Anda di halaman 1dari 15

Tugas Pendahuluan

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
ANALISIS OBAT TRADISIONAL

OLEH

Nama : Andi Nabirah Asriastuti

Nim : 821419066

Kelompok : III (Tiga)

Kelas : S1-D FARMASI 2019

Asisten : Dandi Brayen Setiawan Luwuk S.Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Maping 1
Judul Praktikum Analisis Obat Tradisional
Kelompok III (Tiga)
Anggota : 1. Mohamad Djulfikar Rivai (821419009)
2. Kartika Vany Liputo (821419047)
3. Andi Nabirah Asriastuti (821419066)
4. Taufiq Hidayatullah Balu (821419089)
5. Suci Safira Ramdhani Dude (821419097)
6. Putri Fauzia Datunsolang (821419100)
7. Nadina Rahma Melo Otolomo (821419108)
8. Miftahul Janna Mohi (821419116)
9. Ninda Aulia Latama Poetri (821419121)
10. Fadli Eka Putra (821419127)

Penulis, Judul Sitti Rahmatullah, Slamet, Ahsanal Fikri; Analisis Kualitatif


Jurnal, Volume Kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) Dalam Jamu Asam
dan Halaman Urat Yang Beredar Di Kabupaten Pekalongan; Hal. 566-575
Teori Jamu merupakan salah satu obat bahan alam Indonesia
dengan presentase konsumen sebanyak 59,12%. Cukup
tingginya presentase masyarakat yang menggunakan jamu
karena dinilai memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit
apabila aspek keamanannya terpenuhi.Semakin maraknya
penggunaan obat tradisional berdasarkan khasiat yang turun
temurun, semakin memperluas kesempatan terjadinya
pemalsuan simplisia, bahkan ada beberapa jamu yang
mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) yang telah jelas
dilarang penambahannya, baik sengaja maupun tidak disengaja
ke dalam obat tradisional, seperti yang tertera pada Peraturan
Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 BAB V Pasal
23 (Soraya dkk, 2013) ,(Siska, 2015).
Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat
tradisional yang mengandung bahan kimia obat yang
dikonsumsinya, tentunya sangat membahayakan dan ditambah
kurangnya pengetahuan produsen dalam penambahan bahan
kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara
penggunaannya. Sampai saat ini Badan POM selaku badan
yang memiliki otoritas didalam pengawasan obat dan makanan
di Indonesia, terus berupaya untuk memenuhi keinginan
masyarakat dengan meningkatkan perannya didalam
melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional yang
tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan agar masyarakat
terhindar dari penggunaan obat tradisional yang berisiko bagi
pemeliharaan kesehatan (Tetty, 2003).
Salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk
menganalisa jamu yang mengandung BKO yaitu menggunakan
teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT sangat
bermanfaat untuk analisis obat dan bahan lain dalam
laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana,
waktu cukup singkat (15-60 menit), dan jumlah zat yang di
periksa cukup kecil (kira-kira 0,01 g senyawa murni atau 0,1 g
simplisia) selain itu, KLT tidak memerlukan ruang yang besar
dan teknik pengerjaannya juga sederhana (Harmita, 2015).
Metode Adapun pengujian yang dilakukan pada penelitian ini
Penelitian meliputi : Uji organoleptis, pertama ambil sedikit bagian dari
sampel, letakkan pada objek glass, Amati bentuk, warna, bau,
dan rasa. Selanjutnyan uji mikroskopis, diambil sedikit bagian
dari sampel, letakkan pada objek glass dan tetesi kloralhidrat
bila perlu dengan pemanasan, Amati bagian dari penyusun
jamu dengan berpedoman pada MMI dan FHI. Pembuatan
pembanding allupurinol dan piroksikam. Sebanyak 20 mL n-
butanol ditambah 20 mL ammonium hidroksida, kocok ad
homogen, lapisan bawah dibuang, kocok ad homogeny. 50 mL
allupurinol ditambahkan 10 mL natrium hidroksida 0,1 N ad air
50 mL dan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis), totolkan
sampel yang telah dipekatkan pada lempeng silika gel,
Totolkan bahan kimia obat (baku pembanding/baku standar)
pada lempeng yang sama. Masukkan lempeng pada bejana
kromatografi yang telah berisi larutan pengembang (eluen).
Amati titik noda pada kromatografi lapis tipis, titik noda
diperiksa dibawah sinar UV gelombang pendek (254nm).
Hitung nilai Rf dan bandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf
baku standar Bahan Kimia Obat (BKO).
Hasil Penelitian - Uji Organoleptik : Uji organoleptis merupakan suatu uji
pengenalan awal untuk identifikasi suatu sampel dengan
menggunakan panca indra. Uji organoleptis dilakukan
untuk mengetahui morfologis suatu bahan. Dimana hasil
pengamatan menunjukan bahwa semua (sampel 1- sampel
6) sampel jamumemiliki bentuk serbuk, bau khas seperti
jamu, dengan warna kuning kehujauan dan kuning kunyit,
serta rasa yang pahit, manis, agak manis dan khelat.
- Uji Mikroskopis : Uji Mikroskopis dilakukan dengan
menggunakan alat mikroskop yang derajat perbesarannya
yang sesuai.Simplisia yang diuji dapat berupa syayatan
melintang, membujur atau berupa serbuk.Pada uji
mikroskopis sempel 1 dimana di dalamnya terdapat
komposisi dari beberapa simplisia diantaranya Momordicae
fructus,Orthosiphonis folium, Myristicae semen, dan
Murrayae folium.Hasil dari pemeriksaan mikroskopis
menunjukan penandaan pada Momordicae fructus (Buah
Pare) adanya fragmen pengenal sel epidermis, kolenkim,
misokarp, sel berisi resin, berkas pembuluh dan serabut
sklerenkim, Kristal kalsium oksalat, serta rambut kelenjar.
Kemudian pada Orthosiphonis folium (daun kumis
kucing)terdapat fragmen pengenal rambut penutup, mesofil,
pembuluh kayu, dan epidermis bawah.Kemudian pada
Myristicae semen (biji pala) terdapat fragmen pengenal
butir pati, perisperm primer terlihat tangensial, berkas
pembuluh, endosperm dengan butir pati, dan perisperm
sekunder dengan sel minyak.Kemudiian pada Murrayae
folium (daun kemuning) terdapat fragmen pengenal
diantaranya misofil dengan tulang daun, rambut penutup,
hablur kalsium oksalat, epidermis bawah dengan stomata,
epidermis atas, dan mesofil daun.

Keterkaitan Antar Kedua jurnal membahas mengenai analisis obat tradisional dari
Jurnal tanaman yang berbeda
Rangkaian Pada jurnal pertama menggunakan analisis obat tradisional
Rancangan Yang pada 6 jenis sampel yang beda, sedangkan pada jurnal kedua
Membedakan menggunakan analisis obat tradisional pada daun jambu biji.
Dengan Jurnal
Yang Lain
Maping 2
Judul Praktikum Analisis Obat Tradisional
Kelompok III (Tiga)
Anggota : 1. Mohamad Djulfikar Rivai (821419009)
2. Kartika Vany Liputo (821419047)
3. Andi Nabirah Asriastuti (821419066)
4. Taufiq Hidayatullah Balu (821419089)
5. Suci Safira Ramdhani Dude (821419097)
6. Putri Fauzia Datunsolang (821419100)
7. Nadina Rahma Melo Otolomo (821419108)
8. Miftahul Janna Mohi (821419116)
9. Ninda Aulia Latama Poetri (821419121)
10. Fadli Eka Putra (821419127)
Penulis, Judul I Wayan Sudira, I Made Merdana, Suci Nur Qurani :Analisis
Jurnal, Volume Phitochemical awal daun jambu biji (Psidium guajava L.)
dan Halaman sebagai antidiare di betis ; Vol. 13 ; Halaman 21-24.
Teori Buah jambu mengandung banyak nutrisi, vitamin dan
senyawa antioksidan. Telah dilaporkan bahwa ada 100 mg
asam ascorbic dalam 100 g buah jambu biji matang. Kedua
bahan aktif itu dilaporkan berperan dalam munostimulan .
Meskipun daun-daun itu dilaporkan mengandung flavonoid,
alkaloid, triterpenoid, tanin, dan minyak esensial. Flavonoid
khususnya quercetin, alkaloid dan tanin bertindak sebagai
antidiare . Est minyak sensia berpotensi sebagai antibakteri.
Penelitian lain menyingkapkan bahwa ekstrak daun guava dapat
meningkatkan jumlah olateletsdan mempercepat penyembuhan
luka terbuka pada tikus. Asam Ascorbic, flavonoid dan tanin
dilaporkan berpotensi meningkatkan trombosit dalam diri
pasien - pasien penderita demam berdarah .
Dalam penelitian ini, filtochemical screening dilakukan
untuk menentukan senyawa aktif daun guava yang diambil dari
Denpas barat, di sub-distrik, Bali. Ekstrak ini akan digunakan
untuk penelitian sebagai calon antidiareous di betis bali. Diare
anak lembu adalah penyakit yang umumnya dilaporkan dalam
laporan neonatal kepada hewan muda. Beberapa penyebab diare
pada anak sapi mencakup gangguan metabolisme, gizi yang
buruk mutunya, zat menular dan zat non-menular. Teknologi
untuk mengendalikan diarea peternakan telah mengalami
pengembangan seperti vaksin dan obat sintetik. Tapi
pengobatan untuk diare menggunakan potensi untuk
pengobatan herbal seperti daun jambu yang dikembangkan,
mengingat tanaman ini juga bertindak sebagai
anImmunomodulator dan famer dapat dengan mudah
dibudidayakan di sekitar kebun.
Metode Daun jambu biji yang segar dikemas-campur menjadi kering
Penelitian dan dihaluskan jadi bubuk. Beratnya 1500 gram, diproses
dengan metode maserasi dengan 96% etanol untuk seminggu
pada suhu kamar. Yang telah dimaserasi kemudian disaring
dengan kertas saring. Dipanaskan di tempratur 400C ekstrak
etanol. Analisis filoktokimia Prosedur skrining filoktokimia
dilakukan Menurut Harbome (1987), Pemeriksaan inclauded
dengan steroid phenolic, tanin, flavonoid, Alkaloid, dan
saponin. Daun jambu itu bercampur dengan asam asetat dan
asam sulfat Masing-masing dari 2 tetes.
Hasil Penelitian Uji Saponin : Ekstrak daun guava ditambahkan dengan 2-3
tetes air kusuling yang perlahan-lahan mengguncang tabung uji,
hasil positif dari kandungan saponin ditunjukkan oleh adanya
busa dalam tabung percobaan. Hasil tes skrining terhadap
ekstrak daun guava memperlihatkan bahwa daun guava berisi
metabolisme sekunder antara lain adalah steroid, pena oid,
flavonoid, alkaloid, tanin, fenol, dan saponin ditandai oleh
perubahan warna menjadi biru - hijau (steroid) dan warna
merah - ungu (pena oid oid) ini disebabkan oleh pena oid dan
senyawa steroid untuk menghasilkan warna - warna asam sulfat
pada pelarut asam asetat pemeriksaan phenol senyawa pada
ekstrak daun guava menunjukkan hasil yang positif.
Uji Flavonoid : menggunakan dua metode, yaitu Wilstater
reagent dan 10% reagent NaOH. Kedua metode tersebut
memperlihatkan hasil positif dari ekstrak daun guava yang
mengandung senyawa flavonoid Wilstater (replet) yang
dihasilkan dengan menambahkan Mg terkonsentrasi dan HCI
pada sampel tersebut. Penambahan terkonsentrasi HC
digunakan untuk hydrolyze flavonoid menjadi kerucut mereka
dengan hydrolyzing o-glikcosyl. Glikogen akan digantikan oleh
asam karena sifat elektrofilik.

Keterkaitan Antar Kedua jurnal membahas mengenai analisis obat tradisional dari
Jurnal tanaman yang berbeda
Rangkaian Pada jurnal kedua menggunakan analisis obat tradisional pada
Rancangan Yang daun jambu biji. Sedangkan pada jurnal pertama menggunakan
Membedakan analisis obat tradisional pada 6 jenis sampel yang beda.
Dengan Jurnal
Yang Lain
Soal
1. Pengertian obat tradisional (2lit)
2. Jenis-jenis obat tradisional beserta logo
3. Tuliskan masing-masing 5 produk dari jawaban nomor 2 beserta gambar
4. Anatomi sampel daun jambu biji sebagai obat
Jawaban
1. - Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, obat tradisional
merupakan produk yang terbuat dari bahan alam yang jenis dan sifat
kandungannya sangat beragam dan secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes, 2007).
- Menurut Undang-Undang RI No. 23 (1992) obat tradisional didefinisikan
sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
2. Jenis-jenis obat tradisional (Menurut BPOM RI, 2005)
- Jamu (Emphirical Based Herbal Medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya obat tradisional ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10
macam,bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris, jamu juga harus
memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu yang telah
digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
ratusan tahun telah membuktikan keamanan dan maanfaat secara langsung
untuk tujuan kesehatan tertentu.
- Obat Herbat Terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)

Merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau


penyarian bahan alam, baik tanaman obat, hewan, maupun mineral. Dalam
proses pembuatannya, dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan
lebih mahal dari pada jamu. Tenaga kerjanya pun harus didukung oleh
pengetahuan dan keterampilan membuat ekstrak. Obat herbal ini
umumnya ditunjang oleh pembukt ian ilmiah berupa penelitian praklinis.
Penelitian ini meliputi standardisasi kandungan senyawa berkhasiat
didalam bahan penyusun, standardisasi pembuatan ekstrak yang higienis,
serta uji toksisitas yang akut maupun kronis.
- Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat


modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti
ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Karena itu, dalam pembuatannya
diperlukan peralatan bertehnologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang
tidak sedikit. Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan
dan perawatan, diluar kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan
secara tradisional ini mencakup cara dan obat yang digunakan mengacu
pada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara
turun-temurun.
3. Produk tanaman obat
a. Jamu

b. Obat Herbal Terstandar


c. Fitofarmaka

4. Anatomi daun jambu biji


Daun jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan daun tunggal yang
berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal membulat dan tepinya
rata. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki panjang 6-14 cm dan
lebar 3-6 cm. Daun ini berwarna hijau kekuningan dan mempunyai
pertulangan yang menyirip (Ide, 2011).
Helai daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rata agak melekuk ke atas. Buahnya berbentuk bulat
sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah
tebal berwarna putih kekuningan. Biji buah banyak mengumpul ditengah,
kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecoklatan (Tanri, 2013).
 Taksonomi daun jambu biji,
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L
 Kandungan daun jambu biji
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun jambu biji
yang dapat membantu penyembuhan luka adalah alkaloid, saponin,
tanin dan flavonoid (Ndukwe et al, 2013).
- Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak
berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan
bercincin aromatik. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai
bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu
(Simbala, 2009). Salah satu kandungan daun jambu biji adalah
alkaloid yang dapat meningkatkan trombosit. Trombosit akan
mengeluarkan adenosine.
- Saponin merupakan salah satu kelas senyawa glikosida, steroid,
triterpenoid struktur dan spesifisitas yang memiliki solusi koloid
bentuk dalam air dan berbusa seperti sabun. Kandungan saponin
dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang
berperan dalam proses penyemuhan luka (Damhoeri, 2011).
- Senyawa tanin secara garis besar mekanisme yang diperkirakan
adalah toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri dan
pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam
yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Tanin
diduga dapat mengerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Tanin bersifat
antiseptik pada permukaan luka, bekerja sebagai bakteriostatik
yang biasanya digunakan untuk melawan infeksi pada luka, kulit,
dan mukosa. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan
biologis. Tanin memiliki efek menangkal radikal bebas,
meningkatkan oksigenasi, meningkatkan kontraksi luka,
meningkatkan pembentukan pembuluh darah, dan jumlah
fibroblas (Li dkk,2011). Senyawa tanin secara garis besar
mekanisme yang diperkirakan adalah toksisitas tanin dapat
merusak membran sel bakteri dan pembentukan suatu kompleks
ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya
toksisitas tanin itu sendiri. Tanin diduga dapat mengerutkan
dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terpengaruh permeabilitas, sel
tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya
terhenti atau bahkan mati (Ajizah, 2010).

Daftar Pustaka

BPOM RI. 2005. Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta : Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 02-04.

Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehatan RI.

Rahmatullah, S. Slamet. Fikri A,. 2018. Analisis Kuantitatif Kandungan Bahan


Kimia Obat (BKO) Dalam Jamu Asam Urat Yang Beredar Di
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Urecol. 599-575.

Sudira, W., dkk. 2019. Preliminary Phitochemical Analysis of Guava Leaves as


Antidiarrheal in Calvas. Advances in Tropical Biodiversity and
Environmental Sciences journal 3(2): 21-24

Undang-Undang Nomor 23 tahun. 1992. Tentang Kesehatan. Penerbit Ariloka,


Surabaya

Anda mungkin juga menyukai