Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12 No.

1, 2020

Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi Kayu (Manihot


Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

Zikra Azizah1*, Fauziah Elvis1, Zulharmita1, Sestry Misfadhila1, Boy Chandra1, Rina Desni Yetti1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang, Padang, Indonesia
*E-mail:: zikraazizah1990@gmail.com

Abstrak
Penelitian tentang penetapan kadar flavonoid rutin pada daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) secara
spektrofotometri sinar tampak telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar flavonoid rutin
pada daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Penetuan
kadar flavonoid rutin pada daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) ditentukan berdasarkan nilai absorbansi
yang di ukur pada panjang gelombang sinar tampak 416 nm dengan penambahan pereaksi aluminium klorida
dan menggunakan pembanding rutin. Hasil penelitian menunjukan kadar flavonoid yang diperoleh dari daun ubi
kayu (Manihot esculenta Crantz) adalah 4,987% dimana kadar tersebut dihitung sebagai kadar flavonoid rutin
yang terdapat pada daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz).
Kata Kunci : Manihot esculenta Crantz; rutin; flavonoid

Abstract
Research about determination of routine flavonoid levels in cassava leaves (Manihot esculenta Crantz) by
visible spectrophotometry has done. This research aims to determine level of routine flavonoid in cassava leaves
(Manihot esculenta Crantz) using visible spectrophotometer. The determination of routine flavonoid levels in
cassava leaves (Manihot esculenta Crantz) determination based on absorbance values measured at visible light
wavalength of 416 nm with the addition of reactor aluminium chloride using a routine comparator. The results
showed that flavonoid level obtained from cassava leaves (Manihot esculenta Crantz) was 4.987%, where these
levels are calculated as routine flavonoid levels found in cassava leaves (Manihot esculenta Crantz).
Keywords : Manihot esculenta Crantz; rutin; flavonoid.

PENDAHULUAN
digunakan untuk menurunkan kerapuhan
Indonesia merupakan negara yang kapiler, mereduksi permeabilitas kapiler
kaya akan tanaman obat, dari sekian ribu oleh jaringan, penanganan pendarahan
tanaman obat tersebut, masih banyak retina (Kar, 2014).
sekali tanaman yang belum diketahui Penelitian sebelumnya telah
khasiatnya. Salah satu diantara tanaman melakukan isolasi rutin dari daun ubi kayu
obat tersebut adalah tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl) menggunakan
atau ketela pohon atau ubi kayu, atau resin amberlit XAD4 (Bakhtiar, 1992).
dalam bahasa Inggris disebut cassava Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
(Manihot utilissima pohl). Tanaman bahwa daun ubi kayu (Manihot utilissima
singkong berasal dari Brazilia tetapi Pohl) mengandung rutin. Penelitian lain uji
sekarang sudah tersebar hampir di seluruh ekstrak daun singkong (Manihot utilissima
dunia. Indonesia termasuk salah satu Pohl) terhadap jumlah neutrofil pada
negara penghasil singkong utama dunia proses penyembuhan luka tikus. Dari
(Soetanto, 2001). penelitian tersebut juga disimpulkan
Daun ubi kayu memiliki berbagai ekstrak daun singkong beraktivitas
kandungan, salah satunya yaitu flavonoid. tSerhadap proses penyembuhan luka tikus.
Kandungan utama flavonoid daun ubi Hal ini karena adanya potensi antioksidan
kayu adalah rutin yang merupakan yang ada dalam kandungan ekstrak daun
glikosida kuersetin dengan disakarida yang singkong, yaitu kandungan flavonoid rutin
terdiri dari glukosa dan rhamnosa. Rutin (Nurdiana, 2013).
90
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Pada penelitian lain juga telah ANDA Jurusan Biologi Fakultas


dilakukan uji aktivitas ekstrak daun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
singkong (Manihot utilissima Pohl) yang Universitas Andalas Padang Sumatera Barat.
mengandung rutin sebagai bahan tabir
matahari. Ditemukan bahwa ekstrak daun
singkong (Manihot utilissima Pohl) Pembuatan Simplisia Daun Ubi Kayu
memiliki aktivitas rutin lebih besar daripada (Manihot esculenta Crantz)
rutin murni (Bernadi, 2000). Penelitian Pada umumnya pembuatan simplisia
mengenai penetapan kadar flavonoid rutin melalui beberapa tahapan seperti berikut:
pada daun ubi kayu (Manihot esculenta pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
Crantz) secara spektrofotometri visible pencucian, perajangan, pengeringan,
belum pernah dilakukan. Hal ini yang sortasi kering, pengepakan dan
mendasari penulis untuk melakukan penyimpanan serta pemeriksaan mutu
penelitian menggenai penetapan kadar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
flavanoid rutin pada daun ubi kayu 1985).
(Manihot esculenta Crantz) secara a. Pengumpulan tanaman
spektrofotometri sinar tampak. Sampel diambil sebanyak 1 kg di daerah
Jln. Andalas Kecamatan Padang Timur
METODE Padang Sumatera Barat. Daun yang diambil
adalah daun yang sudah tua. Sampel
Alat dan Bahan dikumpulkan dan segera dilakukan sortasi
Alat yang digunakan adalah basah (Departemen Kesehatan Republik
Spektrofotometer UV-Vis (UV-1800 Indonesia, 1985).
Shimadzu), timbangan analitik (Precisa), b. Sortasi basah
alat-alat gelas seperti erlenmeyer (Iwaki), Sortasi basah dilakukan untuk
gelas ukur (Iwaki), labu ukur (Iwaki), memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
batang pengaduk, gelas piala (Iwaki), pipet bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
ukur (Iwaki), pipet volume (Iwaki), pipet Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
tetes, botol maserasi, rotary evaporator akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing
(Ika), corong, spatel, cawan penguap, seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
muostur belents, kromatografi lapis tipis. akar yang telah rusak, serta pengotoran
Bahan yang digunakan adalah daun lainnya harus dibuang (Departemen
ubi kayu (Manihot esculenta Crantz), Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
aquadest (Bratachem), Natrium asetat c. Pencucian
(CH3COONa), etanol 70 % (Bratachem), Pencucian dilakukan untuk
Aluminium Clorida (AlCl3) dan Rutin. menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang melekat pada daun. Pencucian
Prosedur dilakukan dengan air bersih dan dilakukan
Pengambilan sampel dalam waktu yang sesingkat mungkin agar
Sampel yang digunakan adalah daun tidak menghilangkan zat berkhasiat dalam
ubi kayu yang diambil di daerah Jln. daun tersebut (Departemen Kesehatan
Andalas, Kecamatan Padang Timur, Republik Indonesia, 1985).
Padang, Sumatera Barat. d. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk
Identifikasi Tanaman mempermudah proses pengeringan,
Identifikasi dilakukan di Herbarium pengepakan dan penggilingan. Perajangan

91
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

dilakukan dengan menggunakan pisau 1050C selama 30 menit dan telah ditara.
sehingga diperoleh potongan dengan Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan
ukuran yang dikehendaki (Departemen dalam botol timbang, dengan
Kesehatan Republik Indonesia, 1985). menggoyangkan botol, hingga merupakan
e. Pengeringan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai
Pengeringan simplisia dilakukan dengan 10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa
cara dikeringanginkan. Pengeringan ini ekstrak kental, ratakan dengan bantuan
dilakukan sampai kadar air ≤ 10 % pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
1985). pada suhu 1050C hingga bobot tetap.
Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol
f. Sortasi kering dalam keadaan tertutup mendingin dalam
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda- eksikator hingga suhu kamar. Jika ekstrak
benda asing seperti bagian-bagian tanaman sulit kering dan mencair pada pemanasan,
yang tidak diinginkan dan pengotoran- ditambahkan 1 g silika pengering yang telah
pengotoran yang masih ada dan tertinggal ditimbang seksama setelah dikeringkan dan
pada simplisia kering. Proses ini dilakukan disimpan dalam eksikator pada suhu kamar.
secara manual (Departemen Kesehatan Campurkan silika tersebut secara rata
Republik Indonesia, 1985). dengan ekstrak pada saat panas, kemudian
keringkan kembali pada suhu penetapan
Pembuatan Ekstrak hingga bobot tetap (Departemen Kesehatan
Timbang ± 100 g serbuk kering daun Republik Indonesia, 2000).
ubi kayu lalu dimaserasi dengan pelarut b. Kadar Air
etanol 70 % P 1L . Masukkan simplisia Penetapan kadar air yang dilakukan
kering kedalam maserator tambahkan etanol dengan alat infrared moisture balance
70 % 1 liter. Rendam selama 6 jam pertama dengan metode oven udara. Metode ini
sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan didasarkan atas berat yang hilang sehingga
selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan sampel seharusnya mempunyai kestabilan
cara disaring, ulangi proses penyaringan panas yang tinggi dan tidak mengandung
sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis komponen yang mudah menguap. Air
dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara
semua maserat, kemudian uapkan dengan (760 mmHg) sehingga air menguap pada
penguap vakum atau penguapan tekanan suhu 100oC yaitu sesuai titik didihnya. Oven
rendah hingga diperoleh ekstrak kental. yang digunakan umumnya dipanaskan
Kemudian hitung rendemen yang diperoleh. dengan listrik atau dengan pemanas
(Departemen Kesehatan Republik inframerah yang dilengkapi dengan neraca
Indonesia, 2008). analitik yang terpasang didalamnya. Bahan
uji ditimbang sebanyak 1 g di dalam alat dan
Karakterisasi Ekstrak Daun Ubi langsung dengan cepat dapat diperoleh
Kayu (Manihot esculenta Crantz) persen kadar air dari sampel pada suhu
Karakterisasi Non Spesifik a. 1000C ( Rani, et al., 2015).
Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang secara seksama Karakteristik Spesifik
sebanyak 1 g sampai 2 g dan dimasukkan ke a. Uji Organoleptis
dalam botol timbang dangkal bertutup yang Ekstrak yang diperoleh diuji secara
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu organoleptik menggunakan pengamatan

92
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, c. Larutan Uji KLT


warna, rasa dan bau dari ekstrak . Timbang 1 g simplisia lalu rendam
sambil dikocok diatas penangas air dengan
Uji Kandungan Kimia 10 ml etanol P selama 10 menit. Masukkan
Pemeriksaan Flavonoid filtrat kedalam labu ukur 10 ml tambahkan
Uji Alkaline: Ekstrak diuji dengan etanol P sampai tanda batas untuk
penambahan beberapa tetes larutan NaOH mendapatkan larutan uji.
sehingga terjadi perubahan warna menjadi d. Prosedur KLT
kuning cerah, dimana warna tersebut akan Totolkan larutan uji menurut cara yang
berkurang jika ditambahkan asam tertera pada masing-masing monografi
menunjukkan adanya flavonoid. dengan jarak 1 sampai 2 cm dari tepi bawah
a. Uji Timbal Asetat: Ekstrak diuji dengan lempeng dan biarkan mengering. Tempatkan
penambahan beberapa tetes larutan timbal lempeng pada rak penyangga, hingga tempat
asetat terbentuk endapan kuning penotolan terletak di sebelah bawah. Larutan
menunjukkan adanya flavonoid pengembang dalam bejana harus mencapai
b. Penambahan larutan besi (III) klorida tepi bawah lapisan penyerap, totolan jangan
beberapa tetes akan menimbulkan warna sampai terendam. Letakkan tutup bejana
hijau kebiruan. pada tempatnya dan biarkan sistem hingga
fase gerak merambat sampai batas jarak
Uji Kromatografi Lapis Tipis rambat. Keluarkan lempeng dan keringkan
Umumnya dibuat kromatogram pada di udara, amati bercak dengan sinar tampak
lempeng silika gel dengan berbagai jenis fase ultraviolet gelombang pendek (254 nm).
gerak sesuai dengan golongan kandungan Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik
kimia sebagai sasaran analisis (Departemen penotolan dan catat panjang gelombang pada
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). tiap bercak yang diamati dan hitung nilai Rf .
a. Alat
Alat yang digunakan yaitu lempeng Pembuatan Reagen
kromatografi, rak penyimpanan, zat a. Larutan Aluminium Klorida 10%
penyerap, bejana kromatografi, pipet mikro Sebanyak 2,5 g aluminium klorida
dan lampu ultraviolet. dilarutkan dengan air suling di dalam labu
b. Penjenuhan Bejana ukur 25 ml lalu dicukupkan dengan air
Kertas saring ditempatkan dalam bejana suling sampai tanda batas, kemudian
kromatografi. Tinggi kertas saring 18 cm dan dihomogenkan .
lebarnya sama dengan lebar bejana. b. Larutan Natrium Asetat 1 M
Masukkan sejumlah larutan pengembang Sebanyak 2,05 g natrium asetat
yang terdiri dari Etil asetat-asam format- dilarutkan dengan air suling di dalam labu
asam asetat glasial- air (100: 11:11: 26) ke ukur 25 ml lalu dicukupkan sampai tanda
dalam bejana kromatografi, hingga tingginya batas, kemudian homogenkan.
0,5 sampai 1 cm dari dasar bejana. Tutup
kedap dan biarkan hingga kertas saring basah Pembuatan Larutan Induk Rutin 1000
seluruhnya. Kertas saring harus selalu ppm
tercelup ke dalam larutan pengembang pada Sebanyak 10 mg rutin dimasukkan
dasar bejana. Kecuali dinyatakan lain pada kedalam labu ukur 10 ml, kemudian
masing-masing monografi, prosedur KLT dilarutkan dengan etanol 80% sampai tanda
dilakukan dalam bejana jenuh (Departemen batas, lalu dihomogenkan (Chang, et al,
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). 2002).

93
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Kemudian ditambahkan etanol 80 % sampai


Pembuatan Larutan Blangko tanda batas hingga di dapatkan konsentrasi
Sebanyak 1,5 ml etanol P dimasukan 4000 ppm. Dari konsentrasi 4000 ppm
kedalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan dipipet sebanyak 2,5 ml masukkan kedalam
1,5 ml etanol 80%, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 labu ukur 10 ml lalu ditambahkan etanol
ml natrium asetat 1M dan 2,8 ml air suling 80% sampai tanda batas hingga di peroleh
(Chang, et al, 2002). konsentrasi 1000 ppm. Kemudian di pipet
0,5 ml larutan ekstrak lalu tambah 1,5 ml
Penentuan Panjang Gelombang Serapan etanol 80 %, selanjutnya tambahkan 0,1 ml
Maksimum Rutin aluminium klorida 10 %, 0,1 ml natrium
Dari larutan induk rutin 1000 ppm asetat 1 M dan 2,8 ml air suling. larutan ini
dipipet sebanyak 1,5 ml dimasukkan dihomogenkan dan didiamkan selama 30
kedalam labu ukur 10 ml lalu di tambahkan menit, kemudian diukur serapannya pada
etanol 80 % sampai tanda batas sehingga panjang gelombang serapan maksimum
diperoleh 15 ppm. Kemudian di pipet dengan menggunakan spektrofotometer
sebanyak 0,5 ml lalu ditambahkan 1,5 ml sinar tampak dan perlakuan diulang
etanol 80 %, 0,1 ml AlCl3 10 % , 0,1 ml sebanyak 3 kali. Kadar senyawa flavanoid
natrium asetat 1M dan 2,8 ml air suling lalu ditentukan dengan persamaan regresi linier
homogenkan. Diamkan selama 30 menit dari kurva kalibrasi. Hasil yang diperoleh
kemudian ukur serapannya pada panjang diperhitungkan dengan faktor pengenceran
gelombang 400-800 nm dengan sehingga diperoleh konsentrasi flavanoid
menggunakan spektrofotometer sinar yang terdapat dalam ekstrak air daun ubi
tampak (Chang, et al, 2002). kayu (Pourmorad, et al., 2006).
Penentuan Kurva Kalibrasi Rutin
Larutan induk rutin dipipet sebanyak Analisis Data
1; 1,25; 1,5; 1,75 dan 2,0 ml, masukkan a. Linearitas Kurva Baku
kedalam labu ukur 10 ml. kemudian Linearitas ditentukan dengan persamaan
tambahkan etanol 80 % sampai tanda batas, regresi y = a + bx. Persaaman regresi ini
sehingga didapat konsentrasi rutin 10, 12,5, dapat digunakan jika faktor korelasinya 0,99
15, 17,5 dan 20 µg/ml. Masing masing dan r ≤ 1.
konsentrasi larutan dipipet 0,5 ml masukkan Penetapan Kadar
kedalam labu ukur 10 ml lalu tambahkan 1,5 Data luas area dimasukkan dalam
ml etanol 80 %, selanjutnya tambahkan 0,1 persamaan regresi linear yang diperoleh dari
ml aluminium klorida 10 %, 0,1 ml natrium kurva kalibrasi yaitu y = a + bx maka
asetat 1 M dan 2,8 ml air suling. Larutan ini didapatkan konsentrasi senyawa (Harmita,
dihomogenkan dan didiamkan selama 30 2004).
menit, kemudian diukur serapannya pada
panjang gelombang serapan maksimum rutin HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan spektrofotometer sinar
tampak. Lalu buat kurva kalibrasi sehingga Penelitian tentang penetapan kadar
persamaan regresi liniernya dapat dihitung. flavonoid rutin pada daun ubi kayu
(Manihot utilissima Pohl) telah dilakukan
Penentuan Kadar Flavonoid Rutin dalam pada bulan Oktober 2017 sampai bulan
Larutan Sampel Februari 2018. Pada penelitian ini sampel
Ekstrak ditimbang sebanyak 100 mg yang digunakan adalah daun ubi kayu
dan masukkan kedalam labu ukur 25 ml. (Manihot esculenta Crantz) yang diambil di

94
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

daerah jl. Andalas Kecamatan Padang melarutkan hampir semua zat, baik yang
Timur Kota Padang Provinsi Sumatera bersifat polar, semipolar maupun nonpolar.
Barat. Identifikasi tumbuhan telah Etanol yang digunakan adalah etanol 70 %
dilakukan di Herbarium ANDA Jurusan karena sampel yang digunakan adalah
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu sampel kering yang memiliki kandungan air
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas yang relatif sedikit. Kadar air sebanyak 30
Andalas Padang, Sumatera Barat. Tujuan % dalam etanol berfungsi untuk membantu
identifikasi adalah untuk mengetahui memecahkan dinding sel sehingga penetrasi
identitas sampel yang akan digunakan. etanol kedalam sel lebih cepat dan optimal
Berdasarkan hasil identifikasi tersezbut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
dapat diketahui kepastian bahwa sampel 2000).
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Maserasi dilakukan selama 1 hari
daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dengan 3 kali pengulangan. Proses maserasi
famili Euphorbiaceae. ini dilakukan dengan menggunakan botol
Sebelum ekstraksi dilakukan, sampel kaca berwarna gelap dan ditempat yang
terlebih dahulu di rajang halus dengan terlindung cahaya. Hal ini bertujuan untuk
tujuan untuk memperluas bidang permukaan menghindari terjadinya penguraian struktur
dan mempercepat proses penetrasi pelarut zat aktif terutama untuk senyawa yang
kedalam sel tanaman dan juga proses kurang stabil terhadap cahaya. Satu bagian
pelarutan senyawa-senyawa yang serbuk kering simplisia dimaserasi dalam
terkandung didalam sampel. Ekstraksi daun botol gelap tertutup dengan 10 bagian
ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) pelarut, direndam selama 6 jam pertama
dilakukan dengan metode maserasi karena sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan
pengerjaannya lebih mudah, tidak selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan
memerlukan perlakuan khusus, tidak cara penyaringan menggunakan kain flanel,
memerlukan panas sehingga dapat ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya
mencegah terjadinya kerusakan zat dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut
termostabil akibat suhu tinggi dan karena yang sama.
sampel yang digunakan yaitu berupa daun. Kumpulkan semua maserat, maserat
Daun segar ubi kayu ditimbang sebanyak 1 diuapkan dengan penguap vakum sampai
kg lalu dilakukan pencucian, kemudian didapat ekstrak kental. Sehingga hasil yang
dirajang dengan tujuan untuk diperoleh dari ekstrak kental dari proses
mempermudah proses pengeringan dan maserasi pada penelitian ini sebanyak
penggilingan, kemudian pengeringan 27,1832 g ekstrak kental dengan nilai persen
dengan cara diangin-anginkan selama 2 rendemen yang diperoleh adalah 27,1832%.
minggu sampai kering dengan tujuan untuk Setelah didapatkan ekstrak kental,
mendapatkan simplisia yang tidak mudah selanjutnya, daun ubi kayu (Manihot
rusak, sehingga dapat disimpan dalam esculenta Crantz.) dilakukan pemeriksaan
waktu yang lama, dan selanjutnya dilakukan yang meliputi pemeriksaan uji fitokimia,
penghalusan, sehingga diperoleh serbuk parameter spesifik dan parameter
kering sebanyak 100 g untuk dimaserasi. nonspesifik (Departemen Kesehatan
Pelarut yang digunakan adalah Republik Indonesia, 2000).
etanol karena pelarut ini relatif kurang Susut pengeringan yaitu pengukuran
toksik dibanding pelarut organik lainnya. sisa zat setelah pengeringan pada
Disamping itu juga berdasarkan sifatnya temperatur 105o C selama 30 menit atau
sebagai pelarut universal yang mampu sampai berat konstan. Tujuan dari

95
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

penentuan susut pengeringan adalah bentuk glikosida seperti kuersetin 3-


memberikan batasan maksimal (rentang) rutinosida.
tentang besarnya senyawa yang hilang pada Pada penentuan kadar flavonoid rutin
proses pengeringan (Departemen Kesehatan ditambahkan etanol 80% yang berfungsi
Republik Indonesia, 2000). Pada penentuan sebagai meninggkatkan konsentrasi,
susut pengeringan ekstrak daun ubi kayu sedangkan penambahan AlCl3 10% yang
didapatkan persentase rata-rata adalah berfungsi untuk memberikan efek
9,8769 %. batokromik dengan melakukan pergeseran
Kadar air yaitu pengukuran kearah panjang gelombang yang lebih tinggi
kandungan air yang berada didalam bahan, sehingga mengubah panjang gelombang
dilakukan dengan cara yang tepat. Tujuan larutan standar rutin untuk masuk kedalam
dilakukan penetapan kadar air adalah untuk rentang panjang gelombang UV- Vis 400-
memberikan batasan minimal atau rentang 800 nm. Terjadinya efek batokromik
tentang besarnya kandungan air didalam menghasilkan warna yang lebih kuning.
bahan (Departemen Kesehatan Republik Setelah itu penambahan natrium asetat 1M
Indonesia, 2000). Pada penetapan kadar air berfungsi sebagai penstabil, kemudian di
ekstrak daun ubi kayu didapat persen rata- tambahkan air suling dan diamkan selama
rata 9,63 %. 30 menit yang bertujuan agar reaksi antara
Karakterisasi spesifik yang larutan standar rutin dengan pereaksi –
dilakukan adalah uji organoleptis ekstrak. pereaksi yang ditambahkan dapat
Hasil uji organoleptik ekstrak daun ubi kayu berlangsung sempurna.
yang dihasilkan adalah berwarna hijau Penentuan panjang gelombang
kehitaman, rasanya pahit, bau khas aromatis maksimum rutin pada konsentrasi 15 ppm di
dan bentuknya kental dan selanjutnya dapatkan panjang gelombang maksimum
dilakukan uji kandungan kimia ekstrak rutin 416 nm dengan absorban 0,404.
dengan pemeriksaan skrinning fitokimia Setelah didapatkan panjang gelombang
mengandung flavonoid dan uji kromatografi maksimum rutin kemudian dibuat kurva
lapis tipis. kalibrasi larutan standar rutin dengan
Penetapan kadar flavonoid rutin pada konsentrasi 10, 12,5, 15, 17,5 , 20 ppm
penelitian ini menggunakan metode larutan ini diukur pada panjang gelombang
kolorimetri dengan pereaksi AlCl3. Prinsip 416 nm. Dari hasilnya Pembuatan kurva
dari metode ini adalah AlCl3 membentuk kalibrasi larutan standar rutin berguna untuk
kompleks yang stabil dengan C-4 gugus menentukan kadar senyawa flavonoid rutin
keto, lalu dengan C-3 atau C-5 gugus dalam sampel melalui persamaan regresi
hidroksil dari flavon dan flavonol. Dalam linier deri kurva kalibrasi rutin. Dari
penambahan aluminium klorida membentuk pengukuran didapatkan kurva kalibrasi
kompleks asam yang stabil dengan gugus dengan persamaan regresi linier y=
orthohidroxil pada cincin A atau B dari 0,04044x – 0,2028 dengan harga koefisien
flavonoid (Chang et al., 2002). Digunakan (r) yaitu 0,9998 (Gambar 1). Nilai r yang
larutan standar rutin sebagai pembanding mendekati satu membuktikan bahwa
karena kebanyakan flavonoid yang paling persamaan regresi tersebut linier (Harmita
sering ditemukan dalam tanaman dalam 2004).

96
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Gambar 1. Kurva kalibrasi rutin pembanding pada panjang gelombang 416 nm

Ekstrak di timbang 100 mg tiga kali perlakuan yang sama Tujuan


dimasukan kedalam labu ukur 25 ml dilakukan tiga kali perlakuan yang sama
kemudian tambahkan etanol 80 % sampai untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
tanda batas hingga didapatkan konsentrasi Dari konsentrasi 1000 ppm yang dilakukan
4000 ppm. Dari konsentrasi 4000 ppm dengan tiga kali perlakuan yang sama di
kemudian dipipet 2,5 ml masukkan kedalam dapatkan panjang gelombang dan absorban
labu ukur 10 ml lalu tambahkan etanol 80 % berturut-turut: untuk konsentrasi 1000 ppm
sampai tanda batas hingga diperoleh yang pertama didapatkan panjang
konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dilakukan gelombang 415,50 nm.

Gambar 2. Spektrum serapan flavonoid rutin dalam ekstrak daun ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) pengulangan ke -2.

Hasil pengukuran kandungan dimana kadar tersebut dihitung sebagai


flavonoid pada ekstrak daun ubi kayu adalah kadar flavonoid rutin yang terdapat pada
4,979 g/100 g, 4,992 g/ 100g, 4,992 g/ 100g, daun ubi kayu (Manihot esculenta Crantz).
kadar rata-ratanya adalah 4,987 g/100g Hasil pengukuran kandungan flavonoid

97
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

didapatkan % kadar yaitu 4,979%, 4,992%, 4,987%.


4,992% dengan nilai rata ratanya adalah

KESIMPULAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


(2008). Farmakope Herbal Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang (edisi1). Jakarta: Departemen Kesehatan
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan Republik Indonesia.
bahwa hasil penetapan kadar flavonoid pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(1985). Cara Pembuatan Simplisia.
ekstrak daun ubi kayu (Manihot esculenta Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Crants) dengan metode spektrofotometri Indonesia.
sinar tampak. Kadar rata-rata flavonoid Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan
ekstrak daun ubi kayu adalah 4,987 Validasi Metode dan cara Perhitungannya.
gram/100 gram dimana kadar tersebut Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 (3), 117-
dihitung sebagai kadar flavonoid rutin yang 135
terdapat pada daun ubi kayu (Manihot Kar, A. (2014). Farmakognosi &
esculenta Crantz). Hasil pengukuran Farmakobioteknologi Vol. 1
kandungan flavonoid didapatkan adalah Edisi 2). Jakarta: Penerbit Buku
4,987%. Kedokteran EGC.
Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J.,
Shahabimajd, N. (2006). Antioxidant
DAFTAR RUJUKAN Activity, Phenol and Flavanoid Content
of Some Selected Iranian Medicinal
Bakhtiar, A. (1992). Isolasi Rutin dari Ubi Kayu Plants. African Journal of Biotechnology.
(Manihot utilissima) Menggunakan Resin 5 (11), 1142-1145.
Amberlit XAD4. Padang: Andalas Nurdiana, A.R. 2013. Uji Ekstrak Daun
University Singkong (Manihot utilissima) terhadap
Bernadi. (2000). Uji Aktivitas Ekstrak Daun jumlah Neutrofil pada Proses
Singkong (Manihot utilissima Pohl) yang Penyembuhan Luka tikus. (Skripsi).
Mengandung Rutin sebagai Bahan Tabir Jember.
Matahari. (Skripsi). Surabaya. Rani, P. S., Nagasowjanya, G., Ajitha, A., &
Chang, CC., Yang, M., Wen, HM., Chern, Maheswarao, V. U. (2015). Aquametry –
JC.(2002). Estimation of Total Flavanoid the moisture content determination. World
Content in Propolis by Two Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Complementary Colorimetric Methods, Sciences, 4,(8), 556-580.
China. Jurnal of Food and Drug Analysis. Soetanto, E. 2001. Membuat Patilo dan Krupuk
10, (3), 178-182. Ketela. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Watson, D.G. (2009) Analisis farmasi: Buku
(2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Tumbuhan Obat. (Edisi 1). Jakarta: Praktisi Kimia Farmasi. (Edisi 2).
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Penerjamah: W.R. Syarief. Jakarta:
Makanan Penerbit Buku Kedokteran EGC.

98

Anda mungkin juga menyukai