luteolin
(Kim dan Sura, 2000). Sementara tanin dapat berfungsi sebagai antimikroba
untuk
bakteri dan virus (Hara et al.,1993).
Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir
semua jenis tumbuhan. Alkaloid memiliki berbagai efek farmakologi seperti
antikanker, antiinflamasi dan antimikroba. Flavonoid adalah kelompok senyawa
fenol yang terbesar ditemukan di alam.
Tanin adalah senyawa fenol yang terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu.
Menurut
batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein yang tidak larut dalam air
(Harborne, 1987).
Tapak dara mengandung berbagai senyawa bioaktif, diantaranya 4
senyawa bioaktif yang telah banyak dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit.
Berikut merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tapak dara
(Dalimartha, 2007):
10

1. Vinblasine, ternyata bisa dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit


leukemia.
2. Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker
payudara, dan tumor ganas.
3. Vindesine, dipakai dalam pengobatan leukemia pada anak-anak, dan
penderita tumor pigmen.
4. Vinorelbine, seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan untuk
mencegah pembelahan kelenjar.

C.Mekanisme kerja Flavonoid


Flavonoid memiliki berbagai macambioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan
antara lain efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi (Mraduet al, 2013).
Flavonoid bekerjasebagai inhibitor cyclooxygenase(COX).
Cyclooxygenase(COX) berfungsi memicupembentukan prostaglandin (Dinarello
dan Gelfand, 2011). Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan
peningkatan suhu tubuh (Katzung, 2004). Apabila prostaglandin tidak dihambat
maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam
(Gunawan dkk, 2007)

D.Ekstraksi Daun Tapak Dara dengan Metode Soxhletasi

Proses ekstraksi daun tapak dara (Catharanthus roseus) dilakukan dengan cara
ekstraksi Soxhlet menggunakan pelarut etanol 96%. Sampel daun tapak dara
ditimbang sebanyak 60 g, dibungkus kertas saring dimasukkan dalam tabung
Soxhlet kemudian labu Soxhlet diisi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 300
mL. Unit Soxhlet dipasang dilengkapi pendingin balik, dan dilakukan pemanasan
pada suhu titik didih pelarut, dibiarkan terjadi sirkulasi sampai pelarut menjadi
jernih (Pambayun, 2007). Selanjutnya, ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
diuapkan dengan menggunakan Buchi Vacuum Rotavavor pada suhu 40-450C,
sehingga diperoleh ekstrak pekat daun tapak dara (Catharanthus roseus) (Islam,
2013). Selanjutnya ekstrak dilarutkan ke dalam medium sel sesuai dengan
konsentrasi yang dibutuhkan untuk pengujian terhadap proses pembelahan sel
spermatosit primer belalang Cantatops angustifrans. Isolasi sel spermatosit
dilakukan dengan cara memotong bagian abdomen belalang secara diagonal, ± 4
ruas dari ujung distal dengan menggunakan gunting bedah. Testikular belalang
yang telah dikeluarkan, dimasukkan ke dalam larutan Carlson 0,9x dan diamati
dibawah dissecting mikroskop untuk dibersihkan dari bagian selaput
peritonialnya (bagian berwarna kuning) dan dipisah-pisahkan menggunakan
scalpel sehingga antara tubulus sperma (sperm tube) satu dengan yang lain
terpisah. Selanjutnya testikular belalang yang sudah bersih dipindahkan ke dalam
cawan yang berisi larutan Carlson 0,9x sebagai pengamatan kontrol, sedangkan
untuk perlakuan, testikular dimasukkan ke dalam larutan Carlson 0,9x yang
mengandung ekstrak tapak dara dalam berbagai konsentrasi yang telah
ditentukan. Larutan Carlson 0,9x membuat kondisi fisiologis sel yang dipreparasi
serupa dengan dengan kondisi in vivo. Lebih lanjut dengan metode ini, sebuah
sel yang dipreparasi dalam keadaan profase akan menyelesaikan mitosisnya
namun tidak mampu membelah lagi untuk kedua kalinya (Carlson, 1964).
Setelah tubulus-tubulus tersebut berada di dalam larutan selama ± 7 menit,
selanjutnya satu tubulus sperma dipindahkan di atas kaca benda yang telah
ditetesi larutan Carlson 0,9x atau sesuai perlakuan. Bagian apikal tubulus sperma
dipotong menggunakan scalpel sehingga sel-sel spermatosit keluar. Sediaan
ditutup dengan menggunakan kaca penutup yang telah dilapisi vaselin pada
bagian tepinya untuk menghindari terjadinya evaporasi. Preparat diamati di
bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali.
file:///C:/Users/Eka%20Suci/Downloads/TAPAK%20DARA.pdf
file:///C:/Users/Eka%20Suci/Downloads/SOKHLET%20TAPAK%20DARA.pdf
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ACYBGNQR8PSdOmuhU8CCqZayiRaErJ6QNA
%3A1568625314740&ei=olJ_XdrtLNmvyAPz9LKQCA&q=kandungan+senyawa+pada+da
un+tapak+dara&oq=&gs_l=psy-
ab.1.0.35i362i39l10.14896.27013..32006...13.2..4.365.5577.8j32j1j2......0....1..gws-
wiz.....10..0i71j35i39j0i131j0j0i67j0i131i67.tfwviJe1ylY

Anda mungkin juga menyukai