Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
1. Riska Febrianti 201410410311032
2. Raefisa Hak 201410410311049
3. Farhoqah Sinatria 201410410311090
4. Elsa Amanda 201410410311092
5. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
6. Adelya Ayu M. 201410410311064
7. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
8. Asti Pranita 201410410311065
9. Devi Rachmatin 201410410311034
10. Raffita Yuniananda 201410410311041
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah laporan praktikum fitofarmaka, mengenai “Pembuatan
Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga, Penentuan Parameter Mutu Ekstrak
Kaempferia galanga, Penetapan Kadar Senyawa Marker Pada Ekstrak Kaempferia
galanga, Pembuatan Sediaan Kapsul Ekstrak Kencur dan Penetapan Kadar
Senyawa Marker EPMS dalam Kapsul, dan Penetapan Kadar Senyawa Marker
EPMS dalam Sediaan Kapsul”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua anggota yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Malang,7 Desember2017
Penulis
LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKA
Praktikum 1
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
1. Riska Febrianti 201410410311032
2. Raefisa Hak 201410410311049
3. Farhoqah Sinatria 201410410311090
4. Elsa Amanda 201410410311092
5. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
6. Adelya Ayu M. 201410410311064
7. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
8. Asti Pranita 201410410311065
9. Devi Rachmatin 201410410311034
10. Raffita Yuniananda 201410410311041
1.2 Tujuan :
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana prisip dasar dan tekhnik isolasi
senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari rimpang kencur
(Kaempferia galanga) dengan metode maserasi perendaman
2. Mengetahui bagaimana cara pemisahan dan pemurnian hasil isolasi dari
tamana kencur (Kaempferia galanga)
1.3 Tinjauan Pustaka
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Up Family : Zingiberoidae
Genus : Kaempferia
Kencur merupakan tanaman temu kecil yang dapat tumbuh dengan baik di
dataran rendah sampai dataran tinggi, asalkan tanah gembur dan tidak kelebihan
air. Tamanan kencur dapat di tanam di pot atau di kebun, penyinaran bisa
sepanjang hari atau setengah ternaugi. Penyebaran dari tanaman kencur ini sangat
luas mencapai seluruh Indonesia, karena pertumbuhannya dan pembudidayaannya
sangat mudah. Kencur ini dibilang tanaman musiman yang sangat baik tumbuh
pada saat musim penghujan saja. Kandungan yang terdapat dalam kencur antara
lain adalah pati, mineral, minyak atsiri berupa sineol, asam metil kanil,
pentadekaan, asam sinamat, etil ester, boreol, kaempfere paraeumain, asam anisat
dan alkaloid.
Etil Para Metoksi Sinamat adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya
yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam
golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi
yang bersifat non polar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
non polar sehingga dalam ekstraknya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, eril asetat, metanol air dan heksana
(Firdaus, 2009)
Alat
Erlenmeyer
Corong gelas
Gelas ukur
Aluminium foil
Timbangan analitik
Sudip
Batang pengaduk
Loyang
Rotavapor
Bahan
1.8 Perhitungan
Bobot wadah kering : 136,01 gramBobot wadah + botol : 219,33 gram
Isi : 83,32 gram
a. Perhitungan bobot ekstrak:
1.9 Pembahasan
Dari praktikum kami, cab-o-sil yang ditimbang adalah 5% dari jumlah ekstrak,
sehingga kami menimbang cab-o-sil sebanyak 25 gram. Setelah kering lalu
didapatkan hasil persen randemen dari ekstrak daun Kaemferia galanga yaitu
sebesar 11,66%. data dari ketiga metode ekstraksi maserasi didapatkan hasil %
rata-rata randemen dari terkecil hingga terbesar berturut-turut yaitu perendaman II
sebesar 11,47 %, ultrasonik sebesar 11,66% dan kinetika sebesar 12,67%. Hal
tersebut terjadi dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan selama proses
pengekstrakan sehingga ekstrak yang dihasilkanpun berbeda, tidak ada yang lebih
efektif dari ketiga metode tersebut, tetapi pemilihan metode ekstraksi dapat
disesuaikan dengan kebutuhan kita.
1.10 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Arifin sjamsul. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universitas
terbuka
Selamat, I nyoman dkk. 2004. Penuntun kimia analitik. IKIP Negeri Singaraja
Singaraja
LAMPIRAN
A. Maserasi dengan getaran Ultrasonik
B. Setelah diberi getaran
C. Penyaringan dengan buchner
D. Melakukan rotav
Praktikum 2
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
1. Riska Febrianti 201410410311032
2. Raefisa Hak 201410410311049
3. Farhoqah Sinatria 201410410311090
4. Elsa Amanda 201410410311092
5. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
6. Adelya Ayu M. 201410410311064
7. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
8. Asti Pranita 201410410311065
9. Devi Rachmatin 201410410311034
10. Raffita Yuniananda 201410410311041
2.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menentukan parameter sta.dar mutu ekstrak Kaempferia
galanga.
2.3 Tinjauan Pustaka
a. Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L
Kencur (Kaempferia galanga L) adalah salah satu jenis obat dalam satu
suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rhizoma tanaman ini
mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
Terdapat pula kerabat dekat kencur yang bisa ditanam dipekarangan sebagai
tanaman obat. Temu rapat namun mudah dibedakan dari daunnya.
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur didaerah dataran
rendah/ pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.
Jumlah helaian dari daun kencur tidak lebih dari daun kencur tidak lebih dari
2-3 lembar, jarang 5 lembar dengan susunan berhadapan, tumbuh
menggeletak diatas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah
duduk dengan kuntum bunga berjumblah 4-12 buah, bibir bunga (labellum)
berwarna membayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini
tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau
dikebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah
ternaungi.
b. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dan simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudain
sesuai pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang diperoleh dipekatkan
hingga memenuhi baku yang diin ginkan.
c. Standardisasi
Penetapan kadar senyawa aktif merupakan syarat mutlak mutu ekstrak
yang diproduksi. Oleh sebab itu, setiap ekstrak harus distandardisasi.
Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter,
prosedur, dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait
paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar
(kimia, biologi, dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas
sebagai produk kefarmasian umumnya.
Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan
obat jadi siap digunakan oleh penderita. Maka standardisasi dilakukan untuk
menjamin ekstrak sebagai bahan baku dan produk kefarmasian yang bermutu,
aman, serta bermanfaat.
Pengertian standardisasi juga berarti proses menjamin kualitas dari
simplisia atau produk akhir mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan
dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Parameter
standarisasinya berupa parameter standar spesifik dan non spesifik :
1. Parameter spesifik
Identitas
Tujuannya memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa
identitas. Diantaranya deskripsi tata nama dan ekstrak yang mempunyai
senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi penunjuk spesifik
dengan metode tertentu. Deskripsi nama berupa nama ekstrak, nama latin
tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan nama Indonesia tumbuhan.
1) Deskripsi nama tanaman
Nama ekstrak (Generik, dagang, paten)
Nama latin tanaman (Sistematika botani)
Nama tumbuhan yang digunakan (Rimpang, daun, buah)
Nama Indonesia tumbuhan Kencur
2) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.
Organoleptik
Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.
Tujuannya untuk pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin
(Depkes RI, 2000)
+
Ekstrak + cawan porselen
dimasukkan kedalam
desikator ad suhu ruang (±
10 menit), kemudian cawan
ditimbang dengan analitical
balance
Praktikum 3
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
1. Riska Febrianti 201410410311032
2. Raefisa Hak 201410410311049
3. Farhoqah Sinatria 201410410311090
4. Elsa Amanda 201410410311092
5. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
6. Adelya Ayu M. 201410410311064
7. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
8. Asti Pranita 201410410311065
9. Devi Rachmatin 201410410311034
10. Raffita Yuniananda 201410410311041
Divisi : spermatophyte
Subdivisi : angiospermae
Kelas : monocotyledonae
Bangsa : zingiberaceae
Suku : zingiberacea
Marga : kaempferia
Morfologi kencur :
Etil P Metoksisinamat adalah salh satu produk alam yang terdapat pada
rimpang kencur (Kaempferia Galanga L) dalam jumlah yang relative besar.
Isolasi dan pemurnian etil – p metoksisinamat dapat dilakukan dengan mudah,
selain itu etil – p metoksisinamat mempunyai gugus fungsi yang reaktif sehingga
sangat mudah ditransformasikan menjadi gugus fungsi yang lain. etil – p
metoksisinamat dapt diamidasi menjadi senyawa amida yang lebih bermanfaat
sehingga etil – p metoksisinamat memungkinkan sebagai bahan dasar sintesa
amida turunan sinamat (Taufikurohman, 2008).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi plannar. Fase
diamnya (stationary phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada gelas/kaca,
plastic, alumunium. Sedangkan fase geraknya (mobile phase) berupa cairan atau
campuran cairan. Biasanya pelarut organic dan kadang-kadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan/ meratakan fase
diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas plat/lempeng kaca plastic ataupun
alumunium.
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena
strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat dll. Fasa
diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang digunakan untuk kromatografi
kolom, terutama karena ukuran dan zat yang ditambahkan.
Fase gerak yang biasanya digunakan adalah pelarut organic. Dapat digunakan
satu macam saja pelarut organic ataupun campuran. Bilamana fase gerak
merupakan campuran pelarut oranik dengan air maka mekanisme pemisahan
adalah partisi. Pemilihan pelarut organic ini sangat penting karena akan
menentukan keberhasilan pemisahan. Pendekatan polaritas adalah yang paling
sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan mudah terelusi oleh fase
gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang bersifat nonpolar. Sebaliknya
senyawa non polar akan mudak terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase
gerak polar.
Data dari pusat obat dan makanan (PROM) mengungkapkan bahwa masih banyak
senyawa marker yang belum tersedian di Indonesia, termasuk salah satunya
adalah senyawa etil-p metoksisinamat (EPMS) (Badan POM RI, 2011). Luasnya
potensi pemanfaatan serta penggunaan senyawa marker ini masih belum disertai
dengan adanya ketersediaan marker yang sesuai. Padahal semenjak tahun 2012
lalu. Indonesia telah mampu menghasilkan tidak kurang dari 34 juta kilogram
tanaman Kaempferia galanga Linn. Kencur setiap tahunnya (Badan Pusat
Statistika, 2014). Hal ini membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian terkait isolasi senyawa marker EPMS ini. Selain itu penelitian
diharapkan mampu membantu terlaksananya implementasi kebijakan obat
tradisional nasional (KOTRANAS) tahun 2007 dan rekomondasi World Health
Assembly(WHA) yang ke-56 (Depkes RI, 2008).
3.3 SKEMA KERJA
Bahan dan Alat:
Bahan:
Alat
1. TLC Scanner
2. Lempeng KLT ukuran 20 cm x 10 cm
3. Labu ukur 5 ml
4. Labu ukur 10 ml
5. Pipet mikro
6. Cawan timbang
7. Vial bertutup (bilas dengan etanol lalu keringkan sebentar dalam oven
sebelum dipakai)
8. Gelas ukur 100 ml
9. Batang pengaduk
3. Preparasi sampel
a. Sampel untuk penetapan kadar EPMS dalam ekstrak kering
Ditimbang sampel sebanyak 21,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali,
ditambah pelarut masing-masing sebanyak 2 mL, diultrasonik selama 5
menit, ditambah etanol 96% sampai 5,0 mL, diultrasonik selama 10 menit.
Kemudian disaring dan ditampung fltratnya.
b. Sampel untuk penentuan recoveri
Diumbang sampel sebanyak 21,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali,
ditambah pelarut masing-masing sebanyak 2 ml, diultrasonik selama 5
menit, ditambah standar EPMS 500 ppm sebanyak 1.0 mL, kemudian
ditambah pelarut sampai 5,0 mL, diultrasonik selama 10 menit. Kemudian
disaring dan ditampung filtratnya.
c. Ditotolkan sampel dan sampel untuk recoveri sebanyaj 2 µL pada plat
KLT.
Hasil yang diperoleh kemudian dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien
variasinya (KV).
3.5 SkemaKerja
Larutan Induk 2
Dipipet larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 1 4,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
Pembuatan Baku Kerja
BK 4
Dipipet larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 1 1,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 5
Dipipet larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 2 3,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 6
Dipipet larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 2 4,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 3
Dipipet BK 6 Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 2
Dipipet BK 5 Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 1
Dipipet BK 3 Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
D. Preparasi Sampel
Sampel untuk penetapan kadar EPMS dalam bentuk ekstrak
kering
Ditimbang Masing-masing (+) etanol 96% @2 (+) etanol 96% ad
sampel @21mg dimasukkan ke ml. Ultrasonik 5 garis tanda. Ultrasonik
sebanyak 3x labu ukur 10,0 ml menit 10 menit. Disaring dan
ditampung filtratnya
Pengenceran recovery
Dipipet masing-masing 1,0 Ditambahkan etanol
ml pada labu ukur rekoveri. 96% masing-masing
Dimasukkan ke vial sebanyak 2 ml
m
1,
5
c
Penimbangan sampel
% kadar cab-o sil = bobot cab osil yang ditambahkan/ bobotekstrakkering x 100 %
Penimbangan 1
Ekstrak : 0,02028 gram = 20,28 mg
Ekstrak tanpa cab-o-sil : 20,28mg – (30,00%x 20,28 mg)
: 14, 196 mg
Penimbangan 2
Ekstrak : 0,02075 gram = 20,75 mg
Ekstrak tanpa cab-o-sil : 20,75 – (30,00% x 20,75mg)
: 14,525 mg
Penimbangan 3
Ekstrak : 0,02017 gram = 20,17 mg
Ekstrak tanpa cab-o-sil : 20,17 mg – (30,00% x 20,17 mg)
: 14,119 mg
Penimbangan 1
Perhitungankonsentrasi BK dalambentukkandungan
1000ml
1000ml
1000ml
1000ml
1000ml
4,4352
Sampel 1 = x 100 %=31,24 %
14,196
6,2733
Sampel 2 = x 100 %=43,19 %
14,525
5,4903
Sampel 3 = x 100 %=38,89 %
14,119
31,24 %+ 43,19 %+38,89 %
Rata-rata % kadarsampel = = 37,77%
3
8. Konsentrasi sampel untuk penentuan recovery
Y =bx+a
Y = luas are
A = 8734,65
B = 8359, 74
R = 0,9996
R1 Y = bx + a
26374,3 = 8359,74x + 8734,64
X = 2,1101 ᴍg
R2 Y = bx + a
25930,1 = 8359,74x + 8734,64
X = 2,0569ᴍg
R3 Y = bx +a
26701,4= 8359,74x + 8734,64
X = 2,1492 ᴍg
3 ml 5000 ᴍ L
R1 = 2,1101ᴍg x x = 6330,3 ᴍg = 6,3303 mg
1 ml 5ᴍL
3 ml 5000 ᴍ L
R2 = 2,0569 ᴍg x x = 6170,7 ᴍg =6,1707 mg
1 ml 5ᴍL
3 ml 5000 ᴍ L
R3 = 2,1492ᴍg x x = 6447,6 ᴍg = 6,4476 mg
1 ml 5ᴍL
bobot EPMS
% Kadar = x 100 %
Bobot yang ditimbang
6,3303 mg
R1 = x 100 %=44,68 %
14,168 mg
6,1707 mg
R2 = x 100 %=42,92%
14,378 mg
6,4476 mg
R3 = x 100 %=45,89%
14 , 049 mg
t
% Recovery = x 100 %
Cp+Cst
6,3303 mg
R1 = x 100 %=96,04 %
6,0720 mg+ 0,5194 mg
6,1707 mg
R2 = x 100 %=92,36 %
6,1620 mg+ 0,5194 mg
6,4476 mg
R3 = x 100 %=98,58 %
6,0210 mg+ 0,5194 mg
1) Sampel
SD = 3,1274 % = 3,13%
SD
KV = x 100 %
Rata−rata
3,13 %
= x 100 %=8,29 %
37,77 %
2) Recovery
SD = 6,0528% = 6,05%
SD
KV = x 100 %
Rata−ra ta
6,05 %
= x 100 %=6,32 %
95.66 %
3.1 Pembahasan
R1 =96,04 %
R2 ¿ 92,36 %
R3 = 98,58 %
SD = 6,05%
KV = 6,32 %
Dilihat dari data diatas, jika menurut Farmakope Herbal Indonesia,
kadar EPMS dalam rimpang kencur tidak kurang dari 4,30%,yaitu 6,05%
sehingga kadar EPMS pada sampel sebesar 37,77% telah memenuhi
persyaratan. Pada nilai KV >2% dapat memberi gambaran bahwa
presisinya kurang bagusyaitusebesar 6,32%. Hal tersebut bisa terjadi
karena faktor kesalahan dari praktikkan, seperti kurangnya ketelitian
ketika melakukan replikasi sampel atau rekoveri, waktu untuk melakukan
pengulangan tidak secara bersamaan karena harus mengantri
menggunakan alat. Dilihat dari akurasinya, dilihat nilai %rekovery adalah
95,66% dimana untuk analisis sediaan obat jadi, sebaiknya %rekovery
berkisar antara 98-102%, tetapi angka 95-105% sudah cukup memadai
untuk suatu laboratorium QC di industri farmasi (Indrayanto, 1994).
Berarti akurasi sudah masuk dalam rentang, sehingga memenuhi
persyaratan akurasi yang bagus.
3.2 Kesimpulan
Metode KLT densitometer dengan fase diam silika gel, fase gerak N-
heksan: etil asetat: asam formiat (90:10:1) dengan volume penotolan 5,0µl
memenuhi parameter linieritas dan presisi untuk senyawa EPMS. Berdasarkan
hasil dibawah ini menunjukkan bahwa metode KLT densitometer mempunyai
validitas yang baik dan dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
EPMS.
Praktikum 4
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
11. Riska Febrianti 201410410311032
12. Raefisa Hak 201410410311049
13. Farhoqah Sinatria 201410410311090
14. Elsa Amanda 201410410311092
15. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
16. Adelya Ayu M. 201410410311064
17. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
18. Asti Pranita 201410410311065
19. Devi Rachmatin 201410410311034
20. Raffita Yuniananda 201410410311041
4.2 Tujuan:
- Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul dari ekstrak kencur
- Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa marker EPMS dalam
sediaan kapsul
A. Klasifikasi Tanaman
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Sub Family : Zingiberoidae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga
B. Kapsul
Definisi kapsul menurut F.I ed III Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Macam-macam kapsul, yaitu
kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) contohnya kapsul tetrasiklin,
kapsul kloramfenikol dan kapsul sianokobalamin. Kapsul cangkang lunak
(capsulae molles, soft capsule) contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.
Komponen kapsul zat aktif obat, cangkang kapsul, zat tambahan. Zat tambahan
teriri dari bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung
mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida
atau silikon dioksida, bahan pelicin (magnesium stearat), surfaktan/zat pembasah.
(Farmakope Indonesia ed.III, 1979).
No kapsul 000 00 0 1 2 3 4 5
Kandungan (mg) 950 65 450 350 250 200 150 100
0
1. Keseragaman Bobot
Etil Para Metoksi Sinamat adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya
yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam
golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi
yang bersifat non polar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
non polar sehingga dalam ekstraknya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, eril asetat, metanol air dan heksana
(Firdaus, 2009)
D. Senyawa Marker
Adalah senyawa /kelompok senyawa dari produk obat herbal yang digunakan
untuk tujuan kontrol kualitas tanpa memperlihatkan apakah senyawa tersebut
memiliki efek teraupetik atau tidak.
Klasifikasi senyawa- senyawa marker menurut EMEA :
1. Senyawa Marker Identitas : hanya diginakan untuk analisis
2. Senyawa Marker Aktif : senyawa /kelompok / kelompok senyawa-
senyawa yang memeberikan aktivitas terapi
1. Zat Aktif
2. Marker Aktif
3. Marker Analisis
4. Marker Negatif
Alat
Timbangan kasar
Mortir dan stamper
Timbangan analitik
Kertas perkamen
Pot salep
Sudip
Bahan
Cangkang kapsul
Avicel
Cab-osil
Standart EPMS
Sampel (kapsul ektrak kencur )
A. Pembuatan kapsul
strak sebanyak 1034,46 mg Ditimbang avicel sebanyak 2225,7mg Ditimbang cab-o-sil sebanyak 741,9 mg
B. Evaluasi kes
A. RANCANGAN FORMULA
Kadar Rata-Rata EPMS = 37,77%
33,77 % mg 15 mg
= =x= 39,71 mg (ekstrak murni)
100 x
B. KESERAGAMAN BOBOT
200 mg−192 mg
% Kesalahan = x 100 %=4 %
200 mg
4.7 Pembahasan
4.8 Kesimpulan
Praktikum 5
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Kelas B
1. Riska Febrianti 201410410311032
2. Raefisa Hak 201410410311049
3. Farhoqah Sinatria 201410410311090
4. Elsa Amanda 201410410311092
5. Yulinda Pristi Dwi H. 201410410311086
6. Adelya Ayu M. 201410410311064
7. Dewi Sarjianingsih 201410410311068
8. Asti Pranita 201410410311065
9. Devi Rachmatin 201410410311034
10. Raffita Yuniananda 201410410311041
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
5.1 Judul:Penetapan Kadar Senyawa Marker Epms dalam Sediaan Kapsul
a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga
(Plantamor, 2016)
b. Kandungan Tanaman
Kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai
daerah di Indonesia. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah
buah akar yang tinggal di dalam tanah yang disebut rimpang kencur ataurhizoma
(Soeprapto,1986). Rimpang kencur mengandung minyak atsiri sekitar 2-4% yang
terdiri dari 3,7,7-trimetil-bisiklo-(4,1,0)-hept-3-ena, etil sinamat, etil parametoksi
sinamat (EPMS), para metoksi stirena, n-penta dekana, borneal dan kamper
(Suyatno, 2011).
c. Etil Parametoksi Sinamat (EPMS)
Kandungan EPMS di dalam rimpang kencur menjadi bahan yang penting
dalam industri kosmetik. Penelitian telah membuktikan kebenaran pengalaman
nenek moyang bahwa dalam tanaman kencur mengandung senyawa tabir surya
yaitu EPMS. EPMS adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur yang
merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sinar
matahari. EPMS suatu ester yang mengandung cincin benzene dengan gugus
metoksi yang bersifat non polar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat
etil yang bersifat agak polar menyebabkan senyawa ini mampu larut dalam
beberapa pelarut dengan kepolaran (Taufik Hurohmah, 2008).
a. Senyawa Marker
Senyawa marker dibutuhkan sebagai pembanding dalam konfirmasi
keberadaan suatu ekstrak tanaman dalam produk obat. Analisis senyawa marker
secara kuantitatif dan kualitatif dapat dijadikan indikator mutu suatu obat herbal.
Berdasarkan Natural Health Product Pirectorate (NHPD), senyawa marker
merupakan komponen yang terjadi secara alami dalam bahan dan yang dipilih,
misalnya untuk identifikasi dan tujuan standardisasi oleh peneliti atau produsen.
Menurut The European Medicines Agency (EMEA), senyawa marker mempunyai
2 klasifikasi, yaitu sebagai senyawa identitas yang hanya digunakan untuk tujuan
analisis dan senyawa aktif sebagai senyawa atau sekelompok senyawa yang
digunakan untuk memberikan aktivitas terapi. Marker sangat penting dalam
evaluasi jaminan produk. Senyawa marker tidak harus memiliki aktivitas
farmakologi, senyawa marker dapat digolongkan menjadi 4 kategori berdasarkan
bioaktivitasnya :
1. Zat aktif
Merupakan senyawa kimia dengan aktivitas klinik yang
diketahui. Contoh : Epedrin pada Ephedra sinensis dan slimarin pada
Sylibum marianum.
2. Marker aktif
Merupakan zat kimia yang memounyai efek farmakologi tapi
belum tentu mempunyai efikasi klinik. Contoh : Allin pada Allium
sativum.
3. Marker analisis
Merupakan zat kimia yang dipilih untuk dekriminasi
kuantitatif tapi belum tentu mempunyai aktivitas biologi dan efikasi
klinis. Selain itu, marker ini juga berguna untuk identifikasi positif
bahan baku dari ekstrak untuk standarisasi. Contoh : Alkilamid yang
berbeda ditemukan pada akar Echinoceae angustifolia dan
Echinoceae purporeaetetapi tidak ada pada Echinoceae palida.
4. Marker negatif
Senyawa aktif dengan zat aktif toksik/allergenik. Contoh : asam
ginkolat.
d. Kapsul
Definisi kapsul menurut F.I ed III Kapsul adalah bentuk sediaan obat
yangterbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Macam-macam kapsul, yaitu
kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) contohnya kapsul tetrasiklin,
kapsul kloramfenikol dan kapsul sianokobalamin. Kapsul cangkang lunak
(capsulae molles, soft capsule) contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.
Komponen kapsul zat aktif obat, cangkang kapsul, zat tambahan. Zat tambahan
teriri dari bahan pengisi contohnya laktosa. Sedangkan untuk obat yang cenderung
mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat, kaolin atau magnesium oksida
atau silikon dioksida, bahan pelicin (magnesium stearat), surfaktan/zat pembasah.
(Farmakope Indonesia ed.III, 1979).
e. Penetapan Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat
berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan
yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan
zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul,
isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang
sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar
bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label
(Agoes, 2008).
f. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu metode pemisahan kromatografi
yang fleksibel dan banyak digunakan. Diantara berbagai jenis teknik
kromatografi, KLT adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium
farmasi karena hanya memerlukan invertasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu
analisis relatif singkat, jumlah replikan yang diperlukan sedikit. Selain itu,
kebutuhan ruang minimum, serta penanganannya sederhana.
KLT-Densitometri adalah salah satu metode yang banyak digunakan untuk
penetapan kadar bahan aktif. Densitometri adalah metode analisis instrumental
yang berdasarkan interaksi radio elektromagnetik dengan analit yang merupakan
noda pada KLT. Analisis Densitometri dibutuhkan standar dan sampel yang
cukup murni. Penetapan kadar dengan menggunakan kombinasi KLT dan
Densitometer cukup ekonomis, karena menggunakan fase gerak sedikit, waktu
yang relatif singkat dan dapat dilakukan penetapan kadar beberapa sampel secara
simultan (Nining, 2012). KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif dengan
menggunakan densitometer sebagai alat pelacak, prinsip kerjanyadengan
pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya,
yatu ada 2 metode, yaitu dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada
umumnya lebih banyak digunakan metode zig-zag karena pengukurannya lebih
merata serta ketelitian pengukuran lebih terjamin dibanding pengamatan secara
lurus atau memanjang.
Analisis kuantitatif dengan KLT-Densitometer pada prinsipnya mengarah
pada nilai Rf, yaitu membandingkan Rf analitik dengan Rf baku pembanding atau
yang dikenal dengan faktor Rx. Penentuan kuantitatif dengan Rf harus dilakukan
bersamaan dengan sampel pada alat yang sama. Analisis kuantitatif hampir sama
dengan spektrofotometer. Penentuan kadar analaitik dikorelasikan dengan area
bercak pada plat KLT.
Alat Bahan
BK 4
3.Dipipet
larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 1 1,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
4.
BK 5
5.Dipipet
larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 2 3,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
6.
BK 6
7.Dipipet
larutan Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
induk 2 4,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
8.
BK 3
BK 6
9. Dipipet Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
10.
BK 2
Dipipet BK 5 Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
11.
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
BK 1
Dipipet BK 3 Masukkan ke labu (+) etanol 96% ad
5,0 ml ukur 10,0ml tanda. Homogenkan
C. Preparasi sampel
1. Sampel untuk penetapan kadar sampel
A. Penimbanganstandart EPMS
B. Perhitungan larutanbakuinduk
48,20 mg
Larutaninduk 1 = x 1000 ml = 4820 ppm
10,0
Larutaninduk 2 = V1 . N1 = V2 . N2
4,0ml . 4820ppm = 10,0ml . N2
N2 = 1928 ppm
1. BK6V1 . N1 = V2 . N2
4,0ml . 1928 ppm = 10,0ml . N2
N2 = 771,2 ppm
2. BK5V1 . N1 = V2 . N2
3,0ml . 1928ppm = 10,0ml . N2
N2 = 574,8 ppm
2. BK4V1 . N1 = V2 . N2
5,0ml . 4820ppm = 10,0ml . N2
N2 = 482 ppm
3. BK3V1 . N1 = V2 . N2
5,0ml . 771,2ppm = 10,0ml . N2
N2 = 385,6 ppm
4. BK2V1 . N1 = V2 . N2
5,0ml . 578,4 ppm = 10,0ml . N2
N2 = 289,2 ppm
5. BK1V1 . N1 = V2 . N2
5,0ml . 385,6ppm = 10,0ml . N2
N2 = 192,8 ppm
Persamaanregresi :
A = 13648,44 R = 0,9999
B = 22,5818
y = bx + a
= 22,5818x + 13648,44
26979,8− A 26979,8−13648,44
Sampel 1 =
B
= 22,5818
= 590,36 ppm
26578,1− A 26578,8−13648,44
Sampel 2 =
B
= 22,5818
= 572,57 ppm
28310,6− A 28310,6−13648,44
Sampel 3 =
B
= 22,5818
= 649,29 ppm
30073,2− A 30073,2−13648,44
Recovery 1 =
B
= 22,5818
= 727,35 ppm
28423,4− A 28423,4−13648,44
Recovery 2 =
B
= 22,5818
= 654,29 ppm
30005,8− A 30005,8−13648,44
Recovery 3 =
B
= 22,5818
= 724,36 ppm
590,36 mg
Sampel 1 = x 10 ml = 5,9036 mg
1000 ml
572,57 mg
Sampel 2 = x 10 ml = 6,4929 mg
1000 ml
649,29 mg
Sampel 3 = x 10 ml = 6,4929 mg
1000 ml
727,35mg
Recovery 1 = x 10 ml = 7,2735 mg
1000 ml
654,29 mg
Recovery 2 = x 10 ml = 6,5429 mg
1000 ml
724,36 mg
Recovery 3 = x 10 ml = 7,2436 mg
1000 ml
G. Perhitungankadar EPMS dalamkapsul (dinginkan 15mg/kapsul)
15−19,40 mg
% kesalahansampel = x 100% = 0,29 %
15
H. Penetapanpersen recovery
12,5 mg
Konsentrasi EPMS standart = x 1000ml = 250 ppm
50,0 ml
12,55mg
Standart EPMS yang dimasukkan = 1,0ml x 1ml = 0,25 mg
50 ml
Recovery 1(kapsul no.7) = 7,2735 mg 58,90 mg
R1 185,2 mg
R1 = 22,87mg
Recovery 2 (kapsul no.4) = 6,5429 mg 61,30 mg
R2 195 mg
R2 = 20,81 mg
Recovery 3 (kapsul no.9) = 7,2436 mg 59,90 mg
R3 185,1 mg
R3 = 22,38 mg
I. Perhitungan % recovery
Ct
% recovery = x 100%
Cp+Cst
22,87 mg
R1 x 100% = 149,96 %
15 mg+ 0,251mg
20,81 mg
R2 x 100% = 136,45 %
15 mg+ 0,25 mg
22,38 mg
R3 x 100% = 146,74 %
15 mg+ 0,251mg
Rata-rata % recovery = 144,38 %
SD = 7,06
SD 7,06
KV x 100% = x 100% = 4,89 %
X 144,38
5.7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar senyawa marker dalam
sediaan kapsul (Kaempferia galanga). Senyawa marker dibutuhkan sebagai
pembanding dalam konfirmasi keberadaan suatu ekstrak tanaman dalam produk
obat. Analisis senyawa marker secara kuantitatif dan kualitatif dapat dijadikan
indikator mutu suatu obat herbal. Senyawa marker merupakan senyawa yang
terdapat dalam bahan alam dan dideteksi untuk keperluan khusus (contoh untuk
tujuan identifikasi atau standarisasi) melalui penelitian (Pattern, 2006).
SD = 7,06dan KV=4,89 %
Dilihat dari data diatas, jika menurut Farmakope Herbal Indonesia,
kadar EPMS dalam rimpang kencur tidak kurang dari 4,30%, sehingga kadar
EPMS pada sampel sebesar 7,88 % telah memenuhi persyaratan. Pada nilai KV >
2% dapat memberi gambaran bahwa presisinya kurang bagus. Hal tersebut bisa
terjadi karena faktor kesalahan dari praktikkan, seperti kurangnya ketelitian ketika
melakukan replikasi sampel atau rekoveri, waktu untuk melakukan pengulangan
tidak secara bersamaan karena harus mengantri menggunakan alat. Dilihat dari
akurasinya, dilihat nilai % rekoveri rata-rata adalah 144,38 % dimana untuk
analisis sediaan obat jadi, sebaiknya % rekoveri berkisar antara 98-102%, tetapi
angka 95-105% sudah cukup memadai untuk suatu laboratorium QC di industri
farmasi (Indrayanto, 1994). Berarti akurasi tidak masuk dalam rentang, sehingga
tidak memenuhi persyaratan akurasi yang bagus.
5.8 Kesimpulan
Metode KLT densitometer dengan fase diam silika gel, fase gerak N-
heksan: etil asetat: asam formiat (90:10:1) dengan volume penotolan 5,0µl
memenuhi parameter linieritas dan presisi untuk senyawa EPMS. Berdasarkan
hasil dibawah ini menunjukkan bahwa metode KLT densitometer mempunyai
validitas yang baik dan dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa EPMS.
Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia, kadar EPMS dalam
rimpang kencur tidak kurang dari 4,30%, hasil praktikum kadar EPMS
pada sampel sebesar 7,88% telah memenuhi persyaratan.
Adanya hasil yang bervariasi setiap kelompok bisa terjadi karena banyak
faktor, karena dilakukan oleh orang yang berbeda-beda. Melalui praktikum ini,
dapat ditetapkan berapa % kadar EPMS pada ekstrak rimpang kencur, dimana
EPMS merupakan senyawa marker atau senyawa penanda yang menjadi identitas
kencur.
Lampiran
Dimbangdenganisikapsuldengancaratidaklangsung
Ultrasonic selama 5 menit PenyaringanSampeldanSampel Recovery
Plat KLT disiapkan Baku kerja 1 sampai 6
Penotolan Baku Kerja, Sampel, dan Eluasi Plat KLT
Sampel Recovery