Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama : Ahmad Hidayat


NIM : K11021R217
Periode/Bagian : 1/Gudang

Gudang Farmasi
RSUD dr. Tjitrowardojo Kelas B Kabupaten Purworejo mempunyai gudang farmasi yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan sediaan farmasi. Petugas gudang farmasi terdiri dari
1 apoteker dan 3 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Penyimpanan sediaan farmasi dengan
kemasan kecil diletakkan pada rak, sediaan farmasi yang disimpan di lemari Narkotika,
Psikotropika dan sediaan yang tersimpan di lemari pendingin suhu ruangannya dikontrol 2-
8C
A. Seleksi / pemilihan
Seleksi dilaksanakan oleh Tim Farmasi & Terapi (TFT). Pemilihan perbekalan
farmasi atau hasil seleksi berupa Formularium Rumah Sakit disusun mengacu pada
Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit.

B. Perencanaan
Perencanaan gudang farmasi dengan menggunakan metode kombinasi konsumsi dan
epidimiologi serta mempertimbangkan safety stock. Perencanaan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan skala prioritas, sisa persediaan
Perencanaan menggunakan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Fornas maupun RKO non
Fornas dilakukan setiap 1 tahun sekali. RKO dilakukan untuk tahun berikutnya dengan
meihat data pemakaian sebelumnya.

C. Pengadaan
Pengadaan di gudang farmasi dilakukan melalui pembelian dan obat hibah/dropping.
Pembelian sediaan farmasi dilakukan oleh pejabat pengadaan. Pengadaan obat dan alkes
E-Katalog diutamakan secara e-purchasing dan diutamakan juga golongan obat OOT,
Narkotika dan Psikotropika dengan mengisi SP e-purchasing. Apabila waktu pemesanan
dan pengiriman obat dan alkes lambat dan persediaan tidak mencukupi untuk pelayanan
maka dilakukan pemesanan secara manual atau offline atau non e-purchasing dengan
melihat harga yang termurah dari berbagai distributor resmi. Sediaan farmasi yang tidak
masuk non e-katalog dilakukan dengan pembelian non e-purchasing. Obat yang masuk
dalam fornas dan belum tersedia pada e-katalog dilakukan dengan pembelian langsung
ke distributor. Distributor ini harus memenuhi syarat dengan memiliki bukti dokumen
bahwa distributor yang ditunjuk resmi, membuat MOU yang berisikan perjanjian antara
pihak pembeli (rumah sakit) dengan distributor mengenai hak dan kewajiban antara dua
belah pihak. Pengadaan yang dilakukan maksimal 20a0 juta dan boleh dapat juga
minimal 200 jut
Pengadaan sediaan farmasi non e-katalog dilakukan secara manual/offline dengan
pengadaan langsung ke distributor yang legal dengan SP regular. Pemesanan sediaan
farmasi dilakukan dengan metode kombinasi konsumtif dan epidimiologi setiap 1-3
bulan sekali. Obat Hibah merupakan obat yang diberikan oleh pemerintah atau pihak lain
kepada rumah sakit dan rumah sakit tidak diperkenankan untuk memungut biaya kepada
pasien. Pengadaan obat hibah/dropping dari DINKES kabupaten purworejo dengan
menuliskan surat pesanan kepada DINKES kabupaten. Obat program yang dapat
diberikan salah satunya obat TBC, malaria, HIV, Covid

D. Penerimaan
Penerimaan pada gudang farmasi saat barang dating dilakukan pengecekan barang
dengan menyesuaikan surat pesanan (SP) dan faktur, kemudian dilakukan cek kesesuain
mulai dari nama obat, no batch, tanggal kadaluarsa, tujuan, jumlah obat. Tanggal
kadaluarsa obat minimal 2 tahun tetapi pada instalasi farmasi RSUD dr. Tjitrowardojo
menerima obat dengan tanggal kadaluarsa kurang dari 2 tahun dengan persyaratan
adanya surat jaminan retur produk ED pendek oleh PBF atau distributor apabila stik obat
masih ada tetapi sudah masuk tanggal kadaluarsa maka obat dapat dikembalikan ke
distributor atau PBF.
Apabila ada obat-obatan dengan suhu dingin maka dapat di cek suhu pengiriman dan
suhu pada saat penerimaan dapat dilihat di faktur, jika suhu nya <2 oC atau >8oC maka
berhak untuk menolak. Penerimaan barang dapat dilakukan oleh apoteker atau TTK yang
telah di delegasikan oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan untuk obat-obatan
narkotika dan psikotropika harus diterima oleh Kepala Instalasi Farmasi atau apoteker.
Setelah dilakukan pengecekan dan faktur di tandatangani dan diberi stemple Instalasi
Farmasi RS untuk faktur asli diberikan kepada distributor dan faktur Salinan disimpan
untuk dimasukkan ke dalam SIMRS.

E. Penyimpanan
Penyimpanan di gudang farmasi disusun sesuai dengan bentuk sediaan obat dan dan
disusun secara alfabetis dan terdapat rak untuk obat oral dengan nama paten dan generik
disusun secar alfabetis juga dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out)
dan FIFO (First In First Out) hal ini berarti obat-obat dengan kadaluarsa yang paling
dekat yang dikeluarkan. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP ini untuk
sediaan dengan penamaan atau penampilan yang mirip (Look Alike Sound Alike)
diberikan stiker khusus dan diberi jarak minimal satu obat yang berbeda untuk mencegah
terjadinya salah mengambil obat. Sedangkan obat-obat dengan High Alert disusun rak
tersendiri dan diberi stiker High Alert.
Gudang penyimpanan obat di RSUD Tjitrowardojo ini terbagi menjadi beberapa
tempat yaitu gudang utama, gudang farmasi depo-2, gudang alat kesehatan, gudang
infus. Berdasarkan suhu penyimpanan sediaan obat-obatan rantai dingin seperti vaksin,
insulin, injeksi yang disimpan dalam kulkas, disimpan dengan suhu 2-8⁰C. Obat-obatan
narkotik disimpan pada lemari terpisah yang memiliki 2 buah kunci yang berbeda
dipegang oleh apoteker dan ttk yang telah diberi kewenangan oleh kepala instalasi
farmasi dan dilengkapi dengan kartu stok untuk mencegah terjadinya selisih stok barang
masuk dan keluar dan dapat melihat expired date, serta jumlah obat yang tersedia. Obat-
obatan psikotropika disimpan di dalam lemari yang terbuat dari kayu dan memiliki kunci
yang terpisah dari narkotika maupun obat-obatan lainnya.
F. Distribusi
Pendistribusian ini dilakukan untuk Depo farmasi-1, Depo Farmasi-2, dan Depo
Farmasi-3, rawat inap, poliklinik, Instalasi Bedah Sentral, Ruang Laboratorium, Tempat
Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI), CSSD, ICU , instalasi kesehatan lingkungan dan
lain-lain dengan prinsip FIFO (First In First Out) & FEFO (First Exipired First Out).
Pendistribusian sediaan ini dilakukan dengan tiap-tiap instalasi dan depo farmasi
memberikan Bukti Permintaan Barang kemudian bagian gudang farmasi akan mengecek
ketersediaan obatnya, lalu menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan tiap depo farmasi atau
instalasi lain, kemudian gudang akan menginput obat-obat yang dibutuhkan dalam
SIMRS untuk mendata terkait stok obat dan dicetak untuk bukti mutasi barang keluar 1
lembar untuk arsip gudang dan 1 lembar untuk instalasi terkait.

G. Pemusnahan/penarikan
Pemusnahan atau penarikan pada gudang farmasi belum di jalankan atau belum di
lakukan. Untuk obat yang Expired Date dilaporkan ke Direktur Rumah Sakit dan
selanjutnya dilaporkan ke Bupati untuk persetujuan pemusnahan

H. Pengendalian
Pengendalian di gudang farmasi RSUD Tjitrowardojo ini dengan melakukan stok
opname dan menggunakan metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out) dimana obat dengan kadaluwarsa terdekat dikeluarkan terlebih dahulu
daripada obat-obatan dengan masa kadaluwarsa yang lebih lama. Pengendalian FEFO
sangat efektif untuk mengendalikan sediaan farmasi dikarenakan dapat meminimalkan
obat kadaluarsa.

I. Administrasi
Administrasi di gudang farmasi RSUD Tjitrowardojo dengan melakukan pencatatan
dan pelaporan seperti laporan resep bulanan, pelaporan obat narkotika psikotropika, stok
opname. Selain itu terdapat surat untuk Bukti Barang Keluar dari Gudang untuk mutasi
barang-barang yang keluar dari gudang ke tempat permintaan. Faktur dari distributor
akan diberikan dan diarsipkan ke bagian administrasi untuk diberikan ke keuangan untuk
dilakukan pembayaran tagihan ke distributor atau PBF. Setiap penyimpanan perbekalan
farmasi harus di sertai dengan pencatatan pada SIMRS atau kartu stok. Setiap bulan
dilakukan stock opname terhadap penyimpanan perbekalan farmasi. Laporan persedian
perbekalan farmasi dibuat tiap semester dan tiap tahun.

Anda mungkin juga menyukai