No.Revisi : 01 SOP Tanggal Terbit : 8 Januari 2023 Halaman : 1/5
UPT KARTIKASARI MASTING
PUSKESMAS NIP.198512102009012006 PARANGLOE
1. Pengertian Penyakit demam tifoid (typhoid fever) atau yang biasanya
disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan demam tifoid 3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Parangloe No. 446.15.1/044/ADMIN Tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Parangloe 4. Referensi 1. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan kesehatan Tingkat Pertama dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1936/2022 2. A Nasri.2018.Definisi Demam Tifoid. http://repository.unimus.ac.id.Diakses tanggal 4 September 2023 5. Langkah- 1. Petugas menerima pasien langkah 2. Petugas mengidentifikasi pasien 3. Petugas menganamnesa pasien,apakah pasien merasakan keluhan seperti : a. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua. b. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal c. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah d. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia e. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang. 4. Petugas mencuci tangan menggunakan handrub 6 langkah 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik : 1). Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat. 2). Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya delirium atau koma) 3). Demam, suhu > 37,5 ºC. 4). Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1 ºC. 5). Ikterus 6). Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis 7). Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik), hepatosplenomegali 8). Delirium pada kasus yang berat 6. Pemeriksaan Penunjang 1). Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal, limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan), anemia. 2). Serologi a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)® - Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi - Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot®) - Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi - Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam c. Tes Widal tidak direkomendasi - Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari. - Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5 – 7 hari. - Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae, daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid dan preparat antigen komersial yang bervariasi dan standarisasi kurang baik. Oleh karena itu, pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali pemeriksaan serum akut karena terjadinya positif palsu tinggi yang dapat mengakibatkan over-diagnosis dan over-treatment. 3). Kultur Salmonella typhi (gold standard) Dapat dilakukan pada spesimen: a. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat demam tinggi b. Feses : Pada minggu kedua sakit c. Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit d. Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi carriertyphoid 4). Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya: SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase 7. Petugas menegakkan diagnostik 8. Petugas memberikan penatalaksanaan 1). Terapi suportif dapat dilakukan dengan: a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi b. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral. c. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat. d. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas e. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien 2). Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal. 3). Terapi definitif dengan pemberian antibiotik Amoksisilin atau Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol). 4). Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson. 9. Petugas memberikan resep kepada keluarga pasien 10.Petugas memberikan edukasi kepada pasien 11. Petugas mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis pasien 6. Diagram - Alir
7. Unit terkait Pendaftaran, Poli Umum dan Ruang Farmasi
8. Rekaman Isi Tanggal Mulai No Yang Dirubah Historis Perubahan Diberlakukan