Anda di halaman 1dari 30

Literatur 1

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa / NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Rita Dwi Ratnani, Indah Hartati, Yance Anas, Devi Endah P. dan
Dita Desti D. Khilyati, STANDARDISASI SPESIFIK DAN NON
Jurnal, Halaman
SPESIFIK EKSTRAKSI HIDROTROPI ANDROGRAPHOLID
DARI SAMBILOTO (Andrographis paniculata)
Teori Salah satu senyawa aktif dari bahan alam yang memiliki aktivitas
antimalaria adalah andrographolide yang berasal dari tanaman
sambiloto (WHO, 2001). Misra (1992) melaporkan ekstrak
sambiloto dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei
penyebab malaria pada manusia. Andrographolide juga bersinergi
baik dengan kurkumin dan artesunate. Secara in vivo,
andrographolide-kurkumin memiliki aktivitas antimalaria 81%
lebih tinggi dibandingkan control dan mampu memperpanjang
umur hingga 2-3 kali (Mishra dkk., 2011). Ekstrak metanol,
kloroform dan petroleum eter dari sambiloto juga dilaporkan
mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Plasmodium
falciparum secara in vitro pada stadium shizontosida
(Widyawaruyanti, 1999). Sementara itu, Widyowati (2003)
menyatakan bahwa beberapa isolat sambiloto mampu menghambat
pertumbuhan Plasmodium falciparum pada stadium gametosit in
vitro.

Kandungan senyawa aktif dan mutu ekstrak dari tanaman obat


tidak dapat dijamin akan selalu berada dalam jumlah yang konstan
karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur
dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Oleh
karena itu, proses standarisasi ekstrak sangat diperlukan untuk
menghasilkan ekstrak yang berkualitas baik sebelum diproduksi
dalam skala industri. Standardisasi bahan baku obat dari bahan
alam seperti ekstrak tanaman obat adalah serangkaian parameter,
prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-
unsur terkait paradigma mutu kefarmasian.
Metode Pengukuran Parameter Spesifik Ekstrak Hidrotropi Daun
Sambiloto (Depkes RI., 2000) Determinasi tanaman sambiloto
dan penetapan identitas simplisia
Tanaman sambiloto yang digunakan didetermiansi di laboratorium
Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang. Data yang
diperoleh adalah nama latin sambiloto. Identitas simplisia
sambiloto ditetapkan berdasarkan gambaran ciri-ciri organoleptik
batang, bunga dan buah serta gambaran fragmen simplisia herba
sambiloto.
Penetapan sifat organoleptik ekstrak
Parameter organoleptik ekstrak hidrotropika daun sambiloto
ditetapkan menggunakan panca indera dalam mendeskripsikan
bentuk, warna, bau, rasa.
Penetapan kandungan andrografolid dan senyawa aktif lain
dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
Senyawa marker andrografolid dalam ekstrak hidrotropi daun
sambiloto ditetapkan dengan metode KLT. Fase diam yang
digunakan adalah silica gel 60 F245. Campuran pelarut kloroformp
dan methanol (9:1) digunakan sebagai fase gerak. Senyawa standar
adrografolide (Sigma) digunakan sebagai pembanding yang dibuat
dalam larutan 0,1% (b/v) dalam pelarut DMSO.
Larutan uji (sampel) dibuat dengan melarutkan ekstrak hidrotropi
daun sambiloto dalam etanol 96%. Sebanyak 20 μL sampel uji
ekstrak hidrotropi daun sambiloto dan 2 μL larutan standar
andrografolid ditotolkan pada lempeng silica gel 60 F245 dan
dikering anginkan. Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber KLT
(Chamag) yang telah dijenuhi oleh fase gerak. Totolan dielusi
sepanjang 8 cm dan selanjutnya dikering anginkan. Bercak dibaca
di bawah sinar UV 254 nm dan selanjutnya dilakuan pehitungan
nilai retardation factor (Rf).
Hasil Parameter Spesifik Ekstrak Hidrotropi Daun Sambiloto
Parameter spesifik ekstrak dalam penelitian ini terdiri dari hasil
determinasi, identitas simplisia, penetapan sifat organoleptik
ekstrak, penetapan kandungan andrografolid sebagai
senyawa marker daun sambiloto dan senyawa aktif lain dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil determinasi
dalam penelitian ini membuktikan bahwa tanaman yang digunakan
dalam penelitian adalah tanaman sambiloto dengan nama latin
yang digunakan Andrographis paniculata L. Bagian dari tanaman
sambiloto yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun. Daun
sambiloto telah diketahui memiliki kadar andrografolid yang tinggi
sehingga sangat baik digunakan sebagai bahan baku ekstrak
sambiloto yang berkhasiat sebagai antimalaria.

Parameter organoleptik ekstrak hidrotropi daun sambiloto diamati


dengan menggunakan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk,
warna, bau dan rasa. Tujuannya yaitu pengenalan
awal esktrak yang dihasilkan secara sederhana dan seobyektif
mungkin. Secara organoleptik, ekstrak hidrotropi daun sambiloto
yang dihasilkan

Uji kandungan kimia ekstrak dilakukan untuk menetapkan


senyawa identitas/marker yang tersari ke dalam ekstrak hidrotropi
daun sambiloto. Senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Senyawa
identitas ekstrak hidrotropi daun sambiloto adalah senyawa
andrografolid yang diidentifikasi dengan metode KLT. Walaupun
demikian, identifikasi keberadaan senyawa aktif lainnya juga akan
terdeteksi. Hasil penetapan kandungan andrografolid dan senyawa
aktif lainnya tersaji pada gambar 3.

Hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa andrografolid


berhasil tersari ke dalam ekstrak hidrotropi daun sambiloto. Bercak
senyawa andrografolid dalam penelitian ini terdeteksi pada
pengamatan di bawah sinar UV 254 nm dengan nilai Rf sebesar
0,55, sama dengan nilai Rf senyawa pembanding andrografolid
(0,55). Hasil identifikasi juga mendapatkan bahwa terdapat dua
senyawa aktif lainnya yang ikut tersari ke dalam ekstrak hidrotropi
daun sambiloto dengan nilai Rf berturut-turut sebesar 0,67 dan
0,93.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang STANDARDISASI SPESIFIK


rancangan yang DAN NON SPESIFIK EKSTRAKSI HIDROTROPI
membedakan ANDROGRAPHOLID DARI SAMBILOTO (Andrographis
dengan yang paniculata) sedangkan pada skripsi yang akan dibuat adalah
sudah di tulis pada STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN
jurnal sebelumnya (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Paraf pembimbing
1

Literatur 2

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa / NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Ichwan Ridwan Rais, EKSTRAKSI ANDROGRAFOLID DARI


Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees MENGGUNAKAN
Jurnal, Halaman
EKSTRAKTOR SOXHLET
Teori Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness.) adalah salah
satu tanaman Indonesia yang banyak digunakan secara tradisional
dimasyarakat sebagai obat penyakit diabetes mellitus (Sudarsono
et.al., 2006). Tanaman ini mengandung diterpen lakton yang terdiri
dari andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-
deoksiandrografolid, 14- deoksi-11-oksoandrografolid (Niranjan
et.al., 2010; Sudarsono et.al., 2006; Chao dan Lin, 2010).
Andrografolid paling aktif dibandingkan yang lainnya (Soediro,
1973). Kandungan senyawa aktif yang berkhasiat dan berasal dari
bahan alam memiliki karakteristik tertentu dalam kelarutan.
Penelitian tentang metode ekstraksi dan cairan penyari yang terbaik
dalam mengambil senyawa aktif dari simplisia dapat membantu
proses isolasi senyawa aktif andrografolid.
Metode Uji kualitatif
andrografolid Pada uji kualitatif andrografolid dalam
ekstrak kasar dengan KLT, sesuai dengan uji kualitatif yang
telah dilakukan oleh DepKes RI (2009) dan Aulia (2008).
Pengujian secara kualitatif dengan KLT dilakukan dengan
menyiapkan larutan uji 10 mg/ml dalam etanol untuk tiap
ekstrak dari masing-masing pelarut. Sedangkan
pembanding androgafolid 0,1 mg/ml dalam etanol. Sebagai
fase gerak adalah kloroform:methanol (9:1) (Depkes,
2009). Fase diam menggunakan plat KLT silika gel 60
F254. Volume penotolan larutan uji dan pembanding
sebanyak 5 μL. Pengamatan noda pada UV254.
Hasil Pengujian secara kualitatif dengan KLT yang dilakukan dengan
larutan uji 5 mg/ml dalam etanol untuk tiap ekstrak dari masing-
masing pelarut dan pembanding androgafolid 1 mg/ml dalam
etanol menggunakan fase gerak kloroform:methanol (9:1) (Depkes,
2009), fase diam menggunakan plat KLT silika gel 60 F254 serta
volume penotolan larutan uji dan pembanding sebanyak 5 μL.
Terlihat pada Gambar 1, totolan paling kiri adalah baku
pembanding andrografolid 1 mg/ml dalam etanol. Empat totolan ke
arah kanan berurutan adalah sampel uji ekstrak heksan, kloroform,
etanol dan air. Noda ungu pada nilai Rf 0,26 menunjukkan noda
dari andrografolid. Secara organoleptik visual terlihat bahwa noda
andrografolid ada pada baku pembanding, pada sampel uji ekstrak
kloroform dan ekstrak etanol. Pada sampel uji ekstrak heksan dan
air tidak terlihat adanya noda ungu andrografolid.

Pengamatan kualitatif pada UV254 ini kemudian dilanjutkan


dengan pengujian kuantitatif untuk memastikan jumlah konsentrasi
andrografolid yang ada pada masing-masing totolan.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan
Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang EKSTRAKSI
rancangan yang ANDROGRAFOLID DARI Andrographis Paniculata (Burm.f.)
membedakan Nees MENGGUNAKAN EKSTRAKTOR SOXHLET sedangkan
dengan yang pada skripsi yang akan dibuat adalah STANDARISASI
sudah di tulis pada KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.
jurnal sebelumnya Kunth) DAN SAMBILOTO (Andrographis paniculate Ness)
MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK

Paraf pembimbing
1

Literatur 3

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa / NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Fingkawaty S. Wahab, Nurhayati Bialangi, Moh Adan Nustapa


STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK EKSTRAK HERBA
Jurnal, Halaman
SURUHAN (Peperomia Pellucida) SEBAGAI BAHAN BAKU
OBAT HERBAL TERSTANDAR
Teori Salah satu tumbuhan yang sering digunakan sebagai ramuan obat
tradisional oleh masyarakat yaitu tumbuhan suruhan atau
(Peperomia Pellucida) secara empiris tumbuhan ini berkahasiat
untuk mengatasi beberapa penyakit. Berdasarkan penelitian
Marissa Angelina, dkk (2015). Karakterisasi ekstrak etanol herba
ketumpang air pada penelitian ini melakukan penetapam beberapa
parameter non spesifik maupun spesifikdari ekstrak herba etanol.

Metode Pada penentuan parameter spesifik ini dilakukan identitas dilihat


dari deskripsi tatanama, nama lain tumbuhan dan bagian tumbuhan
yang digunakan, penetapan organoleptic dengan menggunakan
panca indra meliputi bentuk, warna, rasa dan bau. Penentuan kadar
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dengan menggunakan
aspek kadar senyawa larut aquadest dan kadar senyawa larut
etanol. Skrining fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tannin, dan terpenoid. Setelah
itu dilakukan penetapan kadar senyawa flavonoid .
Hasil Ekstrak N-heksan pada uji organoleptic bentuk ekstrak kental,
warna hijau kehitaman, rasa sepat dan bau khas, kelarutan dalam
pekarut N-heksan 18,081% standar devisiasi kurang lebih 4,576
lebih banyak dibandingkan senyawa yang terlarut dalam aquadest
2,442% standar devisiasi kurang lebih 0,110 dan etil asetat
13,841% standar devisiasi kurang lebih 0,346. Hasil skrining
fitokimia positif mengandung senyawa flavonoid, saponin, steroid.
Kadar flavonoid total ekstrak total ekstrak N-heksan 1,4638%,
ekstrak etil asetat 1,1511% dan ekstrak methanol 0,8021%.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang STANDARISASI PARAMETER


rancangan yang SPESIFIK EKSTRAK HERBA SURUHAN (Peperomia
membedakan Pellucida) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT HERBAL
dengan yang TERSTANDAR sedangkan pada skripsi yang akan dibuat adalah
sudah di tulis pada STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN
jurnal sebelumnya (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Paraf pembimbing
1

Literatur 4

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa / NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Ayu Purnama P. A. Pilomonu, Moh Adan Nustapa, Nurhayati


Bialangi, PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI
Jurnal, Halaman
EKSTRAK METANOL HERBA SURUHAN (Peperomia
Pellucida) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT HERBAL
TERSTANDAR
Teori Mengingat berbagai tumbuhan memiliki peran penting dalam
bidang kesehatan bahkan bisa menjadi produk andalan indonesia,
maka perlu dilakukan upaya meningkatkan kualitas obat tradisional
yaitu standarisasi. Proses standarisasi perlu dilakukan terhadap
ekstrak yang mengandung senyawa aktif karena ekstrak merupakan
bahan awal atau bahan baku suatu oabat yang di proses menjadi
produk jadi dengan teknologi fitofarmasi (hayati, 2015)

Metode Pada penentuan parameter spesifik ini dilakukan identitas dilihat


dari deskripsi tatanama, nama lain tumbuhan dan bagian tumbuhan
yang digunakan, penetapan organoleptic dengan menggunakan
panca indra meliputi bantuk, warna, rasa dan bau. Penentuan kadar
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dengan menggunakan
aspek kadar senyawa larut aquadest dan kadar senyawa larut
etanol. Skrining fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tannin, dan terpenoid. Setelah
itu dilakukan penetapan kadar senyawa flavonoid .
Hasil Hasil penelitian parameter standarisasi spesifik ekstrak methanol
herba suruhan yaitu ekstrak kental suruhan berwarna hijau
kehitaman, berbau mint, berasa sepat, kelarutannya dalam aitu
14,751% standar devisiasi kurang lebih 1,312, senyawa yang
terlarut dalam N-Heksan 8,260% standar devisiasi kurang lebih
0,719 dan senyawa yang terlarut dalam methanol 15,412% standar
devisiasi kurang lebih 0,116. Hasil skrining fitokimia ekstrak herba
suruhan positf mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, saponin, tannin, steroid, dan triterpenoid.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang PENETAPAN PARAMETER


rancangan yang STANDARISASI EKSTRAK METANOL HERBA SURUHAN
membedakan (Peperomia Pellucida) SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT
dengan yang HERBAL TERSTANDAR sedangkan pada skripsi yang akan
sudah di tulis pada dibuat adalah STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN
jurnal sebelumnya SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Paraf pembimbing
1

Literatur 5 Internasional

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO (Andrographis
paniculate Ness) MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa /
NIM

Pembimbing Dra. Aryati Abul, M.Kes


1
Pembimbing A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt
2

Penulis, Indah Hartati, Yance Anas, Laeli Kurniasari, Standardization of


Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Extract Obtained by
Judul Jurnal,
Hydrotropic Microwave Assisted Extraction
Halaman

Teori Semua budaya sepanjang sejarah telah menggunakan tumbuhan


sebagai obat untuk perawatan kesehatan mereka. Selama tiga tahun
terakhir dekade, penggunaan produk dan suplemen jamu telah
meningkat pesat. Sekarang tidak kurang dari 80% orang di seluruh
dunia mengandalkannya untuk beberapa bagian perawatan kesehatan
primer1. Kesehatan Dunia Organisasi mendorong, merekomendasikan
dan mempromosikan pengobatan herbal dalam program perawatan
kesehatan alami. Ini terutama karena obat herbal mudah didapat
dengan harga murah, aman dan orang percaya padanya.

Standarisasi merupakan program penjaminan mutu untuk produksi


dan pembuatan jamu. Ini langkah penting untuk pembentukan
aktivitas biologis yang konsisten, profil kimiawi yang konsisten.
Standarisasi obat herbal juga dapat diartikan sebagai proses peresepan
seperangkat yang melekat karakteristik, parameter konstan, nilai
kualitatif dan kuantitatif definitif yang membawa jaminan kualitas,
khasiat, keamanan dan reproduktifitas. Standardisasi juga melibatkan
studi dari kelahiran tanaman hingga tanamannya aplikasi klinis.

Metode Pada penentuan parameter spesifik ini dilakukan identitas dilihat dari
deskripsi tatanama, nama lain tumbuhan dan bagian tumbuhan yang
digunakan, penetapan organoleptic dengan menggunakan panca indra
meliputi bantuk, warna, rasa dan bau. Penentuan kadar senyawa
terlarut dalam pelarut tertentu dengan menggunakan aspek kadar
senyawa larut aquadest dan kadar senyawa larut etanol. Setelah itu
dilakukan kromatografi lapis tipis untuk mendapatkan profil
kromatogramnya.
Hasil Analisis kimia dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis. Profil kromatogram Standar andrographolide ditunjukkan pada
Gambar 2.a. Profil kromatogram standar andrographolide telah
ditunjukkan pada faktor retensi 0,56-0,58. Sedangkan profil
kromatogram hidrotropik microwave sambiloto
Ekstrak ekstraksi berbantuan ditunjukkan pada Gambar 2.

Kandungan andrographolide dari microwave hidrotropik


Andrographis paniculata Ness berbantuan ekstrak ekstraksi adalah
1,32%. Itu lebih tinggi dari kandungan andrografolida ekstrak
sambiloto yang diperoleh maserasi dingin dengan campuran
diklorometana dan metanol 1: 1 16. Ditemukan bahwa
andrographolide kandungan ekstrak bentuk maserasi
Andrographispaniculata Ness setelah dipanen berbunga, naik hingga
1,2%.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan
Skripsi
Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang STANDARISASI SAMBILOTO
rancangan (ANDROGRAPHIS PANICULATA NESS) EKSTRAK YANG
yang DIPEROLEH DENGAN BANTUAN GELOMBANG MIKRO
membedakan HIDROTROPIK EKSTRAKSI sedangkan pada skripsi yang akan
dengan yang dibuat adalah STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN
sudah di tulis SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
pada jurnal (Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN PARAMETER
sebelumnya SPESIFIK

Paraf
pembimbing
1

Literatur 6 Internasional

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN PARAMETER
SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa /
NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Sukardiman*, Rakhmawati, Alvi Prabowo , Lusiana Arifianti,


Standardization Raw Material and Ethanolic Extract of
Jurnal,
Andrographidis Herba (Andrographis paniculata Nees) from
Halaman District
of Bogor and Tawangmangu

Teori Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah salah satunya


tumbuhan obat yang telah lama ada dan dimanfaatkan sebagai
ramuan obat tradisional. Sambiloto punya rasanya pahit,
mengandung flavonoid, tanin, dan saponin (Adelyna, 1999).

Banyak penelitian telah membuktikan keampuhan sambiloto sebagai


agen anti diabetes dan membangkitkan potensi untuk dikembangkan
menjadi produk fitofarmaka sebagai anti diabetes. Oleh karena itu,
hal itu perlu dilakukan standardisasi. Ini dapat mempengaruhi
kualitas kedua ekstrak dan bahan baku dengan metode yang sudah
ada didirikan oleh Kementerian Kesehatan melalui Indonesia
Farmakope Herbal. Ini adalah jaminan keamanan, efektivitas, dan
terutama kualitas tanaman bahan, bahan baku dan ekstrak etanolik
itu dikembangkan menjadi sediaan fitofarmaka.

Metode Penentuan Spesifik dan Nonspesifik Parameter Baku Kering


Bahan dan Ekstrak Etanolik Sambiloto
Penentuan parameter standar dilakukan dengan menggunakan
Pedoman Kementerian Kesehatan melalui Bahasa Indonesia
Farmakope Herbal (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2008). Parameter spesifik dari bahan baku dan ekstrak bersifat
makroskopik, makroskopik, organoleptik, ekstraktif yang larut
dalam air, ekstraktif larut etanol, dan andrographolide uji bahan
baku serta ekstrak etanol. Sedangkan parameter non spesifik
mencakup kerugian pada pengeringan, kadar abu total, kadar air,
dan asam tidak larut konten abu. Dalam hal ini, pengujian
andrographolide didasarkan pada penelitian sebelumnya untuk
membuktikan andrographolide adalah senyawa utama itu memiliki
aktivitas anti-hiperglikemik.
Hasil

Studi Mikroskopis
Ada delapan fragmen pengenal di masing-masing sambiloto dari
dua tempat berbeda. Mesofil jaringan dengan tulang daun
diidentifikasi (gbr. 2A). Fragmen lain ditemukan sebagai stomata
dengan tipe diacytic (gbr. 2B) dan xilem dengan tipe titik (gbr. 2C)
dan tipe tangga (gbr. 2D). Cystolith dulu ditemukan di dinding
epidermis (gbr. 2E). Itu trikoma ditemukan di daun (gbr. 2F) dan
chollenchyma sering ditemukan di batang (gbr. 2G).
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang Standardization Raw Material and


rancangan Ethanolic Extract of Andrographidis Herba (Andrographis
yang paniculata Nees) from District of Bogor and Tawangmangu
membedakan sedangkan pada skripsi yang akan dibuat adalah STANDARISASI
dengan yang KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.
sudah di tulis Kunth) DAN SAMBILOTO (Andrographis paniculate Ness)
pada jurnal MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK
sebelumnya

Paraf
pembimbing 1
Literatur 7 Internasional

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama mahasiswa Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


/ NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Endang Hanani, Vera Ladeska, Ardina Citra Astuti,


PHARMACOGNOSTICAL AND PHYTOCHEMICAL
Jurnal, Halaman
EVALUATION OF INDONESIAN Peperomia pellucida
(PIPERACEAE)
Teori Peperomia pellucida termasuk dalam famili Piperaceae,
merupakan tumbuhan berbentuk lingkaran, akar berserat; batang
bening berwarna hijau pucat, tegak atau menanjak (sampai 45
cm). Pada dasarnya kisaran asli tanaman ini adalah Amerika
Tropis, tetapi sekarang dibudidayakan secara luas di seluruh
negara tropis. Ini ditemukan di sebagian besar di India, dan juga
digunakan dalam pengobatan Ayurveda (Majumder dan Kumar.,
2011). Di berbagai daerah di Indonesia biasa dikenal dengan
istilah “suruhan, saladaan, tumpangan udara” dan juga digunakan
dalam pengobatan tradisional Indonesia (“Jamu”). Tanaman ini
telah diaplikasikan untuk mengobati sakit perut, asam urat, sakit
kepala, gangguan ginjal, asam urat dan radang sendi (Tilaar et
al., 2010).

Metode PROFIL KROMATOGRAFI


Profil kromatografi dilakukan dengan menggunakan 10 g bahan
bubuk dan dilakukan ekstraksi berturut-turut dalam peralatan
Soxhlet dengan pelarut 150 ml yaitu, heksana, diklorometana
(DCM) dan metanol. Ekstraksi dilanjutkan sampai pelarut
menjadi tidak berwarna. Ketiga ekstrak dipekatkan menggunakan
rotary evaporator kemudian dianalisis dengan KLT. Pelat KLT
gel silika gel 60F254 yang telah disiapkan digunakan untuk profil
kromatografi. Setiap ekstrak dilarutkan sedikit dalam metanol
dan tabung kapiler digunakan untuk mengaplikasikan sampel
terlarut secara seragam pada pelat dan dibiarkan mengering. Pelat
dikembangkan dalam tangki kromatografi menggunakan sistem
pelarut yang berbeda seperti Hexane -DCM (5: 5), kloroform-
metanol (9: 1), etil asetat - metanol (6: 4). Pelat dikeringkan dan
diamati di bawah cahaya tampak dan sinar ultraviolet 366nm,
dan dengan penyemprotan dengan asam sulfat 10% diikuti
dengan pemanasan pada suhu 105oC selama 5-10 menit dalam
oven (Wagner S, 1984)
Hasil Profil Kromatografi
Nilai Rf dihitung untuk sistem pelarut optimal menunjukkan
adanya bintik-bintik yang menjanjikan seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4.

Pada profil kromatografi lapis tipis ekstrak heksana P. pellucida


menunjukkan adanya 10 bintik dengan nilai Rf 0,05, 0,11, 0,23,
0,30, 0,51, 0,63, 0,68, 0,85, 0,91 dan 0,98 masing-masing dalam
heksana - DCM ( 5: 5) sistem pelarut. Analisis kromatografi lapis
tipis ekstrak DCM P. pellucid menunjukkan adanya 5 titik
dengan nilai Rf masing-masing 0,21, 0,43, 0,73, 0,80, 0,98 dalam
sistem pelarut kloroform - metanol (9: 1). Sedangkan pada
ekstrak metanol P. pellucida terdapat 4 bercak pada KLT, dengan
nilai Rf masing-masing sebesar 0,74, 0,80, 0,91, 0,96 pada sistem
pelarut etil asetat - metanol (6: 4).
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di
dengan Skripsi buat yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang
digunakan
Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang PHARMACOGNOSTICAL
rancangan yang AND PHYTOCHEMICAL EVALUATION OF INDONESIAN
membedakan Peperomia pellucida (PIPERACEAE) sedangkan pada skripsi
dengan yang yang akan dibuat adalah STANDARISASI KOMBINASI
sudah di tulis TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN
pada jurnal SAMBILOTO (Andrographis paniculate Ness)
sebelumnya MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK

Paraf
pembimbing 1
Literatur 8 Internasional

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN PARAMETER
SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa /
NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul ARJUN SINGH, A K MEENA2, SUDEEP, MEENA, P. PANT1, M


Jurnal, M PADHI, STUDIES ON STANDARDISATION OF
ANDROGRAPHIS PANICULATA NEES AND
Halaman
IDENTIFICATION BY HPTLC USING ANDROGRAPHOLIDE
AS MARKER COMPOUND

Teori Andrographis paniculata Nees. adalah tanaman tegak ramping


tahunan dengan ketinggian bervariasi dari 30 hingga 100 cm (1
hingga 3 kaki), dengan batang persegi dan "lanset" daun (yaitu,
berbentuk seperti tombak, tajam di ujungnya dan melengkung di
tengah). Andrographis paniculata Nees. adalah ramuan tahunan
tegak yang sangat pahit secukupnya di seluruh bagian tubuh
tumbuhan. Tanaman ini dikenal di timur laut India sebagai Maha-
tita, secara harfiah berarti "raja pahit” Sejak zaman kuno,
Andrographis paniculata Nees. digunakan dalam sistem pengobatan
tradisional Siddha dan Ayurveda2 serta dalam pengobatan suku di
India dan beberapa negara lain untuk berbagai aplikasi klinis.
Sebagai ramuan Ayurveda dikenal sebagai Kalmegh atau
Kalamegha, yang berarti "awan gelap". Ia juga dikenal sebagai
Bhui-neem, yang berarti "neem dari tanah", karena tanaman
tersebut, meskipun merupakan ramuan tahunan kecil, memiliki rasa
pahit yang kuat seperti yaitu pohon Neem besar (Azadirachta
indica). Genus Andrographis terdiri dari 28 spesies semak tahunan
kecil yang pada dasarnya tersebar di Asia tropis. Hanya beberapa
spesies yang dapat mengobati, di antaranya Andrographis paniculata
Nees. adalah yang paling populer.

Metode Prosedur analisis


2 g masing-masing ekstrak direndam semalaman dalam 20 ml etanol
90%. Larutan diaduk terus menerus selama 6 jam dan disimpan
selama 18 jam berikutnya. Hari berikutnya sampel disaring,
dikeringkan dan dibuat larutan 10%. Solusinya diterapkan sebagai
pita 10 mm bersama dengan pita standar terpisah di Merck
Plat aluminium dilapisi dengan silica gel 60 F 254 dengan ketebalan
0,2 mm. Pelat dikembangkan di Toluene: Ethylacetate: Acetic acid
(4.0: 6.0: 0,5). Plat dikeringkan dan divisualisasikan di bawah UV
254 & 366 nm. Piring kemudian dicelupkan ke dalam asam
Anisaldehida-Sulfat, dipanaskan pada suhu 105 ° C sampai warna
dari pita yang terselesaikan muncul dan divisualisasikan di bawah
cahaya putih. Senyawa penanda andrographolide digunakan untuk
kesesuaian sampel yang digunakan untuk analisis.
Hasil Teknik kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan
senyawa kimia yang ada dalam obat. Berbagai sistem pelarut
diperiksa pisahkan jumlah maksimum senyawa kimia dalam obat.
HPTLC larutan etanol yang dikembangkan dalam fase gerak
Toluena: Etil asetat: Asam Asetat (4.0: 6.0: 0.5) (Gambar. 1) dan
pada pengamatan di bawah pita sampel UV 254 nm 09 pada nilai Rf
0.31, 0.38, 0.45, 0.55, 0.61, 0.66, 0.77, 0.82, 0.96 dan 01 band dari
standar Rf 0.38, (semua band berwarna hijau tua); di bawah UV 366
nm 09 pita sampel pada Rf 0,07, 0,18, 0,39, 0,46, 0,55, 0,60, 0,67,
0,73, 0,77 dan tidak ada pita standar yang terlihat dan setelah
derivatisasi dengan asam sulfat Anisaldehida di bawah cahaya putih
10 Pita sampel pada Rf 0,11, 0,15, 0,32, 0,38, 0,44, 0,55, 0,66, 0,74,
0,83, 0,88 dan satu pita standar pada Rf 0,38 diamati

Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di buat
dengan Skripsi yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang STUDIES ON


rancangan STANDARDISATION OF ANDROGRAPHIS PANICULATA
yang NEES AND IDENTIFICATION BY HPTLC USING
membedakan ANDROGRAPHOLIDE AS MARKER COMPOUND sedangkan
dengan yang pada skripsi yang akan dibuat adalah STANDARISASI
sudah di tulis KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L.
pada jurnal Kunth) DAN SAMBILOTO (Andrographis paniculate Ness)
sebelumnya MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK

Paraf
pembimbing 1

Literatur 9

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa /
NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Muhammad A. Rahman, Nurhayati Bialangi, Moh. Adam


Mustapa, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metaabolit Sekunder
Jurnal, Halaman
Pada Herba Suruhan (Pepeomia pellucida L. Kunth)
Menggunakan Metode Liquid Chromatography-Mass
Spectrometry (LC-MS)
Teori Tumbuhan mampu merekayasa beraneka ragam senyawa kimia
yang mempunyai berbagai bioaktivitas yang menarik, dan
kemampuan ini pula diartikan sebagai mekanisme pertahanan diri
terhadap ancaman lingkungan. Dalam hubungan ini tumbuh-
tumbuhan dapat menghasilkan senyawasenyawa kimia yang
bersifat pestisida, insektisida, antifungal, atau sitotoksik (Ahmad,
2001). Senyawa kimia tersebut merupakan senyawa metabolit
sekunder yang diperoleh dari beberapa jalur metabolisme senyawa
metabolit sekunder (Masyhud, 2010).
Kandungan senyawa metabolit sekunder dari Peperomia pellucida
[L.] Kunth adalah alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, kalsium
oksalat, lemak, dan minyak atsiri polifenol, kardenolid, steroid,
triterpenoid, dan karbohidrat. Peperomia pellucida juga
mengandung beberapa minyak esensial, terutama dillapiole, β-
caryophyllene dan carotol yang memiliki aktivitas larvisida tinggi
(Xu et al., 2005). Beberapa hasil penelitian yang telah dilaporkan
sebelumnya menunjukkan bahwa tanaman Peperomia pellucida
mempunyai potensi sebagai antiinflamasi, memiliki efek analgetik,
memiliki efek antipiretik, antimikroba, penurun asam urat,
antikanker, dan antioksidan.
Metode Uji Kromatografi Lapis Tipis
Sampel ekstrak herba Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)
yang sudah melewati beberapa tahap ekstraksi dan pemisahan
senyawa yaitu tahap ekstrasi maserasi. Diencerkan dengan
metanol. Lalu dibuat perbandingan eluen etil asetat : n-heksan,
metanol : n-heksan, metanol : etil asetat (9:1, 8:2, 7:3). Setelah itu
dijenuhkan pelarut tersebut dengan menggunakan kertas saring
minimal 1x20 cm, cara kerjanya dengan memasukkan sisi ujung
dari kertas saring kedalam pelarut dan sisi ujung satunya berada
diluar chamber yang ditutup. Sampel ditotolkan pada lempeng
KLT dan dimasukkan ke dalam chamber. Tujuan dari proses ini
adalah untuk mencari komposisi eluen terbaik yang akan
digunakan untuk memisahkan senyawa yang terdapat pada ekstrak
herba Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada proses
kromatografi lapis tipis selanjutnya.
Hasil

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, didapatkan nilai Rf ekstrak


metanol herba suruhan sebesar 0,6 pada perbandingan eluen etil
asetat : nheksan dan Rf pembanding stigmasterol adalah 0,61. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak herba suruhan mengandung
senyawa steroid.
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di
dengan Skripsi buat yaitu kesamaan tentang tanaman dan metode yang
digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang Isolasi dan Identifikasi Senyawa


rancangan yang Metaabolit Sekunder Pada Herba Suruhan (Pepeomia pellucida L.
membedakan Kunth) Menggunakan Metode Liquid Chromatography-Mass
dengan yang Spectrometry (LC-MS) sedangkan pada skripsi yang akan dibuat
sudah di tulis adalah STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN
pada jurnal SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
sebelumnya (Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Paraf
pembimbing 1

Literatur 10

Judul Skripsi STANDARISASI KOMBINASI TUMBUHAN SURUHAN


(Peperomia pellucida L. Kunth) DAN SAMBILOTO
(Andrographis paniculate Ness) MENGGUNAKAN
PARAMETER SPESIFIK

Nama Dedi Resiadi Lihawa/ 821417081


mahasiswa /
NIM

Pembimbing 1 Dra. Aryati Abul, M.Kes

Pembimbing 2 A Mu`thi Andy Suryadi M.Farm.,Apt

Penulis, Judul Dwi Mei Ariani Puluhulawa. Moh. Adam Mustapa. Nurhayati
Bialangi, UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA SECARA IN-
Jurnal, Halaman
VITRO KOMBINASI EKSTRAK HERBA SURUHAN
(PEPEROMIA PELLUCIDA L. KUNTH) DAN DAUN
SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS PANICULATA NESS)
TERHADAP PLASMODIUM FALCIPARUM
Teori Masyarakat umum telah lama memiliki ramuan-ramuan tradisional
yang digunakan sebagai bahan obat antimalaria. Tanaman yang
sering digunakan sebagai antimalaria secara tradisional yaitu
tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dan Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness).
Sambiloto (A. paniculata Ness) merupakan salah satu tanaman
obat yang secara empiris sudah lama digunakan sebagai
antimalaria. Menurut Resi (2014), hasil uji aktivitas antimalaria
secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa andrografolida aktif
sebagai antimalaria dengan nilai IC50 0,220 μg/mL dibandingkan
dengan ekstrak etanol yang memiliki aktifitas baik - sedang.
Selain itu secara empiris herba
suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) juga pada umumnya
digunakan oleh masyarakat untuk mengobati malaria, obat abses,
bisul jerawat, penyakit kulit, sakit kepala, mengurangi nyeri pada
rematik dan rematik gout (Martínez et al., 2013 dalam Bialangi,
2016).
Metode Preparasi Skrining Kombinasi Antimalaria
Uji skrining antimalaria dilakukan dengan membuat 7
perbandingan kombinasi ekstrak herba suruhan dan daun
sambiloto yaitu 50:50, 20:80, 30:70, 40:60, 60:40, 70:30, 20:80.
Prosedur pembuatannya yaitu melarutkan terlebih dahulu
masingmasing ekstrak sebanyak 10 mg dalam 100 μl DMSO
(dimetil sulfoksida) dan diencerkan sampai 20 μg/mL (larutan
induk) kemudian dipipet larutan induk sebanyak 500 μl dan
dimasukkan ke dalam 7 tabung sentrifuge, kemudian masing-
masing tabung ditambahkan dengan perbandingan ekstrak herba
suruhan dan ekstrak sambiloto yang sebelumnya sudah dilarutkan
dengan DMSO setelah itu dipipet 500 μL lagi dan dimasukkan ke
dalam microwell dan ditambahkan pula 500 μL parasite yang telah
disinkronisasi ke dalam microwell. Kemudian di inkubasi
selama 48 jam pada suhu 37o C
Preparasi Sampel Hasil Skrining Kombinasi Antimalaria
Sebanyak 10 mg masing-masing ekstrak dilarutkan dalam 100 μL
DMSO (Dimetil Sulfoksida) (larutan stok). Larutan stok tersebut
selanjutnya diencerkan dengan media lengkap sehingga diperoleh
konsentrasi 0,01; 0,1; 1; 10; 100 μg/mL, kemudian dimasukkan ke
dalam microwell. Sebanyak 500 μL suspensi parasit yang berasal
dari stok dengan tingkat parasitemia ±1% dan hematokrit 5%
dimasukkan ke dalam microwell yang telah berisi larutan stok
dengan berbagai konsentrasi. Setelah itu masing-masing well
ditambahkan larutan uji ekstrak metanol kombinasi dengan
perbandingan tertentu yang telah melalui tahap skrining. Plat well
dimasukkan ke dalam candle jar dan diinkubasi pada suhu 37oC
selama 48 jam.
Hasil uji skrining antimalaria dengan membuat 7 perbandingan
kombinasi ekstrak herba suruhan dan ekstrak sambiloto. Adapun 7
perbandingan tersebut yaitu 50:50, 20:80, 30:70, 40:60, 60:40,
70:30, 20:80. Uji skrining antimalaria dilakukan dengan
melarutkan ke dalam 100 μL DMSO (dimetil sulfoksida) masing-
masing ekstrak sebanyak 10 mg dan diencerkan sampai 20 μg/mL
kemudian ditambahkan dengan perbandingan ekstrak herba
suruhan dan ekstrak sambiloto selanjutnya diambil 500 μL ke
dalam microwell dan 500 μL parasit yang telah disinkronisasi.
Kemudian diinkubasi selama ±48 jam. Setelah proses inkubasi
kemudian dibuat slide apusan darah tipis untuk mengetahui jumlah
parasit yang terinfeksi. Pengamatan parasit yang terinfeksi dapat
dipermudah dengan pemberian pewarna giemsa. Aktivitas
antimalarial dapat diperoleh dari perhitungan jumlah parasit yang
tumbuh dalam microwell. Hasil yang diperoleh dari uji skrining
antimalaria yaitu pada perbandingan 80 : 20 (ekstrak herba
suruhan : ekstrak sambiloto) yang dapat menghambat 50%
parasite. Dari hasil uji pendahuluan, perbandingan yang akan
digunakan pada uji aktivitas antimalaria adalah 80 : 20 (ekstrak
herba suruhan : ekstrak sambiloto).
Keterkaitan Jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan Skripsi yang akan di
dengan Skripsi buat yaitu kesamaan tentang tanaman yang akan digunakan dan
dosis yang akan digunakan untuk pengujian standarisasi kombinasi
herba suruhan dan herba sambiloto yang digunakan

Ringkasan Jurnal sebelumnya yaitu tentang UJI AKTIVITAS


ANTIMALARIA SECARA IN-VITRO KOMBINASI EKSTRAK
rancangan yang
HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida L.Kunth) DAN
membedakan DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness)
TERHADAP Plasmodium falciparum sedangkan pada skripsi
dengan yang
yang akan dibuat adalah STANDARISASI KOMBINASI
sudah di tulis TUMBUHAN SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) DAN
SAMBILOTO (Andrographis paniculate Ness)
pada jurnal
MENGGUNAKAN PARAMETER SPESIFIK
sebelumnya

Paraf
pembimbing 1

Anda mungkin juga menyukai