Anda di halaman 1dari 12

Farmaka

Suplemen Volume 15 Nomor 1 134

REVIEW: PROFILING SENYAWA KUERSETIN DARI TANAMAN COCOR BEBEK


(Kalanchoe pinnata) DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE ANALISIS

Vania Putri, Aliya Nur Hasanah


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
Telepon: (022) 7796200, Faksimile: (022) 7796200
putrivania08@gmail.com, aliya.n.hasanah@unpad.ac.id

ABSTRAK
Cocor Bebek (K. pinnata) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia dengan
berbagai aktivitas farmakologi karena adanya beberapa senyawa aktif yang terkandung dalam
tanaman ini. Salah satu senyawa penting tersebut adalah kuersetin. Saat ini, banyak penelitian
yang membahas tentang profiling kuersetin dalam tanaman ini dengan menggunakan berbagai
metode analisis. Profiling terkait kuersetin dapat dilakukan dengan menggunakan metode
analisis yaitu SDS PAGE, LC-MS-MS, TLC, HPLC-DAD, dan 1D-2D NMR.

Kata kunci: Kalanchoe pinnata, kuersetin, metode analisis

ABSTRACT
Cocor Bebek (K. pinnata) is a plant that widely found in Indonesia with various
pharmacological activities because there are some active compounds present in this plant. One
of that important compounds is quercetin. Latetly, there are so many research that discusses
about profiling of quercetin in this plant by using various methods of analysis. Profiling of
quercetin can be done by using analysis method such as SDS PAGE, LC-MS-MS, TLC, HPLC-
DAD, and 1D-2D NMR.
Keywords: Kalanchoe pinnata, quercetin, analysis method
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 135

PENDAHULUAN kimia yang terkandung didalamnya seperti:

alkaloid, fenol, flavonoid, tanin,


Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata
antosianin, glikosida, bufadienolida,
Lam.Pers.) merupakan tanaman dengan
saponin, kumarin, sitosterol, kuinin, dan
ciri-ciri yaitu daunnya yang tebal dan
lektin (Adinike K et al., 2004; Okwu DE et
berair (Materia Medika Indonesia, 1989;
al., 2006; Hossan MS et al., 2009; Kanika,
Medicinal Herb Index, 1995), bunga yang
2011; Gaind K et al., 1972; Liu KCS et al.,
berwarna hijau muda kekuningan, dan
1989).
dapat tumbuh hingga 1-2 m (Chibueze,

2013). Tanaman ini tumbuh di daerah Tanaman ini merupakan spesies

tropis seperti Vietnam, Filipina, dan Crassulaceae yang kaya akan senyawa

Indonesia (De Padua LS et al., 1983; fenolik, terutama kuersetin dimana

Medicinal Plants Hanoi, 1990; Medicinal kuersetin ini merupakan flavonoid utama

Herb Index, 1995). K. pinnata (khususnya dari spesies ini (S.S. Costa et al, 2008)..

bagian daun) sering dijadikan sebagai obat Oleh karena itu, banyak sekali penelitian
tradisional karena memiliki Berbagai yang melakukan identifikasi kuersetin
macam khasiat seperti: antikanker, dalam tanaman ini. Berikut beberapa
antidiabetes, antifungal, antimikroba, metode yang sering digunakan yaitu: SDS

antiinflamasi dan analgesik, antiulser, PAGE, HPLC, LC-MS. Penelitian-

antiasma, antioksidan, dan aktivitas sedatif penelitian diatas bertujuan untuk

dari sistem saraf (Supratman et al., 2001; kepentingan pengembangan obat-obat

J.A.O et al., 2005; D.A. Alabi et al., 2005; tradisional yang nantinya bisa dijadikan

E.E Obaseiki-Ebor, 1985; Sidharta PA et pilihan terapi disamping obat-obat sintetis.

al., 1990; Ozolua RI et al., 2010; Gupta S


Sampai saat ini resume terkait
.
et al., 2011; Yemitan OK et al., 2005).
teknik profiling kuersetin dalam tanaman

Aktivitas-aktivitas ini dapat cocor bebek belum pernah dilakukan.

dihasilkan karena peran dari senyawa Mengingat pentingnya hal ini untuk
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 136

memudahkan dalam mempercepat Pada proses pengumpulan tanaman,

penemuan obat maka diperlukan review diperlukan data-data mengenai tanggal dan

mengenai data penelitian profiling waktu penanaman, perlakuan yang

kuersetin yang dapat menggabungkan serta diberikan pada saat proses pertumbuhan

membandingkan keseluruhan data tanaman, serta tanggal dan waktu

mengenai penelitian profiling kuersetin pemanenan tanaman.

dari tanaman ini. Selain itu, jurnal review


Langkah selanjutnya yaitu proses
ini bertujuan untuk memberikan bahan
aklimatisasi yang merupakan proses
bacaan yang baru yang dapat berguna bagi
penyesuaian atau adaptasi suatu organisme
dunia sains.
dengan lingkungan baru yang akan

METODE ditempatinya. Selama proses ini, tanaman

harus terus diamati perkembangannya


Metode yang dilakukan dalam
secara rutin.
proses review ini yaitu studi literatur. Studi

literatur ini dilakukan dengan cara mencari Selanjutnya dilakukan proses

topik-topik mengenai cocor bebek, ekstraksi. Terdapat dua jenis proses

flavonoid, kuersetin, dan metode analisis ekstraksi dalam jurnal review ini yaitu:

kandungan senyawa kuersetin pada artikel,


1. Ekstraksi protein
buku, maupun jurnal-jurnal penelitian.
Proses ini dilakukan sebagai preparasi
Metode profiling kuersetin
untuk metode analisa SDS-PAGE dan LC-

Penelitian ini dimulai dari MS-MS. Dilakukan dengan cara daun segar

pengumpulan tanaman, aklimatisasi, cocor bebek diekstrak dalam dapar yang

determinasi, ekstraksi, dan analisis berisi dapar fosfat 0,2 M (pH 7,2), NaCl

profiling kuersetin dengan menggunakan 150 mM, 8 M urea, 1% (w/v) CHAPS,

SDS PAGE, LC-MS-MS, TLC, HPLC- 10% (v/v) gliserol, dan 2 mM EDTA. Lalu

DAD, dan 1D-2D NMR. campuran tersebut disentrifugasi (14.000

rpm, 25 menit, 18℃) dan hasil


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 137

supernatannya disimpan pada suhu 4℃ etanol asetat untuk menghasilkan sembilan

(Abhishek et al., 2014). fraksi (F1-F9). F4 dan selanjutnya

dikromatografi menggunakan silika gel,


2. Ekstraksi senyawa
dan dielusikan dengan pelarut n-heksan-
Proses ini dilakukan sebagai preparasi
etanol asetat untuk menghasilkan kristal
untuk metode analisa:
kuning (Senyawa A) (Akhmad D et al.,
- TLC dan HPLC-DAD
2013).
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara
Selanjutnya dilakukan analisis
pengumpulan daun lalu ditimbang
profiling kuersetin dengan berbagai
kemudian diekstraksi dengan air destilata
metode:
pada suhu 50℃ yang dijelaskan dalam

Muzitano et al. (2011). Sampel yang 1. LC-MS-MS (Liquid

digunakan pada metode ini memiliki Chromatography- Mass

variasi perlakuan cahaya (L.B. dos S.N et Spectrophotometry- Mass

al., 2015). Spectrophotometry)

Setelah dilakukan ekstraksi protein,


- 1D-2D NMR
tahap selanjutnya yaitu tahap pemisahan

Proses ekstraksi dilakukan dengan protein dengan SDS PAGE (Sodium

cara mengekstrak 1,8 kg daun cocor bebek Dodesil Sulfat- Polyacrylamide Gel

dengan 5 mL metanol selama 24 jam pada Electrophoresis). Pada tahap ini digunakan

suhu ruang sebanyak tiga kali gel berukuran 6 cm x 8,4 cm yang

menggunakan evaporator. Sebanyak 100 gr mengandung 10% resolving gel dan 4%

ekstrak metanol dipartisi dengan n-heksan, stacking gel. Kemudian 20% (v/v) sampel

etanol asetat, dan diklorometana, secara buffer [0,5 M Tris HCl (pH 6,8), 20% (v/v)

berurutan untuk menghasilkan ekstrak n- gliserol, 10% (w/v) SDS, 0,05% (w/v)

heksan (20,77 gr), ekstrak etanol (4,4 gr), bromofenol biru, 5% (v/v) β-

dan ekstrak diklorometana (0,04 gr). Fraksi mercaptoethanol] ditambahkan ke dalam

etanol asetat dielusikan dengan n-heksan-


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 138

ekstrak hasil dari tahap sebelumnya. sinar UV (254 dan 365 nm). Plate tersebut

Kemudian dengan tegangan 200 v disemprotkan dengan reagen NP/PEG (1%

dilakukan elektroforesis pada gel. Setelah diphenylboryl oxyethylamine in methanol/

pemisahan tersebut, dilakukan pewarnaan 5% polyethylene glycol in ethanol) lalu

menggunakan Coomasie blue. divisualisasikan dibawah sinar UV-365 nm

Hasil migrasi band protein yang dan hasilnya didokumentasikan dengan

telah di warnai, dipotong dan di transfer ke menggnakan compact digital camera.

eppendoff. Potongan band disimpan dalam Setelah itu, hasil gambar tadi diproses

air destilata, lalu diidentifikasi dengan menggunakan program ImageJ

menggunakan LC-MS-MS (Abhishek et al., (L.B. dos S.N et al., 2015).

2014).
3. HPLC-DAD (Diode Array
2. TLC (Thin Layer
Detector High Performance
Chromatography)
Liquid Chromatography)

Metode ini menggunakan silika gel


Ekstrak dianalisis dengan HPLC-
60 serta fase gerak yang mengandung n-
DAD dengan rentang panjang gelombang
butanol/ asam asetat/ air. Sampel flavonoid
180-900 nm. Pada metode ini digunakan
yang telah diisolasi dari K. pinnata diambil
kolom fase terbalik (5 µm, 250 x 4 mm)
sebanyak 50 µL; MF [quercetin 3-O-α-L-
pada suhu 26℃. Eluen yang digunakan
arabinopyranosyl (1→2) α-
yaitu air yang disesuaikan hingga pH 3,2
Lrhamnopyranoside]; dan quercitrin
dengan asam fosfat; dan CH3CN. Aliran
(quercetin 3-O-α-rhamnopyranoside),
elusi yang digunakan yaitu 1.0 mL/min,
keduanya sebanyak 1 mg/mL, dianalisis
dan 20 µL masing-masing sampel yang
menggunakan TLC untuk dijadikan
diinjeksikan.
perbandingan dengan sampel esktrak 20

mg/mL. Setelah itu, plate dikeringkan dan Pada metode ini digunakan juga

seluruh komponen diobservasi dibawah senyawa isolasi mayor flavonoid dan

quercitrin sebagai kontrol (1 mg masing-


Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 139

masing senyawa ini dilarutkan dalam 1 mL 2. LC-MS-MS

air ultrapurified. Hasil waktu retensi dan

spectrum UV senyawa ini berguna untuk

peak kromatogram pada 254 nm. Kurva

kalibrasi quercitrin (y= 5E+06x – 50065,

R² = 0.9998) digunakan untuk

mengkuantifikasi quercitrin dalam ekstrak.

Begitu pula dengan mayor flavonoid (L.B. Gambar 2. Spektrum MS-MS sebesar
28.647 ion molekular
dos S.N et al., 2015).

4. 1D-2D NMR

Senyawa A yang dihasilkan pada

prosedur sebelumnya dianalisis dari

infrared, mass spectroscopy, dan 1D-

2DNMR (Akhmad D et al., 2013). Gambar 3. Urutan turunan asam amino


dari spektrum MS-MS
HASIL (Abhishek, et al. 2014).

1. SDS PAGE
3. TLC

Gambar 1. Profil protein dalam dapar Gambar 4. Hasil TLC dari ekstrak K.
fosfat yang diesktraksi dari K.pinnata pinnata. No 8 pada data TLC
(Abhishek, et al. 2014) merupakan quecitrin (kontrol). (L.B. dos
S.N et al., 2015).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 140

4. HPLC-DAD rhamnopyranoside (mayor flavonoid)


dan garis merah: quercitrin.
(L.B. dos S.N et al., 2015).

5. 1D-2D-NMR

Gambar 5. Kromatogram HPLC-DAD


(254 nm) dan spektrum UV. Mayor Gambar 7. Struktur kimia senyawa A
flavonoid (MF) [quercetin 3-O-α-
Larabinopyranosyl (1→2) α-L-
rhamnopyranoside] – tR 22.7 min (1);
Quercitrin (quercetin 3-O-
αrhamnopyranoside) – tR 23.4 min (2);
tR = 14.1 min (3); Flavonoid – tR = 19.9
min (4); 4’,5dihydroxy-3’,8-
dimethoxyflavone 7-O-β-D-
glucopyranoside – tR 27.5 min (5);
Kaempferol 3-O-α-Larabinopyranosyl
(12)-α-L-rhamnopyranoside – tR 28.6
min (6).

Gambar 8. Korelasi HMQC dan HMBC


senyawa A.
(Akhmad D., et al. 2013).

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, dilakukan

Gambar 6. Kromatogram HPLC-DAD pendataan tanggal serta perlakuan yang


(254 nm) and spectrum UV. Garis
hitam: quercetin 3-O-α-L- diberikan oleh tanaman. Hal ini diperlukan
arabinopyranosyl(12)-αL-
untuk menganalisa hasil analisis karena
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 141

setiap perbedaan tanggal dan perlakuan analisis LC/MS/MS, dimana banyaknya

akan memberikan hasil analisa yang protein dapat secara spesifik dianalisis

berbeda pula. Selain itu, proses (Abhishek, et al. 2014).

aklimatisasi diperlukan agar tanaman yang


TLC
diteliti tidak mengalami perubahan secara

biologi dan kimiawi sehingga tidak Analisis TLC ini menunjukkan

mempengaruhi hasil penelitian. bahwa daun K. pinnata sangat kaya akan

senyawa fenolik dan flavonoid. Hal ini


SDS PAGE & LC-MS-MS
ditunjukkan dari hasil data bahwa mayor

Pada tahap ekstraksi protein, flavonoid (quercetin 3-O-α-L-

digunakan reagen CHAPS. Reagen ini arabinopyranosyl (1→2) α-L-


digunakan untuk meningkatkan kelarutan rhamnopyranoside) ditemukan diseluruh
protein (Mechin V et al., 2006). Selain itu, sampel ekstrak yang diteliti. Warna orange
digunakan juga EDTA yang berperan pada band diindikasikan adanya senyawa
sebagai metalloprotease inhibitor dengan flavonoid yaitu quercetin skeleton. Hasil

mengkelat ion Ca2+ yang dibutuhkan pada menunjukan bahwa hanya ekstrak dari no 4

pada adesi antar sel (Mechin V et al., 2006; dan 6 yang menunjukan band pada Rf 0,26,

Simpson RJ et al., 2002). berwarna orange yang kemungkinan

merupakan kuersetin (L.B. dos S.N et al.,


Hasil data berat molekul pada
2015).
gambar 1. dapat dilihat bahwa ekstrak

protein dari K. pinnata ada pada range 10 HPLC-DAD

kDa sampai 30 kDa. Protein tidak


Metode ini memfasilitasi analisis
terdeteksi pada berat molekul yang tinggi.
profil dari sampel yang fokus pada
Walaupun metode SDS PAGE terbatas
senyawa fenolik. Selain itu juga dari
dalam hal resolusi band protein jika
metode ini dapat dilakukan analisis
dibandingkan dengan 2D- gel, tetapi
kualitatif dan kuantitatif pada profil fenolik
metode SDS PAGE dapat berguna dalam
diantara seluruh sampel. Pada semua
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 142

sampel ditemukan senyawa flavonoid Dari keempat metode analisa

penting yaitu quecitrin (tR 23,4 min) dan diatas, terdapat kelebihan serta kelemahan

mayor flavonoid (tR 22,7 min), tetapi pada dari setiap metode. Contoh perbandingan

dari metode diatas yaitu 1D-2D-NMR


setiap sampel memberikan jumlah yang

berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan hanya bisa menghasilkan data dalam

perlakuan cahaya yang diberikan pada bentuk struktur senyawa atau dapat

proses penanaman masing-masing sampel dikatakan hasil yang didapat berupa

(L.B. dos S.N et al., 2015). kualitatif, sedangkan LC-MS-MS dapat

menentukan banyaknya protein yang


1D-2D-NMR
spesifik dalam suatu sampel atau
Berdasarkan data H-NMR
kuantitatif. Begitupula TLC hanya
menunjukkan bahwa senyawa A memiliki
menghasilkan data berupa data kualitatif,
lima proton aromatik dan dua proton
sedangkan HPLC-DAD dapat
double aromatic dan dua singlet methyl. C-
menghasilkan data berupa kualitatif dan
NMR menunjukan bahwa senyawa A
kuantitatif.
memiliki 17 atom karbon, lima karbon
KESIMPULAN
metin, dan 10 karbon kuartener. Dengan

spektrofotometri massa didapatkan berat Profiling kuersetin dapat dilakukan

molekul senyawa A yaitu sebesar 329,97 dengan menggunakan metode analisis

setara 330 m/z (330,97 = M+H). berupa SDS PAGE, LC-MS-MS, TLC,

Berdasarkan data 1D-2D NMR dengan HPLC-DAD, dan 1D-2D NMR. Pemilihan

bantuan spektrofotometri massa dapat metode dapat disesuaikan dengan

disimpulkan bahwa senyawa A merupakan kebutuhan analisis baik itu kualitatif

senyawa flavonol yang bernama 3’,4’- maupun kuantitatif.

dimethoxy quercetin (Akhmad D., et al.

2013).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 143

DAFTAR PUSTAKA D.A. Alabi, I.A. Oyero, Jimoh and N.A.

Amusa. Fungitoxic and Phytotoxic


Abhishek, et al. 2014. PROTEIN
Effect of Vernonia amygdalina (L),
PROFILING OF Bryophyllum
B9yophyllum pinnantus Kurz Ocimum
Pinnatum (LAM.) KURZ. LEAF.
gratissimum (Closium) L. and
International Journal of Pharmacy
Eucalyptna globules (Caliptos) Labill
and Pharmaceutical Sciences vol 6
Water Extracts on Cowpea and
Issue 1.
Cowpea Seedling Pathogens in Ago
Adinike K and Eretan OB. Purification and
Iwoye, South Western Nigeria. World
partial characterization of lectin from
Journal of Agricultural Sciences.
the fresh leaves of Kalanchoe crenata
2005,1(1): 70-75.
(And.) Haw. Journal of Biochemistry
De Padua LS, Lugod GC, and Pancho JV.
and Molecular Biology 2004; 37:229–
1983. Handbook on Philippine
233.
Medicinal Plants (Vol.2). Technical
Akhmad D, et al. 2013. 3’,4’-Dimethoxy
Bulletin. University of The Philippines
Quercetin, a Flavonol Compound
at Los Banos. 3(3). page 32.
Isolated from Kalanchoe pinnata.
E.E. Obaseiki-Ebor. Preliminary report on
Journal of Applied Pharmaceutical
the invitro antibacterial activity of
Science Vol. 3 (01), pp. 088-090.
Bryophyllum pinnatum leaf juice. Afr
Chibueze, Nwose. 2013. Effect of
J Med Med Sci. 1985,14(3¬4):199-
Ethanolic Leaf Extract of Kalanchoe
202.
pinnata on Serum Creatine Kinase in
Gaind K and Gupta R. Alkanes, alkanols,
Albino Rats. Journal of
triterpenes, and sterols of Kalanchoe
Pharmacognosy and Phytochemistry
Pinnata. Phytochemistry 1972;
vol 1 Issue 5.
11:1500-1502.
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 144

Gupta S, Banerjee R. Radical scavenging Flavonoid Content of Kalanchoe

pinnata, Journal of Photochemistry


potential of phenolics from B.
and Photobiology B: Biology (2015).
pinnatum (LAM.) OKEN. Prep

Biochem Biotechnol 2011;41(3):305- Liu KCS, Yang SL, Roberts MF and


19. Phillipson JD. Eupafolin rhamnosides

from Kalanchoe gracilis. Journal of


Hossan MS and Yemitan OK.
Natural Products 1989; 52:970–974.
Neuropharmacological effects of

aqueous leaf extract of Bryophyllum Materia Medika Indonesia Vol. 5. 1989


pinnatum in Mice. African Journal of page 290. Jakarta: Departemen
Biomedical Research 2009:101-107. Kesehatan Republik Indonesia.

J.A.O. Ojewole. Antinociceptive, anti- Méchin V, Damerval C and Zivy M. Total


inflammatory and antidiabetic effects protein extraction with TCA-acetone.
of Bryophyllum pinnatum In Plant Proteomics: Methods and
(Crassulaceae) leaf aqueous extract. Protocols, ed. H. Thiellement, M.
Journal of Ethno pharmacology. Zivy, C. Damerval and V. Méchin, pp
2005,99: 13-19. 36. 1-8. Totowa: Humana Press, 2006.

Kanika P. Pharmacognostic and Medicinal Herb Index in Indonesia (second


phytochemical evaluation of edition). 1995. P.T. EISAI Indonesia.
Bryophyllum pinnatum leaves. page 219.
Journal of Advance Science and
Medicinal Plants in Hanoi, Vietnam. 1990.
Research 2011;2(1):42-49.
WHO Regional Publications Western
L.B. dos Santos Nascimento, M.V. Leal- series No. 3. Institute of Materia
Costa, E.A. Menezes, V.R. Lopes, Medica Hanoi, page 35.
M.F. Muzitano, S.S. Costa, E.S.
Okwu DE and Josiah C. Evaluation of the
Tavares, Ultraviolet-B Radiation
chemical composition of two Nigerian
Effects on Phenolic Profile and
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 145

medicinal plants, African Journal of Simpson RJ, Ramsby ML and Makowski

Biotechnology 2006;5(4):357-361. GS. Preparation of cellular and

subcellular extracts, In Proteins and


Ozolua RI, Eboka CJ, Duru CN, Uwaya
Proteomics: A Laboratory Manual. ed.
DO. Effects of aqueous leaf extract of
RJ Simpson. pp 91-142. New York:
B. pinnatum on guinea pig tracheal
Cold Spring Harbor Laboratory Press,
ring contractility. Niger J Physiol Sci
2002.
2010;25(2);149-57.

Supratman, U., T. Fujita, K. Akiyaa, H.


S. S. Costa, M. F. Muzitano, L. M. M.
Hayashi and A. Murkami et al., Anti-
Camargo, M. A. S. Coutinho,
tumor promoting activity of
Therapeutic potential of Kalanchoe
bufadienolides from Kalanchoe
species: flavonoids and other
pinnata and K. daigremontiana X
secondary metabolites, Nat. Prod.
tubiflora. Biosci. Biotechnol.
Comm. 3(12) (2008) 2151-2164.
Biochem., 2001,65: 947-949.
Sidhartha PA, Chandhuri KW. Anti-
Yemitan OK, Salahdeen HM.
inflammatory action of Bryophyllum
Neurosedative and muscle relaxant
pinnatum leaf extract. Fitoterapia
activities of aqueous extract of B.
1990; 41: 527-533.
pinnatum. Fitoterapia 2005;76:187-

93.

Anda mungkin juga menyukai