BAB V
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Iskak Tulunggagung dilaksanakan mulai dari 7 September 2015 sampai
dengan 27 Oktober 2015 dengan jumlah peserta PKP sebanyak 10 orang
mahasiswa. Dalam menjalani Praktek Kerja Profesi selama kurang lebih 2 bulan
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulunggagung, mahasiswa mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan dan mengasah
keterampilan meliputi Farmasi Klinik di ruangan, ketrampilan pelayanan di Unit
Pelayanan Farmasi (UPF) dan Manajemen Farmasi Rumah Sakit. Mahasiswa PKP
dapat mempelajari berbagai aspek dari manajerial dalam melakukan pengelolaan
perbekalan farmasi dan aspek klinis dalam melakukan asuhan kefarmasian. Selain
itu mahasiswa PKP mendapatkan pengetahuan mengenai akreditasi di Rumah
Sakit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 012
Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit adalah
pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa
Rumah Sakit itu memenuhi standar pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan. Tujuan
dari akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien,
dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia
Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi. RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe B yang telah lulus dan mendapatkan
sertifikat paripurna. Rumah Sakit tipe B dicapai sejak tanggal 20 Juli 2015 sampai
dengan 20 Juli 2019 dan dinyatakan Rumah Sakit ini sudah memenuhi
persyaratan. Selain itu, RSUD Dr. Iskak Tulungagung saat ini sedang dalam
proses pengajuan Rumah Sakit Kependidikan yang akan dilaksanakan bulan
Desember, Rumah Sakit ini telah menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
191
pengadaan,
produksi,
penerimaan,
penyimpanan,
serta
192
mengkoordinir
penatalaksanaan
medication
error
dan
193
hanya
dikelola
oleh
Instalasi
Farmasi RSUD
Dr. Iskak
Tulunggagung. Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam
pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar
operasional (SOP), satu pengawasan operasional dan satu sistem informasi.
Sistem Pelayanan Farmasi Satu Pintu ini dapat memudahkan monitoring dan
evaluasi dalam penggunaan obat, mengetahui pola penggunaan obat untuk feed
back, dan menjamin kualitas obat dengan menghindari obat palsu, obat
kadaluarsa, dan obat dengan mutu rendah sehingga dapat menunjang kualitas dari
barang yang diterima oleh pasien dan dapat mengurangi resistensi antimikroba.
Tujuan dari pelayanan farmasi satu pintu adalah untuk meningkatkan pelayanan
farmasi di Rumah Sakit sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan,
memuaskan harapan konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku, tersedia pada
harga yang kompetitif dan memberi manfaat bagi Rumah Sakit.
Pengelolaan perbekalan barang farmasi di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014. Proses
pengelolaan perbekalan barang farmasi dimulai dari proses pemilihan. Proses
pemilihan yang dilakukan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung berdasarkan pada
Daftar Obat Essensial (DOEN), Formularium RS, Formularium Nasional
(Fornas) dan penatalaksanaan terapi (Clinical pathway). Dasar proses perencanaan
di sesuaikan dengan formularium RSUD
dilakukan perencanaan
perbekalan
tahunan
yang
194
195
farmasi
yang
telah
diterima di RSUD
Dr. Iskak
Tulunggagung disimpan di tempat yang berbeda yaitu gudang obat dan alkes,
gudang infus, gudang cairan hemodialisa dan gudang B3 dan gas medis.
Setelah dilakukan penerimaan, selanjutnya seluruh perbekalan farmasi
dilakukan penyimpanan. Penyimpanan di RSUD Dr. Iskak Tulungaggung
dilakukan dengan kombinasi metode FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First
Expirated
mencegah
Gudang Dasar barang yang fast moving diletakkan dibagian belakang dan
barang slow moving diletakkan dibagian depan, tujuannya untuk mempermudah
pemantauan barang slow moving agar tidak terlewat tanggal kadaluarsa.
Perbekalan farmasi dikelompokkan pada tempatnya berdasarkan bentuk sediaan
196
baik pada
pasien yang terdaftar dalam program JKN yang saat ini adalah program BPJS
maupun pasien umum. Sedangkan sistem pendistribusian dari Unit Pelayanan
perbekalan Farmasi kepada pasien rawat inap di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
terdiri dari 3 macam yaitu floor stock, UDD (Unit Dose Dispensing) serta PODS
(Pemberian Obat Dosis Sehari). Sistem Pemberian Obat Dosis Sehari (PODS)
adalah sistem pendistribusian obat kepada pasien rawat inap sekali setiap hari
197
langsung untuk kebutuhan pengobatan dalam satu hari. Di RSUD Dr. Iskak
Tulunggagung, PODS untuk kebutuhan obat dalam satu hari dibagi menjadi tiga
waktu yang berbeda yaitu jam 07.00 (pagi), 13.00 (siang), dan 19.00 (malam).
Keuntungan dari sistem ini yaitu pelayanan menjadi lebih efisien karena tidak
dibutuhkan tenaga apoteker yang banyak. Satu orang apoteker sudah dapat
mencukupi kebutuhan pelayanan pendistribusian obat kepada pasien dengan
jumlah lebih besar daripada sistem UDD, hal ini juga dapat mencegah duplikasi
obat apabila pengobatan diserahkan langsung kepada keluarga pasien sendiri
(tanpa melalui seorang apoteker). Sistem pendistribusian perbekalan farmasi
dengan metode UDD (Unit Dose Dispensing) di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
baru berlaku di Depo Graha saja. Kegiatan pelayanan perbekalan farmasi di depodepo farmasi tersebut, di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung dilaksanakan oleh dua
orang tenaga Apoteker dan dibantu oleh beberapa tenaga teknis kefarmasian.
Namun, hal tersebut masih belum sesuai dengan peraturan PerMenKes RI nomor
56 Tahun 2014, yang menyebutkan bahwa diperlukan 4 tenaga apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8 tenaga teknis
kefarmasian.
Sedangkan kegiatan pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh seorang
Apoteker tanpa dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.
masih belum sesuai dengan peraturan PerMenKes RI nomor 56 Tahun 2014, yang
menyebutkan bahwa diperlukan 4 tenaga apoteker yang bertugas di rawat inap
yang dibantu oleh paling sedikit 8 tenaga teknis kefarmasian. Akantetapi, kegiatan
pelayanan farmasi klinik di rumah sakit ini sudah sesuai dengan aturan
PerMenKes No.58 Tahun 2014 tentang Standart Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, kegiatannya antara lain yaitu Pengkajian dan Pelayanan Resep, Penelusuran
Riwayat Penggunaan Obat, Rekonsiliasi Obat, Visite, Konseling, Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Pelayanan Informasi Obat (PIO), Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan
Obat (EPO), dan Dispensing sediaan steril. Hanya saja di RSUD
Dr. Iskak
198
199
lain (perawat), maupun pemberian informasi diruangan per-bed kepada pasien dan
keluarga pasien. Informasi yang diberikan sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi sedangkan pada pasien
rawat jalan formulir konseling diisi setelah pasien menerima obat.
Di RSUD Dr. Iskak Tulungagung juga sudah dilakukan pemantauan terapi
obat hal tersebut dapat dilihat pada DFKP 3 Form Rencana Kerja Farmasi dan
Lembar Pemantauan, akan tetapi beban kerja apoteker pada rumah sakit ini cukup
besar dimana pada rawat inap, satu orang apoteker menangani 30 tempat tidur
(bed), sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat memantau semua
pasien yang menerima terapi obat. Untuk itu perlu ditetapkan prioritas pasien dan
obat-obatan tertentu. Penetapan prioritas ini dapat dilakukan dengan seleksi pasien
berdasarkan terapi obat yang didapatkan. Seleksi pasien berdasarkan terapi obat
dapat dilakukan dengan memprioritaskan pasien yang menerima obat dengan
resiko tinggi reaksi toksisitas. Misalnya, obat dengan indeks terapi sempit, zat
aktif resiko tinggi seperti antikoagulan, obat kardiovaskular (antiaritmia,
antihipertensi), antibiotika (nefrotoksik), antikonvulsan, dan antineoplastik.
Kegiatan PIO di RSUD dr Iskak sudah berjalan misalnya memberikan dan
menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. PIO di RSUD dr
Iskak secara aktif memberikan informasi menjawab pertanyaan dari pasien
maupun tenaga kesehatan melalui semua media komunikasi secara personal dan
tidak terkordinir sehingga tidak ada dokumentasi telah dilakukanya kegitan PIO
secara standard secara pasif kegitan PIO di RSUD dr Iskak juga sudah
dilaksanakan yaitu dengan cara memberikan informasi melalui media leflet dan
label obat. PIO di rumah sakit ini belum bisa menyediakan informasi bagi
Komite/Panitia Farmasi dan Terapi dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit
tetapi Farmasi di RSUD dr Iskak sudah menempatkan salah satu apoteker dalam
panitia tersebut sehingga informasi terkait obat masih ditangani oleh apoteker
dalam panitia tersebut sendiri. Selama PKPA di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
mahasiswa juga berkesempatan untuk ikut serta dalam proses pembuatan PKRS.
200
formularium
terkait
obat-obat
yang
setelah
dievaluasi
cara
201
mengawasi kesesuaian obat dan alat kesehatan dalam troley emergency dengan
Form Pemantauan Obat dan Alkes Emergency. Obat dalam troley emergency
dipilih berdasarkan obat yang memiliki onset yang cepat seperti epinephrine 1 ml,
atracurium hameln
202
yang
seharusnya
berdasarkan
Kepmenkes
RI
No.
203
204
2015 17 Oktober 2015 di ruang tunggu rawat jalan dan ruang tunggu instalasi
farmasi dengan jumlah responden 50 pasien rawat jalan. Pada proses penyebaran
kuisioner yang disebarkan terdapat keterbatasan dimana banyaknya jumlah pasien
dari poliklinik rawat jalan yang menolak untuk berpartisipasi dalam pengumpulan
data yang diperlukan dalam penilaian kuisioner. Responden yang menjadi sampel
penelitian ini lebih dominan berpendidikan rendah, oleh karena itu untuk
menghindari beberapa pernyataan yang kurang dipahami responden, mahasiswa
PKPA berusaha menginformasikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
mendampingi responden saat mengisi kuisioner untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pernyataan yang
tidak dimengerti oleh responden, untuk itu mahasiswa PKPA harus tetap
mendampingi responden pada saat pengisian kuisiner, sehingga mahasiswa juga
mengalami keterbatasan waktu. Berdasarkan analisis hasil kuisoner kepuasan
pasien di pelayanan rawat jalan diketahui bahwa 88% pasien menyatakan sikap
petugas ramah sedangkan 12% pasien menyatakan bahwa petugas sangat ramah.
Akan tetapi, berdasarkan penilaian kecepatan pelayanan 42% pasien merasa
pelayanan resep petugas kurang cepat, sedangkan 58% pasien merasa pelayanan
resep cepat. Mengenai kejelasan informasi yang diberikan petugas, 84% dari 50
pasien merasa puas dan 16% pasien merasa sangat puas. Ditinjau dari
ditetapkannya persyaratan pelayanan, 12% merasa persyaratannya sangat mudah,
84% merasa mudah, dan hanya 4% pasien saja yang menyatakan bahwa
persyaratan pelayanan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung mersa berbelit-belit.
Instalasi Sanitasi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) penting
peranannya dalam hal penanganan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit agar tidak membahayakan masyarakat di sekitar rumah sakit.
Instalasi Sanitasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh limbah rumah
sakit, keamanan dan keselamatan baik untuk pasien maupun anggota rumah sakit
lain seperti petugas kesehatan, karyawan, dan lain-lain.Instalasi Sanitasi bertugas
mengelola limbah padat maupun cair yang berasal dari seluruh kegiatan yang
dilakukan di rumah sakit. Selain itu, berdasarkan dengan ketentuan dalam
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
205