Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Suwarni, 2013).
Puskesmas Kota Timur bertempat di Jl. Kutai, Kel. Tamalate, Kec. Kota
Timur, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan
yang terdapat di Puskesmas Kota Timur antara lain Laboratorium, Pemeriksaan
Gigi dan Mulut, Pemeriksaan Umum, Pemeriksaan khusus, Instalasi Gawat
Darurat (IGD) / Tindakan, Pengendalian Penyakit (P2), Kia Kb, Kia Vk,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Konseling Gizi. Loket Pelayanan
Pasien, Apotek, Gudang Obat dan Barang. Adapun tenaga kesehatan terdiri dari
Dokter, Perawat, Bidan, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Laboran dll.
Puskesmas Kota Timur di Kota Gorontalo memiliki 3 (tiga) tenaga farmasi, yang
terdiri dari 1 (satu) orang Apoteker dan 2 (dua) orang tenaga teknik kefarmasian
atau asisten apoteker. Menurut Permenkes No.74 Tahun 2016, sarana dan
prasarana di Puskesmas yang baik harus meliputi tempat penerimaan resep, satu
set meja dan kursi, serta satu komputer jika memungkinkan. Ruang penerimaan
resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kota Timur
dapat dilihat fasilitas yang dimiliki oleh ruang farmasi puskesmas dikatakan
cukup memadai dan selain memiliki ruangan yang cukup luas, ruang farmasi
memiliki fasilitas yang cukup lengkap, terdapat meja serta kursi guna untuk
menyiapkan serta meracik obat-obatan, memiliki pendingin ruangan (AC) yang
suhunya terjaga, ruang farmasi juga telah memiliki komputer, dan untuk wifi
menggunakan jaringan wifi umum Puskesmas Kota Timur.
Alur pelayanan pasien di Puskesmas Kota Timur diawali dengan
pengambilan nomor antrian pasien di bagian loket puskesmas yang terletak di
bagian pintu masuk puskesmas Kota Timur, pasien kemudian melakukan

1
registrasi di loket pelayanan puskesmas. Selanjutnya pasien diarahkan ke bagian
pemeriksaan awal meliputi pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, dan berat
badan. Setelah itu, pasien diarahkan menuju ke poli sesuai penyakit yang diderita.
Tersdapat beberapa poli yaitu diantaranya poli khusus (pasien < 5 tahun dan > 60
tahun), poli umum (pasien dengan rentang usia > 5 tahun sampai < 60 tahun), poli
KIA/KB, gizi, dan poli gigi. Setelah melakukan pemeriksaan di bagian poli,
pasien membawa resep dari dokter untuk diserahkan ke bagian apotek pelayanan
puskesmas untuk mendapatkan obat.
Resep yang masuk di apotek terlebih dahulu diberi nomor yang bertujuan
untuk mengetahui resep mana yang terlebih dahulu dikerjakan dan diserahkan.
Resep yang masuk dilakukan skrining resep berupa skrining administratif,
skrining farmasetik dan skrining klinis. Menurut WHO (2010), beberapa unsur
dalam penulisan resep dokter yaitu inscripto (identitas dokter) berupa nama,
alamat, dan nomor izin praktek, superscription yaitu tanda R/, Prescripto yaitu
inti resep berupa nama setiap jenis bahan obat dan jumlah obat, Subscripto yaitu
perintah pembuatan sediaan obat yang dikehendaki, signature yaitu aturan pakai,
tanda tangan atau paraf dokter dan identitas pasien. Skrining administratif
meliputi nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau
paraf dokter, nama, alamat, umur, jenis kelamain dan berat badan pasien, nama
obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, dan cara pemakaian yang jelas. Untuk
skrining farmasetik meliputi bentuk sediaan, stabilitas obat, inkompatibilitas, cara
pemakaian, jumlah dan aturan pakai. Sedangkan untuk skrining klinis meliputi
indikasi, kontraindikasi, interaksi obat, dan efek samping obat. Jika resep tidak
lengkap atau tidak jelas setelah dilakukan skrining, maka tenaga farmasi akan
menghubungi dokter atau pasien untuk melengkapi resep. Jika resep sudah jelas
setelah dilakukan skrining, maka resep akan dikerjakan. Menurut Permenkes
Republik Indonesia No 58 tahun 2014, waktu tunggu obat sesuai dengan 29
standar yang ditetapkan yaitu 15 menit untuk obat non racikan dan 30 menit untuk
obat racikan (Aprilani, 2010).
Obat-obatan yang telah disiapkan oleh tenaga farmasi, dilakukan
pengecekan kembali oleh Apoteker agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan

2
resep dan penyerahan ke pasien. Obat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien
melalui loket penyerahan sekaligus melakukan Pelayanan Informasi Obat kepada
pasien. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian juga memastikan bahwa obat
yang diterima oleh pasien sesuai dengan nama dan umur penerima obat, serta
memberikan keterangan mengenai waktu penggunaan dan cara menggunakan
obat. Untuk resep yang terdapat obat antibiotik didalamnya, penyampaian
informasi obat lebih ditekankan untuk penggunaan obat harus dihabiskan.
Pengelolaan obat di apotek Puskesmas Kota Timur meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, distribusi, stok opname, pencatatan, dan pelaporan.
Pada proses perencanaan meliputi proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi. Dalam hal perencanaan ini, mempertimbangkan hal hal antara lain :
Daftar obat esensial nasional (DOEN) atau formularium Puskesmas, Data catatan
medik, Anggaran yang tersedia, Penetapan prioritas, Siklus penyakit, Sisa stok,
dan Data pemakaian periode lalu, serta Perencanaan pengembangan. Pada proses
pengadaan meliputi kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, dan dalam hal ini sistem pengadaan yang digunakan
di Puskesmas Kota Timur dilakukan dengan melakukan permintaan pada Instalasi
Farmasi Kota Gorontalo melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) yang diserahkan pada pihak Instalasi Farmasi Kota Gorontalo,
setelah diberikan maka pihak Instalasi akan melakukan pengecekan barang/obat
yang diminta oleh pihak Puskesmas Kota Timur. Jika sudah sesuai maka pihak
Instalasi akan memberikan obat/barang sesuai perminataan pihak Puskesmas Kota
Timur yang tertera di LPLPO. Pada proses penerimaan meliputi kegiatan untuk
menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan
kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Dalam hal ini Puskesmas Kota Timur menerima perbekalan farmasi dari Instalasi
Farmasi Kota Gorontalo yang disesuaikan dengan LPLPO. Pada proses

3
penyimpanan bahan obat di Puskesmas Kota Timur ini dilakukan pada beberapa
titik yakni Gudang dan Apotek. Penyimpanan dilakukan berdasarkan Bentuk
sediaan; misalnya bentuk sediaan liquida (potio, tetes mata, inheler), bentuk
sediaan semisolid (salep, krim, gel, ointment) dan bentuk sediaan solida (tablet,
kaplet, kapsul). Berdasarkan abjad/alphabetis, Berdasarkan sistem FIFO dan
FEFO; FIFO (First In First Out) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
masuk lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu sedangkan FEFO (Fisrt Expired
First Out) yaitu penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal
kadaluwarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu. Berdasarkan suhu; obat-
obat yang membutuhkan suhu tertentu seperti sediaan suppositoria, injeksi, dll
yang butuh penyimpanan pada suhu khusus (di bawah suhu kamar), disimpan di
dalam lemari pendingin. Sedangkan untuk obat golongan narkotik dan psikotropik
disimpan dalam lemari khusus. Pada proses distribusi, Pendistribusian yang
dilaksanakan pada Puskesmas Kota Timur meliputi pendistribusian bahan obat ke
masing-masing Puskesmas pembantu yang dikelola dan juga pelayanan resep
dokter di Apotek. Untuk pendistribusian obat ke Puskesmas pembantu dilakukan
secara dropping dari puskesmas induk (Puskesmas Kota Timur) dengan periode /
tanggal dropping yang tidak ditentukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
menumpuknya obat di puskesmas pembantu. Apabila stok obat di puskesmas
pembantu habis maka petugas yang berwenang melakukan pemesanan obat ke
puskesmas induk. Untuk pengambilan obat di puskesmas induk 30biasanya
diambil sendiri oleh petugas puskesmas pembantu. Untuk pendistribusian obat ke
apotek kota timur dilakukan jika persediaan obat di apotek telah habis, biasanya
pemesanan dilakukan 2 sampai 3 hari sekali dengan memberikan catatan obat atau
alat kesehatan yang dibutuhkan, sama halnya dengan pendistribusian obat ke IGD,
poli dan ruangan Kesehatan lainnya. Untuk pengambilannya obatnya diambil
sendiri oleh tenaga farmasi yang bertugas di apotek. Setiap obat/Alat Kesehatan
yang keluar dari Gudang Obat di catat dalam buku pengambilan obat.
Untuk proses stok opname apotek dilakukan setiap akhir bulan. Namun
untuk melakukan pengendalian stok obat setiap pengambilan obat berdasarkan
resep dilakukan pencatatan pada kartu stok. Penyesuaian jumlah fisik barang

4
dengan kartu stok dan jumlah pengeluaran obat berdasarkan laporan pengeluaran
perbulan.
Proses penyimpanan resep di Puskesmas Kota Timur dilakukan setiap
harinya setelah proses pelayanan obat berakhir. Resep yang masuk akan dihitung
jumlahnya dan dicatat dalam buku pencatatan resep masuk, kemudia resep di
pisahkan sesuai dengan jenis resep, antara lain resep obat jadi atau racikan serta
obat narkotik atau psikotropik. Untuk resep obat disimpan sekurang-kurangnya
selama 5 tahun dari resep masuk di apotek, hal ini sesuai dengan BPOM tahun
2020, dimana dijelaskan bahwa resep dan / atau surat permintaan tertulis disimpan
sekurang-kurangnya selama 5 tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan
penerimaan resep, resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat dimusnakan.
Proses pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara
lain yang sesuai oleh apoteker penanggung jawab dan disaksikan oleh
sekurangkurangnya seorang petugas fasilitas pelayanan kefarmasian. Pada
pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan. Pemusnahan resep
wajib dilaporkan dengan melampirkan berita acara pemusnahan kepada kepala
dinas kesehatan kabupaten / kota setempat dan tembusan Kepala Balai Pengawas
Obat Dan Makanan setempat (BPOM, 2020).
Berbeda halnya dengan proses pemusnahan obat, dimana dilakukan jika
obat sudah kadaluwarsa atau rusak. Pemusnahan obat dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktek atau
surat izin kerja dan disaksikan oleh dinas Kesehatan kota / kabupaten.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan formulir.
Pemusnahan obat dapat dilakukan sendiri di rumah oleh pasien, dengan
menghancurkan obat terlebih dahulu dan memisahkan dari wadahnya. Metode
pemusnahan obat dibagi atas wadah obat dan bentuk obat. Untuk pemusnahan
wadah obat, kemasan sekunder (box atau dua terluar yang tidak bersentuhan
lansung dengan obat) disobek agar tidak lagi utuh. Hal ini untuk menghindari dus
obat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, misalnya untuk
mengemas obat palsu. Obat yang akan dimusnahkan dikeluarkan dari kemasan
primer (wadah yang bersentuhan lansung dengan obat). Obat dimasukkan ke

5
kantor berisi tanah, kopi bubuk atau bahan lain yang tidak menarik. Tutup
kantong tersebut dan buang ke tempat sampah. Jika kemasan primer berupa botol,
makan hilangkan atau lepaskan identitas atau label obat. Jika kemasan primer
berupa tube, bocorkan atau gunting tube sehingga rusak, sedangkan untuk
kemasan blister dan strip secara otomatis akan rusak ketika obat dikeluarkan.
Pemusnahan berdasarkan bentuk obat untuk sediaan padat dan setengah padat
seperti tablet, kapsul, salep, serbuk dan krim di bakar dalam insenirator. Dibakar
hingga menjadi abu, dan abunya dikumpulkan dan dibuang di tempat pembuangan
sampah. Untuk sediaan cair seperti sirup dan cairan infus di keluarkan dari
wadahnya, dicampur dengan sejumlah air dan di buang ke septitank khusus yang
sudah tersedia. Sedangkan untuk sediaan cair berupa injeksi dipecahkan bersama
wadahnya, cairannya dialirkan kedalam septitank dan pecahan wadahnya
dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Puskesmas Kota Timur
meliputi proses penataan obat-obatan, pelayanan resep, penyediaan obat,
peracikan obat serta pemberian informasi terkait obat. Pada penataan obat di
Puskesmas Kota Timur sangat baik karena obat-obatan disusun berdasarkan jenis
sediaan, seperti obat dengan bentuk sediaan tablet diletakkan pada rak obat yang
diatur berdasarkan golongan obat yang dibedakan oleh warna pada setiap rak,
sediaan salep dan krim di letakkan dalam dos (kemasan obatnya) di rak tersendiri,
sedangkan sirup, suspensi, dan emulsi diletakkan di rak tersendiri. Namun tidak
ada lemari es untuk penyimpanan sediaan suppositoria atau obat lain yang
penyimpanannya harus dalam suhu dingin. Obat-obatan tersebut disusun
berdasarkan sistem FIFO dan FEFO. Dimana menurut Purwaningtias (2016),
sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) yaitu obat
yang masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya juga
diproduksi lebih awal dan umumnya relative lebih tua dan masa kadaluarsanya
mungkin lebih awal. Unit farmasi di Puskesmas Kota Timur memiliki gudang
penyimpanan obat yang berada di lantai dua Puskesmas Kota Timur. Gudang obat
puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua

6
perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesmas. Ruangan
gudang obat di Puskesmas Kota Timur sudah memenuhi persyaratan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2003 yaitu ruangan cukup luas minimal 3x4
meter, ruangan kering, ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau
panas, perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai perlindungan
untuk menghindarkan adanya cahaya langsung, lantai dibuat dari semen, dinding
dibuat licin, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam, dan
digunakan khusus untuk penyimpanan obat (Depkes RI, 2003).
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan ini, dapat dilihat
terdapat beberapa obat yang diberi label yang bertuliskan LASA (Look alike
sound alike) karena sesuai dengan Permenkes No. 58 tahun 2014 obat-obat LASA
termasuk ke dalam obat-obat yang perlu diwaspadai (Hight Alert Medication)
karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan serius dan obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD)
(Pitoyo, 2015) .
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kota Timur,
keterampilan mahasiswa dapat dikembangkan dalam pelayanan resep, diberikan
kesempatan untuk melayani resep mulai dari penerimaan resep, peracikan obat,
hingga penyerahan obat sesuai dengan prosedur alur pelayanan resep, namun tetap
dalam pengawasan apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Praktek Kerja
Lapangan perlu dilakukan, karena selain untuk mengembangkan pengetahuan
mahasiswa, dilakukan juga untuk meningkatkan mutu mahasiswa, karena terdapat
beberapa perbedaan antara teori dan praktek langsung dilapangan, teori yang
didapat tidak secara langsung dapat diaplikasikan secara sempurna bukan karena
keterbatasan tenaga kefarmasian dan waktu pelayanan, melainkan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kota Timur
sedikitnya tidak terdapat kendala dikarenakan kenyamanan tempat serta
karakteristik dari tenaga farmasi yang sangat ramah dan banyak sekali
memberikan ilmu yang membuat mahasiswa sangat nyaman dalam melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan. Puskesmas Kota Timur masih aktif dalam

7
menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan, seperti yang telah dilakukan di tengah
wabah virus Covid-19 yakni dengan memberikan arahan untuk selalu menjaga
kebersihan, mencuci tangan, memakai masker dan menjauhi keramaian.
Puskesmas Kota Timur juga menyelenggarakan vaksinasi Covid-19 secara gratis,
yang dilaksanakan di Puskesmas Kota Timur maupun diluar puskesmas (turun
lapangan).
Selain kegiatan vaksinasi, dilakukan juga kegiatan kunjungan ibu hamil
disetiap kelurahan. Kunjungan ini bertujuan untuk memberi edukasi kepada ibu
hamil, salah satunya yaitu edukasi tentang pentingnya penggunaan tablet Fe (zat
besi) pada masa kehamilan. Program kerja ini dilakukan setiap minggu di lokasi
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai