Anda di halaman 1dari 3

Demam Tifoid

No. Dokumen :SPO/UKP//III/2019


No. Revisi :-
SPO Tanggal Terbit : 2019
Halaman : 1/2

1. Pengertian Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi yang ditularkan melalui makanan yang
tercemar oleh tinja atau urin penderita
Kriteria Diagnosis
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
- Bradikardia relatif

2. Tujuan Sebagai acuan dalam mendiagnosa dan memberikan tatalaksana penderita


demam tifoid
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 32 / Kapus / bln / 2019 tentang Layanan Klinis
4. Referensi 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Kementerian Kesehatan RI, 2014,Panduan Praktik Klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi revisi tahun 2014, Kemenkes RI :
Jakarta
5. Prosedur Alat :
1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Termometer
4. Blangko register
5. Blangko Observasi
6. Blangko penggunaan obat
Langkah – langkah :
Penatalaksanaan
1. Informed Concen
2. Pasien berbaring di tempat tidur
3. Anamnesa
Keluhan
1). Demam naik turun terutama sore dan malam hari dengan pola
intermitten dan kenaikan suhu step ladder. Demam tinggi dapat terjadi
terus menerus. ( demam kontinu ) hingga minggu kedua.
2). Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal
3). Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, mual, muntah, nyeri abdomen, bab berdarah.
4). Nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia.
5). Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau
kejang.
4. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat
2). Kesadaran dapat compos mentis atau penurunan kesadaran, ( mulai dari yang
ringan, apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya delirium atau koma )
3). Demam suhu >37,5C
4). Dapat ditemukan bradikardi relative yaitu penurunan frekuensi nadi sebanyak
8 denyut permenit setisp kensikan suhu 1 C
5). Ikterus
6). Pemeriksaan mulut thyfoid tongue, tremor lidah, halitosis
7).Pemeriksaan abdomen : nyeri tekan terutama regio epigstrium,
hepatosplenomegaly
5. Lakukan pemeriksaan laboraturium
Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosit, dapat menunjukkan
leukopeni/ leukositosis/ jumlah leukosit normal, limfositosis relative,
monositosis, trombositopenia, (biasanya ringan ), anemia,
Test Widal
Interpretasi hasil positif bila titer agglutinin O minimal 1/320 atau terdapat
kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7
hari.
6. Jika hasil lab positif, anjurkan rawat inap.
a. Terapi supportif dapat dilakukan dengan
- Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
- Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara
oral maupun perenteral
- Diet gizi seimbang konsistensi lunak, cukup kalori dan protein,
rendah serat.
- Konsumsi obat – obatan secara rutin dan tuntas, monitor tanda
tanda vital , kemudian dicatat dengan baik di rekam medis pasien
b. Terapi simptomatis untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal
c. Terapi definitive dengan pemberian antibiotik. Antibiotic lini pertama
adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin ( aman untuk
penderita yang sedang hamil ) atau Trimetroprim – sulfametoxazole
(Kotrimoksazol)
d. Bila pemberian salah satu antibiotic lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotic lain, atau dipilih antibiotic lini kedua,
yaitu Seftriakson, sefiksim, Kuinolon ( tidak dianjurkan untuk anak
<18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tuilang )

7. Bagan Alir
Pasien

Laboratorium
UGD Rujuk
Rawat Inap

Farmasi

Anda mungkin juga menyukai