Anda di halaman 1dari 16

190

BAB V
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Iskak Tulunggagung dilaksanakan mulai dari 7 September 2015 sampai
dengan 27 Oktober 2015 dengan jumlah peserta PKP sebanyak 10 orang
mahasiswa. Dalam menjalani Praktek Kerja Profesi selama kurang lebih 2 bulan
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulunggagung, mahasiswa mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan dan mengasah
keterampilan meliputi Farmasi Klinik di ruangan, ketrampilan pelayanan di Unit
Pelayanan Farmasi (UPF) dan Manajemen Farmasi Rumah Sakit. Mahasiswa PKP
dapat mempelajari berbagai aspek dari manajerial dalam melakukan pengelolaan
perbekalan farmasi dan aspek klinis dalam melakukan asuhan kefarmasian. Selain
itu mahasiswa PKP mendapatkan pengetahuan mengenai akreditasi di Rumah
Sakit.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 012
Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit adalah
pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa
Rumah Sakit itu memenuhi standar pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan. Tujuan
dari akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien,
dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia
Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi. RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe B yang telah lulus dan mendapatkan
sertifikat paripurna. Rumah Sakit tipe B dicapai sejak tanggal 20 Juli 2015 sampai
dengan 20 Juli 2019 dan dinyatakan Rumah Sakit ini sudah memenuhi
persyaratan. Selain itu, RSUD Dr. Iskak Tulungagung saat ini sedang dalam
proses pengajuan Rumah Sakit Kependidikan yang akan dilaksanakan bulan
Desember, Rumah Sakit ini telah menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan

191

kedokteran berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya seperti


Perawat, Bidan, dan juga Apoteker. Sedangkan untuk sertifikat paripurna ini
didapatkan mulai tanggal 15 Juli 2015 dan berlaku sampai 15 Juli 2019 karena
telah memenuhi 15 bab dengan capaian diatas 80%.
Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, maka RSUD Dr. Iskak
Tulunggagung yang merupakan Rumah Sakit Tipe B, maka tenaga Kefarmasian
yang dimiliki minimal 13 Apoteker, sedangkan RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
telah memenuhi persyaratan dengan memiliki 20 apoteker, sehingga dapat
menunjang kegiatan kefarmasian di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung.
RSUD Dr. Iskak Tulunggagung sebagai rumah sakit yang sedang dalam
proses menuju rumah sakit pendidikan berusaha memberikan pendidikan terhadap
mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dengan mencerminkan tugas
dan fungsi apoteker di rumah sakit secara keseluruhan yaitu dengan dilakukannya
pemberian studi kasus dan pengalaman saat visite di ruangan serta mengikuti
proses pengelolaan perbekalan farmasi apoteker RSUD Dr. Iskak Tulunggagung.
Selain itu, mahasiswa PKP juga mendapatkan materi matrikulasi dari tim praktisi
farmasi di Rumah Sakit sebagai bekal bagi mahasiswa sebelum melakukan
praktek di Rumah Sakit. Pada studi kasus, mahasiswa dibimbing oleh seorang
apoteker ruangan yang selanjutnya memberikan contoh kasus yang terjadi di
ruangan, kemudian menganalisa dengan metode SOAP yang dilihat dari segi
patofisiologi, manajemen terapi, penemuan DRP, serta rencana monitoring yang
harus dilakukan dengan asuhan kefarmasian. Selain mendapatkan wawasan ilmu
farmasi klinik, mahasiswa PKP juga mendapatkan materi pengelolaan perbekalan
farmasi (manajerial) tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit, mahasiswa juga
mendapatkan materi terkait pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan
alat kesehatan (farmasi klinik). Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi
RSUD Dr. Iskak Tulunggagung terdiri dari pengelolaan perbekalan farmasi
(managerial) dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan (farmasi klinis). Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan,
perencanaan,

pengadaan,

produksi,

penerimaan,

penyimpanan,

serta

192

pendistribusian. Sedangkan pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat


dan alat kesehatan meliputi pelayanan farmasi di Unit Pelayanan Farmasi,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS),
Produksi, Ward Pharmacy, Manajemen Mutu, Pelayanan Farmasi TB dan TB
MDR, serta Pelayanan Farmasi pasien HIV.
Panitia Farmasi dan terapi merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan
Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. RSUD Dr. Iskak Tulunggagung komite
farmasi dan terapi terdiri dari dokter sebagai ketua dan apoteker sebagai sekretaris
dan beberapa anggota yang terdiri dari dokter, apoteker ataupun dari profesi
lainnya. Seperti yang telah diketahui bahwa Komite Farmasi dan Terapi ini
memiliki tugas mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah
Sakit, melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit, mengembangkan standar terapi, mengidentifikasi permasalahan
dalam penggunaan obat, melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan
obat yang rasional, mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak
dikehendaki,

mengkoordinir

penatalaksanaan

medication

error

dan

menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit


begitupun juga Komite Farmasi dan Terapi di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung.
Penyusunan Formularium ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Selain itu Panitia
Farmasi dan Terapi juga memiliki kewajiban dalam menyusun Panduan Diagnosis
dan Terapi (PDT) dan juga Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) sesuai
dengan pedoman penggunaan antibiotik secara empiris dan di RSUD Dr. Iskak
masih belum dilaksanakannya Program Pengendalian Resistensi Antimikroba,
peta kuman dan kultur urin seperti yang disebutkan di PerMenKes No. 8 tahun
2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dikarenakan
keterbatasan alat.
Pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai harus dilaksanakan secara efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali

193

biaya. Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44


tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi dengan sistem satu pintu, dimana pelayanan perbekalan
kefarmasian

hanya

dikelola

oleh

Instalasi

Farmasi RSUD

Dr. Iskak

Tulunggagung. Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam
pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar
operasional (SOP), satu pengawasan operasional dan satu sistem informasi.
Sistem Pelayanan Farmasi Satu Pintu ini dapat memudahkan monitoring dan
evaluasi dalam penggunaan obat, mengetahui pola penggunaan obat untuk feed
back, dan menjamin kualitas obat dengan menghindari obat palsu, obat
kadaluarsa, dan obat dengan mutu rendah sehingga dapat menunjang kualitas dari
barang yang diterima oleh pasien dan dapat mengurangi resistensi antimikroba.
Tujuan dari pelayanan farmasi satu pintu adalah untuk meningkatkan pelayanan
farmasi di Rumah Sakit sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan,
memuaskan harapan konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku, tersedia pada
harga yang kompetitif dan memberi manfaat bagi Rumah Sakit.
Pengelolaan perbekalan barang farmasi di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014. Proses
pengelolaan perbekalan barang farmasi dimulai dari proses pemilihan. Proses
pemilihan yang dilakukan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung berdasarkan pada
Daftar Obat Essensial (DOEN), Formularium RS, Formularium Nasional
(Fornas) dan penatalaksanaan terapi (Clinical pathway). Dasar proses perencanaan
di sesuaikan dengan formularium RSUD

Dr. Iskak Tulunggagung, Fornas,

kebutuhan masing-masing instalasi, data persediaan/ stok barang farmasi


digudang, data pemakaian dari SMF dan pola penyakit. Proses perencanaan di
RSUD Dr. Iskak Tulunggagung dilakukan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisiensi. Kegiatan perencanaan
farmasi berdasarkan waktunya

dilakukan perencanaan

perbekalan

tahunan

yang

194

dilaksanakan dalam bentuk perencanaan bulanan dan perencanaan mendesak


atau cito, sehingga kegiatan perencanaan dilakukan pada satu tahun sebelumnya.
Perencanaan di Rumah Sakit ini dilakukan dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan,
yaitu dengan menggunakan metode konsumsi/ kebutuhan periode sebelumnya.
Terdapat 2 (dua) cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan perbekalan
farmasi, yaitu berdasarkan data statistik kebutuhan dan penggunaan obat dari data
statistik berbagai kasus penderita dengan dasar formularium rumah sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut dan data kebutuhan obat yang disusun
berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi atau akutansi IFRS. Data
tersebut kemudian dituangkan dalam rencana operasional yang digunakan dalam
anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi.
Pengelolaan perbekalan farmasi selanjutnya adalah pengadaan. Rangkaian
proses pengadaan untuk mendapatkan perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan cara pembelian dan produksi perbekalan farmasi sendiri di
rumah sakit. Prinsip pengadaan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung adalah semua
barang yang akan dibeli harus lewat umum. Pengadaan perbekalan farmasi
dilakukan tiap 1 bulan sekali dengan tujuan untuk mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga layak, dengan mutu baik, pengiriman terjamin, tepat waktu
dan proses berjalan lancar. Kemudian Panitia pengadaan melihat usulan
kebutuhan perbekalan farmasi dengan mempertimbangkan anggaran yang tersedia
dimana anggaran belanja berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD). Titik kritis dalam melakukan pengadaan adalah ketepatan
barang sesuai kebutuhan dengan melihat anggaran dan leadtime. Proses pembelian
mempunyai beberapa langkah yang baku dan merupakan siklus yang berjalan
terus-menerus sesuai dengan kegiatan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung.
Sedangkan, proses produksi dilakukan oleh IFRS jika memenuhi kriteria: obat
lebih murah jika diproduksi sendiri, obat tidak tersedia di pasaran atau formula
khusus hanya terdapat di rumah sakit. Pada Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung
kegiatan dispensing sediaan steril sudah berjalan walau sediaan farmasi yang

195

didispensing masih sebatas pencampuran sediaan sitostatika. Kegiatan dispensing


sediaan steril di rumah sakit tidak dilakukan setiap hari, namun dilakukan jika ada
pasien kanker yang membutuhkan sediaan farmasi kemoterapi. Pada Rumah Sakit
Dr.Iskak Tulungagung yang bertanggung jawab pada dispensing sediaan steril
sudah dipegang oleh seorang apoteker dan dibantu oleh seorang asisten apoteker.
Penerimaan barang farmasi dilakukan oleh Panitia Penerimaan Barang
Medis RSUD Dr. Iskak Tulunggagung yang disertai dengan berita acara dari
Panitia Penerimaan Barang Medis. Penerimaan dilakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab dan terlatih serta mengerti sifat penting perbekalan farmasi.
Pada proses penerimaan barang farmasi yang dikirim oleh distributor selanjutnya
akan diperiksa dan diterima oleh Tim Pemeriksa dan Penerimaan Barang
Rumah Sakit bersama dengan petugas Gudang Farmasi. Tim pemeriksa dan
penerimaan barang Rumah Sakit akan mencocokkan spesifikasi barang yang
datang dengan Surat Pemesanan (SP) dan faktur. Hal-hal yang diperiksa
antara lain: nama, merk, jumlah, kemasan, kualitas barang, no.batch dan tanggal
kadaluarsa minimal 2 tahun, kecuali reagen bahan laboratorium minimal 6
bulan. Selanjutnya dibuat berita acara penerimaan barang dan dilakukan proses
pengentryan jumlah barang di inventory. Kemudian barang-barang tersebut yang
sudah memenuhi syarat, maka barang tersebut dapat diterima dan dilakukan
penyimpanan. Barang

farmasi

yang

telah

diterima di RSUD

Dr. Iskak

Tulunggagung disimpan di tempat yang berbeda yaitu gudang obat dan alkes,
gudang infus, gudang cairan hemodialisa dan gudang B3 dan gas medis.
Setelah dilakukan penerimaan, selanjutnya seluruh perbekalan farmasi
dilakukan penyimpanan. Penyimpanan di RSUD Dr. Iskak Tulungaggung
dilakukan dengan kombinasi metode FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First

Expirated

First Out) untuk

mencegah

barang kadaluarsa. Untuk

Gudang Dasar barang yang fast moving diletakkan dibagian belakang dan
barang slow moving diletakkan dibagian depan, tujuannya untuk mempermudah
pemantauan barang slow moving agar tidak terlewat tanggal kadaluarsa.
Perbekalan farmasi dikelompokkan pada tempatnya berdasarkan bentuk sediaan

196

dan jenisnya, dibedakan menurut suhunya, mudah tidaknya meledak/terbakar dan


tahan tidaknya terhadap cahaya, kemudian ditata secara alfabetis.
Kegiatan selanjutnya dalam pengelolaan sediaan farmasi adalah proses
distribusi. Pendistribusian obat di RSUD

Dr. Iskak Tulunggagung dilakukan

dengan cara masing-masing IRNA , laboratorium, radiologi dan OK membuat


surat permintaan (SP) ke gudang sesuai kebutuhan perhari. Selanjutnya pihak
distribusi akan menandatangani surat permintaan tersebut dan menyiapkan barang
farmasi sesuai dengan surat permintaan. Dalam penyiapan pihak unit distribusi
berkoordinasi dengan bagian gudang farmasi dasar maupun non dasar. Setelah
disiapkan dan dilakukan double cross check, petugas dari tiap IRNA akan
mengambil dan melakukan pengecekan kesesuaian antara surat permintaan
dengan barang yang disiapkan oleh gudang. Bila sesuai maka barang di entry
pada inventory masing-masing IRNA dan petugas akan membawa barang ke
IRNA dan dilakukan pengecekan kembali antara lembar permintaan dan
lembar pengiriman barang dengan melihat kesesuaian barang, jumlah barang,
tanggal kadaluarsa dan kesesuaian fisik. Kemudian dilakukan penyimpanan
barang di IRNA berdasarkan stabilitas, bentuk sediaan, farmakoterapi,
FIFO/FEFO, penyimpanan obat khusus seperti high alert, LASA, narkotika,
psikotropika, sitostatika dan diurutkan berdasarkan alfabetis.
Selanjutnya proses pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan distribusi.
Distribusi perbekalan farmasi di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung dibedakan
menjadi 5 unit yaitu Depo Farmasi 1 (Apotek 1) untuk pelayanan rawat jalan,
Depo Farmasi 2 (Apotek 2) untuk pelayanan rawat inap, Depo Farmasi Graha,
Depo ICU, dan Depo IGD. Depo Farmasi 1 (Apotek 1) khusus memberikan
pelayanan kefarmasian kepada rawat jalan dari seluruh poliklinik

baik pada

pasien yang terdaftar dalam program JKN yang saat ini adalah program BPJS
maupun pasien umum. Sedangkan sistem pendistribusian dari Unit Pelayanan
perbekalan Farmasi kepada pasien rawat inap di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
terdiri dari 3 macam yaitu floor stock, UDD (Unit Dose Dispensing) serta PODS
(Pemberian Obat Dosis Sehari). Sistem Pemberian Obat Dosis Sehari (PODS)
adalah sistem pendistribusian obat kepada pasien rawat inap sekali setiap hari

197

langsung untuk kebutuhan pengobatan dalam satu hari. Di RSUD Dr. Iskak
Tulunggagung, PODS untuk kebutuhan obat dalam satu hari dibagi menjadi tiga
waktu yang berbeda yaitu jam 07.00 (pagi), 13.00 (siang), dan 19.00 (malam).
Keuntungan dari sistem ini yaitu pelayanan menjadi lebih efisien karena tidak
dibutuhkan tenaga apoteker yang banyak. Satu orang apoteker sudah dapat
mencukupi kebutuhan pelayanan pendistribusian obat kepada pasien dengan
jumlah lebih besar daripada sistem UDD, hal ini juga dapat mencegah duplikasi
obat apabila pengobatan diserahkan langsung kepada keluarga pasien sendiri
(tanpa melalui seorang apoteker). Sistem pendistribusian perbekalan farmasi
dengan metode UDD (Unit Dose Dispensing) di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
baru berlaku di Depo Graha saja. Kegiatan pelayanan perbekalan farmasi di depodepo farmasi tersebut, di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung dilaksanakan oleh dua
orang tenaga Apoteker dan dibantu oleh beberapa tenaga teknis kefarmasian.
Namun, hal tersebut masih belum sesuai dengan peraturan PerMenKes RI nomor
56 Tahun 2014, yang menyebutkan bahwa diperlukan 4 tenaga apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8 tenaga teknis
kefarmasian.
Sedangkan kegiatan pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh seorang
Apoteker tanpa dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.

Hal tersebut juga

masih belum sesuai dengan peraturan PerMenKes RI nomor 56 Tahun 2014, yang
menyebutkan bahwa diperlukan 4 tenaga apoteker yang bertugas di rawat inap
yang dibantu oleh paling sedikit 8 tenaga teknis kefarmasian. Akantetapi, kegiatan
pelayanan farmasi klinik di rumah sakit ini sudah sesuai dengan aturan
PerMenKes No.58 Tahun 2014 tentang Standart Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, kegiatannya antara lain yaitu Pengkajian dan Pelayanan Resep, Penelusuran
Riwayat Penggunaan Obat, Rekonsiliasi Obat, Visite, Konseling, Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Pelayanan Informasi Obat (PIO), Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan
Obat (EPO), dan Dispensing sediaan steril. Hanya saja di RSUD

Dr. Iskak

Tulunggagung belum ada kegiatan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah


(PKOD).

198

Kegiatan yang dilakukan pertama kali sebagai apoteker penanggung jawab


ruangan pelayanan farmasi klinik adalah melakukan kegiatan penelusuran riwayat
penggunaan obat yang dilakukan di RSUD Dr. Iskak Tulungagung dapat diperoleh
dari wawancara pada saat dilakukan visite atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan obat pada pasien. Di RSUD Dr. Iskak Tulungagung visite pasien
seringkali dilakukan secara mandiri pada semua rawat inap. Visite bersama tenaga
kesehatan lain hanya dilakukan pada rawat inap tertentu seperti Irna Wijaya
Kusuma dan Irna Flamboyan. Setelah dilakukan visite, selanjutnya setiap
Apoteker akan melakukan analis DRPs dengan metode SOAP.
Sedangkan, mengenai proses rekonsiliasi obat di RSUD Dr. Iskak
Tulunggagung telah diterapkan dengan baik, yang mencerminkan peran apoteker
secara aktif dalam farmasi klinik.

Dimana peran apoteker telah berfungsi

sebagaimana mestinya seorang apoteker dalam membuat keputusan obat yang


akan diterima oleh pasien.
Setelah serangkaian proses penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsiliasi obat, dan visite apoteker penanggung jawab IRNA juga wajib
melakukan pengkajian dan pelayanan resep. Kegiatan yang dilakukan dalam
pelayanan resep adalah resep tertulis di KPO oleh dokter, selanjutnya apoteker
melakukan pengecekan dan mencocokan sisa obat yang berada di dalam masingmasing loker pasien, jika terdapat retur obat maka segera dilakukan pendataan
terhadap pasien yang bersangkutan. Kemudian apoteker melakukan telaah resep
atau dilakukan pengkajian resep. Setelah itu, baik resep maupun retur obat
diserahkan apoteker pada depo apotek 2. Resep atau KPO yang telah diserahkan
untuk mengambil obat yang diperlukan pasien. Setelah obat siap untuk diserahkan
ke ruangan oleh petugas depo apotek dan selanjutnya apoteker yang memasukkan
dalam masing-masing loker pasien.
Pelayanan farmasi klinik yang selanjutnya adalah melakukan konseling.
Proses konseling di RSUD Dr. Iskak Tulungagung diberikan baik pada pasien
rawat inap maupun pasien rawat jalan. Pada setiap ruang rawat inap dan apotek
rawat jalan, terdapat masingmasing satu orang apoteker farmasi klinik yang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan konseling kepada pasien. Pada
pasien rawat inap, pemberian informasi dilakukan baik kepada tenaga kesehatan

199

lain (perawat), maupun pemberian informasi diruangan per-bed kepada pasien dan
keluarga pasien. Informasi yang diberikan sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi sedangkan pada pasien
rawat jalan formulir konseling diisi setelah pasien menerima obat.
Di RSUD Dr. Iskak Tulungagung juga sudah dilakukan pemantauan terapi
obat hal tersebut dapat dilihat pada DFKP 3 Form Rencana Kerja Farmasi dan
Lembar Pemantauan, akan tetapi beban kerja apoteker pada rumah sakit ini cukup
besar dimana pada rawat inap, satu orang apoteker menangani 30 tempat tidur
(bed), sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat memantau semua
pasien yang menerima terapi obat. Untuk itu perlu ditetapkan prioritas pasien dan
obat-obatan tertentu. Penetapan prioritas ini dapat dilakukan dengan seleksi pasien
berdasarkan terapi obat yang didapatkan. Seleksi pasien berdasarkan terapi obat
dapat dilakukan dengan memprioritaskan pasien yang menerima obat dengan
resiko tinggi reaksi toksisitas. Misalnya, obat dengan indeks terapi sempit, zat
aktif resiko tinggi seperti antikoagulan, obat kardiovaskular (antiaritmia,
antihipertensi), antibiotika (nefrotoksik), antikonvulsan, dan antineoplastik.
Kegiatan PIO di RSUD dr Iskak sudah berjalan misalnya memberikan dan
menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. PIO di RSUD dr
Iskak secara aktif memberikan informasi menjawab pertanyaan dari pasien
maupun tenaga kesehatan melalui semua media komunikasi secara personal dan
tidak terkordinir sehingga tidak ada dokumentasi telah dilakukanya kegitan PIO
secara standard secara pasif kegitan PIO di RSUD dr Iskak juga sudah
dilaksanakan yaitu dengan cara memberikan informasi melalui media leflet dan
label obat. PIO di rumah sakit ini belum bisa menyediakan informasi bagi
Komite/Panitia Farmasi dan Terapi dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit
tetapi Farmasi di RSUD dr Iskak sudah menempatkan salah satu apoteker dalam
panitia tersebut sehingga informasi terkait obat masih ditangani oleh apoteker
dalam panitia tersebut sendiri. Selama PKPA di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung
mahasiswa juga berkesempatan untuk ikut serta dalam proses pembuatan PKRS.

200

Evaluasi Penggunaan Obat pada Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung


dapat dikatakan sudah berjalan sesuai dengan tujuan EPO pada PERMENKES 58
tahun 2014 yaitu mendapatkan gambaran keadaan dan membandingkan pola
penggunaan obat pada periode waktu tertentu serta memberikan masukan untuk
perbaikan penggunaan obat, hal tersebut dapat dilihat dengan alasan rumah sakit
membuat

formularium

terkait

obat-obat

yang

setelah

dievaluasi

cara

penggunaannya ternyata pada penggunaan obat tersebut dapat dikatakan tidak


rasional misal pada formularium Rumah Sakit dijelaskan bahwa bahwa
penggunaan obat antibiotik seperti Levofloksasin dan Ciprofloksasin tidak
disarankan penggunaan pada pasien dibawah 18 tahun karena di sebabkan akan
menganggu masa pertumbuhan pasien, hal hal seperti itu sudah dituliskann pada
formularium sebagai salah satu bukti bahwa rumah sakit telah menjalankan
Evaluasi Penggunaan Obat.
Berdasarkan kegiatan PKPA di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung kejadian
efek samping obat pada seorang pasien seringkali, tidak dengan mudah dikenali,
kecuali efek samping yang terjadi adalah bentuk yang berat dan terlihat. Apoteker
perlu mengenali bentuk-bentuk efek samping obat, faktor-faktor penyebab atau
yang mendorong terjadinya, upaya pencegahan dan penanganannya, dikarenakan
setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Apabila
ditemukan kecurigaan terjadinya efek samping terhadap suatu penggunaan obat
pada pasien, RSUD Dr. Iskak Tulunggagung sudah diterapkan pelaporan dengan
cara mengisi lembar lampiran Logaritme Naranjo dalam CTTP (Catatan
Terintregasi Terapi Pasien) dan dilakukan penulusuran untuk mengatasi efek
samping tersebut. Laporan ini tidak hanya dibuat oleh apoteker saja akan tetapi
dapat dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang menemukan reaksi efek
samping tersebut, baik dokter, apoteker maupun perawat, namun proses tindak
lanjutnya dilakukan oleh apoteker penganggung jawab pasien.
Apoteker penanggung jawab ruangan juga bertanggung jawab dalam
menyiapkan obat-obatan dalam troley emergency yang berisi obat-obatan, alat
kesehatan, dan sediaan infuse untuk pasien pada kondisi darurat. Tugas Apoteker
penanggung jawab ruangan terkait pengelolaan obat dalam troley emergency yaitu

201

mengawasi kesesuaian obat dan alat kesehatan dalam troley emergency dengan
Form Pemantauan Obat dan Alkes Emergency. Obat dalam troley emergency
dipilih berdasarkan obat yang memiliki onset yang cepat seperti epinephrine 1 ml,
atracurium hameln

25 mg/ 2,5 ml, lidocain 2%, dopamin giuilini 10 ml,

nonepinephrine bitartrate 4 mg/ml, dobutamin HCl 250 mg/5 ml, dextrose 40 % in


25 ml dan lainnya. Apabila obat dalam troley emergency digunakan maka perawat
harus mencatat sesuai dengan yang digunakan lalu dibuatkan resep dan kemudian
diserahkan ke apoteker penanggung jawab ruangan tersebut untuk dilakukan
penggantian. Pemeriksaan terhadap lemari emergency dilakukan setiap hari untuk
mencegah ketidaktersediaan obat ketika keadaan darurat.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu mutu
pelayanan adalah dimensi waktu pelayanan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan pada Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Evaluasi pencapaian indikator kinerja
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Iskak Tulunggagung harus selalu dilakukan,
mengingat keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) telah berlangsung selama 5 tahun. Salah satu parameter yang dapat diukur
adalah waktu tanggap pelayanan resep (response time). Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi waktu tanggap pelayanan resep (response time) pasien di
RSUD Dr. Iskak Tulunggagung terutama pasien rawat jalan. Adanya kegiatan
respon time untuk mengetahui waktu kinerja farmasis dalam memberikan
pelayanan resep kepada pasien. Diharapkan waktu pelayanan resep tidak melebihi
rentang waktu yang sudah ditetapkan yaitu 30 menit untuk obat non racikan dan
60 menit untuk obat racikan. Sehingga jika realisasi respon time tidak melebihi
batas waktu yang ditetapkan maka dapat dikatakan bahwa kinerja farmasis dalam
memberikan pelayanan resep ke pasien sudah cukup baik.
Respon time dilakukan di Depo Farmasi 1 (Apotek 1) untuk pelayanan rawat
jalan. Sampel berupa lembaran resep yang telah diberi penomoran secara random
dan dikumpulkan selama waktu pengamatan selama pada tanggal 8 Oktober 2015
pukul 08.00 sampai 14.00. Jumlah resep yang dikaji waktu pelayanan resep
sebanyak 229 resep. Resep yang dikaji diambil secara acak lalu dihitung

202

waktunya mulai dari proses billing, peracikan, pengemasan sampai penyerahan


dilakukan. Perhitungan waktu resep dibedakan antara resep kronis dan non kronis,
membedakan waktu pelayanan resep racikan dengan waktu pelayanan resep non
racikan, serta membedakan waktu pelayanan resep pada pasien BPJS dengan
waktu pelayanan resep pada pasien umum. Pelayanan resep dapat terganggu
karena resep sering menumpuk dan petugas kurang cekatan untuk segera melayani
resep yang sudah menumpuk pada kotak resep.
Waktu pelayanan resep obat jadi dan racikan memiliki rata-rata waktu
pelayanan yang berbeda, hal ini disebabkan untuk resep racikan memerlukan
waktu tambahan dalam hal penyiapan obat. Waktu rata-rata pelayanan resep obat
jadi pada resep BPJS adalah 36,45 menit, sedangkan waktu rata-rata pelayanan
resep obat racikan pada resep umum adalah 17,64 menit. Untuk pelayanan resep
obat jadi tercepat adalah 8 menit dan untuk pelayanan resep obat jadi terlama
adalah 2 jam 51menit, namun, pelayanan obat jadi terlama tersebut merupakan
resep dengan penyakit, dimana diperlukan telaah resep khusus dibandingkan
dengan resep non racikan lainnya karena banyaknya jumlah obat yang diperoleh
pasien (polifarmasi) . Waktu rata-rata pelayanan resep obat racikan pada resep
umum adalah 51 menit, sedangkan waktu rata-rata pelayanan resep obat racikan
pada resep BPJS adalah 89 menit . Untuk pelayanan resep racikan tercepat adalah
28 menit dan untuk pelayanan resep racikan terlama adalah 3 jam 1 menit.
Ditinjau dari jumlah resep yang diambil sebagai sample yang sesuai dengan
formularium adalah 100%. Hal tersebut, mencerminkan bahwa pelayanan apotek
di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung sesuai dengan ketentuan pemerintah yang
berlaku. Akan tetapi, dinilai berdasarkan ada tidaknya terjadinya kesalahan
pemberian obat ditemukan 11 resep dari total resep 229 resep (4,8%) terjadi
kesalahan,

yang

seharusnya

berdasarkan

Kepmenkes

RI

No.

129/menkes/SK/II/2008 tidak terjadi kesalahan pemberian obat (zero defect).


Terjadinya kesalahan mayoritas dikarenakan jumlah obat yang kurang
dibandingkan jumlah obat yang seharusnya diterima pasien. Untuk menghindari/
meminimalisir terjadinya kesalahan di apotek RSUD Dr. Iskak diterapkan
assembling conceps, dimana pelayanan resep

melibatkan petugas berbeda-beda

203

yang masing-masing bertanggung jawab pada setiap tahapan tersebut, sehingga


pemeriksaan ulang dapat dilakukan. Hal tersebut akan meminimalisasi kesalahan
yang mungkin terjadi.
Dari hasil respon time tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan resep di
RSUD Dr. Iskak Tulunggagung sudah cukup baik yang dapat dilihat dari respon
time dalam melayani resep relative sedikit yang melebihi dari rentang waktu yang
ditetapkan. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dari waktu tunggu pelayanan resep
menurut Kepmenkes RI No. 129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimum Rumah sakit yaitu waktu tunggu pelayanan obat jadi yaitu 30 menit
sedangkan racikan 60 menit. Terdapat beberapa hambatan dalam pelayanan
resep yang akan mempengaruhi waktu pelayanan antara lain:
1. Waktu tambahan yang disebabkan oleh hambatan komunikasi dengan pasien,
yang seringkali tidak setuju karena ada obat yang tidak masuk dalam daftar
obat yang ditanggung.
2. Keterbatasan petugas dalam melaksanan pelayanan kefarmasian yang
menyebabkan penumpukan pada masing-masing tahap penyiapan obat yang
berdampak pada penambahan waktu pelayanan.
Jika faktor ini dapat dihilangkan atau dikurangi maka akan dihasilkan
penyelesaian pekerjaan yang lebih baik, yang menyebabkan lama waktu
pelayanan resep menjadi lebih cepat. Selain itu belum dijalankannya prosedur
tertulis secara maksimal dan tidak adanya instruksi kerja yang lebih detail
mengenai setiap kegiatan dalam proses pelayanan resep serta SOP tidak
diletakkan di ruangan atau di tempat yang mudah terlihat dan dibaca oleh petugas.
Selain menggunakan penilaian respon time, untuk menjamin mutu
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, dilakukan pengendalian mutu pelayanan
kefarmasian melalui penyebaran kuesioner kepuasan pasien di RSUD Dr. Iskak
Tulunggagung sebagai monitoring dan evaluasi. Dimana pada evaluasi dapat
dilihat dari kegiatan kuesioner yang diberikan ke pasien atau keluarga pasien
untuk mengetahui tentang sejauh mana kepuasaan pasien terhadap kinerja
pelayanan farmasi di RSUD

Dr. Iskak Tulunggagung. Penyebaran kusioner

kepuasan pasien di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung dilakukan sejak 3 Oktober

204

2015 17 Oktober 2015 di ruang tunggu rawat jalan dan ruang tunggu instalasi
farmasi dengan jumlah responden 50 pasien rawat jalan. Pada proses penyebaran
kuisioner yang disebarkan terdapat keterbatasan dimana banyaknya jumlah pasien
dari poliklinik rawat jalan yang menolak untuk berpartisipasi dalam pengumpulan
data yang diperlukan dalam penilaian kuisioner. Responden yang menjadi sampel
penelitian ini lebih dominan berpendidikan rendah, oleh karena itu untuk
menghindari beberapa pernyataan yang kurang dipahami responden, mahasiswa
PKPA berusaha menginformasikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
mendampingi responden saat mengisi kuisioner untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pernyataan yang
tidak dimengerti oleh responden, untuk itu mahasiswa PKPA harus tetap
mendampingi responden pada saat pengisian kuisiner, sehingga mahasiswa juga
mengalami keterbatasan waktu. Berdasarkan analisis hasil kuisoner kepuasan
pasien di pelayanan rawat jalan diketahui bahwa 88% pasien menyatakan sikap
petugas ramah sedangkan 12% pasien menyatakan bahwa petugas sangat ramah.
Akan tetapi, berdasarkan penilaian kecepatan pelayanan 42% pasien merasa
pelayanan resep petugas kurang cepat, sedangkan 58% pasien merasa pelayanan
resep cepat. Mengenai kejelasan informasi yang diberikan petugas, 84% dari 50
pasien merasa puas dan 16% pasien merasa sangat puas. Ditinjau dari
ditetapkannya persyaratan pelayanan, 12% merasa persyaratannya sangat mudah,
84% merasa mudah, dan hanya 4% pasien saja yang menyatakan bahwa
persyaratan pelayanan di RSUD Dr. Iskak Tulunggagung mersa berbelit-belit.
Instalasi Sanitasi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) penting
peranannya dalam hal penanganan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit agar tidak membahayakan masyarakat di sekitar rumah sakit.
Instalasi Sanitasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh limbah rumah
sakit, keamanan dan keselamatan baik untuk pasien maupun anggota rumah sakit
lain seperti petugas kesehatan, karyawan, dan lain-lain.Instalasi Sanitasi bertugas
mengelola limbah padat maupun cair yang berasal dari seluruh kegiatan yang
dilakukan di rumah sakit. Selain itu, berdasarkan dengan ketentuan dalam
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan

205

lingkungan rumah sakit, RSUD Dr. Iskak Tulunggagung telah memenuhi


persyaratan mengenai sistem pengelolahan limbah yang baik serta, sistem higiene
dan sanitasi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai