Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PENGELOLAAN OBAT DI FASILITAS KESEHATAN (APOTEK)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK U1-D

ANGGOTA :
VIA QURROTA A’YUN (051811133004)

DWI WIJAYANTI (051811133028)

WINDY WIDYANINGRUM (051811133032)

DERESTYA AYIKE K. (051811133044)

REBECCA FERIDA O. (051811133096)

NEVA SAFITRI SALSABILA (051811133144)

PUTRI AJENG PITALOKA (051811133152)

ELSA ANANDA SETYA B. (051811133216)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRESKRIPSI 2019/2020
A. PENGADAAN DAN PENYIMPANAN OBAT

I. PENGADAAN OBAT

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014, pengadaan merupakan


kegiatan yang dimaksud untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian, maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Proses pengadaan di
apotek diawali dengan perencanaan sediaan farmasi di apotek. Perencanaan sediaan farmasi
adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi untuk menetapkan jenis dan jumlah obat,
bahan obat, jamu atau kosmetik yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dalam membuat perencanaan


pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2002) berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi adalah sebagai berikut.

1. TAHAP PEMILIHAN
Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian adalah untuk menentukan apakah sediaan
farmasi tersebut benar−benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta pola
penyakit. Pengadaan obat yang baik diperoleh dengan diawali dasar−dasar seleksi
kebutuhan obat diantaranya sebagai berikut.
 Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.Obat
memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti ilmiah.
 Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal.
 Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun
bioavaibilitasnya.
 Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan biaya yang baik.
Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak diketahui dan
farmakokinetiknya yang paling menguntungkan.

 Mudah diperoleh dengan harga terjangkau.


 Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal.

Pada tahap seleksi sediaan farmasi harus pula dipertimbangkan dampak administratif,
biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan, kemudahan dalam
penyimpanan, kemudahan untuk didistribusikan, dosis yang sesuai dengan kebutuhan
terapi, sediaan farmasi yang dipilih sesuai dengan standar terjamin. Guna menghindari
risiko yang dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan
perhatian juga efek samping dari sediaan farmasi yang dipilih.

2. TAHAP PERHITUNGAN KEBUTUHAN


Menentukan kebutuhan merupakan tantangan berat
yang harus dihadapi oleh Apoteker. Masalah
kekosongan atau kelebihan sediaan farmasi, terutama
obat dapat terjadi apabila informasi semata−mata
hanya berdasarkan informasi yang teoritis terkait
kebutuhan pelayanan kesehatan. Dengan koordinasi
dan proses perencanaan untuk pengadaan sediaan
farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di
atas, maka diharapkan sediaan farmasi yang
direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat
Gambar A.1 : Buku defecta
waktu.
Di Apotek perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat
kesehatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan
dipesan. Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu jika barang habis atau persediaan
menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Buku
defecta ini digunakan untuk mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk
memenuhi kebutuhan ketersediaan barang atau obat. Fungsi buku ini untuk mengecek
barang dan stok barang, menghindari kelupaan pemesanan kembali barang.
Setelah dilakukan perencanaan, dilakukan pengadaan dan pemesanan obat. Tahapan
pemesanan obat maupun alat kesehatan yaitu,.
1) Pemesanan obat maupun alat kesehatan menggunakan Surat Pesanan. Ada
beberapa macam surat pesanan obat, antara lain:
 Surat Pesanan Reguler (untuk obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras)
Surat pesanan reguler terdiri golongan obat bebas, bebas terbatas dan keras
dibuat dua rangkap satu untuk pemesan dan satu untuk PBF. Dalam satu
lembar SP dapat diisi dengan beberapa jenis (item) obat.
 Surat Pesanan Narkotika
Surat Pemesanan (SP) pembelian narkotika dibuat 4 rangkap, 1 lembar
merupakan arsip untuk administrasi pemesan dan 3 lembar dikirim ke PBF
Kimia Farma, selanjutnya PBF Kimia Farma menyalurkan kepada kepala
Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten, BPOM dan penanggung jawab
narkotika di Depot Kimia Farma Pusat. Satu lembar surat pesanan untuk
memesan satu jenis narkotika.
 Surat Pesanan Psikotropika
Surat pesanan psikotropika, format telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan,
dibuat rangkap 2, satu lembar (asli) untuk PBF dan lembar lainnya (tembusan)
untuk arsip pemesan. Dalam satu SP dapat memuat lebih dari satu item obat
 Surat Pesanan Prekursor
Surat pesanan prekursor hampir sama dengan surat pesanan psikotropika yaitu
format telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, dibuat rangkap 2, satu lembar
(asli) untuk PBF dan lembar lainnya (tembusan) untuk arsip pemesan. Dalam
satu SP dapat memuat lebih dari satu item obat.

Gambar A.2 : Surat pesanan Prekursor Gambar A.3 : Surat pesanan Narotika
2) Penerimaan dan pengecekan barang datang
Penerimaan sediaan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung
jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam
tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari
perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan harus ada tenaga farmasi.
a. Penerimaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras
 Obat yang datang dari PBF diterima bersama dengan fakturnya.
 Dilakukan pengecekan antara pesanan obat yang dipesan dengan obat
yang datang.
 Pengecekan yang dilakukan berupa ED, jumlah, jenis dan kondisi fisik
obat yang datang.
 Surat pesanan ditandatangi dan di cap stempel apotek
b. Penerimaan obat prekursor, psikotropika dan narkotika
 Penerimaan obat prekursor, psikotropika dan narkotika dari pedagang
besar farmasi harus diterima oleh apoteker pengelola apotek atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA
 Obat yang datang dari pedagang besar farmasi diterima bersama dengan
fakturnya.
 Dilakukan pengecekan antara pesanan obat yang dipesan dengan obat
yang datang.
 Pengecekan yang dilakukan berupa ED, jumlah, jenis dan kondisi fisik
obat yang datang.
 Surat pesanan ditandatangi dan di cap stempel apotek

Gambar A.4 : Faktur


3) Pencatatan
Daftar pesanan sediaan farmasi yang tertera pada faktur disalin dalam buku
penerimaan barang, ditulis nomor urut dan tanggal, nama supplier, nama sediaan
farmasi, nomor batch, tanggal kadaluarsa (ED), jumlah, harga satuan, potongan
harga dan jumlah harga. Pencatatan dilakukan setiap hari saat penerimaan barang,
sehingga diketahui berapa jumlah barang
disetiap pembelian.
Dari catatan ini yang harus diwaspadai
adalah jangan sampai jumlah pembelian tiap
bulannya melebihi anggaran yang telah
ditetapkan, kecuali bila ada kemungkinan
kenaikan harga (spekulasi dalam memborong
sediaan farmasi, terutama obat yang fast
moving). Faktur kemudian diserahkan ke
bagian administrasi untuk kemudian diperiksa
kembali, lalu disimpan dalam map untuk
menunggu waktu jatuh tempo Gambar A.5 : Buku Penerimaan Barang

II. PENYIMPANAN OBAT


Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
1) Suhu penyimpanan:
 Dingin (2-8°C). Sediaan yang biasa
disimpan dalam suhu ini adalah sediaan
steril, seperti injeksi. Pengecekan suhu
dilakukan secara berkala untuk menjaga
kualitas sediaan. Dalam apotek Airlangga,
digunakan lemari pendingin yang
dilengkapi pencatatan suhu. Contoh sediaan
farmasi berupa obat yang harus tersimpan
di suhu ruangan ini, yaitu, Lacto-B,
Novorapid 100 U/mL, Lantus SoloStar
Gambar A.6 : Lemari Pendingin
100IU/mL, dll. Sedangkan contoh sediaan farmasi berupa bahan obat
adalah sirup thyme.
 Sejuk (15-25°C)
 Suhu ruang (26-30°C). Kebanyakan sediaan farmasi disimpan dalam suhu
ini.
2) Sediaan farmasi harus terlindung dari cahaya matahari langsung dan disimpan
dalam tempat kering yang merupakan tempat dengan kelembaban relatif rata-rata
tidak lebih dari 40% pada suhu ruang terkendali atau sebanding dengan tekanan
penguapan air pada suhu lain.

a. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan. Dalam peraturan perundang-undangan, tempat penyimpanan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari
khusus. Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Terbuat dari bahan yang kuat;
 Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
 Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah;
 Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan
 Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Pada Apotek Universitas Airlangga, lemari khususnya berupa lemari biasa
yang selalu dikunci. Dan kunci lemari tersebut hanya boleh dipegang
apoteker.
b. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
c. Di Apotek Universitas Airlangga, penyimpanan obat dilakukan disusun urut
berdasarkan golongan obat  kelas terapi  bentuk sediaan  abjad.
1) Golongan obat
 Di luar ruangan peracikan, yaitu obat golongan bebas, bebas terbatas,
jamu, kosmetik, masker, dll.
 Di dalam ruangan peracikan, yaitu obat golongan keras, narkotika, dan
psikotropika
2) Kelas Terapi
Obat dengan kelas terapi yang sama, dikelompokkan dalam satu tempat. Salah
satu keuntungan dari pengelompokan berdasarkan kelas terapi adalah untuk
meminimalkan kesalahan pengambilan obat dengan nama yang mirip tetapi
mempunyai kandungan yang berbeda.
3) Bentuk sediaan
Berupa padat, cair, dan setengah padat. Yang termasuk bentuk sediaan cair,
yaitu sirup, suspensi, koloid; bentuk sediaan semipadat: salep, lotion, gel, pasta;
dan bentuk sediaan padat: serbuk, kapsul, tablet.
4) Abjad.
Memudahkan mencari obat yang diperlukan.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai


yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan. Selain itu, Apotek Univeritas Airlangga
memberikan stiker LASA berwarna kuning bulat dengan pinggiran berwaran merah
untuk obat-obat LASA. Lalu obat yang perlu diwaspadai selain LASA adalah high
alert-medication. High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Apotek
Univeritas Airlangga memberikan stiker High Alert berwarna merah berbentuk
segidelapan dengan bertuliskan “High Alert, Double Check” untuk obat-obat
kelompok Obat high-alert diantaranya :

1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat
=50% atau lebih pekat).
3) Obat-Obat sitostatika
Gambar A.7-A.11 : Penyimpanan Obat

III. KARTU STOK


Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pengelolaan
Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian bahwa penyimpanan Obat dan Bahan Obat harus dilengkapi dengan kartu
stok, dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Kartu stok digunakan untuk
mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa). Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Peraturan dalam pencatatan dengan kartu stok antara lain tiap lembar kartu stok hanya
diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
dana dan tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan. Pencatatan
dilakukan secara rutin setiap terjadi mutasi obat dan dilakukan dengan tertib dan akurat.
Informasi dalam kartu stok sekurang-kurangnya memuat:

1. a) Nama Obat/Bahan Obat, bentuk sediaan, dan kekuatan Obat;


2. b) Jumlahpersediaan;
3. c) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
4. d) Jumlahyangditerima;
5. e) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan;
6. f) Jumlah yang diserahkan/digunakan;
7. g) Nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau penyerahan/penggunaan;
8. h) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk

Pencatatan yang digunakan dalam sebuah apotek juga dapat dilakukan secara elektronik.
Sesuai peraturan perundang-undangan yang ada, apabila pencatatan dilakukan secara
elektronik, maka:

1. a) Harus tervalidasi, mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat diperlukan;
2. b) Harus mampu tertelusur informasi mutasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
terakhir;
3. c) Harus tersedia sistem pencatatan lain yang dapat dilihat setiap dibutuhkan. Hal ini
dilakukan bila pencatatan secara elektronik tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
4. d) Harus dapat disalin/copy dan/atau diberikan cetak/print out

(a) (b) (c) (d)


Gambar A.12-A.15 : Kartu stock
(a) Narkotika/psikotropik (b) Reguler (c)antibiotika (d) Prekursor
B. JENIS PELAYANAN

A. Pelayanan dengan Resep

 Pasien datang ke apotek


 Pasien menyerahkan resep kepada apoteker
 Apoteker memeriksa ketersediaan sediaan farmasi
 Bila ketersediaan lengkap, dilanjutkan pengkajian resep. Kegiatan pengkajian Resep
ini untuk sediaan farmasi obat, yang meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a) Kajian administratif meliputi:
 nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
 nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
dan
 tanggal penulisan Resep.
b) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
 bentuk dan kekuatan sediaan;
 stabilitas; dan
 kompatibilitas (ketercampuran obat).
c) Pertimbangan klinis meliputi:
 ketepatan indikasi dan dosis obat;
 aturan, cara dan lama penggunaan obat;
 duplikasi dan/atau polifarmasi;
 reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain);
 kontra indikasi; dan
 interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis resep.
 Untuk alat kesehatan dan sediaan farmasi lainnya, hanya sampai kajian administratif
dan cara penggunaan sediaan faramsi tersebut
 Penyiapan sediaan farmasi
 Penyerahan sediaan farmasi hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
 Memberikan informasi terkait sediaan farmasi yang diberikan
 Melakukan dokumentasi
 Menyimpan Resep pada tempatnya dan pencatatan
 Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.

Tanpa Resep

 Pasien datang ke apotek


 Membeli langsung sediaan farmasi
Ada beberapa pasien yang datang ke apotek langsung membeli obat atau ada
yang menunjukan contoh bungkusan obat yang pernah dia pakai. Untuk kasus yang
pertama apoteker dapat melayani selama golongan obat yang diminta pasien termasuk
golongan yang dapat di beli tanpa resep dokter dan memberikan penjelasan yang lebih
intens tentang obat tersebut kepada pasien. Sedangkan untuk kasus ke dua obat bisa
langsung diserahkan (selama obat tersebut tidak masuk golongan obat narkotika).
 Memberitahukan keluhan (konsultasi)
Setelah pasien menceritakan keluhannya, maka apoteker harus membantu mencari
sediaan obat dengan dosis, efek dan harga yang sesuai dengan kondisi pasien. Atau
alat kesehatan yang diminta
 Penyerahan sediaan farmasi hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
 Memberikan informasi terkait sediaan farmasi yang diberikan
 Melakukan dokumentasi
 Pencatatan
C. ALUR PELAYANAN OBAT

A. ASSESSMENT

Apoteker wajib melakukan Assessment terhadap pasien. Bagi pasien


swamedikasi, apoteker dapat menanyakan apa keluhan pasien, apa obat yang ingin
dibeli pasien, dan untuk siapakah obat tersebut dibeli sehingga apoteker dapat
memastikan jika pasien akan mendapatkan penanganan yang tepat. Bagi pasien
dengan resep dapat dilakukan pengkajian resep yang meliputi Kajian Administratif,
Kajian Farmasetik, dan Kajian Klinis.

Kajian Administratif dilakukan sebagai berikut :

 Skrining Resep digunakan untuk mengecek tanggal penulisan resep, nama


pasien, usia, jenis kelamin dan berat badan, nama dokter, nomor Surat Izin
Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf dokter.
 Jika hal diatas dirasa janggal, dapat menghubungi dokter yang tertera.

Kajian Farmasetik dilakukan sebagai berikut :


 Memastikan bahan aktif obat, bentuk sediaan, keadaan obat, rute pemakaian
obat, stabilitas dan kompatibilitas obat yang akan diberikan kepada pasien.
 Jika hal diatas tidak terpenuhi, Apoteker dapat menawarkan alternatif lain
yang telah disetujui dokter dan pasien.

Kajian Klinis dilakukan sebagai berikut :


 Memastikan jika dosis dan indikasi dari obat tersebut sesuai dengan keluhan
pasien dan pasien tidak mengalami alergi terhadap obat yang akan diberikan.
 Memberikan inforasi mengenai obat yang akan diberikan dan mengingatkan
agar pasien patuh terhadap jalannya terapi obat.

B. COMPOUNDING dan DISPENSING


Alat compounding atau penyiapan obat serta dispensing atau penyerahan obat
yang ada di Apotek Universitas Airlangga antara lain, Mortir dan Stamper,
Timbangan, Sudip, Kertas Perkamen, Etiket, Label, Plastik klip, dan Salinan Resep.
Dalam penyiapan dan penyerahan obat dapat dilakukan sebagai berikut.

Gambar C.1 : Alat Timbangan

Jika obat jadi :

1. Mengecek ketersediaan obat.


2. Mengecek kelayakan obat, dilihat dari tanggal kadaluwarsa dan kemasan obat.
3. Mengambil obat sesuai kebutuhan pasien.
4. Menulis pada Kartu Stok.
5. Beri etiket (biru untuk obat luar dan putih untuk obat oral).
6. Buat salinan resep bila perlu.

Jika obat racikan :

1. Mengecek ketersediaan bahan obat.


2. Mengecek kelayakan bahan obat.
3. Mengambil bahan obat sesuai resep.
4. Meracik obat sesuai dengan panduan.
5. Masukkan kedalam kemasan obat.
6. Beri etiket (biru untuk obat luar dan putih untuk obat oral).
7. Buat salinan resep bila perlu.

Untuk penyerahan obat kepada pasien, Nama Pasien akan disebutkan dan
pasien diperkenankan menuju meja Counselling.
C. COUNSELLING

Apoteker diharapkan memberikan konseling terhadap pasien sehingga dapat


menambah pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatan yang sedang dialami
pasien dan bagaimana obat yang akan diberikan kepada pasien dapat membantu
tercapainya keberhasilan terapi obat. Diperlukan berbagai pendekatan agar pasien
mengerti dan paham terhadap penjelasan apoteker. Konseling digunakan agar pasien
tau bagaimana cara mengnsumsi dan menggunakan obat dengan tepat. Apoteker harus
memastikan bahwa pasien paham mengenai penjelasannya.

D. MONITORING

Apoteker diharapkan dapat mengawasi pasiennya. Salah satu caranya adalah


dengan melakukan Home Pharmacy Care.
Pelayanan ini diadakan dengan persetujuan
antara pasien dengan Apoteker yang
bertanggung jawab. Tujuan dari pelayanan ini
antara lain, Apoteker dapat terjun langsung
dalam melihat bagaimana kepatuhan pasien
dalam terapi obat, Apoteker dapat
membimbing serta mendampingi pasien,
Apoteker dapat mengetahui bagaimana efek
samping obat yang diberikan terhadap pasien.
Biasanya pelayanan ini dibutuhkan oleh
orang-orang lansia, ibu hamil dan menyusui
serta pasien pengidap penyakit kronis. Gambar C.2 : Lembar Persetujuan Home
Pharmacy Care

E. DOCUMENTATION

Pendokumentasian harus dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan


kefarmasian. Pendokumentasian digunakan untuk evaluasi kegiatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan dalam apotek. Resep obat yang masuk kedalam Apotek
Universitas Airlangga akan disimpan dan didata, resep resep tersebut disimpan
sehingga jka pasien kembali lagi ke Apotek dapat dilakukan indikasi yang tepat.
Resep akan disimpan kurang lebih 5 bulan sebelum dimusnahkan.
D. SARANA DAN PRASARANA APOTEK

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahunn 2017 Bab
II Bagian Keempat sarana prasarana dan peralatan. Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:

a. Penerimaan resep
b. Pelayanan Resep dan Peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
f. Arsip

Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:

a. Instalasi air bersih


b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaram
(1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai
dengan kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada
pasien.

Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasiaan di


Apotek meliputi :

1. Tempat Parkir
Untuk menempatkan kendaraan pengunjung Apotek
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu terdapat di dekat pintu masuk apotek. Ruangan ini dilengkapi dengan
beberapa baris bangku sebagai tempat duduk untuk menunggu, dilengkapi juga
dengan Air Conditioner (AC) dengan tujuan
memberikan kenyamanan bagi pengunjuk
apotek.

3. Swalayan farmasi
Swalayan farmasi terletak didepan ruang tunggu
dan disebelah ruang penerimaan resep sehingga
sangat mudah dilihat dan dijangkau oleh
pengunjung apotek. Swalayan farmasi terdiri
dari rak-rak untuk meletakkan obat bebas,
kosmetik , makanan, perlengkapan bayi, madu,
obat herbal, minuman. Penataan di swalayan
farmasi disusun berdasarkan efek farmakologi, sediaan, dan alfabetik, hal ini
bertujuan untuk mempermudah konsumen dalam mencari barang yang dibutuhkan.
Ada sedikit kendala yaitu pengunjung apotek tidak dapat melihat secara langsung
harga barang yang tersedia di swalayan farmasi dikarenakan tidak semua barang yang
ada di swalayan farmasi diberi label harga.

4. Area pelayanan
Di area pelayanan ini terdapat rak untuk obat non OTC seperti obat keras dan juga
obat bebas terbatas.
Area pelayanan terdiri dari :
a. Area penerimaan resep
Area penerimaan resep terletak disebelah
swalayan farmasi . Area penerimaan resep
dibatasi oleh meja panjang berbentuk L,
memiliki 2 komputer untuk mempercepat
proses administratif
b. Area penyerahan obat
Area ini berupa konter penyerahan obat
yang digabungkan dengan area
penerimaan resep

5. Area konseling
Area konseling sekurang kuragnya memiliki satu set meja dan kursi.Area ini
digunakan sebagai tempat konsultasi antar apoteker dengan pasien terkait obat yang
diresepkan dengan harapan agar tidak terjadi kesalahan informasi mengenai obat
tersebut.

6. Ruang pelayanan resep dan peracikan


Ruang ini terletak dibagian belakang dekat dengan tempat penyimpanan obat-obat
khusus. Diruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, pencampuran dan
pengemasan obat-obat resep dokter. Berikut beberapa fasilitas dan bahan peracikan :
a. Timbangan gram
timbangan gram digunakan untuk menimbang sediaan dengan bobot gram.
b. Timbangan milligram
Timbangan miligram ini hanya digunakan untuk menimbang bahan obat
dalam bobot miligram
c. Pinset
pinset ini berfungsi untuk mengambil bahan atau cawan penguap, dan untuk
mengambil anak timbangan.
d. Mortir dan stemper
Mortir dan stemper berfungsi untuk menghaluskan suatu bahan atau zat yang
masih bersifat padat atau kristal. Mortir adalah bagian wadah, sedangkan
stemper adalah bagian batang yang kita pegang.
e. Sudip
Sudip berfungsi untuk membersihkan dan memudahkan mengambil sisa-sisa
obat yang masih tersisa di dalam mortir, dan untuk memasukkan sediaan ke
wadah.
f. Kertas perkamen
Kertas perkamen digunakan sebagai alas bahan padat yang akan ditimbang
dan untuk membungkus obat serbuk/puyer yang telah diracik.
g. Plastik klip
Plastik klip digunakan untuk kantong
obat/pembungkus/pembagi jenis obat yang akan diberikan
ke pasien
h. Label tambahan
Label tambahan adalah petunjuk tambahan dalam obat
yang berisi peringatan untuk diperhatikan para pasien
sebelum mengkonsumsinya
i. Etiket
Etiket adalah penandaan yang biasanya ditempel di depan obat atau alat
kesehatan yang berguna untuk memberikan informasi penggunaan kepada para
pemakai obat atau alat kesehatan tersebut.

j. Resep
Resep merupakan surat permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker, dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
7. Ruang penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembapan,
dan vertilisasi, untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang
penyimpanan dilengkapi dengan rak/lemari obat, Air Conditioner (AC), lemari
pendingin, lemari khusus narkotika dan psikotropika , dan lemari penyimpanan obat
khusus. Adapun penggolongan tempat penyimpanan obat, meliputi :
a. Berdasarkan kegunaan
b. Berdasarkan golongan
c. Berdasarkan bentuk sediaan
d. Berdasarkan stabilitas (suhu)
LAYOUT APOTEK FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

: Tempat parkir

: Pintu masuk

: Ruang tunggu

: Swalayan farmasi

: Area Pelayanan

: Area konseling

: Ruang pelayanan resep dan peracikan

: : Ruang penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan


E. JENIS DOKUMENTASI

1. Resep

Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016, Resep adalah Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku. Resep merupakan bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker.
Bagi apoteker, resep merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam peyerahan obat yang
diresepkan oleh dokter kepada pasien. Resep bagi pasien merupakan bukti bahwa obat
tersebut berhak diterima sesuai dengan yang dibutuhkan sesuai dengan resep dokter. Oleh
karena itu resep merupakan salah satu dokumen penting dan harus disimpan dengan rapi di
Apotek. Dalam resep harus memuat

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan

2. Tanggal penulisan resep

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi
obat

4. Jumlah obat dan aturan pemakaian obat

5. Tanda tangan dokter

6. Data pasien yaitu nama, berat badan, jenis kelamin, dan tempat tinggal.
2. Patient Medication Record (PMR)

Catatan Pengobatan Pasien/ Patient Medication


Record (PMR) merupakan salah satu dokumen dari
pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di
Apotek. Berdasarkan Permenkes No. 73 tahun 2016,
PMR merupakan bagian dalam salah satu bentuk
pelayanan kefarmasian. PMR ini dilakukan terhadap
pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi dan
diabetes. PMR ini bersifat rahasia dan merupakan salah
satu dokumen apoteker.

3. Surat Pesanan

Surat pesanan merupakan salah satu dokumen legal dalam pengadaan obat dan bahan
obat dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada apoteker sebagai persyaratan. Surat pesanan
terdiri dari tiga jenis yaitu :

1. Surat Pesanan Narkotika

Setiap surat pesanan narkotika hanya dapat memuat satu jenis obat narkotika saja dan
penyaluran narkotika hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab. Surat pesanan narkotika dibuat sekurang-kurangnya sebanyak 3 (tiga)
rangkap. Pada umumnya surat pesanan narkotika memiliki 4 (empat) rangkap surat.

2. Surat pesanan Psikotropika

Surat pesanan psikotropika hanya dapat memuat beberapa jenis obat yang
mengandung psikotropika. Surat pesanan psikotropika dibuatsekurang-kurangnya sebanyak 3
(tiga) rangkap. Surat pesanan ini juga harus ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab.

3. Surat Pesanan Prekursor

Surat pesanan prekursor memiliki rangkap 2 yang digunakan sebagai dokumen apotek
dan juga sebagai dokumen PBF

4. Surat pesanan Obat-obat Tertentu (OOT)

Surat pesanan OOT merupakan surat pesanan selain narkotika, psikotropika, dan precursor
5. Kartu stok apotek

Kartu stok memiliki banyak fungsi bagi kelancaran operasional apotek. Kartu ini secara
umum digunakan untuk mengetahui jumlah obat yang dimiliki oleh apotek.

 Catatan mutasi obat

Fungsi utama kartu stok apotek adalah pencatatan mutasi obat mulai dari penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak, dan kedaluwarsa. Catatan mutasi satu jenis obat yang berasal dari
satu sumber dana yang sama, harus dicantumkan dalam satu kartu stok.

 Penyusunan laporan

Data yang terdapat pada kartu stok juga akan digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan dan distribusi obat, serta pembanding keadaan fisik obat dalam
tempat penyimpanannya. Pembuatan kartu stok apotek ini harus dilakukan setiap hari karena
mutasi obat juga terjadi setiap hari ketika ada pembelian maupun penjualan.

Mengapa demikian? Sudah pasti karena kartu stok berfungsi untuk mengetahui jumlah dan
jenis obat yang masih dimiliki oleh apotek. Jadi, setiap ada pembelian dalam jumlah yang
sedikit pun harus dilakukan pencatatan dan perhitungan pada stok yang dimiliki.

 Mengetehui pergerakan obat

Tak hanya ketika melakukan penjualan,penambahan jumlah obat juga harus dimasukkan pada
kartu stok apotek.Kartu ini di akhir bulan akan menjadi data untuk mengetahui penjualan dan
pembelian yang dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui mana obat yang
pergerakannya cepat dan lambat.
6. Faktur

Jika barang-barang pesanan apotek dinyatakan diterima, maka petugas akan


memberikan nomor urut pada faktur pengiriman barang, membubuhkan cap apotek dan
menandatangani faktur asli sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli selanjutnya
dikembalikan, sebagai bukti pembelian dan satu lembar lainnya disimpan sebagai arsip
apotek. Barang tersebut kemudian disimpan pada wadahnya masing-masing. Salinan faktur
dikumpulkan setiap hari lalu dicatat sebagai data arsip faktur dan barang yang diterima
dicatatat sebagai data stok barang dalam komputer. Jika barang yang diterima tidak sesuai
pesanan atau terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian atau membuat nota
pengembalian barang (retur) dan mengembalikan barang tersebut ke distrbitor yang
bersangkutan untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai. Barang-barang yang tidak
sesuai dengan faktur harus dikembalikan, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
praktek penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh pihak tertentu.

Hal hal yang terdapat dalam faktur adalah Nomor faktur, tanggal faktur, termin
pembayaran, syarat pengangkutan, nama barang, kuantitas, harga satuan, harga total, total
pajak, potongan, diskon, denda keterlambatan, pihak pihak yg bertanda tangan.
Daftar pustaka

Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014, Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Jakarta, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang


Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang
Wajib Dilaksanakan Daerah.

Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai