Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KASUS II

PNEUMONIA DAN TB
BY: LISA DAMAYANTI
(1943700144)
STUDI KASUS PNEUMONIA / TB

Seorang perempuan berusia 68 tahun dengan BB 60


kg dan TB 170 cm datang ke rumah sakitdengan
keluhan batuk sudah lebih dari 5 hari disertai
demam dan merasakan dada yang terasa sesak.
Riwayat penyakit terdahulu ; hipertensi
Riwayat penyakit keluarga ; Ibu meninggai karena
stroke dan ayah meninggal karena PJK
Pengobatan yang sedang dijalani ; amlodipine 5 mg
sekali sehari
Data Vital sign Data Lab
T : 39 C Leukosit : 4000/mm3
TD : 130/90 mmHg HB : 12 mg/dl
N : 105/j Procalcitonin ; 0,1 ng/ml
P : 33/i Lympocit 800 mikroliter
(1000-4800 mikroliter)
CRP ; 2,9 (< 3 mg/L)
Pertanyaan

1. Dari Lab Value dan data penunjang diatas, pasien menderita?


2. Apakah jenis pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien diatas ?
3. Apakah itu Procalcitocin ?
4. Apa itu CRP ?
5. Apakah yang dapat dijelaskan dari nilai Limfosit diatas
6. Jika pasien antibiotic, maka antibiotic apa yang harus diberikan untuk
pasien ini ?
7. Jelaskan perbedaan pneumonia karena virus dan bakteri ?
8. Patofisiologi ARDS ?
9. Fungsi vitamin untuk kasus pneumonia virus ?
10. Bagaimana pengobatan untuk pasien pneumonia virus yang juga sering
on kortikosteroid ?
11. Masing-masing jawaban cantum literature !
1. Diagnosis pasien : Pneoumonia, dengan komorbid Hipertensi . Ditandai
dengan data lab dan foto rontgen thorax , serta gejala klinis pasien yaitu
takipenia, batuk lebih dari 5 hari, demam dan dada terasa sesak.
2. Jenis Pengobatan yang dapat diberikan :
Obat pereda nyeri. Obat ini diberikan untuk meredakan demam dan
rasa tidak nyaman.
Obat batuk. Obat ini dapat meredakan batuk sehingga penderita bisa
beristirahat. Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang
rendah. Selain meredakan batuk, terdapat jenis obat batuk yang berfungsi
untuk mengencerkan dahak. Bromheksin atau ambroxol
Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat
bakteri. Sebagian besar penderita pneumonia memberi respons yang baik
terhadap antibiotik dalam waktu 1-3 hari.
 
3. Procalcitonin adalah suatu protein fungsional yang terdiri dari 114
sampai 116 asam amino, yang juga merupakan suatu protein yang aktif
secara imunologis yang akan meningkat pada kondisi infeksi bakteri
(bakteremia dengan atau tanpa sepsis), Kadar PCT Normal di bawah 0,5
ng/mL dan kadar PCT > 2 ng/mL memiliki risiko tinggi untuk sepsis.
(Referensi : Jurnal Penyakit dalam Indonesia tahun 2015– Peran
Procalcitonin sebagai penanda inflamasi sistemik pada sepsis – FKUI)
4. CRP adalah C-reactive protein adalah pemeriksaan untuk mengetahui
kadar protein C-reaktif dalam darah. Protein ini merupakan penanda
adanya peradangan dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati dan kadarnya
akan meningkat sebagai respons tubuh terhadap peradangan (inflamasi)
dan sebagai indicator untuk diagnosis penyebab demam akut.
(Refernsi : Jurnal penyakit dalam Indonesia tahun 2018 - Perbedaan
Kadar C-Reactive Protein pada Demam Akut – FKUI)
5. Nilai limfosit pada kasus diatas kurang dari angka normal, yaitu 1000-
4800 microliter. Nilai limfosit kurang dari batas normal disebut
Limfositopenia. Nilai limfosit kurang dapat menjadi perantara
terjadinya suatu infeksi. Artinya tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi. Nilai limfosit yang rendah dapat juga sebagai indikator sepsis.
• Sepsis : sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory
response syndrome) ( Jakarta Antrimikrobial Update, 2017 ).
6. Dari hasil lab yang dilihat dari data leukosit dan juga limfosit dapat
disimpulkan bahwa pasien megalami infeksi yang disertai dengan
adanya demam serta gejala batuk dan nyeri pada dada hal ini bisa saja
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri dari golongan staphylococcus
ataupun dikarenakan virus. Dapat disimpulkan bahwa pasein
mengalami Pneumonia. Usulan antibiotic yang dapat diberikan ialah
antibiotik golongan makrolida (first line pengobtan pneumonia)
7. Perbedaan Pneumonia akibat bakteri dan akibat
virus
8. Sindrom Distres Pernapasan Akut / Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
merupakan sindrom inflamasi dan edema paru nonkardiogenik difus yang ditandai
dengan dispnea dan hipoksemia berat yang dapat mengalami perburukan menjadi
gagal napas akut.. ARDS terjadi akibat inflamasi sistemik dan lokal yang menyebabkan
kerusakan jaringan paru, sehingga terjadi gangguan pertukaran gas, penurunan
komplians paru, ventilation perfusion mismatch (V/Q mismatch), dan kenaikan
tekanan arteri pulmonal (seperti pada hipertensi pulmonal). Proses ARDS umumnya
berlangsung dalam 3 fase, yaitu:Eksudatif atau inflamasi, Proliferatif, Fibrotik.
 
9. Vitamin merupakan senyawa tang dapat meningkatkan imunitas tubuh misalnya
vitamin C yang erat kaitannya dengan nutrisi yang dapat meningkatkan sistem imun
dan vitamin C juga kaya akan antioksidan yang penting untuk menangkal infeksi
saluran pernafasan. Meningkatkan asupan kaya akan vitamin B9 (asam folat) dapat
membantu melindungi paru- paru kamu dari berbagai penyakit seperti emfisema,
brontikis kronis, beberapa bentuk asma, dan Penumonia. Selain itu, vitamin B6
dikaitkan dengan fungsi paru yang lebih baik secara keseluruhan dan perlindungan
terhadap kanker paru
10. Penanganan pengobatan pneumonia virus yang juga memakai
kortikosteroid, gunakanlah pengobatan dengan steroid sebagaimana
mestinya hindari pemberian jangka panjang karena dapat menaikkan
risiko terjadinya beragam komplikasi seperti infeksi, tromboemboli
vena, fraktur, diabetes mellitus, hipertensi, dan sindrom Cushing.
Efek samping jangka pendek pasien pengguna kortikosteroid
memang jauh lebih rendah dibandingkan penggunaan jangka
panjang, namun efek samping tersebut tetap ada.Berdasarkan suatu
studi kohort oleh Waljee et al, penggunaan steroid jangka pendek
(dibawah 30 hari) tetap dapat menyebabkan terjadinya efek samping
berupa peningkatan risiko sepsis dan tromboemboli vena.
Berdasarkan penelitian ini, pemberian kortikosteroid jangka pendek
tetap tidak disarankan apabila tidak betul-betul dibutuhkan
Daftar Pustaka

• Matthay MA, Zemans RL. The Acute Respiratory


Distress Syndrome: Pathogenesis and Treatment. Annu
Rev Pathol. 2011;6:147-63.
• Konsensus Pneumonia Viral
• World Health Organization. Clinical management of
severe acute respiratory infection when novel
coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva:
World Health Organization; 2020.
• CDC. Resources for health professionals: parasites -
strongyloides [situs web]. Washington (DC): Centers for
Disease Control and Prevention

Anda mungkin juga menyukai