Anda di halaman 1dari 6

DEMAM TIFOID

No. Dokumen :UKP.146.5/2016


No. Revisi :00
SOP
Tanggal Terbit :20/06/2016
Halaman :1/6

PUSKESMAS dr. Hj. MARIATHY JASSIN, M.Kes


KASSI KASSI NIP. 19600712 198911 2 001

Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan.


Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan sanitasi
1. Pengertian
lingkungan yang kurang baik. Di Indonesia bersifat endemik dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat.
Sebagai acuan penatalaksanaan demam tifoid dan mencegah terjadinya

2. Tujuan komplikasi untuk semua pasien yang menderita demam tifoid yang datang di
Unit Pelayanan Umum Puskemas Kassi Kassi
SK Kepala Puskesmas tentang Standar Layanan Klinis di Puskesmas Kassi-
3. Kebijakan
Kassi

Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,


4. Referensi
Edisi Revisi Tahun 2014

Alat : alat tulis menulis, stetoskop, penlight/senter


5. Prosedur
Bahan : rekam medis
a. Perawat melakukan kajian awal
b. Perawat meletakkan buku rekam medis ke meja dokter
c. Dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
Anamnesis (Subjective)
1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola
intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi
terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua.
2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
6. Langkah-Langkah
diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk,
anoreksia, insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau
kejang.
Pemeriksaan Fisik (Objective)
1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai dari
yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya
delirium atau koma)
3. Demam, suhu > 37,5°C.
4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1°C.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
8. Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
1. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan
kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi
somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic brain
syndrome).
2. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
3. Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis.
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan),
anemia.
2. Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®
 Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
 Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot® )
1. Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
2. Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
c. Tes Widal tidak direkomendasi
 Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
 Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau
terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan
ulang dengan interval 5 – 7 hari.
 Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena
reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella,
enterobacteriaceae, daerah endemis infeksi dengue dan
malaria, riwayat imunisasi tifoid dan preparat antigen komersial
yang bervariasi dan standaridisasi kurang baik. Oleh karena itu,
pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali

Halaman 2/6
pemeriksaan serum akut karena terjadinya positif palsu tinggi
yang dapat mengakibatkan over-diagnosis dan over-treatment.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
a. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat
demam tinggi
b. Feses : Pada minggu kedua sakit
c. Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
d. Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi
carrier typhoid
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya:
SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase
d. Dokter mencatat hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik diform Rekam
Medis.
e. Dokter menegakkan diagnose
Penatalaksanaan (Assessment)
Suspek demam tifoid (Suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek tifoid
hanya dibuat pada pelayanan kesehatan primer.
Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang
menunjukkan tifoid.
Diagnosis Banding
Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran kemih,
Hepatitis A, sepsis, Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam rematik
akut, abses dalam, demam yang berhubungan dengan infeksi HIV.
Komplikasi
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara
lain perdarahan, perforasi usus, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain.
1. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang
disertai dengan kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai
dari delirium sampai koma.
2. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta gejala-gejala
toksemia yang berat. Selain itu, terdapat gejala gangguan hemodinamik
seperti tekanan darah turun, nadi halus dan cepat, keringat dingin dan
akral dingin.
3. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)

Halaman 3/6
Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat juga
diketahui dengan pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini
ditandai dengan gejala akut abdomen dan peritonitis. Pada foto polos
abdomen 3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah didapatkan gas bebas
dalam rongga perut.
4. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi hati.
5. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase dan
amilase. Tanda ini dapat dibantu dengan USG atau CT Scan.
6. Pneumonia
Didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya dibantu dengan foto
polos toraks
f. Dokter menulis terapi pada rekam medis.
Planning
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
b. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara
oral maupun parenteral.
c. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein,
rendah serat.
d. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
e. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin (aman
untuk penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu
Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

Halaman 4/6
g. Dokter melakukan rujukan jika memenuhi kriteria rujukan yaitu demam tifoid
dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid), tifoid dengan komplikasi,
tifoid dengan komorbid yang berat, telah mendapat terapi selama 5 hari
namun belum tampak perbaikan.
h. Dokter memberi nasehat kepada pasien tentang tata cara :
1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang
harus diketahui pasien dan keluarganya
2. Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi, dan
konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter,
dan keluarga pasien telah memahami serta mampu melaksanakan.
3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga
supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
Pendekatan Community Oriented
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang aspek
pencegahan dan pengendalian demam tifoid, melalui L
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Peningkatan hygiene makanan dan minuman
3. Peningkatan hygiene perorangan
4. Pencegahan dengan imunisasi
i. Dokter menyerahkan blanko resep kepada pasien
j. Dokter mencatat terapi asma bronkial di form rekam medis
k. Dokter menyerahkan form rekam medis kepada perawat
l. Perawat memasukkan data ke dalam Sisfomas dan PCare

Halaman 5/6
Perawat melakukan kajian
awal

Dokter melakukan anamnese dan Dokter mencatat hasil anamnesa dan


pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik diform Rekam medik

Rujuk bila di perlukan Dokter menegakkan diagnosa Pemeriksaan


penunjang bila
diperlukan
Dokter menulis resep

Dokter memberi nasehat kepada


7. Bagan Alir pasien tentang anjuran/pantangan.

Dokter menyerahkan blanko resep kepada


pasien

Dokter mencatat terapi di form rekam


medis

Dokter menyerahkan form rekam


medis kepada perawat

Perawat memasukkan data ke dalam


Sisfomas dan PCare

8. Hal-hal yang perlu Keadaan umum pasien


diperhatikan
- Poli Umum
- Poli Lansia
9. Unit terkait
- Laboratorium
- Apotik
- Rekam medis
- Form Pem. Laboratorium
10. Dokumen terkait - Form Resep
- Form Rujukan
- Buku Register Rujukan

Tanggal dimulai
11. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan
berlakukan
perubahan

Halaman 6/6

Anda mungkin juga menyukai