Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500


gram. Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier
dan kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik
melalui arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang
mengandung zat makanan yang diabsorbsi usus.Secara mikroskopis, hati
tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit,
saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang
merupakan bagian dari sistem retikuloendotelia (Rosida, 2016). Rosida, A.
(2016). Pemeriksaan laboratorium penyakit hati. Berkala Kedokteran, 12(1),
123-131.

Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil
pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter
tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan
sel hati dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik (Rosida, 2016).
Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi
adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis,
memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,
menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik
selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati (Rosida, 2016).
Penyakit hepatitis B, C dan D dapat menjadi kronis dan menimbulkan
sirosis bahkan kanker hati. Virus hepatitis B telah menginfeksi sebanyak 2
milyar orang didunia, sebanyak 240 juta orang berkembang menjadi hepatitis B
kronik dan 170 juta orang mengidap penyakit hepatitis C yang akan
mengakibatkan komplikasi berupa sirosis hepatis (Maharani, 2019).
Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh
fibrosis, disorganisasi akhir kerusakan hepatoseluler. Lebih dari 40% pasien
sirosis asimtomatik. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan
rutin kesehatan atau pada waktu otopsi. Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh
banyak hal. Penyebabnya antara lain adalah penyakit infeksi, penyakit
keturunan dan metabolik, obat-obatan dan toksin. Di Negara barat penyebab
terbanyak sirosis hepatis adalah konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia
terutama disebabkan oleh virus hepatitis B maupun C (Lovena, 2017). Lovena,
A., Miro, S., & Efrida, E. (2017). Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), 5-12.
Pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati yaitu meliputi aminotransferase,
bilirubin dan albumin. Nilai aspartat aminotransferase (AST) atau serum
glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT)
atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat menunjukan
peningkatan. AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan ALT,
namun bila nilai transaminase normal tetap tidak menyingkirkan kecurigaan
adanya sirosis (Maharani, 2019). Maharani, S., Efendi, D., & Tampubolon, L.
A. (2019). Gambaran Pemeriksaan Fungsi Hati pada Pasien Sirosis Hepatis
yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 2013-2015. Jurnal Ilmu Kedokteran, 12(1), 46-51.

B. Rumusan Masalah
Beradarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, Bagaimana interpretasi data klinik pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen untuk diagnosis
penyakit Sirosi Hepatik ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui interpretasi data klinik pada pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen untuk diagnosis penyakit Sirosi
Hepatik
BAB III

STUDI KASUS

HASIL
Diketahui, hasil pemeriksaan laboratorium

Nama : Ny.RM

Umur : 61 tahun,

Jenis kelamin : Perempuan

Keluhan Utama : Lemah dan perut membesar

Riwayat penyakit : HT(-), DM (-), Komsumsi alcohol (-).

Penyakit Penyeta : -

Anamnesis : Keluhan dialami +_ 2 bulan yang lalu secra perlahan-lahan


yang disertai rasa nyeri (+) terus menerus tapi tidak tembus
belakang. Memberat dalam waktu 3 hari. Mual (+),Muntah
(+), Demam (+), dan sesak napas (+).

adalah sebagai berikut:


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus kali ini dilakukan interpretasi data klinik pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan foto Thorax, dan USG abdomen terhadap pasien
Ny.RA yang berusia 61 tahun. Dari data klinik pasien, memperlihatkan hasil
anamnesis yang telah dilakukan, didapatkan beberapa gejala yang dapat mengarah
pada keluhan yang sering didapat pada sirosis hati yaitu lemas pada seluruh tubuh,
mual dan muntah yang disertai demam . Selain itu, ditemukan juga beberapa
keluhan yang terkait dengan kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta,
diantaranya perut yang membesar dan rasa nyeri yang dialami pasien (Wahyudo,
2014). Wahyudo, R. (2014). A 78 Years Old Woman With Hepatic
Cirrhosis. Jurnal Medula, 3(01), 174-183.

Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi WBC, RBC, HCT,


HGB, MCV, MCH, MCHC, PLT, NEUT, LYMPH, MONO, EOS, BASO,GDS,
Ureum Darah, Serum Kreatinin, SGOT, SGPT, Protein, Albumin, Globulin,
Bilirubin total, bilirubin direk, Alkali phosphatase, Gamma-GT, Waktu
Prothrombin, HbsAg, dan Anti HCV.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin,
albumin, dan waktu protombin. Nilai aspartat aminotransferase (AST) atau serum
glutamil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT)
atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) dapat menunjukan peningkatan.
AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan ALT, namun bila nilai
meningkat dapat kecurigaan adanya sirosis.

Alkali fosfatase mengalami peningkatan kurang dari 2 sampai 3 kali batas


normal atas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis
sklerosis primer dan sirosis bilier primer. Gammaglutamil transpeptidase (GGT)
juga menunjukan angka normal, dengan demikian pasien bukanlah penderita
penyakit hati alkoholik kronik.
Konsentrasi bilirubin dapat normal pada sirosis hati kompensata, tetapi bisa
meningkat pada sirosis hati yang lanjut dan pada kasus ini pasien mengalami
peningkatan bilirubin pada pemeriksaan ke-2.

Konsentrasi albumin pada pasien menurun pada pemeriksaan ke-1 dan ke-2,
artinya sintesisnya terjadi di jaringan parenkim hati, akan mengalami penurunan
sesuai dengan derajat perburukan sirosis.

Sementara itu, Pemeriksaan waktu protrombin akan memanjang karena


penurunan produksi faktor pembekuan pada hati yang berkorelasi dengan derajat
kerusakan jaringan hati. Konsentrasi natrium menurun/hiponatremia terutama
pada sirosis dengan ascites, dimana hal ini dikaitkan dengan ketidakmampuan
ekskresi air bebas.

Selain dari pemeriksaan fungsi hati, pada pemeriksaan hematologi juga


biasanya akan ditemukan kelainan seperti WBC yang mengalami peningkatan
pada pemeriksaan pertama, HCT yang mengalami Penurunan yang merupakan
indikator anemia karena beberapa sebab. PLT dan NEUT yang menurun dapat
disebabkan oleh peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit
hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat.

Pada kasus ini, pada pemeriksaan fungsi hati ditemukan peningkatan kadar
SGOT dan SGPT. Selain itu, ditemukan juga peningkatan bilirubin total, dan
bilirubin direk, albumin yang menurun. Pemeriksaan hematologi pada pasien ini
menunjukkan penurunan kadar HCt, PLT dan NEUT yang menunjukkan adanya
anemia ringan, yang kemungkinan disebabkan oleh adanya dapat disebabkan oleh
peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi,
gangguan hormonal dan infeksi berat.

Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi (USG) Abdomen.


Penelitian dari Khan (2010) menyimpulkan bahwa gambaran nodulus pada USG
hati adalah metode diagnostik yang cukup akurat dalam mendiagnosa pasien
sirosis. Gambaran USG yang dinilai meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran,
homogenitas, dan adanya massa.
Pada gambaran USG hati ditemukan ukuran hati mengecil, permukaan
ireguler, tidak tampak dilatasi vaskuler, bile duct intra/extra hepati. Gb
menunjukan dinding menebal, mukosa regular, tidak tampak echo batu, Pancreas
terlihat ukuran dan echo dalam batas normal tidak tampak mass/cyst. Lien ukuran
membesar, echo dalam batas normal dan Ginjal menunjukan hasil USG ukuran
dan echo parenkim dalam batas normal.

Pada kasus ini dilihat dari bebrapa pemeriksaan dapat diagnosis pasien
menderita penyakit Sirosis Hepatik. Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis
dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi progresifitas dari penyakit. Menghindarkan bahan-bahan yang
dapat menambah kerusakaan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi
merupakan prinsip dasar penanganan kasus sirosis.

Pengobatan non farmakologi yang disarankan yakni Diet seimbang dapat


dilakukan dengan cara mengkonsumsi kalori secara normal menurut tinggi badan,
berat badan dan aktivitas sehari-hari. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah
protein, memperbanyak sayur dan buah yang mencegah sembelit, mengatur pola
hidup sehat dan berkonsultasi ke petugas kesehatan setempat.

Sementara untuk terapi farmakologi pasien disarankan untuk

Anda mungkin juga menyukai