PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil
pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter
tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan
sel hati dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik (Rosida, 2016).
Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi
adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis,
memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,
menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik
selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati (Rosida, 2016).
Penyakit hepatitis B, C dan D dapat menjadi kronis dan menimbulkan
sirosis bahkan kanker hati. Virus hepatitis B telah menginfeksi sebanyak 2
milyar orang didunia, sebanyak 240 juta orang berkembang menjadi hepatitis B
kronik dan 170 juta orang mengidap penyakit hepatitis C yang akan
mengakibatkan komplikasi berupa sirosis hepatis (Maharani, 2019).
Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh
fibrosis, disorganisasi akhir kerusakan hepatoseluler. Lebih dari 40% pasien
sirosis asimtomatik. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan
rutin kesehatan atau pada waktu otopsi. Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh
banyak hal. Penyebabnya antara lain adalah penyakit infeksi, penyakit
keturunan dan metabolik, obat-obatan dan toksin. Di Negara barat penyebab
terbanyak sirosis hepatis adalah konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia
terutama disebabkan oleh virus hepatitis B maupun C (Lovena, 2017). Lovena,
A., Miro, S., & Efrida, E. (2017). Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), 5-12.
Pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati yaitu meliputi aminotransferase,
bilirubin dan albumin. Nilai aspartat aminotransferase (AST) atau serum
glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT)
atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat menunjukan
peningkatan. AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan ALT,
namun bila nilai transaminase normal tetap tidak menyingkirkan kecurigaan
adanya sirosis (Maharani, 2019). Maharani, S., Efendi, D., & Tampubolon, L.
A. (2019). Gambaran Pemeriksaan Fungsi Hati pada Pasien Sirosis Hepatis
yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 2013-2015. Jurnal Ilmu Kedokteran, 12(1), 46-51.
B. Rumusan Masalah
Beradarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, Bagaimana interpretasi data klinik pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen untuk diagnosis
penyakit Sirosi Hepatik ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui interpretasi data klinik pada pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen untuk diagnosis penyakit Sirosi
Hepatik
BAB III
STUDI KASUS
HASIL
Diketahui, hasil pemeriksaan laboratorium
Nama : Ny.RM
Umur : 61 tahun,
Penyakit Penyeta : -
PEMBAHASAN
Pada kasus kali ini dilakukan interpretasi data klinik pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen terhadap pasien
Ny.RA yang berusia 61 tahun. Dari data klinik pasien, memperlihatkan hasil
anamnesis yang telah dilakukan, didapatkan beberapa gejala yang dapat mengarah
pada keluhan yang sering didapat pada sirosis hati yaitu lemas pada seluruh tubuh,
mual dan muntah yang disertai demam . Selain itu, ditemukan juga beberapa
keluhan yang terkait dengan kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta,
diantaranya perut yang membesar dan rasa nyeri yang dialami pasien (Wahyudo,
2014). Wahyudo, R. (2014). A 78 Years Old Woman With Hepatic
Cirrhosis. Jurnal Medula, 3(01), 174-183.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin,
albumin, dan waktu protombin. Nilai aspartat aminotransferase (AST) atau serum
glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT)
atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat menunjukan peningkatan.
AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan ALT, namun bila nilai
meningkat dapat kecurigaan adanya sirosis.
Konsentrasi albumin pada pasien menurun pada pemeriksaan ke-1 dan ke-2,
artinya sintesisnya terjadi di jaringan parenkim hati, akan mengalami penurunan
sesuai dengan derajat perburukan sirosis.
Pada kasus ini, pada pemeriksaan fungsi hati ditemukan peningkatan kadar
SGOT dan SGPT. Selain itu, ditemukan juga peningkatan bilirubin total, dan
bilirubin direk, albumin yang menurun. Pemeriksaan hematologi pada pasien ini
menunjukkan penurunan kadar HCt, PLT dan NEUT yang menunjukkan adanya
anemia ringan, yang kemungkinan disebabkan oleh adanya dapat disebabkan oleh
peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi,
gangguan hormonal dan infeksi berat.
Pada kasus ini dilihat dari bebrapa pemeriksaan dapat diagnosis pasien
menderita penyakit Sirosis Hepatik. Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis
dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi progresifitas dari penyakit. Menghindarkan bahan-bahan yang
dapat menambah kerusakaan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi
merupakan prinsip dasar penanganan kasus sirosis.