Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan
Kegiatan mahasiswa praktek kerja profesi apoteker di puskesmas
Sukorame dimulai dari tanggal 6 Desember-18 Desember 2021. Kegiatan
praktek dilaksanakan setiap hari mulai pukul 07.00 – 12.30 WIB.
Kegiatan PKPA di puskesmas Sukorame meliputi perkenalan personel
apotek, mempelajari struktur organisasi di apotek, mempelajari dokumen-
dokumen seperti: kartu stok, Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO), Rencana Kebutuhan Obat (RKO), Penggunaan Obat Rasional
(POR), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), dan mempelajari tata letak
penyimpanan sediaan farmasi beserta jenis sediaan farmasi yang ada di
puskesmas. Apoteker juga memberikan penjelasan saat diskusi mengenai
manajerial puskesmas yaitu tentang bagaimana perencanaan,
pengadaan/permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian pencatatan, pelaporan dan pengarsipan, serta pemantauan dan
evaluasi pengelolaan di puskesmas Sukorame.

Dalam melakukan pelayanan farmasi klinis, apoteker memberikan


bimbingan berupa pengkajian resep, penyerahan dan pemberian informasi
obat ke pasien, bagaiman alur melakukan pelayanan informasi obat,
konseling, pemantauan dan pelaporan efek samping obat serta evaluasi
penggunaan obat di puskesmas. Mahasiswa juga mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan puskesmas berupa kegiatan vaksinasi dan melakukan
penyuluhan di dalam gedung puskesmas.

B. Tugas

Tugas khusus yang diberikan yaitu membuat poster dengan materi


penyakit diare yang selanjutnya akan dilakukan penyuluhan kepada pasien
yang sedang menunggu antrian. Pasien akan diberikan kuisioner tentang
penyampaian materi yang dilakukan oleh mahasiswa, setelah itu dilakukan
evaluasi terhadap kuisioner yang terkumpul.

C. Pembahasan
Puskesmas Sukorame terletak di Jl. Veteran No. 50A, Mojoroto Kota
Kediri. Puskesmas Sukorame memiliki 5 wilayang kerja yaitu Kelurahan
Sukorame, Kelurahan Mojoroto, Kelurahan Bujel, Kelurahan Bandar Lor, dan
Kelurahan Pojok.
Puskesmas Sukorame menjalankan fungsi UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan). UKM merupakan
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes No. 75, 2014). UKM terdiri
dari esensial dan pengembangan, UKM esensial di puskesmas Sukorame
terkait kefarmasian terdiri dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan
lingkungan dan upaya KIA-KB, sedangkan UKP pengembangan di
puskesmas Sukorame yang terkait dengan kefarmasian meliputi Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS), upaya kesehatan lanjut usia, dan upaya kesehatan
tradisional dan komplementer. UKP merupakan suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes No. 75, 2014).
Pelayanan kefarmasian di puskesmas Sukorame mengikuti standar yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 yang
meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai di puskesmas meliputi perencanaan, permintaan/pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan,
pelaporan dan pengarsipan, dan pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah, sehingga mendekati
kebutuhan dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Perencanaan di
puskesmas Sukorame mengacu pada Formularium Nasional dan Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN). Perencanaan dilakukan dengan membuat RKO
(Rencana Kebutuhan Obat) yang dilakukan setiap satu tahun atas dasar
kebutuhan obat tahun sebelumnya dan menyediakan data LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) untuk melakukan permintaan
dalam satu bulan. Permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan dilakukan dengan mengajukan permintaan obat
dan bahan medis habis pakai ke Dinas Kesehatan. Untuk permintaan khusus
(dadakan) dilakukan dengan membuat lembar permintaan insidentil untuk
dilakukan permintaan ke gudang farmasi kabupaten/kota (GFK). Pengadaan
dilakukan ketika terjadi kekosongan obat di gudang farmasi, yang dilakukan
dengan memesan obat ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) resmi menggunakan
surat kekosongan obat dan bahan medis habis pakai yang dikeluarkan oleh
GFK. Setelah dilakukan permintaan/pengadaan, dilakukan penerimaan obat
dari GFK ataupun PBF. Penerimaan merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memastikan sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat dan mutu (Permenkes No. 74, 2016).
Penerimaan di puskesmas Sukorame dari GFK dilakukan dengan
menyesuaikan antara kondisi fisik obat dengan SBBK (Surat Bukti Barang
Keluar), sedangkan penerimaan dari PBF dilakukan dengan menyesuaikan
kondisi fisik barang dengan faktur pesanan yang meliputi pemerikasaan nama
obat, jumlah, nomor bets dan tanggal kadaluarsa. Sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai yang telah diterima selanjutnya dilakukan penyimpanan ke
gudang farmasi puskesmas. Penyimpanan di puskesmas Sukorame dilakukan
sesuai abjad, dan bentuk sediaan. obat yang mempunyai nama serupa/mirip
penyebutannya dan obat yang memiliki kekuatan berbeda diberikan stiker
LASA (Look a Like Sound a Like) dan obat yang termasuk kategori high
alert diberikan stiker tanda high alert, tujuan dari diberikannya tanda tersebut
yaitu untuk meminimalkan kesalahan dalam pengambilan obat serta resiko
yang timbul akibat kesalahan dalam pengambilan obat. Obat- obat narkotika
dan psikotropikan disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda. Obat-obat
di gudang farmasi puskesmas diberikan penandaan untuk mebedakan waktu
kadaluarsa obat, seperti tanda stiker merah untuk obat yang memiliki waktu
kadaluarsa ≤1 tahun, tanda stiker hijau untuk waktu kadaluarsa obat ±2 tahun
dan untuk obat dengan waktu kadaluarsa >2 tahun tidak diberikan tanda.
Penyimpanan sediaan farmasi di puskesmas Sukorame juga memperhatikan
suhu ruangan dengan menggunakan thermometer digital untuk ruang
pelayanan kefarmasian dan thermohygrometer untuk gudang farmasi
puskesmas. Pendistibusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja puskesmas. Pendistribusian di puskesmas Sukorame
dilakukan ke sub unit yang meliputi sub unit berada di dalam gedung
puskesmas/lingkungan puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu balita dan
lansia, puskesmas keliling, dan panti asuhan. Sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai harus dilakukan pengendalian untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan agar tidak terjadinya kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di puskesmas (Permenkes No. 74, 2016). Pengendalian sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai di puskesmas Sukorame dilakukan dengan
pencatatan pada kartu stok untuk sediaan farmasi yang keluar dari gudang
puskesmas, catatan harian pengeluaran obat dari resep harian dan melakukan
stok opname secara berkala. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan dilakukan
untuk membuktikan bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai telah dilakukan. Pelaporan yang dilakukan oleh puskesmas
Sukorame meliputi pelaporan POR (Penggunaan Obat Rasional), pelaporan
Pelayanan Kefarmasian (Yanfar) dan pelaporan NAPZA yang dilakukan
setiap bulan. Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan memberikan
penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Permenkes No. 74, 2016).
Evaluasi di puskesmas Sukorame meluputi Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
dan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) yang meliputi admen, UKP, UKM
dan Mutu.
Pelayanan farmasi klinis di puskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan
resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite, Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO) (Permenkes No. 74, 2016).
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan kegiatan yang dimulai dari
seleksi persyaratan administratif, farmasetik, dan klinis. Pelayanan resep di
puskesmas Sukorame dimulai dari pemberian nomor pada resep yang datang,
kemudian resep akan di kaji kesesuaian administratif, farmasetik dan klinis.
resep kemudian disiapkan/diracik sesuai urutan nomor dan diberikan etiket
untuk selanjutnya dilakukan pengecekan oleh orang yang berbeda untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan. Penyerahan obat ke pasien dilakukan
dengan memastikan kembali identitas pasien meliputi nama, umur dan alamat
pasien, kemudian pasien diberikan informasi terkait obat yang diperoleh
meliputi nama obat, indikasi, dan aturan pakai obat.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan pelayanan yang dilakukan
apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lain dan pasien (Permenkes No.
74, 2016). Pelayanan informasi obat di puskesmas Sukorame dilakukan
secara aktif maupun pasif. PIO secara aktif dilakukan ketika tenaga kesehatan
lain bertanya kepada apoteker baik secara lisan maupun tulisan, sedangkan
PIO secara pasif dilakukan dengan pembuatan poster, leaflet ataupun banner.
Konseling merupakan proses untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga
pasien (Permenkes No. 74, 2016). Konseling di puskesmas Sukorame tidak
dilakukan karena diprioritaskan hanya untuk orang dengan diagnosa awal
penyakit diabeter melitus. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien
rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lain (Permenkes No. 74, 2016). Puskesmas Sukorame tidak melakukan
kegiatan visite ke pasien, dikarenakan pada puskesmas Sukorame tidak
melayani pasien rawat inap.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang merugikan/tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal (Permenkes No. 74, 2016). MESO di puskesmas Sukorame
dilakukan ketika apoteker mendapatkan laporan kejadian efek samping berat /
tidak dikenal dan frekuensi jarang terjadi dari pasien atau tenaga kesehatan
lain yang selanjutnya apoteker akan menuliskan kejadian tersebut ke dalam
form MESO untuk selanjutnya akan dilaporkan ke Pusat Monitoring Efek
Samping Obat Nasional.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses untuk memastikan
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau, dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping (Permenkes No. 74,
2016). PTO di puskesmas Sukorame dilakukan dengan memprioritaskan
pasien yang memperolek obat TB (Tuberkulosis) dan penyakit menular,
dikarenakan terapi TB dan penyakit menular jangka penggunaannya panjang.
Apoteker juga terkadang melakukan home visite terhadap pasien dengan
penyakit TB dan penyakit menular. Hasil dari Pemantauan Terapi Obat akan
dituliskan/dicatat di buku monitoring.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan kegiatan untuk
mengevaluasi penggunan obat secara terstruktur dan berkesinambungan
untuk menjamin obat yang digunakan sesuai dengan indikasi, efektif, aman
dan terjangkau (Permenkes No. 74, 2016). Evaluasi Pengguanaan Obat
dilakukan menggunakan metode ATC-DDD atas dasar dari pemakaian obat
selama setahun. Pelaporan Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan setiap satu
tahun sekali.

Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan


penilaian hasil kerja/ prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari
tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri karena setiap puskesmas
melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian
meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu
pelayanan.

Dasar pelaksanaan PKP di puskesmas adalah Surat Keputusan Kepala


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Nomor 440 / 1991/ KPTS/102.4/2020
tanggal 30 September 2020. Tujuan dari PKP adalah untuk mendapat
gambaran kinerja serta pencapaian puskesmas, mengetahui masalah dan
hambatan penyelenggaraan kegiatan di puskesmas dan sebagai dasar
pembinaan penanggung jawab program serta jaringan puskesmas. Manfaat
dari PKP yaitu meningkatkan kinerja puskesmas yang berkualitas secara
optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.

Tahapan Penilaian Kinerja Puskesmas ( PKP ) mulai dari penetapan target,


pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan analisa akar
penyebab masalah serta rencana tindak lanjut. Target PKP adalah tolok ukur
dalam bentuk angka nominal atau persentase yang akan dicapai puskesmas.
Pengumpulan data meliputi data dasar dan data kegiatan. Untuk Pelayanan
Kefarmasian data kegiatan meliputi data di bidang Adminsitrasi dan
Manajemen ( Admen ), Usaha Kesehatan Perorangan ( UKP ), Usaha
Kesehatan Masyarakat ( UKM ) Pengembangan, dan Mutu.

Variabel pelayanan kefarmasian di bidang Admen adalah terdapat


Standard Operasional Prosedur ( SOP ) Pelayanan Kefarmasian, tersedia
sarana prasarana pelayanan kefarmasian, terdapat data dan informasi
pelayanan. Variabel pelayanan kefarmasian di bidang Usaha Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah kesesuaian item obat yang tersedia dalam
Formularium Nasional, ketersediaan obat dan vaksin terhadap 45 item obat
indikator, penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan ISPA non pneumonia,
penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus diare non spesifik,
penggunaan injeksi pada myalgia, jumlah rerata item obat, dan Penggunaan
Obat Rasional ( POR ). Variabel pelayanan kefarmasian di bidang UKM
Pengembangan adalah edukasi dan pemberdayaan masyarakat tentang obat
pada Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Variabel pelayanan
kefarmasian di bidang Mutu meliputi identifikasi pasien dengan benar yang
dihitung dari kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien, dan
keamanan obat yang perlu diwaspadai dimonitoing dari pengelolaan obat –
obat yang perlu diwaspadai pelabelan obat High Alert, LASA dan kadaluarsa.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian di puskesmas Sukorame


terdiri atas pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan ini sesuai dengan
Permenkes Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.

B. Saran

Kegiatan pelayanan kefarmasian berkembang dengan adanya


penambahan kegiatan promotif di masyarakat yaitu Penyuluhan Gema
Cermat. Untuk selanjutnya mahasiswa dapat mengkuti kegiatan di luar
gedung agar menambah wawasan dan ketrampilan memberikan
penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai