Anda di halaman 1dari 10

Nama : Amanah Laeli Hastuti

NPM : 200106013
Kelas/ semester : Farmasi A/ 2
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Tugas : Review jurnal (jurnal 1)

Judul ANALISIS ADVERSE DRUG REACTIONS PADA


PASIEN ASMA DI SUATU RUMAH SAKIT,
SURABAYA
Namajurnal Jurnal farmasi Indonesia
Volume danhalaman Vol.6 hal 3
Tahun 2013
Penulis Amelia Lorensia, Beny Canggih, dan Rizka Indra
Wijaya
Reviewer Amanah Laeli Hastuti
Tanggal 16 Mei 2021

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini menganalisa


ADRs pada pasien asma
Subjekpenelitian Analisis Adverse Drug Reactions pada Pasien Asmadi
Suatu Rumah Sakit, Surabaya
Metodepenelitian Metode penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
crossectional non experimental untuk data pasien rawat
jalan dan secara retrospektif untuk data pasien rawat
inap di rumah sakit
Cara danalatukur ADRs pada pasien asma rawat inap dan rawat jalan
variable dependent yang bersifat aktual akan dihitung
menggunakan naranjo scale untuk menilai 39 kasus
ADRs yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, obat-
obat yang menimbulkan ADRs aktual yang dinilai
dengan naranjo scale,
semuanya bernilai 4, yang berarti memiliki
kemungkinan ADR.
Devinisi operasional
independent

Langkahpenelitian Desain penelitian


-Populasi dan sampel
-Analisis data
Hasilpenelitian Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang,
terdiri dari 22 orang pasien laki-laki dan 38 orang
adalah pasien perempuan. Jumlah sampel penelitian
pada asma rawat jalan sebanyak 22 orang, terdiri dari
10 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Stage asma
ditentukan berdasarkanpengobatan rawat jalan yang
diterima pasien saat
diwawancara oleh peneliti, berdasarkan Global
Initiative for Asthma tahun 2011
Kekuatan penelitian ADR yang terjadi sebagian besar
berasal dari pengobatan asma pasien, walaupun dengan
outcomes klinis ADRs yang cenderung ringan
Kelemahan penelitian Sebagai mekanisme kompensasi, tubuh kita akan
meningkatkan denyut jantung sehingga muncul efek
takikardia, selain itu ada pula
pengaruh dari potensiasi reseptor β2 di jantung oleh
pemakaian salbutamol (20). Dari 60 orang
pasien asma, 40% diantaranya menggunakan kombinasi
ipratropium bromida dan salbutamol, hal inilah yang
membuat perlunya pengawasan
yang lebih terhadap pemakaian kombinasi ini.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian,maka perlunya peran
farmasis dalam memonitor kemungkinan
terjadinya ADRs secara rutin terhadap obat-obatan yang
digunakan pasien asma baik pada
pasien asma rawat jalan maupun selama dirawat di
rumah sakit. Serta peran farmasis dalam
menyediakan informasi bagi tenaga kesehatan lainnya
mengenai penggunaan obat-obatan bagi pasien.
Penelitan selanjutnya dalam menilai outcomes DRPs
diperlukan waktu pengamatan yang lebih
lama untuk mengetahui apakah outcomes tersebut
dalam jangka panjang, serta jumlah sampel
penelitian yang lebih besar
Nama : Amanah Laeli Hastuti
NPM : 200106013
Kelas/ semester : Farmasi A/ 2
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Tugas : Review Jurnal ( jurnal 2)

Judul KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura


pseudochina (L.) DC) DENGAN KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI
Nama judul KARAKTERISASI EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura
pseudochina (L.) DC) DENGAN KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI
Vol dan Halaman Vol. IV dan Hal 134-141
Tahun 2011
Penulis Harrizul Rivai, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani, Amri
Bakhtiar
Reviewer Amanah Laeli Hastuti
Tanggal 17 mei 2021

Tutuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik


pola KCKT dari ekstrak daun dewa. Pola KCKT ini dapat
dipakai sebagai salah satu parameter untuk standardisasi
ekstrak daun dewa.

Subjek penelitian Daun dewa yang dipetik dari tanaman yang dipelihara
dalam pot tanpa pestisida di Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang pada bulan Agustus
2010.
Metode penelitian Karakterisasi ekstrak daun dewa [Gynura pseudochina
(L.) DC] dilakukan dengan menggunakan metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Definisi operasiaonal Ekstraksi daun dewa dengan menggunakan metode


variabel dependent kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Cara dan alat ukur Pemeriksaan Ekstrak Daun Dewa dengan KCKT
variabel dependent
Definisi operasiaonal
independent
Langkah penelitian -Pengeringan daun dewa
-Pembuatan ekstrak daun dewa
-Pemeriksaan parameter non spesifik ekstrak daun dewa
-Penentuan kesesuaian sistem KCKT
-Pemeriksaan ekstrak daun dewa
Hasil penelitian Dari hasil penelitian daun dewa segar sebanyak 1
kilogram setelah dikering-anginkan pada suhu kamar
sampai kering (kadar air 9,6 %), diperoleh serbuk daun
dewa kering sebanyak 235 gram. Pembuatan ekstrak
daun dewa dilakukan berdasarkan buku Monografi
Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1 (15) untuk
pembuatan ekstrak daun sambung nyawa (Gynura
procumbens). Dari 100 g daun dewa kering diperoleh
ekstrak kental sebanyak 7,567 gram dengan rendemen
7,567 %.
Kekuatan penelitian Hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ekstrak daun
dewa memiliki kandungan kimia flavonoid,
terutamarutin, isokuersitrin dan kuersetin. Hal ini
ditunjukkan dari puncak rutin yang terdapat pada fraksi
etil asetat, butanol dan air yang lebih dominan sehingga
dapat dijadikan sebagai senyawa penanda untuk
penentuan mutu ekstrak daun dewa. Dengan demikian
pola KCKT ini dapat dipakai untuk identifikasi dan
pemastian mutu ekstrak daun dewa.
Kelemahan penelitian Dari keempat fraksi ini, fraksi heksan tidak
dikarakterisasi dengan KCKT karena dikhawatirkan
fraksi heksan yang bersifat non polar akan terikat kuat
dalam kolom.
Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa KCKT RP 18 (250 mm x 4,6 mm, 5
µm)menghasilkan puncak kromatogram yang baik untuk
karakterisasi ekstrak daun dewa dengan fase gerak
campuran metanol-asam asetat 1% pada perbandingan
70:30, laju alir 1 mL/menit dan detektor UV pada
panjang gelombang 360 nm. Pola KCKT fraksi etil asetat
ekstrak daun dewa menunjukkan lima puncak, pola
KCKT fraksi butanol menunjukkan tujuh puncak dan
pola KCKT fraksi air ekstrak daun dewa menunjukkan
enam puncak. Pada ketiga fraksi tersebut terdapat
senyawa rutin dan komponen-komponen lain yang belum
diketahui dengan pasti. Pola KCKT masing=masing
fraksi menunjukkan puncak puncak khas yang dapat
dipakai untuk identifikasi dan pengendalian mutu ekstrak
daun dewa.
Nama : Amanah Laeli Hastuti
NPM : 200106013
Kelas/ semester : Farmasi A/ 2
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Tugas : Review Jurnal (jurnal 3)

Judul Pengembangan potensi rhodomyrtone sebagai bahan aktif


sediaan topikal
Nama Jurnal Jurnal Farmasi Indonesia
Vol dan halaman Vol.6 Hal.7.12
Tahun 2012
Penulis Rizal Fahmi,Kamal Rullah,Rosita Dewi RahmatHani
Lucida,Yunazar Manjang,Nurdin Hj.Lajis,Dachriyanus.
Reviewer Amanah Laeli Hastuti
Tanggal 18 mei 2020

Tujuan Penelitian Penelitian ini digunakan untuk mengetahui krim


rhodomyrtone terhadap bakteri untuk menjamin
keamanan pemakaian dari sediaan krim ini.
Subjek Penelitian Pengembanganpotensirhodomyrtonesebagaibahanaktifse
diaantopikal terhadap uji coba kelinci.
Metode Penelitian Pengujian dilakukan melalui uji tempel pada kulit kelinci
menurut formularium kosmetika Indonesia.
Definisi Operasional Uji coba kulit perut kelinci dicukur bulunya sampai
Variabel Dependent bersih lalu dioleskan 0,1 gram krim secara merata
kemudian ditutup dengan perban dan plester. Setelah
dibiarkan selama 1 x 24 jam diamati gejala yang
ditimbulkan berupa bercak-bercak merah bengkak atau
berbintik-bintik. Kemudian pada kulit kelinci
memberikan hasil yang baik jika tidak menimbulkan
iritasi.
Cara dan Alat Ukur Formulasi krim sediaan topikal rhodomyrtone sebagai
Variabel Dependent bahan aktif digunakan rhodomyrtone (hasil isolasi) yang
telah dimurnikan titik bahan dasar krim dipilih melalui
orientasi terhadap berbagai buku standar pembuatan
sediaan krim. Bahan dasar yang lebih baik sifatnya
diterapkan melalui uji preklinis sediaan.
Devinisi Operasional
Independen
Langkah penelitian Evaluasi sedian, uji praklinik secara in-Vitro, uji
praklinik secara in-Vivo, uji iritasi sediaan krim.
Hasil Penelitian Gejala infeksi mulai tampak setelah 40 jam (2 hari) di
indukasi dan kulit kelinci yang tidak diberi sediaan krim
tanpa udema dan kemerahan yang semakin jelas setelah 6
hari titik pemberian krim rhodomyrtone 2% ternyata
mengurangi tanda kemerahan dan udema pada kulit
terinfeksi dan pengurangan ini sangat jelas sekali pada
pemberian krim kloramfenikol 2%.Ini berarti zat aktif
rhodomyrtone mampu mencegah infeksi yang disebabkan
staphylococcus aureus meskipun kemampuan ini lebih
rendah dibanding kloro fenicol pada kondisi yang sama.
Kekuatan Penelitian Krim sediaan topikal Rhodomyrtone dengan tipe minyak
dalam air (M/A) dapat dijadikan sebagai pilihan, karena
mudah dicuci dan dihilangkan dari kulit dan pakaian,
tidak berminyak dan tipe krim ini cocok dengan kondisi
sel hidup yang biasanya lembab, sehingga mempercepat
difusi zat aktif dan menurunkan tegangan permukaan
kulit.
Kelemahan Uji in Vitro krim rhodomyrtone 2% dengan basis
Penelitian vanishing cream kemungkinan distribusi zat aktif dalam
mogen dalam sediaan secara mikroskopis menyebabkan
daya difusi cream tidak merata sehingga hambatan
terhadap mikroba tidak pula merata dalam lempar agar.
Kesimpulan Uji praklinis krim sediaan topikal rhodomyrtone 2%
dengan basis vanishing cream secara in Vitro
menunjukkan aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dengan diameter hambatan
sebesar 15 mm dan staphylococcus epidermis dengan
diameter hambatan 26 m m. Aktivitas ini masih lebih
rendah dibandingkan krim kloramfenikol 2% dengan
diameter hambatan 30 mm dan 32 mm berturut-turut
terhadap staphylococcus aureus dan staphylococcus
epidermis. Uji lebih lanjut secara in Vivo
memperlihatkan bahwa sediaan topikal rhodomyrtone ini
memiliki kemampuan mengurangi infeksi dan tidak
menimbulkan iritasi pada kulit kelinci.
Nama : Amanah Laeli Hastuti
NPM : 200106013
Kelas/ semester : Farmasi A/ 2
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Tugas : Review Jurnal ( jurnal 4)

Judul Optimasi formula tablet Lepas lambat ibuprofen


Nama judul Judul Optimasi formula tablet Lepas lambat ibuprofen
Vol dan Halaman Vol.5 & Hal.195-204
Tahun Tahun 2011
Penulis Fredy Sumargo, Lannie Hadisoewignyo
Reviewer Amanah Laeli Hastuti
Tanggal 20 mei 2021

Tutuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kedua


faktor dan interaksinya serta untuk memperoleh formula
optimum yang pelepasannya mengikuti kriteria Banakar.
Faktor konsentrasi kombinasi matriks locust bean gum-
xanthan gum dan faktor konsentrasi PVP K-30
menghambat jumlah ibuprofen yang larut.
Subjek penelitian Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi yang digunakan
dengan frekuensi penggunaan berulang kali dalam sehari.
Oleh karena itu, ibuprofen perlu diformulasikan dalam
bentuk lepas lambat dan dicari formula optimumnya
dengan menggunakan metode factorial design.
Metode penelitian Sistem matriks hidrofilik yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah matriks kombinasi xanthan gum-
locust bean gum. Xanthan gum.
Definisi operasiaonal Berdasarkan factorial design, didapatkan 4 formula,
variabel dependent dengan kombinasi tingkat rendah dan tingkat tinggi dari
kedua faktor tersebut. Untuk faktor konsentrasi
kombinasi xanthan gum-locust bean gum , tingkat rendah
yang digunakan 5% dan tingkat tingginya 10% dengan
perbandingan jumlah xanthan gum:locust bean gum
adalah 1:1. Untuk faktor konsentrasi PVP K-30, tingkat
rendahnya 3% dan tingkat tingginya 5% .
Cara dan alat ukur Pembuatan tablet ibuprofen: Kombinasi matriks
variabel dependent (xanthan gum-locust bean gum), Avicel PH 101, dan
ibuprofen dicampur hingga merata.
Campuran Tersebut ditambahkan dengan PVP K-30 yang
telah dilarutkan dalam air pada Konsentrasi tertentu
(konsentrasi)
Larutan PVP K-30 untuk tingkat rendah = 24%; tingkat
tinggi = 40%), dicampur Sampai terbentuk massa granul,
diayak Dengan pengayak mesh 16 dan Dikeringkan
dengan oven pada suhu 55°C selama 1 jam. Granul
kering diayak lagi dengan pengayak mesh 18,
ditambahkan magnesium stearat dan talk yang jumlahnya
telah direkonsiliasi dengan berat granul kering, dicampur
merata dan dilakukan pengamatan sifat fisik granul.

Definisi operasiaonal Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi non steroid


Independent (AINS) derivat asam propionat yang memiliki aksi
farmakologi sebagai analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi.
Langkah penelitian Pengamatan sifat fisik , granul dan tablet ,uji
disolusi,Analisis data.
Hasil penelitian Program Design expert telah memilih titik optimum
dengan prediksi memberikan hasil yang terbaik adalah
titik dengan konsentrasi kombinasi matriks pada tingkat
0,031 (Setara dengan 7,58%) dan konsentrasi PVP K-30
pada tingkat -0,91 (setara dengan 3,09%). Pada titik
tersebut persen obat yang lepas dalam 3 jam sebesar
49,31% dan persen obat yang lepas dalam 6 jam sebesar
51,76%.
Kekuatan penelitian Sistem matriks hidrofilik yaitu konsep pembuatan yang
sederhana, bahan tambahan pada umumnya murah dan
aman, dapat digunakan untuk bahan obat dengan dosis
besar, tererosi, tidak terjadi ghost matrix, mudah dibuat
dengan menggunakan peralatan yang ada, dan
memungkinkan untuk diperoleh perbedaan tipe profil
pelepasan orde nol, orde satu, atau bimodal sesuai yang
diinginkan.
Kelemahan penelitian Faktor konsentrasi kombinasi matriks xanthan gum-
locust bean gum dan Xb adalah tingkat faktor konsentrasi
PVP K-30. Dari kedua persamaan polinomial tersebut
dapat dilihat bahwa faktor konsentrasi .
Kombinasi matriks xanthan gum-locust bean gum
memiliki peran yang paling besar sebagai faktor yang
menghambat lepasnya obat dibandingkan dengan faktor
konsentrasi PVP K-30.
Kesimpulan Konsentrasi kombinasi xanthan gum-locust bean gum
dan konsentrasi PVP K-30 serta interaksinya memiliki
pengaruh terhadap jumlah ibuprofen yang larut dari tablet
lepas lambat. Konsentrasi kombinasi xanthan gum-locust
bean gum dan konsentrasi PVP K-30 menghambat
larutnya ibuprofen dari tablet. Interaksi antara kombinasi
xanthan gum-locust bean gum dan PVP K-30
meningkatkan melarutnya obat dari tablet.Formula
optimum dari tablet lepas lambat ibuprofen diperoleh
dengan menggunakan konsentrasi kombinasi xanthan
gum-locust bean gum sebesar 7,58% dan konsentrasi
PVP K-30 sebesar 3,09% yang akan menghasilkan tablet
dengan persen obat terlepas dalam 3 jam sebesar 49,31%
dan persen obat terlepas dalam 6 jam sebesar 51,76%.
Nama : Amanah Laeli Hastuti
NPM : 200106013
Kelas/ semester : Farmasi A/ 2
Mata kuliah : Bahasa Indonesia
Tugas : Review Jurnal (jurnal 5)

Judul Analisis interaksi obat antidiabetik oral pada pasien rawat


jalan rumah sakit Depok.
Nama judul Analisis interaksi obat antidiabetik oral pada pasien rawat
jalan rumah sakit Depok.
Vol dan Halaman Vol.4 dan Hal. 8-14
Tahun 2008
Penulis Santi Purna Sari,Mahdi Jufri,dan Dini Permana Sari.
Reviewer Amanah Laeli Hastui
Tanggal 20 mei 2021

Tutuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran


pola peresepan dan masalah interaksi obat antidiabetik
oral yang terjadi pada pasien diabetes melitus rawat jalan
dan mengetahui adanya hubungan antara jumlah obat
dalam satu resep Dengan banyaknya interaksi obat yang
terjadi.
Subjek penelitian Pasien diabetes melitus,pasien rawat jalan rumah sakit X
Depok.
Metode penelitian Penelitian berdesain studi potong lintang(studycross
sectional) dengan sifat deskritif analisis.
Definisi operasiaonal Berdasarkan jumlah obat antidiabetik oral yang
variabel digunakan dalam satu lembar resep dengan 1 jenis obat
dependent antidiabetik oral merupakan yang terbanyak di resepkan
di instalasi Farmasi rumah sakit x yaitu 262 lembar
( 85,34%)
Cara dan alat ukur Pengambilan data sekunder dengan resep di instalasi
variabel dependent Farmasi pada bulan Desember 2005 – Mei 2006 meliputi
jenis kelamin, obat yang digunakan (nama generik dan
nama dagang), selain itu dilakukan penelusuran melalui
komputer untuk memperoleh data umur dan jenis
kelamin.
Langkah penelitian -Desain penelitian
-populasi dan sampel
-Analisid Data
Hasil penelitian Berdasarkan data yang diambil dari resep di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum “X” Depok pada bulan
Desember 2005-Mei 2006 diperoleh hasil bahwa jumlah
resep total resep pasien rawat jalan dari bulan Desember
2005-Mei 2006 sebesar 33.564 lembar dengan jumlah
resep terbanyak pada bulan Maret sebesar 6.160
(18,35%) lembar dan jumlah Resep yang diantaranya
mengandung obat antidiabetik oral sebesar 307 lembar
(0,92%).
Kekuatan penelitian Teori yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
obat yang diresepkan maka semakin banyak interaksi
yang terjadi.
Kelemahan penelitian Pada pasien rawat jalan umumnya mendapatkan terapi
obat yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien
rawat inap, namun risiko terjadinya interaksi obat pada
pasien rawat jalan. Juga meningkat oleh beberapa faktor
yaitu adanya praktek polifarmasi, pasien berobat pada
lebih dari satu dokter spesialis, pengobatan sendiri dan
mendapatkan obat yang lebih kuat dengan indeks terapi
sempit

Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap resep obat


antidiabetik oral pada bulan desember 2005-Mei 2006 di
Rumah sakit X depok dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Resep obat antidiabetik oral umumnya terdiri dari 1
jenis obat antidiabetik oral, dan glimepiride merupakan
obat antidiabetik oral yang paling banyak diresepkan.
2.Resep obat antidiabetik oral yang diketahui berinteraksi
sebanyak 41,69% dari jumlah sampel dengan proporsi
lebih besar pada interaksi yang menyebabkan
peningkatan efek hipoglikemik obat antidiabetik oral.
3. Ada hubungan yang bermakna antara banyaknya
interaksi yang terjadi dengan jumlah obat dalam satu
resep.

Anda mungkin juga menyukai