UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
1. Pengertian Demam tifoid adalah Infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
salmonella enteric serotype typhi atau paratiphy
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas dalam
melakukan tatalaksana demam tifoid
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Danga Nomor :
445/PKM-DNG/SK/UKP/053/04/2019 Tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
5. Prosedur Alat :
1. Stetoskop
2. Senter
3. Spygmomamometer
4. Thermometer
Bahan : -
6. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan
langkah menanyakan nama, tanggal lahir, alamat pasien dan
mencocokan data dengan rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesis dengan menanyakan
keluhan : Demam turun naik terutama sore dan malam
hari dan dapat berlangsung hingga > 1 minggu, sakit
kepala (pusing-pusing), gangguan gastrointestinal berupa
konstipasi dan meteorismus atau diare, mual, muntah,
nyeri abdomen dan BAB berdarah, dapat dijumpai
penurunan kesadaran atau kejang.
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan menemukan
: Kesadaran compos mentis atau penurunan kesadaran,
demam suhu > 37,5oC, bradikardia relatif, yaitu
penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit
setiap kenaikan suhu 1oC, ikterus. Pemeriksaan mulut:
typhoid tongue, tremor lidah, halitosis, dapat juga dialami
nyeri perut dengan tanda akut abdomen.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan Darah rutin, tes widal.
5. Dokter melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6. Dokter melakukan penatalaksanaan yaitu :
Terapi suportif berupa tirah baring dan menjaga
kecukupan asupan cairan, diet bergizi seimbang,
konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat.
Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol
(4x500mg selama 10 hari) , Ampisilin atau Amoksisilin
dengan dosis 3 x500 mg (aman untuk penderita yang
sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol) dengan dosis 2x960 mg selama 7-10 hari
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai
tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau
dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson (dewasa 2-4
gr/hr selama 3-5 hari, Kuinolon (siprofloksasin 2x500mg
selama 7 hari) (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
7. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien mengenai kondisi pasien, layanan medis,
pengobatan, efek samping obat dan rujukan bila
diperlukan.
8. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosis/kode ICD 10 : A01.0 Typhoid
fever
7. Bagan Alir
8. Hal - hal 1. Konseling dan edukasi :
yang perlu Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam
di- tifoid yang harus diketahui pasien dan keluarganya, diet,
perhatikan jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi,
dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan keluarga,
tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien
dan keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit
terdekat untuk perawatan.
2. Kriteria rujukan :
Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic
typhoid), tifoid dengan komplikasi, serta dengan komorbid
yang berat, telah mendapat terapi selama 5 hari namun
belum tampak perbaikan.
9. Unit 1. Poli Umum
Terkait 2. Apotek
3. Rawat Inap
10. Dokumen 1. Rekam Medis
terkait 2. Persetujuan Tindakan Medis
11. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tangga mulai
historis diberlakukan
perubahan
INTOLERANSI MAKANAN
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
1. Pengertian Disentri adalah diare yang disertai dengan keluarnya lendir dan
darah
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas untuk dalam
melakukan penatalaksanaan disentri basiler dan amuba
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Danga Nomor :
445/PKM-DNG/SK/UKP/053/04/2019 Tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
5. Prosedur Alat dan bahan :
1. Stetoskop
2. Termometer
3. Spygmomamometer
6. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan
langkah nama, tanggal lahir, alamat pasien dan mencocokan data
dengan rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan :
demam, sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar
encer secara terus menerus bercampur lendir dan darah,
muntah-muntah, sakit kepala
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan menemukan :
Febris, nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri,
terdapat tanda-tanda dehidrasi, tenesmus.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman
penyebab.
5. Dokter melakukan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6. Dokter melakukan penatalaksanaan yaitu : Mencegah
terjadinya dehidrasi, dan melakukan rehidrasi kepada pasien
yang memiliki gejala dehidrasi, tirah baring, memberikan
makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari
5kali/hari. Pemberian terapi antimikroba dengan
Siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3
hari dan Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari untuk disentri
disertai dengan demam, dokter memberikan terapi
Metronidazol 500 mg 3x sehari selama 3-5 hari untuk disentri
tanpa disertai dengan demam.
7. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
pasien mengenai kondisi pasien, layanan medis, pengobatan,
efek samping obat dan rujukan bila diperlukan.
8. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosis/kode ICD 10 : A06.0Acute
amoebic dysentry
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal 1. Konseling dan edukasi :
yang perlu Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan
di- kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
perhatikan membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
2. Kriteria rujukan :
Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan
konsultasi ke pelayanan kesehatan sekunder (spesialis
penyakit dalam)
9. Unit 1. Poli Umum
Terkait 2. Apotek
3. Rawat Inap
10. Dokumen 1. Rekam Medis
terkait 2. Persetujuan Tindakan Medis
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
HEMOROID GRADE 1-2
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
1. Pengertian Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada saluran
kemih yang disebabkan oleh bakteri
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas dalam
melakukan tatalaksana infeksi saluran kemih
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Danga Nomor :
445/PKM-DNG/SK/UKP/053/04/2019 Tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
5. Prosedur Alat : Termometer.
6. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan
langkah nama,tanggal lahir, alamat pasien (minimal dua data) dan
mencocokkannya dengan data rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesa pada sistitis akut keluhan
berupa: Demam ,Susah buang air kecil ,Nyeri saat di akhir
BAK (disuria terminal) ,Sering BAK (frequency) ,Nokturia
,Anyang-anyangan (polakisuria) ,Nyeri suprapubik Pada
pielonefritis akut, keluhan dapat juga berupa nyeri pinggang,
demam tinggi sampai menggigil, mual muntah, dan nyeri
pada sudut kostovertebra
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Demam,Flank pain
(Nyeri ketok pinggang belakang / costovertebral angle) ,Nyeri
tekan suprapubik
4. Dokter meminta pemeriksaan penunjang : Darah lengkap
,Urinalisis, Kadar gula darah
5. Dokter menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
6. Dokter memberikan penatalaksanaanMinum air putih
minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
a. Menjaga higienitas genitalia eksterna
b. Pada kasus nonkomplikata, pemberian antibiotik selama 3
hari dengan pilihan antibiotik sebagai berikut :
Trimetoprim sulfametoxazole, Fluorikuinolon
7. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
pasien mengenai kondisi pasien, layanan medis, pengobatan,
efek samping obat dan rujukan bila diperlukan
8. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa kode ICD10: N39.0 Urinary tract
infection
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal 1. Konseling dan edukasi :Edukasi tentang penyebab dan faktor
yang perlu risiko penyakit infeksi saluran kemih. Penyebab infeksi
di- saluran kemih yang paling sering adalah karena masuknya
perhatikan flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau higiene
pribadi yang kurang baik
2. Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan
tidak berhubungan seks
3. Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian
atas (nyeri pinggang) dan pentingnya untuk kontrol kembali
4. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah direncanakan
5. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan
6. Kriteria Rujukan: Jika ditemukan komplikasi dari ISK maka
dirujuk ke layanan kesehatan sekunder ,Jika gejala menetap
dan terdapat resistensi kuman, terapi antibiotika
diperpanjang berdasarkan antibiotika yang sensitif dengan
pemeriksaan kultur urin
9. Unit UGD, Poli umum, Rawat inap, Laboratorium, Apotik
Terkait
10. Dokumen Rekam medis
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
GONORHEA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Menegakkan diagnosa
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit Poli umum, Poli KIA, Laboratorium
Terkait
10. Dokumen Rekam Medis
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
VAGINITIS
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Pemeriksaan penunjang
Penegakan diagnosis
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit a. Rawat Inap
Terkait b. Kamar Bersalin
c. RS
10. Dokumen Rekam medis
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
SALPINGITIS
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Penegakan diagnosis
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang. Rencana Penatalaksanaan ( Plan)
Pasien salfingitis ringan hingga sedang diberikan regimen
sebagai berikut:
Seftriakson 250 mg IM sekali, ditambah doksisiklin 100 mg
PO 2x sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa
metronidazol 500 mg PO 2x sehari selama 14 hari.
Sefalosporin generasi 3 parenteral lainnya ditambah
doksisiklin 100 mg PO 2x sehari selama 14 hari, dengan
atau tanpa metronidazol 500 mg PO 2x sehari selama 14
hari.
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit Puskesmas Rawat Inap, Puskesmas Non Rawat Inap
Terkait
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
KEHAMILAN NORMAL
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Jumlah
Waktu kunjungan yang
Trimester Kunjungan
dianjurkan
Minimal
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24 –28
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
1. Pengertian Abses folikel rambut adalah adanya nanah pada folikel rambut
yang biasanya didahului oleh adanya folikulitis
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas dalam
melakukan tatalaksana pasien folikel rambut
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Danga Nomor :
445/PKM-DNG/SK/UKP/053/04/2019 Tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
5. Prosedur Alat : -
Bahan : -
6. Langkah- Anamnesa : Keluhan utama berupa benjolan kemerahan di
langkah sekitar kulit berambut terasa gatal dan agak nyeri
Faktor Resiko :
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik : lesi kulit berupa papuldan pustul kemerahan
pada daerah berambut
Klasifikasi:
Penatalaksanaan :
1. Menjaga kebersihan kulit
2. Antibiotika topikal : Bacitracin salep 3x1
3. Antibiotika sistematik : Amoxicilin 3x500 mg atau Eritromisin
4x250-500 mg atau Klindamisin 3x150-300 mg
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit Farmasi
Terkait
10. Dokumen Rekam Medik
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
MASTITIS
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Penatalaksanaan
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit Rawat Jalan ( Poli Umum )
Terkait
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
INVERTED NIPPLE
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Kriteria Rujukan
Sistem rujukan perlu dilakukan pada seluruh pusat pelayanan
kesehatan yang memungkinkan dilakukan rujukan, rujukan
meliputi:
1. Rujukan kebagian mata
2. Rujukan untuk terapi gizi medis sesuai indikasi
3. Rujukan untuk edukasi kepada edukator diabetes
4. Rujukan kepada perawat khusus kaki (podiatrist)< spesialis
perilaku (psikolog) atau spesialis lain sebagai bagian dari
pelayanan dasar
5. Konsultasi lain sesuai kebutuhan
Peralatan
1. Alat Pemeriksaan Gula Darah Sederhana
2. Alat pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
3. Skala Antropometri
Prognosis
Vitam: Dubia ad bonam
Fungsionam: Dubia ad malam
Sanationam: Dubia ad malam
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal Anamnesis
yang perlu Keluhan:
di- 1. Polifagia
perhatikan 2. Poliuri
3. Polidipsi
4. Penurunan Berat Badan
Faktor Risiko
1. Berat badan lebih dan obesitas (IMT lebih dari 23 kg/m2)
2. Riwayat DM dalam keluarga dekat
3. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB
lahir bayi lebih dari 4000 gram
4. Riwayat DM gestasional
5. Penggunaan steroid jangka panjang
Faktor predisposisi
1. Usia . 45 tahun
2. Diet tinggi kalori dan lemak
3. Aktifitas fisik yang kurang
4. Hipertensi (TD lebih dari 140/90MmHg)
5. Riwayat TGT atau GDPT
6. Penderita penyakit jantung coroner, tuberculosis,
hipertiroidisme
7. Dislipidemia
Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Puasa
2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
3. HbA1c
Diagnosis Banding
Diabetes insipidus
Komplikasi
a. Akut:
1. Ketoasidosis diabetik
2. Hyperosmolar non ketotik
3. Hipoglikemia
b. Kronik:
1. Makroangiopati
2. Pembuluh darah jantung
3. Pembuluh darah perifer
4. Pembuluh darah otak
c. Mikroangiopati
1. Pembuluh darah kapiler retina
2. Pembuluh darah kapiler renal
d. Neuropati
e. Gabungan:
1. Kardiomiopati
2. Rentan infeksi
3. Kaki diabetic
4. Disfungsi ereksi
9. Unit 1. Unit BP Umum
Terkait 2. Unit BP Gigi
3. Unit Perawatan
4. Unit KIA – KB
5. MTBS
6. PONED
7. IGD
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
DIABETES MELITUS TIPE 2
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Menegakkan diagnosa
klinis
Menegakkan diagnosa
banding
Menegakkan
komplikasi
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSA
TERAPI
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit 1. UGD
Terkait 2. Poli umum
3. Poli KIA/KB
4. Pustu
5. Ponkesdes
10. Dokumen 1. Rekam medik
terkait 2. Register
3. Blanko resep
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
1. Pengertian Malnutrisi energi protein adalah salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak
di bawah umur 5 tahun serta pada ibu hamil dan menyusui.
Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang
dan 5,4% gizi buruk. Pada MEP ditemukan berbagai macam
keadaan patologis, tergantung pada berat ringannya kelainan.
Berdasarkan lama dan banyaknya kekurangan energi dan
protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajar ringan-sedang
(gizi kurang) dan berat (gizi buruk). Gizi kurang belum
menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan
pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di
samping gejala klinis
didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada
gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor,
marasmus, dan marasmik-kwashiorkor, walaupun demikian
pada penatalaksanaannya sama.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas dalam
memberikan panduan mengenai penegakkan diagnosis,
penatalaksanaan, dan evaluasi malnutrisi energi protein
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Danga Nomor :
445/PKM-DNG/SK/UKP/053/04/2019 Tentang Standar
Layanan Klinis
4. Referensi Panduan Praktek Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer.
5. Prosedur Alat : -
Bahan : -
6. Langkah- Anamnesis :
langkah a. Keluhan pertumbuhan yang kurang, anak tampak kurus,
atau berat badannya kurang.
b. Keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita
sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua
kaki, kadang hingga seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik
c. Pada MEP ringan, sering ditemukan gangguan
pertumbuhan:
Anak tampak kurus;
Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti;
Berat badan tidak bertambah, bahkan turun;
Ukuran lingkar lengan atas lebih kecil dari normal;
Maturasi tulang terlambat;
Rasio berat badan terhadap tinggi badan
normal/menurun.
Total lipatan kulit normal atau berkurang;
Anemia ringan;
Aktivitas dan perhatian berkurang dibandingkan anak
sehat.
d. Pada MEP berat ditemukan:
Kwashiorkor
Perubahan mental hingga apatis;
Anemia;
Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah
dicabut/rontok;
Gangguan sistem gastrointestinal;
Pembesaran hati;
Perubahan kulit (dermatosis);
Atrofi otot.
e. Marasmus
Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat
kurus;
Perubahan mental, cengeng;
Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput;
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
berkurang;
Otot atrofi sehingga konturtu yang terlihat jelas;
Kadang-kadang terdapat bradikardi;
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat
lainnya.
f. Marasmik-kwashiorkor:
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan.
Pemeriksaan klinis : Pemeriksaan klinis dilakukan dengan hasil
seperti disebutkan dalam gejala dan tanda MEP.
Pemeriksaan penunjang & atau khusus :
Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin lengkap, feses
lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin,
globulin), ferritin;
Tes mantoux;
Radiologi (dada, AP dan lateral);
Elektrokardiografi.
7. Diagram -
Alir
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit UGD
Terkait Rawat inap
Poliumum
Laboratorium
Pendaftaran
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
DEFISIENSI VITAMIN
No. Dokumen : 445/PKM-
S DNG/SOP/UKP/281/04/2019
O No. Revisi : 00
P Tanggal Terbit : 23/04/2019
Halaman : 1/3
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
Kekurangan Iodium
Biasa disebut GAKI atau gangguan akibat kekurangan iodium
yang merupakan kurangnya asupan iodium perhari secara
kronis dapat menyebabkan hipotiroid.
Penatalaksanaan:
1. Pemberian KI 10 gram/hari setara dengan iodium 237
mg/hari dan hormon tiroid dalam jangka lama.
2. Operatif jika gondok sangat besar
3. Upaya preventif dengan mengkonsumsi garam beriodium dan
pemberian kapsul beriodium setahun sekali.
8. Hal-hal -
yang perlu
di-
perhatikan
9. Unit Puskesmas Rawat Inap, Puskesmas Non Rawat Inap, Pustu,
Terkait Poskesdes, Polindes
10. Dokumen -
terkait
11. Rekaman Tanggal Mulai
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan
DISLIPIDEMIA
No. Dokumen : 445/PKM-
S DNG/SOP/UKP/283/04/2019
O No. Revisi : 00
P Tanggal Terbit : 23/04/2019
Halaman : 1/6
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA
UPTD
KLAUDIA PAU
PUSKESMAS
NIP.197908182005012020
DANGA