Anda di halaman 1dari 5

Pemanfaatan dan pengembangan tanaman obat menjadi investasi besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Hal ini karena obat herbal merupakan warisan budaya bangsa yang menjadi ciri khas pengobatan tradisional
Indonesia. Seiring dengan kampanye diseluruh dunia yang menyerukan back to nature, pengembangan obat dari
bahan alam terus digalakkan. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia berkembang pesat akhir-akhir ini.
Perkembangan tersebut didukung oleh kesadaran masyarakat untuk beralih dari obat kimia modern ke obat
tradisional. Pengobatan tradisional memiliki keunggulan yaitu memiliki efek samping yang kecil dan relatif aman bagi
tubuh daripada obat kimia modern.

Secara kuantitatif dapat dijelaskan bahwa kadar komposisi masing-masing penyusun suatu produk obat tradisional
harus sesuai dengan yang tertera pada kemasan produk obat tradisional tersebut. Secara kualitatif dijelaskan bahwa
komposisi bahan dalam suatu produk obat tradisional harus sesuai dengan yang tertera pada kemasan. Suatu
simplisia dapat dikatakan bermutu apabila sudah memenuhi persyaratan yang tertera dalam monografi simplisia.
Persyaratan mutu suatu simplisia berlaku pada semua simplisia yang digunakan sebagai bahan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan (Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui kualitas mutu dari suatu simplisia maka perlu
dilakukan proses karakterisasi. Karakterisasi merupakan suatu proses awalan yang dilakukan untuk mengetahui mutu
dari suatu simplisia. Suatu obat tradisional tidak diperbolehkan mengandung kontaminan, baik penambahan
simplisia yang berbeda maupun bahan pengotor lain (Sutrisno, 1986). Penambahan simplisia yang berbeda dengan
yang tertera di dalam kemasan suatu produk jamu, baik secara sengaja maupun tidak disengaja, dinamakan
pemalsuan.

Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk pengembangan obat tradisional. Simplisia
merupakan bahan alami yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi, 2006). Identifikasi
simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman
itu sendiri dan dapat digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan atau simplisia (Dwiatmika dan Maria, 1999).
Analisis makroskopik dan mikroskopik merupakan salah satu cara pemeriksaan kebenaran simplisia (Sutrisno, 1986).

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi simplisia tanaman Sangketan berdasarkan gambaran
makroskopis dan mikroskopis simplisia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memastikan kebenaran
simplisia yang digunakan dan sebagai pedoman identifikasi dalam standarisasi simplisia tanaman Sangketan

pengamatan makroskopik untuk mendeskripsikan organ tanaman Sangketan yang dapat dilihat langsung dengan
mata.

Tumbuhan dapat berkembangbiak secara vegetatif (aseksual/tidak kawin) maupun generative (seksual/kawin). Alat
perkembangbiakan generatif adalah bunga. Dalam sekuntum bunga terdapat organ reproduktif yang disebut benang
sari dan putik. Benang sari merupakan organ kelamin jantan, sedangkan putik merupakan organ kelamin betina.
Bunga Sangketan berupa bunga majemuk gambar 3), merupakan kumpulan beberapa bunga tunggal dalam satu
tangkai bunga. Bentuk bulir, bunga majemuk sederhana tak terbatas (rasemosa) tandan dengan bunga-bunga
individual tak bertangkai (duduk). Letak di ujung batang, bunga dalam satu batang berjumlah banyak terletak di
ujung batang atau cabang-cabangnya, (flos terminalis). (Tjitrosoepomo, 1985).

Sedangkan serbuk bunga Sangketan menunjukkan adanya fragmen pengenal gynoecium (gambar 6), biasanya
terletak di tengah bunga terdiri dari tiga yaitu ovarium yang menghasilkan ovula, gaya yang menghubungkan ovarium
dan stigma dan stigma yang menerima serbuk sari. Hasil pengamatan juga memperlihatkan kristal kalsium oksalat
bentuk roset atau bintang. (Hasmukh, dkk., 2014).

ANALISIS MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK HERBA SANGKETAN (Achyranthes aspera) MACROSCOPIC AND
MICROSCOPIC ANALYSIS OF SANGKETAN HERBS (Achyranthes aspera) 1) Zaenal Fanani*, 1) Ria Etikasari, 1) Tiyas Putri
Nugraheni
Simplisia sering digunakan

sebagai bahan penelitian dalam dunia

farmasi, pada umumnya simplisia

terdiri dari beberapa macam, salah

satunya simplisia daun (Utami, dkk.,

2013). Suatu simplisia dapat

dikatakan bermutu apabila sudah

memenuhi persyaratan yang tertera

dalam monografi simplisia.

Persyaratan mutu suatu simplisia

berlaku pada semua simplisia yang

digunakan sebagai bahan pengobatan

dan pemeliharaan kesehatan (Depkes

RI, 2008). Untuk mengetahui

kualitas mutu dari suatu simplisia

maka perlu dilakukan proses

karakterisasi.

Karakterisasi merupakan suatu

proses awalan yang dilakukan untuk

mengetahui mutu dari suatu

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 49-58

Fitri Handayani, dkk | 51

simplisia. Simplisia yang digunakan

sebagai bahan baku dan bahan

produk langsung harus memenuhi

persyaratan. Syarat parameter

standar suatu simplisia berdasarkan

(identifikasi) kemurnian yaitu, harus

bebas dari kontaminasi kimia dan

biologis yang dapat mengganggu

mutu simplisia (DepKes RI, 2000).

Proses karakterisasi simplisia

meliputi dua parameter yaitu

parameter spesifik dan parameter


non spesifik. Parameter spesifik yaitu

uji makroskopik, uji mikroskopik,

penetapan kadar sari larut etanol,

penetapan kadar sari larut air.

Parameter non spesifik yaitu

penetapan kadar air, penetapan kadar

abu dan penetapan kadar abu tidak

larut asam (DepKes RI, 2000).

Skrining fitokimia bertujuan untuk

menguraikan aspek kimia suatu

tanaman (Sitrait, 2007).

Uji makroskopik dengan cara

mengamati bentuk, bau, rasa serta

warna. Uji makroskopik ini akan

dilakukan pada serbuk simplia daun

selutui puka.

Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan

dengan cara meletakan serbuk di atas

objec glass kemudian ditetesi

kloralhidrat dan selanjutnya ditutup

dengan cover glass lalu difiksasi di

atas lampu spiritus, setelah difiksasi

diamati dengan menggunakan

mikroskop dan dilihat apakah ada

butiran amilum isi sel dan melihat

fragmen pengenal pada tumbuhan.

Pemeriksaan mikroskopik

bertujuan untuk mengetahui fragmen

pengenal pada daun. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan bahwa

serbuk simplisia daun selutui puka

memiliki fragmen pengenal seperti


rambut penutup, berkas pembuluh

bentuk tangga dan epidermis bawah

dengan stomata tipe bidiastik

Pemeriksaan makroskopik dan

organoleptis bertujuan untuk

mengetahui kebenaran suatu

simplisia dan untuk mendekripsikan

bentuk, bau, rasa dan warna.

Penetapan kadar sari larut

etanol dan kadar sari larut air

bertujuan untuk memberikan

gambaran awal jumlah senyawa yang

dapat tersari dengan pelarut etanol

dan air dari suatu simplisia (DepKes

RI, 2000).

Skrining fitokimia dilakukan

untuk mendapatkan gambaran

golongan senyawa metabolit

sekunder suatu simplisia. Hasil

Karakteristik non spesifik

serbuk simplisia daun selutui puka

dapat dilihat pada hasil penetapan

kadar air, kadar abu dan kadar abu

tidak larut asam. Hasil penetapan

kadar air, kadar abu dan kadar abu

tidak larut asam dapat dilihat pada

tabel 5.

Penetapan kadar air bertujuan

untuk mengetahui kandungan air

yang terdapat dalam simplisia

Penetapan kadar abu dan kadar


abu tidak larut asam dilakukan untuk

menentukan baik tidaknya

pengolahan suatu simplisia serta

memberikan gambaran kandungan

mineral yang terdapat pada simplisia

baik kandungan internal maupun

eksternal (DepKes RI, 2000).

Besarnya kadar abu dan kadar abu

tidak larut asam yang diperoleh

menandakan adanya pengotor yang

terdapat pada simplisia yang berasal

dari tanah silikat simplisia, debu dan

pasir KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA DAUN

SELUTUI PUKA (Tabernaemontana macracarpa Jack)

Fitri Handayani*, Anita Apriliana, Hellen Natalia

Anda mungkin juga menyukai