MODUL I
GASTROINTESTINAL DISORDERS
( KASUS 2 : STRESS ULCER )
Disusun Oleh:
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI
FAKULTAS FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
● PNEUMONIA (HAP)
Pneumonia adalah suatu peradangan akut parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Peradangan paru yang disebabkan
oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan
dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia
yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua
infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit (PDPI, 2003).
● STRESS ULCER
Stress Ulcer atau SRMD adalah penyakit yang terjadi akibat adanya stress
fisiologis seperti trauma, operasi, kegagalan organ dan sepsis. Biasanya asimtomatik,
tanpa perforasi, dan biasanya berdarah dari kapiler mukosa superfisial (Koda
Kimble, 2013).
○ PNEUMONIA (HAP)
Patogen penyebab pneumonia nosokomial berbeda dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman
bukan multi drug resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae,
Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan kuman MDR
misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Acinetobacter spp dan Gram positif seperti Methicillin Resistance
Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia nosokomial yang disebabkan
jamur, kuman anaerob dan virus jarang terjadi (PDPI, 2003).
○ STRESS ULCER
Stress ulcer dapat diakibatkan karena adanya gangguan seperti gagal
nafas, sepsis, hipotensi, coagulopathy, Hepatic failure, dan acute renal failure
(Koda Kimble, 2013).
○ PNEUMONIA (HAP)
Pasien yang mempunyai faktor predisposisi terjadi aspirasi
mempunyai risiko mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah
bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke dalam saluran napas bagian
bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal membersihkan
inokulum dapat menimbulkan proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi
pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan faktor risiko dari
luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi bakteri patogen di saluran napas
bagian atas atau pencernaan makanan. Patogen penyebab pneumonia
nosokomial ialah bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus yang
merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi di saluran napas bagian
atas karena bakteri-bakteri tersebut merupakan titik awal yang penting untuk
terjadi pneumoniA (PDIP. 2003).
○ STRESS ULCER
Banyak faktor telah diidentifikasi dalam patogenesis SRMD dan
perdarahan yang dihasilkan, termasuk asam lambung dan sekresi pepsin.
Asam lambung kemungkinan merupakan faktor utama yang terkait dengan
perkembangan SRMD. Sekresi pepsin dikaitkan dengan lisis bekuan darah
karena aksi proteolitik pada fibrin (Koda Kimble, 2013).
A. PAPARAN KASUS
Bp. Wiro berusia 58 tahun, 110 kg dirawat di ICU medis karena pankreatitis nekrotik
berat. Terapi yg diberikan:
1. Imipenem / cilastatin 1g IV, tiap 8 jam
2. Meperidin 50 mg IM, tiap 6 jam.
Hari ke-3, Bp. Wiro mengalami sesak nafas. Dia membutuhkan intubasi dan ditempatkan di
ventilator. Foto rontgen dada menunjukkan infiltrasi lobus kiri bawah yang menunjukkan
pneumonia (HAP). Pemberian antibiotik ditingkatkan dengan penambahan:
3. Ciprofloxacin 400 mg IV, tiap 12 jam
4. Linezolid 600 mg IV, tiap 12 jam.
Pemeriksaan Fisik
● Tekanan Darah (TD) = 70/40 mmHg
● Detak Jantung (RR) = 115 kali/ menit
● Suhu (T) = 39°C
Tugas :
Berdasarkan informasi yang tersedia, buat care plan (rencana perawatan) untuk pasien
mencakup: 1. Identifikasi adanya Drug Related Problems 2. Rencana terapi untuk pasien 3.
Rencana konseling 4. Rencana monitoring efektivitas dan efek samping obat
I. IDENTITAS PASIEN
Alergi :-
III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 15-09-2021 Keterangan
TD 70/40 mmHg Hipotensi
Suhu 39°C Demam
RR 115 kali/ menit Normal
3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 15-09-2021
Sesak nafas ✓
b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
15-09-21 KET.
ALT (SGPT) < 23 (P) 305 U/L ↑ naik
U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P) 292 U/L ↑ naik
U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69 - -
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38 - -
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0 - -
c. Elektrolit
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
15-09-21 KET.
Kreatinin 60 – 150 (P) - -
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 - -
Klorid mmol/L 94 – 111 - -
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 - -
BUN mg/dL 8 - 25 24 mg/dL Normal
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4 - -
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P) - -
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3 - -
d. Analisa Gas Darah (AGD)
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
15-09-21 KET.
Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99 - -
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100 - -
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45 - -
pH - 7,35-7,45 - -
CO2 mEq/L 22-32 - -
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17 - -
d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
15-09-21 KET.
Kolesterol Total mg/dL 150 – 200 - -
HDL 45 – 65 (P) - -
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130 - -
Trigliserid mg/dL 120 – 190 - -
e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
15-09-21 KET.
Gula Darah Sewaktu (GDS) mg/dL <200 - -
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 70 – 100 - -
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200 - -
Amilase U/L 30 – 130 508 U/L ↑ naik
Lipase U/L 10-140 624 U/L ↑ naik
SrCr mg/dL 0,6 - 1,2 1,3 mg/dL ↑ naik
OBAT SEKARANG
No Nama Obat Mekanisme (cantumkan pustaka yang diacu) Gambar Produk
1 Imipenem / cilastatin Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau
lebih protein pengikat penisilin (PBPs); yang pada gilirannya
menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di
dinding sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis dinding sel
(DIH, 17 th , 2009)
2 Paracetamol
Mekanisme Aksi Menghambat sintesis prostaglandin dalam sistem
saraf pusat dan secara perifer memblokir pembentukan impuls nyeri;
menghasilkan antipyresis dari penghambatan pusat pengatur panas
hipotalamus (DIH, 17 th , 2009)
4 Ringer Laktat CaCl2 (Memoderasi kinerja saraf dan otot melalui tindakan potensial
ambang batas eksitasi),
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subjektif: Tidak Imipenem/cilastat Tidak tepat Menurunkan dosis Tanda klinis : Tidak Tanda klinis:
ada dosis Imipenem/Cilastatin menjadi 500 mg
in 1 g IV, tiap 8 ada ● Takikardi
IV tiap 8 jam.
Objektif: jam ● Seizure
● Leukosit Lab : ● Rash
38.000/mm3 ● Nilai normal ● Mual muntah
● Hematokrit leukosit : ● diare
40% 5.000-10.000/mm ● oliguria
● Amilase 508 3 ● anuria
unit / L
● Lipase 624 unit ● Nilai hematoktit ● phlebitis
/L normal : 45-55% ● Thrombophlebi
● ALT 305 U/L ● Nilai normal tis
● AST 292 U/L amilase : 30 - 130
U/L Lab : Tidak ada
● Nilai normal
lipase : 10 - 140
U/L
● Nilai normal ALT
: <30 U/L
● Nilai normal AST
: <25 U/L
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subjektif: Ciprofloxacin 400 - Tidak tepat - Ciprofloxacin dan linezolid Tanda klinis: Tanda klinis:
● sesak nafas mg IV tiap 12 jam obat diganti dengan seftriakson.
● Tidak sesak nafas ● flatulen,
- Tidak tepat
Objektif: frekuensi Lab : disfagia,
● Suhu : 39°C ● Suhu : <37°C pankreatitis,taki
● TD : 70/40 ● TD : 120/80 kardia, udem
mmHg mmHg
● Leukosit : 38 x ● Leukosit : 5 - 10 Lab :
103/µL x 103/µL ● -
● Foto rontgen
dada : infiltrasi Linezolid 600 mg -Tidak tepat Tanda klinis: Tanda klinis:
lobus kiri IV tiap 12 jam obat
● tidak sesak nafas ● Diare, mual,
bawah
Lab : muntah, sakit
● Suhu : <37°C kepala,
● TD : 120/80 Hipertensi,
mmHg demam,
● Leukosit : 5 - Pankreatitis
3
10 x 10 /µL Lab :
● suhu >37oC
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subjektif: tidak Ranitidin 50 mg Tidak ada Terapi dilanjutkan Tanda klinis: Tanda klinis:
ada IV tiap 6 jam
● Tidak ada ● Gangguan kardiovaskular,
Objektif: tidak Lab : gangguan sistem syaraf
ada ● Tidak ada pusat, peningkatan level
prolaktin, nyeri perut,
konstipasi, diare, mual,
pankreatitis, muntah,
gangguan hematologi, Gagal
hati, hepatitis, gangguan
pada Neuromuskular &
skeletal, Penglihatan kabur,
Kreatinin serum meningkat,
Pneumonia (hubungan sebab
akibat tidak ditetapkan)
Lab :
● SrCr
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat ✓ Dosis Meperidin melebihi
untuk pasien?
dosis maksimum menurut
DIH.
Apakah frekuensi pemberian sudah ✓
tepat?
Apakah lama pemberian obat sudah ✓ Terdapat beberapa obat
tepat?
yang diganti
Duplikasi Adakah terjadi duplikasi terapi? ✓
terapi/Polifarmasi
Adverse Drug Adakah gejala/ masalah medis yang ✓
Reactions disebabkan oleh obat?
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg ✓
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg ✓
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan ✓
laboratorium yang berdampak
klinis?
Alergi Obat/ Apakah terjadi alergi /intoleransi ✓
Intoleransi terhadap obat ?
Adherence/ Adakah masalah ketidakpatuhan ✓
Compliance pasien terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami ✓ Pasien disarankan
hambatan/ kesulitan dalam
menggunaakan IV
penggunaan obat?
A. KESIMPULAN
○ Imipenem/ cilastatin 1 g IV tiap 8 jam diganti dengan dosis 500 mg IV tiap 8 jam
○ Meperidin 50 mg IM tiap 6 jam diganti dengan Morfin 5 mg IM tiap 4 jam
○ Menambahkan penggunaan Ringer laktat 5 mL/kg/jam
○ Penggunaan Obat Siprofloksasin diganti dengan seftriakson 75 mg/kg IV 1xsehari
○ Penggunaan Obat Linezolid diganti dengan seftriakson 75 mg/kg IV 1xsehari
○ Ranitidin 50 mg IV tiap 6 jam tetap dilanjutkan.
○ Direkomendasikan pemberian parasetamol untuk membantu menurunkan demam
B. KONSELING
Aberg, J. A., et al. 2009. Drug Information Handbook 17th edition. Lexi-Comp for the
American Pharmacist Association.
Alldredge, B.L., et al, 2013, Koda-kimble & Youngs Applied Therapeutics The Clinical
Use of drugs, 10th Edition, Appleton and Lange, New York.
BNF, 2020, British National Formulary 80th Edition, London : Royal Pharmaceutical
Society
Depkes RI, 2019. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 19. UBM Medica Asia
Jakarta
BPOM RI. 2017. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta : Koperpom
dan CV Sagung Seto.
DiPiro, J. T., et al., 2015, Phamracotherapy Handbook, 9th Edition, Appleton and Lange,
New York..
DiPiro, J. T., et al., 2020, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th Edition,
Appleton and Lange, New York.
PDPI, 2003, Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penataklasanaan Di
Indonesia, Jakarta : PDPI.
Sukandar et al. 2008. ISO Farmakoterapi Buku 1. Jakarta : ISFI Penerbitan.
1 Nama K1001801
SS Sumber :
2 Nama K1001801
SS Sumber :
3 Nama K1001801
SS Sumber :
4 Nama K1001801
SS Sumber :
5 Nama K1001801
SS Sumber :
1 Nama K1001801
SS Sumber :
2 Nama K1001801
SS Sumber :
3 Nama K1001801
SS Sumber :
4 Nama K1001801
SS Sumber :
5 Nama K1001801
SS Sumber :
1 Nama K1001801
SS Sumber :
2 Nama K1001801
SS Sumber :
3 Nama K1001801
SS Sumber :
4 Nama K1001801
SS Sumber :
5 Nama K1001801
SS Sumber :
1 Nama K1001801
SS Sumber :
2 Nama K1001801
SS Sumber :
3 Nama K1001801
SS Sumber :
4 Nama K1001801
SS Sumber :
5 Nama K1001801
SS Sumber :
1 Nama K1001801
SS Sumber :
2 Nama K1001801
SS Sumber :
3 Nama K1001801
SS Sumber :
4 Nama K1001801
SS Sumber :
5 Nama K1001801
SS Sumber :