Anda di halaman 1dari 21

EKSTRAKSI MASERASI ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.

)
1
Maria Wafom
ABSTRAK
Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai dari
kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi dengan
kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar. Praktikum ini merupakan
praktikum eksperimental. Objek yang diteliti berupa daun kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai bahan pembuatan ekstrak dengan
metode maserasi, ekstrak etanol daun kersen ini digunakan untuk analisa fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung
didalamnya. Hasil praktikum menujukan bahwa ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak kental, ekstraksi dilakukan dengan metode
maserasi yaitu dengan cara merendam simplisia menggunakan etanol 96% sebanyak 1,4 L, simplisia direndam selama 5 x 24 jam dan
diaduk setiap 12 jam sekali searah jarum jam. Ekstrak yang didapat selanjutnya akan di skrining menggunakan instrumen
spektrofotometri uv-vis untuk mengetahui senyawa yang ada pada ekstrak etanol daun kersen.

Kata Kunci : ekstraksi maserasi, daun kersen,

1
PENDAHULUAN
Dipapua banyak terdapat tanaman kersen dengan nama latin ( Muntingia calabura L. ) tanaman ini bukan tanaman endemik
papua tetapi penyeberannya sangatlah luas diseluruh wilayah indonesia. Nama-nama tumbuhan kersen diberbagai negara adalah datiles,
aratiles, manzanitas (Filipina), mâ t sâ m (Vietnam); khoom sô mz, takhô b (Laos); takhop farang (Thailand); krâ khô b barang (kamboja),
dan kerukup siam (Malaysia). Tumbuhan kersen juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris), Japanse kers (Belanda), dan keseluruhan Indonesia menyebutnya kersen (2).

Klasifikasi kersen (10)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Family : Malvales/Columniferae
Ordo : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L..

Morfologi tumbuhan kersen pohon kecil yang selalu hijau, tingginya 3-12 m, percabanganya mendatar, menggantung kearah
ujung, berbulu halus halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian
bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga terletak pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun, bersifat hermafrodit. Buahnya
bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang
lembut (Sentra IPTEK, 2005) (9).

Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai
dari kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi
dengan kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar, pada umumnya
masyarakat menggunakannya dengan cara menumbuk secukupnya dan ditempelkan pada daerah luka bakar atau dengan cara merebus
dan air rebusannya yang dignakan untuk membersihkan bagian luka (4).

Daun dari tanaman Kersen ini memiliki beberapa kandungan bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Daun Kersen
mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, dan tanin (Surjowardojo, dkk, 2014). Skrining fitokimia daun
Muntingia calabura menunjukkan adanya flavonoid, saponin, tanin, triterpen, dan steroid (1).

Penelitian mengenai kandungan kimia daun kersen telah banyak dilakukan dan senyawa yang paling banyak diisolasi adalah
flavonoid. Flavonoid dalam daun kersen memiliki potensi sebagai antioksidan, hepatoprotektor, analgestik, antiinflamasi, anti kanker dan
antiplatelet. Daun kersen mengandung senyawa flavonoid, saponin, polifenol dan tannin sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan
(7). Kerusakan yang diakibatkan radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan. Antioksidan adalah senyawa
yang dapat menunda atau menghambat serta memperlambat reaksi oksidasi. Terdapat penelitian bahwa tumbuhan yang mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid berguna sebagai penangkap radikal bebas yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Penggunaan tanaman obat dianggap memiliki efek sebagai sumber antioksidan alami salah satunya adalah daun kersen ( Muntingia
calabura L.) (8).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode ekstraksi maserasi terhadap simplisia daun kersen. Manfaat penelitian yaitu
memberikan tambahan pengetahuan ektraksi maserasi.

METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu toples kaca ukuran 2L, aluminium foil, gunting, nampan, microwave, beaker glass
1 L, gelas ukur, batang pengaduk, tisu, dan timbangan. Bahan yang digunkan dalam praktikum ini yaitu daun kersen segar sebanyak 250
gram, etanol 96% sebanyak 1,4 L
Pengambilan Dan Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun kersen ( Muntingia calabura L. ) yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong,
Papua barat. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 250 gram bobot basah kemudian disortasi basah untuk memisahkan dari
komponen komponen yang menggangu, sampel dicuci dibawah air mengalir dan ditiriskan, dilanjutkan dengan merajang sampel dalam
ukuran kecil, setelah sampel dirajang kemudian dikeringkan menggunakan microwave dengan suhu 50°C selama 4 jam.
Pengambilan daun kersen dilakukan pada pagi hari sebelum terbit fajar karena daun belum mengalami fotosintesis, sehingga
daun yang didapat merupakan daun yang murni dan baik karena senyawa belum teroksidasi
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengn metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96 % selama 5x24 jam. Simplisia kersen ditimbang
sebanyak 50 gram dan dimasukan kedalam toples kaca ukuran 2000ml kemudian ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 1,4 L.
Ekstraksi dilakukan selama 5x24 jam dan dilakukan pengadukan setiap 12 jam sekali. Toples kaca dibungkus menggunakan aluminium
foil atau menggunakan plastik hitam untuk mencegah agar tidak terkena cahaya dan mengatisipasi agar etanol tidak menguap.

2
Penyaringan Dan Penguapan
Ekstrak cair yang telah dimaseri kemudian disaring dengan kertas saring, penyaringan dilakukan untuk memisahkan ekstrak cair
dari simplisia agar ekstrak kental sempurna, ekstrak cair yang telah di saring kemudian di uapkan menggunakan waterbath dengan suhu
80°C selama 42jam untuk menguapkan etanol dan membentuk ekstrak kental.
Ekstrak kental diletakkan kedalam cawan porselin dan ditimbangbobot akhir ekstrak, cawan porselin ditutup menggunakan
aluminium foil agar mencegah dari pertumbuhan mikroorganisme dan diletakan kedalam desikator agar mencegah dari kelembapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel yang diganakan dalam praktikum ini adalah daun kersen yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong, papua
barat. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel dicuci dan dikeringkan kemudian dirajang hingga kecil. Proses pencucian sampel
bertujuan untuk memisahkan bahan asing asing yang menempel pada sampel. Proses pengeringan dilakukan untuk menghilangkan
kakadar air dalam sampel karena dapat menggangu penarikan senyawa, dan kadar air yang tinngi dapat membuat sampel mudah rusak
karena pertumbuhan mikroorganisme. Proses perajangan bertujuan untuk mengoptimalkan pada saat proses ekstraksi agar pelarut
mudah masuk kedalam membram sel untuk melakukan penarikan senyawa.

Ekstraksi simplisia dilakukan dengan metode maserasi. Metode ini dipilih karena pengerjaannya mudah dan alat yang digunakan
sederhana (9). Maserasi bertujuan untuk menarik senyawa tertentu seperti metabolit sekunder yang terdapat pada simplisia dengan cara
perendaman menggunakan pelarut yang sesuai. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol. Etanol merupakan pelarut
yang bersifat universal sehingga berbagai metabolit sekuder baik polar maupun nonpolar dapat tertarik ke dalam pelarut. Proses
ekstraksi daun kersen dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunkan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 5x24 jam
pada suhu kamar dan dilakukan pengadukan pengadukan setiap 12 jam sekali, penggunaan metode maserasi dipilih karena merupakan
metode paling sederhana untuk ekstraksi dan murah.

perendaman yang lama memungkinkan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di
luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut (5). Metode maserasi dilakukan secara
sekuansial supaya selama proses maserasi, komponen yang diekstraksi sekaligus terfraksinasi berdasarkan kepolarannya. Penggunaan
pelarut n-heksan untuk melarutkan senyawa yang non-polar, sedangkan etil asetat untuk melarutkan senyawa semipolar, dan etanol
96% untuk melarutkan senyawa yang lebih polar. Selama perendaman dilakukan sesekali pengadukan untuk menyeragamkan
konsentrasi zat aktif dalam pelarut.

Ekstrak cair yang didapat kemudian di saring dan diuapkan untuk mendapakan ekstrak kental, hasil dari penguapan ekstrak cair
tersebut ekstrak kental didapatkan sebanyak 12 gram dengan selisih antara bobot akhir ekstrak dan bobot awal simplisia sebesar 38
gram. Dari metode maserasi di dapatkan total rendemen sebanyak 0,24%
Hasil organoleptik ekstrak etanol daun kersen ( Muntingia calabura L.) metode maserasi dan sokletasi berbentuk kental,
berwarna hijau pekat kehitaman dan berbau khas. Hasil ini sesuai seperti yang dijelaskan oleh (6). Simplisia daun kersen yang diperoleh
sebesar 50gram dari 250gram daun kersen. Simplisia daun kersen yang digunakan dalam penelitian sebesar 50 gram.

KESIMPULAN
Daun kersen ( muntingia calabura L.) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat seperti antioksidan, antiinflamasi dan
analgetik. Tanaman ini banyak digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisonal dengancara ditumbuk atau direbus. Senyawa yang
terkandung dalam daun kersen ini berupa senyawa flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
Pada praktikum ini didapatkan satu proses maserasi dengan perbandingan 50 gr sampel banding 1,4 L pelarut etanol 96%
kemudian maserat disimpan pada suhu kamar dan terhindar dari cahaya, lalu pada waktu 1x24 jam dilakukan 2 kali pengadukan setiap
12 jam sekali dengan pengadukan searah jarum jam selama 5 hari.

3
DAFTAR PUSTAKA
1. Chen., 2005. Cytotoxic Chalcones and Flavonoids from the Leaves of Muntinga calabura. Planta Med
2. Handayani, F., & Sentat, T. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Mencit Putih
Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 131-142.
3. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. ITB Press, Bandung.
4. Manic, D.F., Hertiana, T. dan Anshory, H., 2014, Analisis Korelasi antara Kadar Flavonoid dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-fraksi Daun
Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus, Khazanah, 6, 2, 1-11
5. Mintowati, E., Kuntorini, Setya dan Maria. 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura). Program Studi
Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat. http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.p hp/semirata/article/download/685/50 5. Diakses pada tanggal 8 Februari 2014.
6. Nishanthini, A., Agnel, R.A. & Mohan, V.R. Total phenolic, flavonoid contents and in vitro antioxidant activity of leaf of Suaeda monoica Forssk ex. Gmel
(Chenopodiaceae), International Journal of Advanced Life Sciences, 1(5): 34 – 43, 2012.
7. Syahara, S., & Siregar, Y. F. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health
Scientific Journal), 4(2), 121-125.
8. Puspitasari, A. D., & Proyogo, L. S. (2017). Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap kadar fenolik total ekstrak etanol daun kersen
(Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).
9. Arum, Y. P., Supartono., dan Sudarmin. 2012. Isolasi Dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak DaunKersen (Muntingia calabura). Jurnal MIPA. 35 (2)
10. Anindya. 2014. Flora and Fauna. Anindyanamikaze.blogspot.com/Florapohon-kersen.html. Di akses 5 Desember 201
11. Deby, A., Fatimawali, Weny dan Wiyono. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) Terhadap Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro. Program Studi Farmasi. FMIPA UNSRAT. Manado. http://portalgaruda.org/do
wnload_article.php?article=15354& val=1015.Diakses pada tanggal 5Februari 2014.

4
Lampiran Tabel dan Gambar

Tabel 1. Perbandingan sampel dan pelarut

Sampel Bobot sampel Pelarut etanol 96%


Daun kersen 50 gr 1400 ml

Tabel 2. Perbandingan ekstrak dan rendemen

Sampel Bobot ekstrak Rendemen %


Daun kersen 12 gr 0,24 %

Perhitungan 1. Perhitungan rendemen ekstrak etanol daun kersen

% Rendemen = x 100%

% Rendemen = x 100%
Rendemen = 0,24%

Gambar 1. Hasil ekstraksi maserasi pelarut etanol 96%

5
EKSTRAKSI SHOKLETASI ETANOL DAUN
KERSEN (Muntingia calabura L.)
Maria Wafom¹
ABSTRAK
Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai dari
kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi dengan
kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar. Praktikum ini merupakan
praktikum eksperimental. Objek yang diteliti berupa daun kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai bahan pembuatan ekstrak dengan
metode sokhletasi, ekstrak etanol daun kersen ini digunakan untuk analisa fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung
didalamnya. Hasil praktikum menujukan bahwa ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak kental, ekstraksi dilakukan dengan metode
shokletasi yaitu dengan cara pemanasan simplisia menggunakan etanol 96% sebanyak 500 ml. Ekstrak yang didapat selanjutnya akan di
skrining menggunakan instrumen spektrofotometri uv-vis untuk mengetahui senyawa yang ada pada ekstrak etanol daun kersen.

Kata Kunci : ekstraksi shokletasi, daun kersen,

6
PENDAHULUAN
Dipapua banyak terdapat tanaman kersen dengan nama latin ( Muntingia calabura L. ) tanaman ini bukan tanaman endemik
papua tetapi penyeberannya sangatlah luas diseluruh wilayah indonesia. Nama-nama tumbuhan kersen diberbagai negara adalah datiles,
aratiles, manzanitas (Filipina), mat sam (Vietnam); khoom somz, takhob (Laos); takhop farang (Thailand); krâ khô b barang (kamboja),
dan kerukup siam (Malaysia). Tumbuhan kersen juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris), Japanse kers (Belanda), dan keseluruhan Indonesia menyebutnya kersen (2).

Klasifikasi kersen (10)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Family : Malvales/Columniferae
Ordo : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

Morfologi tumbuhan kersen pohon kecil yang selalu hijau, tingginya 3-12 m, percabanganya mendatar, menggantung kearah
ujung, berbulu halus halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian
bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga terletak pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun, bersifat hermafrodit. Buahnya
bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang
lembut (Sentra IPTEK, 2005) (9).

Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai
dari kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi
dengan kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar, pada umumnya
masyarakat menggunakannya dengan cara menumbuk secukupnya dan ditempelkan pada daerah luka bakar atau dengan cara merebus
dan air rebusannya yang dignakan untuk membersihkan bagian luka (4).

Daun dari tanaman Kersen ini memiliki beberapa kandungan bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Daun Kersen
mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, dan tanin (Surjowardojo, dkk, 2014). Skrining fitokimia daun
Muntingia calabura menunjukkan adanya flavonoid, saponin, tanin, triterpen, dan steroid (1).

Penelitian mengenai kandungan kimia daun kersen telah banyak dilakukan dan senyawa yang paling banyak diisolasi adalah
flavonoid. Flavonoid dalam daun kersen memiliki potensi sebagai antioksidan, hepatoprotektor, analgestik, antiinflamasi, anti kanker dan
antiplatelet. Daun kersen mengandung senyawa flavonoid, saponin, polifenol dan tannin sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan
(7). Kerusakan yang diakibatkan radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan. Antioksidan adalah senyawa
yang dapat menunda atau menghambat serta memperlambat reaksi oksidasi. Terdapat penelitian bahwa tumbuhan yang mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid berguna sebagai penangkap radikal bebas yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Penggunaan tanaman obat dianggap memiliki efek sebagai sumber antioksidan alami salah satunya adalah daun kersen ( Muntingia
calabura L.) (8).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode ekstraksi shokletasi terhadap simplisia daun kersen. Manfaat penelitian
yaitu memberikan tambahan pengetahuan ektraksi shokletasi.

METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu seperangkat alat shokletasi, aluminium foil, gunting, nampan, microwave, beaker
glass 1 L, gelas ukur, kertas saring, tisu, dan timbangan. Bahan yang digunkan dalam praktikum ini yaitu daun kersen segar sebanyak 50
gram, etanol 96% .
Pengambilan Dan Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun kersen ( Muntingia calabura L. ) yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong,
Papua barat. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 250 gram bobot basah kemudian disortasi basah untuk memisahkan dari
komponen komponen yang menggangu, sampel dicuci dibawah air mengalir dan ditiriskan, dilanjutkan dengan merajang sampel dalam
ukuran kecil, setelah sampel dirajang kemudian dikeringkan menggunakan microwave dengan suhu 50°C selama 4 jam, setelah simplisia
kering dan mencapai bobot konstan maka selanjutnya simplisia di haluskan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan 110
mesh, kemudian simplisia ditimbang sebnayak 50 gram, simplisa kemudian dibungkus mengunnakan kertas saring dengan ukuran
sebesar ukuran selongsong shoklet.
Pengambilan daun kersen dilakukan pada pagi hari sebelum terbit fajar karena daun belum mengalami fotosintesis, sehingga
daun yang didapat merupakan daun yang murni dan baik karena senyawa belum teroksidasi
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengn metode shokletasi menggunakan pelarut etanol 96 % dan dipanaskan lebih rendah dari titik didh
senyawa yang akan di ekstraks. Pelarut akan mencapai titik didihnya , kemudian akan menguap dan naik melewati pipa F menuju
kondensor. Air yang mengaliri melewati bagian luar kondensor akan mengembunkan uap pelarut sehingga Kembali ke fase cair,
kemudian menetes secara teratur pada thimble yang berisi sampel. Pelarut secara perlahan akan merendam sampel dan melarutkan zat
7
aktif yang terdapat dalam Thimble. Ketika pelarut telah memenuhi ruangan bahan, sifon akan mengeluarkan seluruh pelarut Kembali
menuju labu alas bulat. Satu siklus Soxhlet berakhir Ketika sifon mengeluarkan seluruh isinnya menuju labu alas bulat . Siklus dilakukan
berulang - ulang hingga seluruh senyawa yang diinginkan terekstraksi. Setelah proses ektraksi selesai, pelarut dan zat aktif dapat
dipisahkan melalui proses penyulingan.

Penguapan
Ekstrak cair kemudian di uapkan menggunakan waterbath dengan suhu 80°C selama 42jam untuk menguapkan etanol dan
membentuk ekstrak kental. Ekstrak kental diletakkan kedalam cawan porselin dan ditimbang bobot akhir ekstrak, cawan porselin
ditutup menggunakan aluminium foil agar mencegah dari pertumbuhan mikroorganisme dan diletakan kedalam desikator agar
mencegah dari kelembapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel yang diganakan dalam praktikum ini adalah daun kersen yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong, papua
barat. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel dicuci dan dikeringkan kemudian dirajang hingga kecil. Proses pencucian sampel
bertujuan untuk memisahkan bahan asing asing yang menempel pada sampel. Proses pengeringan dilakukan untuk menghilangkan
kakadar air dalam sampel karena dapat menggangu penarikan senyawa, dan kadar air yang tinngi dapat membuat sampel mudah rusak
karena pertumbuhan mikroorganisme. Proses perajangan bertujuan untuk mengoptimalkan pada saat proses ekstraksi agar pelarut
mudah masuk kedalam membram sel untuk melakukan penarikan senyawa.

Ekstraksi simplisia dilakukan dengan metode shokletasi. Metode ini dipilih karena pengerjaannya mudah dan menjadi bahan
untuk pembelajaran. Shokletasi bertujuan untuk menarik senyawa tertentu seperti metabolit sekunder yang terdapat pada simplisia
dengan cara pemanasan pelarut etanol dan membasahi simplisia sehinnga membentuk ekstrak cair. Pelarut yang digunakan pada
penelitian ini adalah etanol. Etanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga berbagai metabolit sekuder baik polar maupun
nonpolar dapat tertarik ke dalam pelarut. Proses ekstraksi daun kersen dilakukan dengan cara shokletasi dengan menggunkan pelarut
etanol 96%. Shokletasi dilakukan sebanyak 4 siklus dengan rentan waktu tiap siklus selama 23 -15 menit pada suhu 50°C.

Shokletasi merupakan metode pemisahan suatu komponen senyawa kimia pada simplisia dengan cara penyaringan berulang
menggunakan pelarut etanol dan pemanasan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih senyawa kimia yang akan diisolasi. Pada
umumnya metode ini menggunakan pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa kimia pada simplisia. Metode ini
seolah olah gabungan dari metode maserasi dan perkolasi, Uap yang ditimbulkan akibat pemanasan dengan adanya pendingin balik ,
secara kontinyu akan membasahi sampel . Secara teratur pelarut akan masuk kembali kedalam labu soxhlet membawa senyawa kimia
yang akan disolasi ( tetesan teratur = Perkolasi ) hasil tetesan lama - lama akan merendam sampel ( Merendam = Maserasi) (11).

Ekstrak cair yang didapat kemudian di saring dan diuapkan untuk mendapakan ekstrak kental, hasil penguapan ekstrak cair
didapatkan ekstrak kental sebnyak 4,5907 gram, dengan selisih antara bobok akhir ekstrak dengan bobot awal simplisia sebesar
45,4093 gram. Dan Ekstraksi daun kersen menggunakan metode sokletasi memiliki beberapa keunggulan. Keunngulan sokletasi
antara lain (12)
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang-ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa yang diekstrak berulang kali.

Berat simplisia yang digunakan 25g dengan pelarut 150ml. Dimana 100ml pelarut dituangkan kedalam labu alas bulat dan
50ml dialirkan kedalam soklet yang telah berisi sampel. Proses sokletasi dilakukan pada suhu 50°C. Proses ekstraksi dengan
teknik sokletasi melewati beberapa siklus.
1. Siklus 1 : 23 menit 58 detik

2. Siklus 2 : 18 menit 50 detik

3. Siklus 3 : 18 menit 25 detik

4. Siklus 4 : 15 menit 27 detik

Kemudian ekstrak cair daun kersen diperoleh dikeringkan dengan hair dry sampai didaptakan ekstrak kental daun kersen.
Setelah dikeringkan dan ditimbang, diperoleh bobot simplisia ekstrak kental sebanyak 46,85g,hasil rendamen daun kersen yang
diperoleh sebanyak 2,16%, ,bobot simplisia akhir diperoleh hasilnya sebanyak 0,54g, dan bobot cawan beratnya 46,31g.
Berdasarkan sifat atau jenisnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ekstrak encer, ekstrak kental dan ekstrak
kering. Ekstrak encer (extractum tennue) memiliki konsentrasi atau tekstur seperti madu dan dapat dituang. Ekstrak kental
(extractum spissum) bila dalam keadaan dingin tidak dapat dituang karena kepekatan yang cukup besar. Ekstrak kering
(extractum siccum) memiliki konsentrasi kering dan mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan
pengeringan, sisanya akan membentuk suatu produk atau crude ekstrak dengan kandungan kelembaban tidak lebih dari 5% (15).
8
Hasil organoleptik ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) metode sokletasi berbentuk kental, berwarna hijau pekat
kehitaman dan berbau khas. Hasil ini sesuai seperti yang dijelaskan oleh Manic dkk (6). Simplisia daun kersen yang diperoleh sebesar
50gram dari 250gram daun kersen. Simplisia daun kersen yang digunakan dalam penelitian sebesar 50 gram.

KESIMPULAN
Daun kersen (Muntingia calabura L.) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat seperti antioksidan, antiinflamasi dan
analgetik. Tanaman ini banyak digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisonal dengancara ditumbuk atau direbus. Senyawa yang
terkandung dalam daun kersen ini berupa senyawa flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
Pada praktikum ini didapatkan satu proses shokletasi dengan 50 gr dengan pelarut etanol 96%, mendapatkan ekstrak cair
dengan 4 siklus yang dimulai dari 23 menit sampai yang terakhir yaitu 15 menit. Ekstrak cair kemudian diuapkan menggunakan
waterbath.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Amiruddin, Z. Z., 2007. Free radical scavenging actifity of some plants available in Malaysia. IJPT. 6: 87-91.

2. BPOM, 2010. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, BPOM,
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

3. Chen., 2005. Cytotoxic Chalcones and Flavonoids from the Leaves of Muntinga calabura. Planta Med

4. Handayani, F., & Sentat, T. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 131-142.

5. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. ITB Press, Bandung.

6. Manic, D.F., Hertiana, T. dan Anshory, H., 2014, Analisis Korelasi antara Kadar Flavonoid dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol dan Fraksi-fraksi Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus, Khazanah, 6, 2, 1-11

7. Mintowati, E., Kuntorini, Setya dan Maria. 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Kersen (Muntingia calabura). Program Studi Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat.
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.p hp/semirata/article/download/685/50 5. Diakses pada tanggal 8 Februari 2014.

8. Nishanthini, A., Agnel, R.A. & Mohan, V.R. Total phenolic, flavonoid contents and in vitro antioxidant activity of leaf of Suaeda
monoica Forssk ex. Gmel (Chenopodiaceae), International Journal of Advanced Life Sciences, 1(5): 34 – 43, 2012.

9. Syahara, S., & Siregar, Y. F. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura). Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 121-125.

10. Puspitasari, A. D., & Prayogo, I. S. ( 2017 ). Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan shokletasi terhadap kadar
fenolik ekstrak etanol daun kersen ( Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).

11. Muslihin, A.M., (2022). Modul Praktikum Fitokimia Uiversitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong

10
Lampiran Tabel dan Gambar

Tabel 1. Perbandingan sampel dan pelarut

Sampel Bobot sampel Pelarut etanol 96%


Daun kersen 50 gr 500 ml

Tabel 2. Perbandingan ekstrak dan rendemen

Sampel Bobot ekstrak Rendemen %


Daun kersen 4,5907 gr 0,0918 %

Perhitungan 1. Perbandingan ekstrak dan rendemen

% Rendemen = x 100%

% Rendemen = x 100%
Rendemen = 0,0918%

Gambar 1. Hasil ekstraksi shokletasi pelarut etanol 96%

11
EKSTRAKSI PENETAPAN KADAR SARI DAUN
KERSEN (Muntingia calabura L.)
Maria Wafom¹
ABSTRAK
Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai dari
kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi dengan
kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar. Praktikum ini merupakan
praktikum eksperimental. Objek yang diteliti berupa daun kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai bahan penetapan kadar sari, penetapan
kadar sari daun kersen larut air dan etanol ini digunakan untuk analisa fitokimia agar dapat memberikan gambaran awal jumlah senyawa
kandungan serta untuk dapat mengetahui pelarut mana yang lebih efektif untuk menarik kandungan senyawa pada simplisia. Hasil
praktikum menujukan bahwa ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak kental, ekstraksi dilakukan dengan metode penetapan kadar sari
yaitu dengan cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut organik tertentu yaitu air dan etanol. Ekstrak yang didapat selanjutnya akan
di skrining untuk mendapatkan hsail pelarut yang paling akurat dan efektif menik kandungan senyawa simplisia.

Kata Kunci : penetapan kadar sari, daun kersen

12
PENDAHULUAN
Dipapua banyak terdapat tanaman kersen dengan nama latin ( Muntingia calabura L) tanaman ini bukan tanaman endemik
papua tetapi penyeberannya sangatlah luas diseluruh wilayah indonesia. Nama-nama tumbuhan kersen diberbagai negara adalah datiles,
aratiles, manzanitas (Filipina), mat sam (Vietnam); khoom somz, takhob (Laos); takhop farang (Thailand); krâ khô b barang (kamboja),
dan kerukup siam (Malaysia). Tumbuhan kersen juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris), Japanse kers (Belanda), dan keseluruhan Indonesia menyebutnya kersen (2).

Klasifikasi kersen (10)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Family : Malvales/Columniferae
Ordo : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

Morfologi tumbuhan kersen pohon kecil yang selalu hijau, tingginya 3-12 m, percabanganya mendatar, menggantung kearah
ujung, berbulu halus halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian
bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga terletak pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun, bersifat hermafrodit. Buahnya
bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang
lembut (Sentra IPTEK, 2005) (9).

Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai
dari kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi
dengan kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar, pada umumnya
masyarakat menggunakannya dengan cara menumbuk secukupnya dan ditempelkan pada daerah luka bakar atau dengan cara merebus
dan air rebusannya yang dignakan untuk membersihkan bagian luka (4).

Daun dari tanaman Kersen ini memiliki beberapa kandungan bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Daun Kersen
mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, dan tanin (Surjowardojo, dkk, 2014). Skrining fitokimia daun
Muntingia calabura menunjukkan adanya flavonoid, saponin, tanin, triterpen, dan steroid (1).

Penelitian mengenai kandungan kimia daun kersen telah banyak dilakukan dan senyawa yang paling banyak diisolasi adalah
flavonoid. Flavonoid dalam daun kersen memiliki potensi sebagai antioksidan, hepatoprotektor, analgestik, antiinflamasi, anti kanker dan
antiplatelet. Daun kersen mengandung senyawa flavonoid, saponin, polifenol dan tannin sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan
(7). Kerusakan yang diakibatkan radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan. Antioksidan adalah senyawa
yang dapat menunda atau menghambat serta memperlambat reaksi oksidasi. Terdapat penelitian bahwa tumbuhan yang mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid berguna sebagai penangkap radikal bebas yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Penggunaan tanaman obat dianggap memiliki efek sebagai sumber antioksidan alami salah satunya adalah daun kersen ( Muntingia
calabura L.) (8).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode ekstraksi penetapan kadar sari terhadap simplisia daun kersen. Manfaat
penelitian yaitu memberikan tambahan pengetahuan ektraksi penetapan kadar sari

METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol kaca 100ml, aluminium foil, cawan, oven, corong, timbangan analitik, dan
kertas saring. Bahan yang digunkan dalam praktikum ini yaitu daun kersen segar sebanyak 10 gram, etanol 96%, aquadest, dan
kloroform.
Pengambilan Dan Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun kersen ( Muntingia calabura L. ) yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong,
Papua barat. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 250 gram bobot basah kemudian disortasi basah untuk memisahkan dari
komponen komponen yang menggangu, sampel dicuci dibawah air mengalir dan ditiriskan, dilanjutkan dengan merajang sampel dalam
ukuran kecil, setelah sampel dirajang kemudian dikeringkan menggunakan microwave dengan suhu 50°C selama 4 jam, setelah simplisia
kering dan mencapai bobot konstan maka selanjutnya simplisia di haluskan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan 100
mesh, kemudian simplisia ditimbang sebnayak 10 gram.
Pengambilan daun kersen dilakukan pada pagi hari sebelum terbit fajar karena daun belum mengalami fotosintesis, sehingga
daun yang didapat merupakan daun yang murni dan baik karena senyawa belum teroksidasi
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan metode penetapan kadar sari yaitu dengan merendam simplisia menggunakan 2 pelarut ( air dan
etanol ). 10 gram simplisia di bagi menjadi 2 bagian yiatu 5 gram untuk penetapan kadar sari menggunakan pelarut air dan 5 gram untuk
penetapan kadar sari menggunakan pelarut etanol 96%, tiap 5gr simplisia dimasukan kedalam botol kac ukuran 100 ml lalu tiap botol
ditambahkan pelarut.

13
1. Kadar sari larut etanol, setelah simplisia dimasukan kebotol lalu ditambah pelarut etanol 96 % sebanyak 100 ml lalu di
maserasi selama 24 jam dan diaduk/dikocok setiap 6 jam, kemudian didiamkan selama 18 jam. Setelah di maserasi
kemuadian sebanyak 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan porselin menggunakan oven dengan suhu 105°C sehingga
mendapatkan bobot konstan, dihitung kadar persen pada ekstrak.

2. Kadar sari larut air, setelah simplisia dimasukan kebotol lalu ditambah pelarut kloroform sebanyak 2,5 ml dan aquadest
sebanyak 97,5 ml lalu di maserasi selama 24 jam dan diaduk/dikocok setiap 6 jam, kemudian didiamkan selama 18 jam.
Setelah di maserasi kemuadian sebanyak 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan porselin menggunakan oven dengan suhu
105°C sehingga mendapatkan bobot konstan, dihitung kadar persen pada ekstrak.

Penguapan
Ekstrak cair kemudian di uapkan menggunakan oven dengan suhu 105°C selama 15menit sampai mendapat bobot konstan untuk
menguapkan pelarut dan membentuk ekstrak kental.
Ekstrak kental diletakkan kedalam cawan porselin dan ditimbang bobot akhir ekstrak, cawan porselin ditutup menggunakan
aluminium foil agar mencegah dari pertumbuhan mikroorganisme dan diletakan kedalam desikator agar mencegah dari kelembapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel yang diganakan dalam praktikum ini adalah daun kersen yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong, papua
barat. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel dicuci dan dikeringkan kemudian dirajang hingga kecil. Proses pencucian sampel
bertujuan untuk memisahkan bahan asing asing yang menempel pada sampel. Proses pengeringan dilakukan untuk menghilangkan
kakadar air dalam sampel karena dapat menggangu penarikan senyawa, dan kadar air yang tinngi dapat membuat sampel mudah rusak
karena pertumbuhan mikroorganisme. Proses perajangan bertujuan untuk mengoptimalkan pada saat proses ekstraksi agar pelarut
mudah masuk kedalam membram sel untuk melakukan penarikan senyawa.

Ekstraksi simplisia dilakukan dengan metode penetapan kadar sari. Pada dasarnya prinsip penetapan kadar sari adalah
melarutkan ekstrak dengan oelarut alkohol atau air untuk ditentukan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa kandungan
secara gravimetri.

Penetapan kadar sari yang larut etanol lebih sering digunakan untuk mengetahui apakah bahan obat tradisional dapat larut
dalam pelarut organik . Kemampuan bahan obat tersari dalam etanol juga dapat menjadi acuan dalam pembuatan sediaan ekstrak .
Penetapan kadar sari yang larut air digunakan untuk menentukan kemampuan dari bahan tersebut apakah tersari dalam pelarut air .
Kemampuan bahan tersari dalam air juga dapat menjadi acuan penggunaan jamu dalam bentuk rebusan ( infusa ) oleh masyarakat (11).

Ekstrak cair yang didapat kemudian di saring dan diuapkan untuk mendapakan ekstrak kental, ekstrak kental ini yang digunakan
untuk membandingkan pelarut mana yang paling efektif menarik kandungan senyawa simplisia. Dari metode ini didapatkan total
penetapan kadar sari larut air sebanyak 0,16% dan total penetapan kadar sari larut etanol sebanyak 0,96 gr. Berat sari yang diperoleh
dari dua perlakuan tersebut yaitu sebesar 0,8 gram.
Hasil organoleptik ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) metode sokletasi berbentuk kental, berwarna hijau pekat
kehitaman dan berbau khas. Hasil ini sesuai seperti yang dijelaskan oleh Manic dkk (6). Simplisia daun kersen yang diperoleh sebesar
10gram dari 250gram daun kersen. Simplisia daun kersen yang digunakan dalam penelitian sebesar 10 gram.

KESIMPULAN
Daun kersen (muntingia calabura L.) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat seperti antioksidan, antiinflamasi dan
analgetik. Tanaman ini banyak digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisonal dengancara ditumbuk atau direbus. Senyawa yang
terkandung dalam daun kersen ini berupa senyawa flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
Pada praktikum ini didapatkan satu proses penetapan kadar sari dengan 10 gr dengan pelarut etanol 96% dan air + kloroform,
mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak cair kemudian diuapkan menggunakan oven pada suhu 105 °C.

14
DAFTAR PUSTAKA
11. Amiruddin, Z. Z., 2007. Free radical scavenging actifity of some plants available in Malaysia. IJPT. 6: 87-91.

12. BPOM, 2010. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, BPOM,
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

13. Chen., 2005. Cytotoxic Chalcones and Flavonoids from the Leaves of Muntinga calabura. Planta Med

14. Handayani, F., & Sentat, T. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 131-142.

15. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. ITB Press, Bandung.

16. Manic, D.F., Hertiana, T. dan Anshory, H., 2014, Analisis Korelasi antara Kadar Flavonoid dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol dan Fraksi-fraksi Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus, Khazanah, 6, 2, 1-11

17. Mintowati, E., Kuntorini, Setya dan Maria. 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Kersen (Muntingia calabura). Program Studi Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat.
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.p hp/semirata/article/download/685/50 5. Diakses pada tanggal 8 Februari 2014.

18. Nishanthini, A., Agnel, R.A. & Mohan, V.R. Total phenolic, flavonoid contents and in vitro antioxidant activity of leaf of Suaeda
monoica Forssk ex. Gmel (Chenopodiaceae), International Journal of Advanced Life Sciences, 1(5): 34 – 43, 2012.

19. Syahara, S., & Siregar, Y. F. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura). Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 121-125.

20. Puspitasari, A. D., & Prayogo, I. S. ( 2017 ). Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan shokletasi terhadap kadar
fenolik ekstrak etanol daun kersen ( Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).

21. Muslihin, A.M., (2022). Modul Praktikum Fitokimia Uiversitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong

15
Lampiran Tabel dan Gambar

Tabel 1. Perbandingan sampel dan pelarut

Sampel Bobot sampel Pelarut etanol 96%


Daun kersen 5 gr 100 ml

Sampel Bobot sampel Pelarut Air dan


kloroform
Daun kersen 5 gr 97,5 ml + 2,5 ml

Tabel 2. Perbandingan ekstrak dan rendemen

Sampel Kadar sari Kadar sari


larut etanol Larut air
Daun kersen 4,5907 gr 0,16 %

Perhitunagn 1. Perbandingan perhitungan kadar sari larut air dan larut etanol ekstrak daun kersen

 Penetapan kadar sari larut air


- Berat sari = berat total penimbangan – berat cawan
kosong Berat sari = 45,97 -45,17gr = 0,8 gr

- Kadar sari = x 100 %

Kadar sari = x 100 %


Kadar sari = 0,16 %
 Penetapan kadar sari larut etanol
- Berat sari = berat total penimbangan – berat cawan
kosong Berat sari = 45,97 -45,17gr = 0,8 gr

- Kadar sari = x 100 %

Kadar sari = x 100 %


Kadar sari = 0,16 %

- Kadar sari rata rata =

KSR = = = 0,96 gr

Gambar 1. Hasil ekstraksi penetapan kadar sari pelarut etanol 96%

16
EKSTRAKSI PENETAPAN KADAR AIR DAUN
KERSEN (Muntingia calabura L.)
Maria Wafom¹
ABSTRAK
Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai dari
kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi dengan
kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar. Praktikum ini merupakan
praktikum eksperimental. Objek yang diteliti berupa daun kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai bahan penetapan kadar air, penetapan
kadar air daun kersen ini digunakan untuk mengetahui jumlah kadar air yang mengalami penyustan pada sampel simplisia. Penetapan
kadar air digunakan untuk menetapkan jumhalah kadar air agar simplisa tidak mengalami kerusakan seperti mengalami kelembaban,
ditumbuhi oleh mikrooganisme atau mengganggu dalam penarikan senyawa. Hasil praktikum menujukan bahwa yang dihasilkan berupa
simplisia kasar (haksel) , praktikum dilakukan dengan metode penetapan kadar air yaitu dengan cara mengeringkan sampel dengan 2 cara
yaitu kenggunakan panas matahari dan menggunakan oven hingga mendapat bobot konstan.

Kata Kunci : penetapan kadar air, daun kersen

17
PENDAHULUAN
Dipapua banyak terdapat tanaman kersen dengan nama latin ( Muntingia calabura L.) tanaman ini bukan tanaman endemik
papua tetapi penyeberannya sangatlah luas diseluruh wilayah indonesia. Nama-nama tumbuhan kersen diberbagai negara adalah datiles,
aratiles, manzanitas (Filipina), mat sam (Vietnam); khoom somz, takhob (Laos); takhop farang (Thailand); krâ khô b barang (kamboja),
dan kerukup siam (Malaysia). Tumbuhan kersen juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris), Japanse kers (Belanda), dan keseluruhan Indonesia menyebutnya kersen (2).

Klasifikasi kersen (10)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Family : Malvales/Columniferae
Ordo : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

Morfologi tumbuhan kersen pohon kecil yang selalu hijau, tingginya 3-12 m, percabanganya mendatar, menggantung kearah
ujung, berbulu halus halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian
bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga terletak pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun, bersifat hermafrodit. Buahnya
bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang
lembut (Sentra IPTEK, 2005) (9).

Daun kersen ( Muntingia calabura L.) Adalah salah satu tanaman yang memiliki kegunaan hampir dari setiap bagiannya mulai
dari kulit batang, daun hingga buahnya. Daun kersen adalah tanaman yang mempunyai daya antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi
dengan kandungan didalamnya berupa flavonoid dan Tanin, kandungan ini berpotensi sebagai pengobatan luka bakar, pada umumnya
masyarakat menggunakannya dengan cara menumbuk secukupnya dan ditempelkan pada daerah luka bakar atau dengan cara merebus
dan air rebusannya yang dignakan untuk membersihkan bagian luka (4).

Daun dari tanaman Kersen ini memiliki beberapa kandungan bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Daun Kersen
mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, dan tanin (Surjowardojo, dkk, 2014). Skrining fitokimia daun
Muntingia calabura menunjukkan adanya flavonoid, saponin, tanin, triterpen, dan steroid (1).

Penelitian mengenai kandungan kimia daun kersen telah banyak dilakukan dan senyawa yang paling banyak diisolasi adalah
flavonoid. Flavonoid dalam daun kersen memiliki potensi sebagai antioksidan, hepatoprotektor, analgestik, antiinflamasi, anti kanker dan
antiplatelet. Daun kersen mengandung senyawa flavonoid, saponin, polifenol dan tannin sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan
(7). Kerusakan yang diakibatkan radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan. Antioksidan adalah senyawa
yang dapat menunda atau menghambat serta memperlambat reaksi oksidasi. Terdapat penelitian bahwa tumbuhan yang mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid berguna sebagai penangkap radikal bebas yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Penggunaan tanaman obat dianggap memiliki efek sebagai sumber antioksidan alami salah satunya adalah daun kersen ( Muntingia
calabura L.) (8).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode penetapan kadar air terhadap simplisia daun kersen. Manfaat penelitian
yaitu memberikan tambahan pengetahuan penetapan kadar air.

METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu oven, nampan, kain hitam, timbangan analitik, dan gunting. Bahan yang digunkan
dalam praktikum ini yaitu daun kersen segar sebanyak 260 gram.
Pengambilan Dan Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun kersen ( Muntingia calabura L. ) yang diambil di kampung majaran, kabupaten sorong,
Papua barat. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 260 gram bobot basah kemudian disortasi basah untuk memisahkan dari
komponen komponen yang menggangu, sampel dicuci dibawah air mengalir dan ditiriskan, dilanjutkan dengan merajang sampel dalam
ukuran kecil, setelah sampel dirajang kemudian dikeringkan, setelah simplisia kering dan mencapai bobot konstan maka selanjutnya
simplisia ditimbang dan dibandingkan dari kedua metode pengeringan.
Pengambilan daun kersen dilakukan pada pagi hari sebelum terbit fajar karena daun belum mengalami fotosintesis, sehingga
daun yang didapat merupakan daun yang murni dan baik karena senyawa belum teroksidasi
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan dua metode yaitu pengeringan menggunakan panas matahari dan menggunakan panas oven,
pada pengeringan menggunakan panas matahari sampel yang telah dirajang kemudian disusun di atas nampan dengan jarak yang tidak
terlalu rapat dan ditutup menggunakan kain hitam lalu dijemur dibawah sinar matahari selama ± 5 hari sampai mendapatkan bobot
konstan dan ditimbang setiap harinya, sedangkan pengeringan menggunakan oven sampel daun kersen yang telah dirajang disusun
diatas plat besi kemudian di panaskan dengan suhu 50°C selama 4jam dan ditimbang hasil simplisia yang telah kering.

18
Penghalusan
Simplisia yang telah dikeringkan dan mencapai bobot konstan kemudian dihaluskan mengunakan blender dan diayak
menggunakan ayakan mesh nomor 100, hasil dari tiap metode pengeringan di tempatkan pada tempat yang berbeda untuk selanjutnya
dibedakan kadar air tiap metode pengeringan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel yang diganakan dalam praktikum ini adalah daun kersen yang diambil di aimas, kabupaten sorong, papua barat. Sebelum
dilakukan proses penetapan kadar air, sampel dicuci dan dikeringkan kemudian dirajang hingga kecil. Proses pencucian sampel
bertujuan untuk memisahkan bahan asing asing yang menempel pada sampel. Proses pengeringan dilakukan untuk menghilangkan
kadar air dalam sampel karena dapat menggangu penarikan senyawa, dan kadar air yang tinngi dapat membuat sampel mudah rusak
karena pertumbuhan mikroorganisme. Proses perajangan bertujuan untuk mengoptimalkan pada saat proses ekstraksi agar pelarut
mudah masuk kedalam membram sel untuk melakukan penarikan senyawa.

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan
agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut Standarisasi simplisia
mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu.
Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari
larut etanol serta kadar senyawa identitas. Pada praktikum ini standarisasi simplisia yang dilakukan hanya penetapan kadar air dengan
melihat dari susut pengeringan

Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air pada simplisia yang telah dikeringkan dan diserbukkan. Tujuan
penetapan kadar air adalah memberikan batasan minimal rentang besarnya kandungan air di dalam serbuk simplisia tersebut.
Persyaratan kadar air simplisia menurut parameter standar yang berlaku adalah tidak lebih dari 10 %. Dari hasil pengeringan
menggunakan dua metode tersebut dihasilkan berat akhir simplisia sebesar 79 gram untuk pengeringan menggunakan panas matahri
dengan selisih antara berat awal dan berat akhir sebesar 106 gram dan susut pengeringan 0,57 %, sedangkan hasil pengeringan
menggunakan panas oven dihasilkan berat akhir simplisia sebesar 32 gram dan selesih antara berat awal dan berat akhir adalah 43 gram
dan susut pengeringan 0,57%.

Hasil organoleptik dari percobaan ini yaitu simplisia haksel dengan tekstur kasar, mudah hancur, berwarna kecoklatan, dan
berbau khas. Dari hasil percobaan ini susut pengeringan didapatkan sebanyak 0,57 % < 10 % hal ini telah memenuhi syarat susut
pengeringan.

KESIMPULAN
Daun kersen ( muntingia calabura L.) adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat seperti antioksidan, antiinflamasi dan
analgetik. Tanaman ini banyak digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisonal dengancara ditumbuk atau direbus. Senyawa yang
terkandung dalam daun kersen ini berupa senyawa flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
Pada praktikum ini didapatkan satu proses penetapan kadar air dengan melihat susut pengeringan, dengan pengeringan
menggunakan 2 metode yaitu menggunakan panas matahri dan panas oven dan hasil susut pengeringan mencapai 0,57 %.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. BPOM, 2010. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, BPOM,
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

2. Chen., 2005. Cytotoxic Chalcones and Flavonoids from the Leaves of Muntinga calabura. Planta Med

3. Handayani, F., & Sentat, T. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 131-142.

4. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. ITB Press, Bandung.

5. Manic, D.F., Hertiana, T. dan Anshory, H., 2014, Analisis Korelasi antara Kadar Flavonoid dengan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol dan Fraksi-fraksi Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus, Khazanah, 6, 2, 1-11

6. Mintowati, E., Kuntorini, Setya dan Maria. 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Kersen (Muntingia calabura). Program Studi Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat.
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.p hp/semirata/article/download/685/50 5. Diakses pada tanggal 8 Februari 2014.

7. Nishanthini, A., Agnel, R.A. & Mohan, V.R. Total phenolic, flavonoid contents and in vitro antioxidant activity of leaf of Suaeda
monoica Forssk ex. Gmel (Chenopodiaceae), International Journal of Advanced Life Sciences, 1(5): 34 – 43, 2012.

8. Syahara, S., & Siregar, Y. F. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura). Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 121-125.

9. Puspitasari, A. D., & Prayogo, I. S. ( 2017 ). Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan shokletasi terhadap kadar
fenolik ekstrak etanol daun kersen ( Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).

10. Muslihin, A.M., (2022). Modul Praktikum Fitokimia Uiversitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong

20
Lampiran Tabel dan Gambar

Tabel 1. Perbandingan sampel dan pelarut


Pengeringan menggunakan panas matahari

Sampel Bobot awal Bobot akhir


sampel sampel
Daun kersen 185 gr 79 gr

Pengeringan menggunakan panas oven


Sampel Bobot awal Bobot akhir
sampel sampel
Daun kersen 75 gr 32 gr

Tabel 2. Perbandingan susut pengeringan

Sampel Panas matahari Panas oven


Daun kersen 0,57 % 0,57 %

Perhitungan 1. Perbandingan perhitungan susut pengeringan simplisia daun kersen

1. Susut pengeringan menggunakan panas


matahari Berat awal simplisia =185 gram
Berat akhir simplisia = 79 gram

Susut pengeringan = x 100 %

Susut pengeringan = x 100 %


Susut pengeringan = 0,57 %
2. Susut pengeringa menggunakan panas
oven Berat awal simplisia =75 gram
Berat akhir simplisia = 32 gram

Susut pengeringan = x 100 %

Susut pengeringan = x 100 %


Susut pengeringan = 0,57 %

Gambar 1. Hasil pengeringan simplisia daun kersen

21

Anda mungkin juga menyukai