Anda di halaman 1dari 17

Critical Jurnal Review

DASAR-DASAR HASIL PERIKANAN


“IKAN CAKALANG ASAP”

Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Hasil Perikanan

Dosen Pengampu : Rahim Husain, S.Pi, M.Si

OLEH

NAMA : RIVALDY KALAPATI

NIM : 1111420011

KELAS : A-S1 BUDIDAYA PERAIRAN 2020

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Maping jurnal 1
Judul Praktikum Tingtur
Kelompok III (Tiga)
Anggota : 1. Mohamad Djulfikar Rivai (821419009)
2. Kartika Vany Liputo (821419047)
3. Andi Nabirah Asriastuti (821419066)
4. Taufiq Hidayatullah Balu (821419089)
5. Suci Safira Ramdhani Dude (821419097)
6. Putri Fauzia Datunsolang (821419100)
7. Nadina Rahma Melo Otolomo (821419108)
8. Miftahul Janna Mohi (821419116)
9. Ninda Aulia Latama Poetri (821419121)
10. Fadli Eka Putra (821419127)
Penulis, Judul Susanti, N. M. P. Warditiani, N. K. Laksmiani, N. P. L.
Jurnal, Volume Widjaja, I. N. K. Rismayanti, A. A. M. I. Wirasuta, I M.A.G.
dan Halaman PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI
DAN REFLUKS TERHADAP RENDEMEN
ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees); Vol. 4 No. 1 ;
Halaman 29-32
Teori Sambiloto dengan nama latin Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees merupakan salah satu tanaman yang saat ini
penggunaannya sedang berkembang dalam pengobatan
tradisional. Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees
mengandung diterpen lakton yang terdiri dari andrografolid,
neoandrografolid, deoksiandrografolid dan isoandrografolid.
Andrografolid merupakan komponen mayor dari
Andrographis paniculata yang telah dilaporkan memiliki
beragam efek farmakologi (Chao dan Lin, 2010). Berbagai
teknik ekstraksi andrografolid telah dikembangkan,
diantaranya seperti perkolasi (Pratiwi, 2010), ultrasonikasi
(Nurasiah, 2010), sokletasi (Rais, 2014), namun teknik
ekstraksi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama
dalam pengerjaannya, membutuhkan biaya yang mahal serta
tingginya kehilangan senyawa andrografolid yang
diinginkan (Jadhao,2014).
Maserasi merupakan metode yang paling umum digunakan
untuk ekstraksi andrografolid karena mudah dilakukan dan
menggunakan alat yang sederhana. Namun, teknik maserasi
kurang efisien karena membutuhkan waktu
Metode Determinasi tanaman dilakukan dengan cara
Penelitian membandingkan sampel sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees) yang akan digunakan dengan data pustaka
acuan. Determinasi tanaman dilakukan di UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali–LIPI.
Lebih kurang 1 gram herba sambiloto ditimbang
menggunakan botol timbang yang telah diketahui beratnya.
Serbuk yang telah ditimbang kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 105°C selama 30 menit. Kemudian
dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Selanjutnya
dilakukan pemanasan kembalidalam oven selama 30 menit,
dinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali.
Dilakukan pekerjaan yang sama sampai berat konstan yaitu
perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25% (DepKes RI, 1986).
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96%. Sebanyak 1 kg serbuk sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dimaserasi dengan
5 L etanol 96% selama 2 hari. Kemudian disaring dan
ampasnya diremaserasi sebanyak dua kali dengan 2,5 L
etanol 96% masingmasing selama 1 hari. Maserat dijadikan
satu kemudian diuapkan dengan vacum rotary evaporator
(Eyela) pada suhu 60°C hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan
pelarut etanol 96%. Sebanyak 50 gram serbuk sambiloto
direfluks dengan menggunakan pelarut sebanyak 75 mL.
Refluks dilakukan selama 6 jam pada suhu 70ºC. Hasil
ekstraksi disaring dengan kertas saring Whatman No. 41
kemudian ditera dengan etanol 96% hingga diperoleh
volume 75 mL. Diambil sebanyak 5 mL dan disimpan dalam
vial untuk dianalisis.
Hasil Penelitian Perolehan persentase kadar air rata-rata yaitu sebesar 9,75%
dengan standar deviasi 0,41%. Penetapan kadar air serbuk
sambiloto menunjukkan bahwa kadar air pada serbuk
Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees lebih rendah dari
persyaratan kadar air maksimal secara umum yaitu 10%
Dengan demikian, kadar air serbuk Andrographis paniculata
(Burm. f.) Nees telah memenuhi persyaratan kadar air.
Maserasi merupakan salah satu ekstraksi yang paling umum
dan sering digunakan untuk ekstraksi andrografolid karena
mudah dilakukan. Ekstrak kental yang dihasilkan sebanyak
60,61 gram. Rendemen yang diperoleh dari metode maserasi
ini sebesar 0,10% b/b. Metode maserasi ini kurang efisien
karena membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pengerjaannya dan menghasilkan rendemen yang rendah
sehingga dilakukan pengembangan metode ekstraksi refluks
agar mampu menghasilkan rendemen andrografolid
yang lebih tinggi.
Keterkaitan Antar Pada kedua jurnal membahas mengenai ektraksi herba
Jurnal sambiloto
Rangkaian Pada jurnal pertama digunakan herba sambiloto untuk
Rancangan Yang ekstraksi kering, sedangkan pada jurnal kedua
Membedakan membandingkan metode ekstraksi maserasi refluks terhadap
Dengan Jurnal rendamen herba sambiloto
Yang Lain
Maping jurnal 2
Judul Praktikum Standarisasi Obat Herbal
Kelompok III (Tiga)
Anggota : 1. Mohamad Djulfikar Rivai (821419009)
2. Kartika Vany Liputo (821419047)
3. Andi Nabirah Asriastuti (821419066)
4. Taufiq Hidayatullah Balu (821419089)
5. Suci Safira Ramdhani Dude (821419097)
6. Putri Fauzia Datunsolang (821419100)
7. Nadina Rahma Melo Otolomo (821419108)
8. Miftahul Janna Mohi (821419116)
9. Ninda Aulia Latama Poetri (821419121)
10. Fadli Eka Putra (821419127)
Penulis, Judul Harrizul, R., Gusmi, F., Humaira, F. ; PEMBUATAN DAN
Jurnal, Volume KARAKTERISASI EKSTRAK KERING HERBA
dan Halaman SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) ; Vol. 6 ;
Halaman 19-27.
Teori Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) (Family
Acanthaceae) banyak ditemukan di India, Pakistan dan
Srilanka, tumbuh di tempat panas. Sambiloto dibudidayakan
di sebagian daerah India, India Timur, India Barat dan
Mauritius. Sambiloto adalah salah satu tanaman yang paling
banyak digunakan dalam formulasi obat (Radha, et al.,
2011). Sambiloto digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit seperti anti inflamasi, antipiretik, anti-viral, anti-
hiperglisemik, antioksidan, antidiabetik (Vijaykumar, et al.,
2007; Rahmat, et al., 2006; Aromde, et al., 2005) dan
antimalaria (Mishra, et al., 2011).
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) mengandung
andrografolid sebagai unsur utama yang memberi rasa pahit
dari tanaman ini. Unsur lainnya yang terkandung dalam
sambiloto yaitu 14-deoksi-11, 12- didehidroandrografolid,
14- deoksiandrografolid (Niranjan, et al., 2010; Patidar, et
al., 2011).
Metoda ekstraksi yang digunakan salah satunya adalah
maserasi. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (DepKes RI,
2000). Ekstrak kering merupakan sediaan padat yang
diperoleh dengan cara menguapkan pelarut berdasarkan
kandungan bahan aktif.
Ekstrak kering memiliki nilai susut pengeringan
biasanya tidak lebih dari 5% (Gaedcke, et al., 2003).
Pengeringan ekstrak berarti menghilangkan pelarut dari
bahan sehingga mengahasilkan serbuk, masa kering rapuh,
tergantung proses dan perlatan yang digunakan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Metode Determinasi Sampel
Penelitian Tumbuhan sambiloto telah dideterminasi di Herbarium
Universitas Andalas (ANDA), jurusan Biologi FMIPA
Universitas Andalas, Padang, Sumaatera Barat.
Pembuatan Simplisia
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan
seperti berikut : pengumpulan simplisia, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1985).
Pengumpulan Herba
Sambiloto Tumbuhan akan diambil secara manual,
diambil semua bagian dari tumbuhan sambiloto
(Andrographis paniculata Nees.) yang ada di atas permukaan
tanah.
Sortasi Basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari tumbuhan sebelum
pencucian dengan cara membuang bagian-bagian yang tidak
perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan herba yang
layak untuk digunakan.
Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada tumbuhan. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Pencucian dilakukan sesingkat mungkin agar tidak
menghilangkan zat berkhasiat dari tumbuhan tersebut.
Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Sebelum
dirajang tumbuhan dijemur dalam keadaan utuh selama 1
hari.
Pengeringan
Dilakukan pengeringan dengan cara pengeringan
kombinasi matahari dan blower. Pengeringan dengan
matahari dilakukan selama 1 hari, kemudian dikeringkan
selama 4 jam pada suhu 450 C (Manoi, 2006).
Sortasi Kering
Dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering.
Pengepakan dan Penyimpanan
Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang
bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isinya
sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta
penyimpangan warna, bau, rasa dan sebagainya pada
simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan panas diperlukan
wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya, misalnya
aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap,
kaleng dan sebagainya. Penyimpanan simplisia kering
biasanya dilakukan pada suhu kamar (150 C sampai 300 C).
Pembuatan Ekstrak
Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau
potongan-potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan
melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa
menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia
yang dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan
derajat kehalusan tertentu. Ekstrak dibuat dengan cara
maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Satu bagian
serbuk kering herba sambiloto dimasukkan ke dalam
maserator, ditambah 10 bagian etanol 95%, direndam selama
6 jam sambil sekali-kali diaduk, kemudian didiamkan
sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2
kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua
maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum
hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh
ditimbang dan dicatat (BPOM RI, 2004).
Persen rendemen dihitung berdasarkan persentase bobot
per bobot (b/b) antara rendemen yang didapatkan dengan
bobot serbuk simplisia yang digunakan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Pembuatan Ekstrak
Kering Pengeringan ekstrak dapat dilakukan dengan
cara, ambil ekstrak kental yang telah didapat, keringkan
dengan menambahkan sebagian laktosa. Pada serbuk kering
ini tambahkan pelarut heksan ± 300 mL heksan untuk tiap
100 g ekstrak, kemudian aduk sempurna beberapa kali
selama 2 jam, biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan.
Lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 300 mL aduk
sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian
sekali lagi dengan heksan, baru keringkan pada suhu ± 70⁰C.
timbang serbuk ini dan tentukan karakteristiknya (Martin,et
al.,1961). Pembuatan ekstrak kering dapat dilakukan dengan
cara tiga perlakuan, yaitu: 1. Pengeringan dengan
perbandingan 1:1 2. Pengeringan dengan perbandingan 1:1½
3. Pengeringan dengan perbandingan 2:1
Hasil Penelitian Setelah tumbuhan dipanen, dilakukan sortasi basah,
pencucian dengan air mengalir, pengeringan dengan
kombinasi matahari dan blower. Pengeringan dengan sinar
matahari dilakukan selama 1 hari, kemudian dikeringkan
selama 4 jam pada suhu 450 C, sortasi kering, pengepakan
dan penyimpanan.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian simplisia yang
bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang bermutu baik
dan memenuhi standarisasi Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I (2008).
Simplisia yang sudah kering diblender dan diayak
kemudian ditimbang sebanyak 200,0084 gram untuk
dijadikan ekstrak. Ekstrak dapat dibuat dengan cara maserasi
dengan menggunakan pelarut etanol 95%. Kemudian
simplisia tadi dimasukkan ke dalam botol gelap, ditambah
dengan 2000 ml etanol 95% direndam selama 6 jam sambil
sesekali diaduk dan dibiarkan selama 18 jam. Kemudian
disaring dan diulangi sebanyak dua kali pengulangan dengan
jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kemudian maserat
dikumpulkan lalu diuapkan dengan penguap vakum (Rotary
evaporator) pada suhu di bawah ± 700 C, keuntungan
memakai alat ini adalah dapat mengurangi tekanan udara
pada permukaan sehingga akan menurunkan titik didihnya.
Ini akan dapat mengurangi kemungkinan terurainya senyawa
yang terdapat dalam sampel tersebut (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2000). Sehingga ekstrak kental yang
diperoleh dari hasil maserasi tersebut adalah 75,2607 g
dengan nilai rendemen 37,6288% (% rendemen = jumlah
serbuk simplisia yang ditimbang dibagi dengan jumlah
ekstrak kental yang didapat) yang dihitung dengan cara
75,2607/200,0084 x 100%. Nilai rendemen yang didapat dari
ekstrak kental herba sambiloto memenuhi standar dalam
buku monografi tumbuhan obat Indonesia yaitu tidak kurang
dari 9,6%.
Ekstrak kental yang sudah jadi tersebut dilanjutkan
dengan pembuatan ekstrak kering, cara pembuatan ekstrak
kering dapat dilakukan dengan cara tiga perlakuan, yaitu :
1. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat ekstrak kental
Ekstrak kental dimasukkan kedalam lumpang sebanyak
25 g lalu ditambahkan dengan saccharum lactis sebanyak 25
g, taburkan sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah
tercampur sempurna lalu tambahkan 150 mL heksan,
kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 5 menit.
Biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan lalu,
campurkan sisa dengan heksan lagi sebanyak 150 mL aduk
sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian
sekali lagi dengan heksan sebanyak 150 mL. Baru keringkan
pada suhu ±70⁰C, lalu timbang serbuk ini dan tentukan
karakteristiknya. Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering
sebanyak 31,2461 g.
2. Pengeringan dengan laktosa 1½ x berat ekstrak kental
Ekstrak dimasukan kedalam lumpang sebanyak 25 g lalu
tambahkan dengan saccharum lactis sebanyak 37,5 g
taburkan sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah
tercampur sempurna lalu tambahkan 187 mL heksan,
kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 5 menit.
Biarkan mengendap dan enap tuangkan cairan, lalu
campurkan sisa dengan heksan lagi sebanyak 187 mL aduk
sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian
sekali lagi dengan heksan sebanyak 187 mL. Baru
dikeringkan pada suhu ±70⁰C, timbang serbuk ini dan
tentukan karekteristiknya.
3. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat ekstrak kental
Ekstrak dimasukan kedalam lumpang sebanyak 25 g lalu
tambahkan dengan saccharum lactis sebanyak 50 g taburkan
sedikit demi sedikit aduk sempurna. Setelah tercampur
sempurna lalu tambahkan 225 mL heksan, kemudian aduk
sempurna beberapa kali selama 5 menit. Biarkan mengendap
dan enap tuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan
heksan lagi sebanyak 225 mL aduk sempurna dan pisahkan
kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan
heksan sebanyak 225 mL. Baru dikeringkan pada suhu
±70⁰C, timbang serbuk ini dan tentukan karekteristiknya.
Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering sebanyak
58,5521 g. Penambahan saccharum lactis ini bertujuan untuk
membantu mengeringkan ekstrak. Heksan digunakkan untuk
membebaskan lemak pada ekstrak sehingga ekstrak
mengumpul dan tidak melengket pada lumpang dan mortir.
Keterkaitan Antar Pada kedua jurnal membahas mengenai metode ekstraksi
Jurnal maserasi dari herba sambiloto.
Rangkaian Pada jurnal kedua ini digunakan metode maserasi,
Rancangan Yang sedangkan pada jurnal pertama digunakan metode maserasi
Membedakan dan metode refluks.
Dengan Jurnal
Yang Lain
Soal
1. Tuliskan pengertian ( masing" 2 literatur)
a. Tingtur
b. Ekstaksi
c. Sediaan galenik
d. Maserasi
2. Hitunglah pengenceran dari alkohol 96% dibuat menjadi alkohol 60%
sebanyak 250 mL

Jawaban
1. Pengertian tingtur, ekstraksi, sediaan galenik, maserasi
a. Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau
perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan
senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi,
kecuali dinyatakan lain dibuat dengan menggunakan 20% zat berkhasiat
dan 10% untuk zat berkhasiat keras (Dirjen POM, 1979).
b. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat
dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur yang
berbeda tidak selalu seragam, tetapi bervariasi sesuai dengan masing-
masing standar yang telah ditetapkan. (FI IV, 1995)
c. Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena melalui perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi
senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan. Pemilihan pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan
efektifitas yang tinggi melalui cara memerhatikan kelarutan senyawa
bahan alam pelarut tersebut. (Darwis, 2000)
d. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini
digunakan untuk mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan
pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta tidak
mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya
mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana (Hargono dkk., 1986).
e. Menurut Lenny (2006), ekstraksi merupakan metode pemisahan
berdasarkan kelarutan suatu zat yang tidak saling campur.
f. Ektrasi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstrasi bermula dari penggumpalan ekstrak
dengan pelarut kemudian terjadi
kontak anatar bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar muka bahan
ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi
(Sudjadi.1988).
g. Sediaan galenik merupakan sediaan dengan bahan berkhasiat yang berasal
dari bahan alam. Dengan cara ekstraksi atau penyarian bahan aktif dari
tumbuhan maupun jaringan binatang ditarik atau dipisahkan dari
komponen lainnya. Tergantung dari proses yang digunakan dan derajat
konsentrasi hasil ekstraksi, sediaan galenik digolongkan sebagai berikut:
dekoktum, infusum, ekstrak dan tinktura
h. Galenik merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.

2. Pada prinsip pengenceran berlaku persamaan V₁ × M₁ = V₂ × M₂

V₁ = Volume larutan pekat yang akan digunakan

M₁ = konsentrasi larutan pekat yang akan diencerkan

V₂ = volume larutan encer yang dibuat (V₂ adalah V₁ + V air yang ditambah)

M₂ = konsentrasi larutan encer yang dibuat


apabila dimasukkan dalam persamaan :

V₁ × M₁ = V₂ × M₂

V₁ × 96% = 250 mL × 60%

V₁ = ( 250 mL × 60% ) ÷ 96%

V₁ = 156,25 mL

Kesimpulan

cara membuat alkohol 60% sebanyak 250mL dari alkohol 96% adalah dengan
mengambil alkohol 96% sebanyak 156,25 mL kemudian ditambah air hingga
volumenya 250 mL (air yang ditambah sembanyak 93,75 mL)
DAFTAR PUSTAKA

Darwis D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan


Alam. Hayati. Universitas Andalas : Padang

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen. Kesehatan


RI : Jakarta.

Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen. Kesehatan R.I. :
Jakarta.

Hargono, D. dkk, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jendral Pengawasan Obat


dan Makanan (BPOM), Departemen Kesehatan Republik Indonesia
: Jakarta.

Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoid dan Steroid. Karya Ilmiah pada Departemen
Kimia FMIPA Universitas Sumatra Utara.

Rivai, H,. Febrikesari, G., Fadhilah, H., 2014. Pembuatan Dan Karakterisasi
Ekstrak Kering Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea. 6(1) : 19-
27.

Sudjadi, 1988. Metode Pemisahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Susanti N.M.P, dkk. 2015. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan refluks
terhadap rendamen anrigrafolid dari herba sambiloto. Jurnal
Farmasi Udayana. 4(2) : 29-31.

Anda mungkin juga menyukai