Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan

langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman,

bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Berdasarkan Permenkes nomor 72 tahun 2016 menyebutkan bahwa

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Berdasarkan kepemilikan RSUD Labuang Baji Makassar termasuk

rumah sakit pemerintah, dimana menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada

dibawah dan dipertanggung jawabkan langsung kepada Gubernur melalui

sekertaris daerah.RSUD Labuang Baji merupakan Rumah Sakit umum yang

memberi pelayanan kepada masyarakat dengan berbagai jenis diagnosis

penyakit. RSUD Labuang Baji Makassar merupakan rumah sakit tipe B,

dimana RSUD Labuang Baji mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik lebih dari 11 Spesialis dan subspesialis yaitu poli endoktrin, poli syaraf /

jiwa, poli THT, Poli mata, poli interna, poli kardio, poli paru, poli anak, poli

bedah, poli obgyn, poli kulit, poli gigi dan poli radiologi.
Pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Labuang Baji Makassar,

yaitu Pengadaan barang farmasi di RSUD Labuang Baji Makassar dengan 2

cara, yaitu secara Tender (oleh panitia pembelian barang farmasi), barang yang

dipesan dengan sistem tender adalah barang pakai habis/alat kesehatan dan

obat non generik/paten dan secara langsung dari pabrik/distribusi/Pedagang

Besar Farmasi (PBF), barang yang dipesan secara langsung adalah obat

generik.

Cara penerimaan barang di RSUD Labuang Baji yaitu rekanan

mengirim atau menyerahkan barang farmasi kepada panitia pemeriksaan dan

penerimaan barang berdasarkan Surat Pesanan (SP) atau Surat Perintah Kerja

(SPK).Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang membuat berita acara lalu

menyerahkan barang kepada penanggung jawab logistik farmasi untuk

kebenaran kualitas dan kuantitas barang serta menandatangani berita acara

penerimaan barang, kemudian barang tersebut diserahkan kepada petugas

gudang untuk selanjutnya disimpan. Setelah barang diterima dan dicek,

selanjutnya adalah proses penyimpanan barang/obat di gudang.

RSUD Labuang baji Makassar memiliki tempat penyimpanan

perbekalan farmasi di gudang dan ditata pada rak-rak menurut Abjad, dan

dibedakan berdasarkan bentuk sediaan.Seperti cairan infus NaCl disatukan

dengan cairan infus yang lainnya. Begitu pula dengan sediaan tablet, sirup,

injeksi, dan alat kesehatan. Berbeda dengan vaksin dan insulin yang harus

disimpan pada lemari pendingin, adapula obat yang disimpan pada suhu

normal. Penyimpanan Obat dengan suhu yang tidak sesuai akan menurunkan
kualitas obat. Misalnya saja pada tablet salut gula, apabila tablet salut gula

disimpan pada suhu yang panas, maka obat tersebut dapat meleleh dan tidak

dapat digunakan sehingga harus disimpan pada suhu yang sejuk.Selain itu obat

yang harus disimpan pada suhu yang dingin adalah vaksin, injeksi dan

supositoria.Vaksin harus disimpan pada lemari pendingin, tetapi suhunya harus

diatur sesuai ketetapan suhu yang ada pada kemasan.

Penyimpanan perbekalan farmasi juga dilakukan secara FIFO (First In

First Out) penyimpanan berdasarkan pada obat yang pertama kali masuk berarti

harus dikeluarkan lebih dahulu.

Pendistribusian adalah suatu rangkaian dalam rangka pengeluaran dan

penerimaan obat-obat yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat

mengenai jenis dan jumlah obat dari gudang farmasi RSUD Labuang Baji serta

merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan kesehatan.

Pengawasan yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar oleh

kepala Instalasi dengan melakukan pengawasan dan bimbingan kepada

petugas/pelaksana Instalasi farmasi dan memberikan informasi kepada direktur

rumah sakit setiap bulannya atas terlaksananya kegiatan kefarmasian.

Pelaporan di RSUD Labuang Baji Makassar ada banyak format

pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh petugas di Instalasi Farmasi

baik laporan harian, bulanan, maupun tahunan. Laporan-laporan yang

dilaksanakan antara lain, yaitu kartu stock, buku induk sebagai alat control dari

mutasi obat setiap bulan, laporan pengadaan obat dan laporan penggunaan

narkotik dan psikotropika.


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap akhir tahun, evaluasi

penulisan resep setiap 3 tahun dan evaluasi mutu pelayanan dilakukan setiap

akhir tahun. Pelayanan instalasi farmasi RSUD Labuang Baji Makassar

memiliki 5 unit pelayanan, yaitu Apotek Rawat Jalan, Apotek Instalasi Rawat

Darurat (IRD), Apotek Rawat Inap dan Apotek OK dan gudang.

Apotek Rawat Inap merupakan tempat pelayanan untuk pasien yang

menginap di Rumah Sakit, dengan kata lain segala bentuk pelayanan kesehatan

dilakukan di Rumah Sakit termasuk pemulihan dan diagnosis penyakit. Untuk

pelayanan pasien di Apotek Rawat Inap berlangsung selama 24 jam dengan

pembagian 3 shift (jam kerja). Secara umum pelayanan kefarmasian untuk

pasien Rawat Inap, Rawat Jalan, dan Instalasi Rawat Darurat memiliki alur

yang sama, tetapi untuk Apotek Rawat Inap hanya melakukan pelayanan resep

untuk pasien yang sedang menjalani Rawat Inap, sedangkan Apotek Rawat

Jalan melakukan pelayanan untuk semua poliklinik kesehatan yang tersedia di

RSUD Labuang Baji Makassar dengan pelayanan dari hari senin sampai sabtu

dengan 1 jadwal shift dari jam 08.00 – 16.00. Sedangkan untuk Apotek OK

memberikan pelayanan untuk pasien yang akan dioperasi. Berbeda dengan

Apotek Instalasi Rawat Darurat, pelayanan resep dilakukan untuk pasien yang

sedang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Darurat.

Penyerahan obat diawali dengan penulisan resep oleh dokter kemudian

ditebus di Apotek, kemudian resep diterima oleh apoteker atau asisten apoteker

yang bertugas. Apoteker kemudian melakukan skrining resep meliputi

pemeriksaan persyaratan administratif yang terdiri dari nama dokter, tanggal


penulisan, paraf, nama pasien, alamat, umur, signa, serta informasi lainnya.

Kemudian kesesuaian farmasetik yang terdiri dari bentuk sediaan, dosis, dan

cara serta lama pemberian, adapaun pertimbangan klinik yang harus

diperhatikan adalah alergi terhadap obat, efek samping serta interaksi obat

yang digunakan. Dilanjutkan dengan penyiapan obat sesuai yang tertera di

resep, kemudian dilakukan penyerahan obat disertai pemberian informasi dan

konseling.

Adapun apotek/depo pelayanan di kamar operasi penyiapan obat

dilakukan berdasarkan paket-paket yang telah ditetapkan, dan untuk setiap

paket berisi berbagai macam obat maupun alat kesehatan, misalnya untuk

GETA berisi Spoit 3cc, Spoit 5cc, Spoit 10cc, Infus Set, Abbocat 18, Recofol,

Sedacum, Tramus, ETT, Lidocain, Electroda.

Biaya pemberian obat kepada pasien terdiri dari 2 jenis, yaitu Umum

dan BPJS.Untuk pasien umum biaya dikenakan dengan harga umum artinya

pasien yang menebus obat di apotek tidak menggunakan jaminan kesehatan

dan tidak ada potongan biaya.Sedangkan pasien yang menggunakan BPJS

diberikan potongan harga untuk obat-obat tertentu dan tetap dikenakan biaya

untuk obat yang tidak masuk dalam jaminan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai