Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No.

1, 2020

Isolasi dan Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit dari
Daun Matoa (Pometia pinnata)

Anzharni Fajrina1*, Dwi Dinni Aulia Bakhtra 1, Agnes Enda Mawarni1


1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang, Padang, Indonesia
*E-mail: anzharnifajrina@stifarm-padang.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba dari ekstrak etil asetat jamur endofit yang diisolasi
dari daun matoa (Pometia pinnata). Isolasi jamur endofit menggunakan metode tuang dengan media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). Hasil isolasi didapatkan 3 isolat jamur endofit dengan kode PpD1, PpD2, dan PpD3. Isolat
jamur endofit tersebut dikultivasi dengan medium beras selama 4 minggu dan diekstraksi menggunakan pelarut etil
asetat. Ekstrak etil asetat kemudian diuji aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, dan Candida albicans dengan menggunakan metode difusi agar. Ekstrak etil asetat jamur endofit PpD 3
memiliki diameter paling besar dengan rata-rata diameter hambat 13,378 mm pada bakteri Staphylococcus aureus,
ekstrak etil asetat jamur endofit PpD3 9,396 mm pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan pada ekstrak etil asetat
jamur endofit PpD2 9,048 mm pada jamur Candida albicans. Pengujian aktivitas antimikroba menunjukkan semua
esktrak etil asetat jamur endofit daun matoa memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans. Hasil uji fitokima menunjukkan ekstrak etil asetat jamur endofit
daun matoa mengandung senyawa flavonoid, fenol dan tanin.
Kata kunci: Pometia pinnata; antimikroba; jamur endofit

Abstract
The study aim to determine the antimicrobial activity of ethyl acetate extract of the endophytic that were isolated
from matoa leaves (Pometia pinnata). Isolation of endophytic fungi using the pour method with Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). From the isolation results, there were 3 types of endophytic fungi isolates with PpD1, PpD2,
and PpD3 codes. The endophytic fungi isolates were cultivated with rice medium for 4 weeks and extracted using
ethyl acetate solvents. Ethyl acetate extract was then tasted for antimicrobial activity against Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans using the agar diffusion method. PpD3 endophytic fungal ethyl
acetate extract had the largest diameter with an average inhibitory diameter of 13,378 mm in Staphylococcus aureus,
ethyl acetate extract of endophytic fungi PpD3 9,396 mm in Pseudomonas aeruginosa and ethyl acetate extract of
endophytic fungi PpD2 9,048 mm in Candida albicans. Antimicrobial activity testing showed that all ethyl acetate
extracts of matoa leaves endophytic fungi had antimicrobial activity. Phytochemical test results showed that ethyl
acetate extract of matoa leaves endophytic fungi contained flavonoids, phenols, and tannins.
Keywords: Pometia pinnata; antimicrobial, endophytic fungi

PENDAHULUAN buah, kayu, dan umbi-umbian untuk


mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan
Indonesia merupakan negara yang berbagai penyakit (Suparni & Wulandari,
dikenal akan kekayaan alamnya yang luar 2012).
biasa. Segala macam hasil tumbuhan yang Salah satu tanaman yang dapat
ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah
kepentingan masyarakat. Bangsa Indonesia matoa (Pometia pinnata). Beberapa bagian
telah menggunakan berbagai ramuan dari pohon matoa telah digunakan oleh
bagian tumbuh-tumbuhan seperti daun, akar, komunitas tradisional seperti di Papua,

81
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Papua Nugini, dan Fiji untuk keperluan yang terdiri dari bakteri dan jamur. Sehingga
pengobatan. Warga Manokwari di Papua apabila mikroba endofit yang diisolasi dari
telah menggunakan kulit kayu Pometia suatu tanaman obat dapat menghasilkan
pinnata untuk mengobati luka, luka bakar metabolit sekunder sama dengan tanaman
dan kelesuan (Lense, 2012). aslinya atau bahkan dalam jumlah yang
Hasil penelitian Ngajow et al., lebih tinggi, maka kita tidak perlu menebang
(2013) ditemukan adanya kandungan tanaman aslinya untuk diambil sebagai
metabolit sekunder pada ekstrak etanol kulit bahan baku obat (Radji, 2005).
batang matoa seperti flavonoid, tanin, Berdasarkan uraian di atas, maka
terpenoid dan saponin. Berdasarkan perlu dilakukan penelitian mengenai isolasi
penelitian Martiningsih et al., (2016) daun dan uji aktifitas antimikroba ekstrak etil
matoa mengandung senyawa fenolik dan asetat jamur endofit dari daun matoa
flavonoid. Senyawa fenolik merupakan (Pometia pinnata). Penelitian ini merupakan
senyawa aktif metabolit sekunder yang suatu upaya untuk mengetahui keberadaan
diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu dan potensi jamur endofit yang di isolasi
sebagai astringen, antidiare, antibakteri, dan dari Pometia pinnata dalam menghambat
antioksidan. Senyawa flavonoid adalah pertumbuhan beberapa bakteri dan jamur
senyawa yang bisa ditemukan dalam pathogen.
makanan yang berasal dari tumbuhan yang
memiliki efek antiiflamasi, antioksidan, METODE
antialergi dan antivirus. Menurut penelitian
Mohammad et al., (2012) daun matoa Alat dan Bahan
mengandung senyawa saponin yang Alat-alat yang digunakan adalah
memiliki aktivitas antimikroba . pinset, pipet mikro (Thermo scientific),
Beberapa hasil penelitian juga jarum ose, tabung reaksi (Pyrex), rak tabung
menyatakan bahwa ekstrak daun matoa reaksi, cawan petri (Pyrex), lemari aseptik,
mampu menghambat virus HIV-1 (Sueede, timbangan (Precisa), kapas (Promedik), kain
2012), dan memiliki efek diuretik serta kasa (Promedik), lampu spiritus, erlenmeyer
antihipertensi (Purwadyaningrum & (Pyrex), beaker glass (Pyrex), gelas ukur
Dzakwan, 2015). Menurut Arista (2002), (Pyrex), jarum ose, inkubator (Mammert),
ekstrak daun matoa (Pometia pinnata) dapat paper disc (Advantec), rotary evaporator
menghambat pertumbuhan Staphylococcus (Hahnvapors model HS-2361N5), jangka
aureus dan Escheria coli dengan sorong dan kamera.
menggunakan konsentrasi 0,5%; 1%; 1,5%; Bahan yang digunakan dalam
2%. Ekstrak etanol kulit batang matoa juga penelitian ini adalah sampel daun matoa, air
dapat menghambat bakteri Staphylococcus suling (PT Brataco), etanol 70 % (PT
aureus (Ngajow et al., 2013). Brataco), etil asetat (PT Brataco), natrium
Jamur endofit merupakan klorida 0,9 % (Otsuka), dimetilsulfoksida
mikroorganisme yang terdapat di dalam (DMSO) (Merck), nutrien agar (NA)
suatu sistem jaringan tumbuhan seperti (Merck), sabouraud dextrose agar (SDA)
kanker, antivirus, antibakteri, antifungi, (Merck), beras (Pandan Wangi), feri klorida
hormon pertumbuhan tanaman, insektisida (Merck), bismut (III) nitrat (Merck), asam
dan lain-lain (Strobel et al., 2003). Dari nitrat (Merck), kalium iodida (Merck), asam
sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar asetat (Merck), asam sulfat (Merck), disk
di muka bumi ini, masing-masing tanaman gentamisin, disk nystatin, mikroba uji yang
mengandung satu atau lebih mikroba endofit terdiri dari: Staphylococcus aureus,

82
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Pseudomonas aeruginosa, dan Candida hingga diperoleh isolat murni. Jamur


albicans yang diperoleh dari Fakultas diinkubasi pada suhu kamar selama 3-5 hari.
Kedokteran Universitas Andalas Setiap isolat murni dibuat duplo pada agar
miring. Masing-masing sebagai kultur stok
Prosedur Kerja dan kultur untuk penelitian (Kumala & Nur,
Pengambilan dan Identifikasi Sampel 2008).
Sampel diambil didaerah Siteba
Jalan Pagang Dalam, Kota Padang, Kultivasi Isolat Jamur Endofit
Sumatera Barat sebanyak ± 100 gram. Isolat murni yang diperoleh pada
Kemudian dimasukkan dalam wadah plastik tahap peremajaan kemudian dikultivasi pada
bersih dan dibawa ke laboratorium. media beras. Potong isolat jamur murni yang
Identifikasi tumbuhan dilakukan di diperoleh dipindahkan seluruhnya secara
Herbarium ANDA, Jurusan Biologi, aseptis pada media beras. Inkubasi pada
Fakultas MIPA, Universitas Andalas, temperature 20-25oC selama 4-6 minggu
Padang, Sumatera Barat. sambal di amati pertumbuhan jamur tersebut
(Kjer et al., 2010).
Isolasi Jamur Endofit dari Daun Matoa
Sampel daun matoa yang sudah Ekstraksi Isolat Jamur
dibilas dengan air suling dihaluskan dengan Kultur dari masing-masing isolat,
lumpang. Kemudian diambil sebanyak 10 selanjutnya dimaserasi dengan etil asetat 100
gram dan dimasukan ke dalam erlenmeyer mL selama 24 jam dengan 3 kali
lalu ditambahkan 100 mL air suling. pengulangan. Selanjutnya, maserat etil asetat
Kemudian diencerkan hingga konsentrasi jamur dipisahkan dari media kultur
10-6 dan diinokulasikan pada media menggunakan corong. Pelarut etil asetat
sabouraud dextrose agar (SDA), selanjutnya kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak
diinkubasi pada suhu 27-29 oC selama 5-7 etil asetat. (Kjer et al., 2010).
hari. Koloni yang memiliki bentuk dan
warna berbeda dengan koloni lain dapat Pembuatan Suspensi Mikroba Uji
dianggap sebagai isolat yang berbeda. Mikroba uji diambil dengan jarum
Kemudian dilakukan pemurniaan sampai ose steril lalu disuspensikam dalam tabung
diperoleh isolat murni (Handayani,et al., yang berisi 10 ml NaCl 0,9% hingga
2018). diperoleh kekeruhan yang sama dengan
standar kekeruhan larutan Mc. Farland..
Pemurnian Isolat Jamur Endofit (Muljono et al., 2016).
Jamur yang telah tumbuh pada media
isolasi SDA, kemudian secara bertahap Uji Aktifitas Antimikroba Ekstrak Isolat
dimurnikan satu per satu. Masing-masing Jamur Endofit
isolat jamur yang sudah tumbuh diambil Sebanyak 0,1 mL suspensi mikroba
koloni yang terdapat pada permukaan media uji ditotol pada media sabouraud dextrose
dengan jarum ose dan dipindahkan ke media agar untuk jamur dan media nutrient agar
SDA yang baru untuk ditumbuhkan kembali. untuk bakteri. Kemudian diswab
Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan menggunakan cutton bud hingga rata.
satu jenis jamur yang murni, bila masih Selanjutnya kertas cakram steril direndam
ditemukan pertumbuhan koloni yang pada ekstrak etil asetat konsentrasi 5 % dari
berbeda pada pengamatan secara isolate jamur endofit dan diletakkan diatas
makroskopis maka harus dipisahkan kembali media. Pada permukaan media nutrient agar

83
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

juga diletakkan disk gentamisin sebagai dilakukan pengenceran sampai 10-6 yang
kontrol positif untuk bakteri dan pada bertujuan untuk memudahkan memisahkan
permukaan media sabouraud dextrose agar koloni jamur. Setiap pengenceran
diletakkan disk nystatin sebagai kontrol diinokulasikan ke dalam medium saboraud
positif untuk jamur. Kemudian diinkubasi dextrose agar (SDA) yang sudah
pada suhu 37°C selama 24 jam untuk bakteri ditambahkan antibiotik kloramfenikol.
dan pada suhu 27°C selama 3 hari untuk Penambahan kloramfenikol bertujuan untuk
jamur. Setelah diinkubasi dilakukan menghindari pertumbuhan bakteri yang
pengamatan dan pengukuran zona bening dapat menghambat pertumbuhan jamur.
disekitar kertas cakram. Inkubasi pada suhu 25 oC (suhu ruang)
selama 2-3 hari.
Uji Metabolit Sekunder Ekstrak Isolat Hasil penginokulasian diamati setiap
Jamur Endofit hari, kemudian dilakukan proses pemurnian
Pemeriksaan dilakukan untuk dengan memindahkan setiap jamur yang
melihat kandungan senyawa metabolit tumbuh disekitar sampel pada media yang
sekunder yang terdapat dalam ekstrak isolate baru. Pengamatan koloni dilakukan secara
jamur endofit dari daun matoa. Pemeriksaan makroskopik berdasarkan warna dari koloni
dilakukan terhadap metabolit sekunder jamur endofit (Hasiani et al., 2015). Kriteria
alkaloid, flavonoid, saponin, fenol, steroid, yang sama dianggap sebagai isolat yang
terpenoid, dan tannin sama dan kriteria yang berbeda dianggap
isolat yang berbeda (Kumala & Nur, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN Jamur endofit yang telah murni kemudian
diremajakan menggunakan medium
Hasil identifikasi tanaman saboraud dextrose agar (SDA). Peremajaan
menunjukkan bahwa sampel yang digunakan isolat sangat penting untuk menjamin jamur
adalah Pometia pinnata yang berasal dari endofit tidak berada pada fase kematian
famili Sapindaceae. Sampel daun yang telah karena terlalu banyak sel-sel yang hidup
diambil, dilakukan sterilisasi permukaan sehingga mengakibatkan faktor kompetisi
secara bertingkat sebelum dilakukan isolasi nutrisi (Gandjar et al., 1999).
yaitu dengan cara membilas sampel dengan Hasil isolasi jamur endofit daun matoa
air mengalir. Proses isolasi dilakukan diperoleh tiga isolat dengan kode PpD1,
dengan metode tuang. Pada metode tuang PpD2, PpD3 (Gambar 1).
sampel dihaluskan terlebih dahulu kemudian

A B C

Gambar 1. Isolat jamur endofit dari daun matoa. (A). Isolat PpD1; (B) Isolat PpD2 ;
(C) Isolat PpD3

84
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Dari Gambar 1 dapat dilihat isolat Staphylococcus aureus, Pseudomonas


PpD1 berwarna cokelat, permukaan rata tepi aeruginosa dan jamur uji Candida albicans.
tidak rata. Isolat jamur PpD2 berwarna Metoda uji aktivitas antimikroba
hitam, permukaan jamur rata, tepi menggunakan metoda difusi agar. Metoda
bergelombang dan isolat jamur PpD3 paper disc diffusion (difusi agar) relatif
berwarna cokelat kehitaman, permukaan sederhana dan hasil yang didapat cukup teliti
jamur rata, dan tepi tidak rata. untuk mengetahui adanya aktivitas
Jamur endofit yang telah menjadi antimikroba. Daerah bening di sekililing
isolat tunggal dikultivasi pada media beras cakram menandakan tidak adanya bakteri
pada suhu 20-25 oC selama 25-30 hari. yang tumbuh, hal ini menunjukkan bahwa
Media beras merupakan media dengan sampel mempunyai aktivitas menghambat
kandungan nutrisi yang lebih kompleks pertumbuhan mikroba. Adapun faktor yang
untuk pertumbuhan jamur selama masa mempengaruhi pengujian aktivitas
kultivasi dibandingkan dengan media agar. antibakteri dengan metoda ini adalah
Selain itu media beras juga mudah kecepatan difusi dari zat yang berbeda-beda
ditemukan dengan harga yang terjangkau, dan perbedaan respon dari mikroba terhadap
sehingga beras dipilih sebagai media zat yang diuji, ini yang menyebabkan
kultivasi jamur pada penelitian ini. Selama diameter hambat yang dihasilkan
masa kultivasi ada beberapa faktor yang (Handayani et al., 2018). Konsentrasi
mempengaruhi pertumbuhan ekstrak etil asetat dari isolate jamur endofit
mikroorganisme dalam medium fermentasi, yang digunakan adalah 5 %. Kontrol positif
diantaranya bahan-bahan nutrisi yang yang digunakan sebagai pembanding yakni
terkandung dalam substrat, kadar air, pH dan gentamisin (30 µg/disk) dan nistatin (100
suhu pertumbuhan (Kjer et al., 2010). unit/disk). Gentamisin adalah antibiotik
Isolat jamur endofit yang telah golongan aminoglikosida yang paling
dikultivasi selama 20-30 hari diekstraksi banyak digunakan dan berspektrum luas.
dengan metode maserasi. Metode ini dipilih Antibiotik golongan aminoglikosida bersifat
bertujuan untuk menghindari terjadinya bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram
penguraian zat aktif akibat pemanasan dan positif dan gram negatif. Golongan
alat-alat yang digunakan sederhana. aminoglikosida seperti gentamisin aktif
Maserasi merupakan pengerjaan ekstraksi terhadap Pseudomons aeruginosa (Sukandar
dengan cara merendam sampel dalam et al., 2008). Nistatin merupakan salah satu
pelarut organik selama 3-5 hari dan dikocok obat antijamur dari golongan poliena yang
sesekali. Pelarut yang digunakan pada banyak digunakan untuk mengatasi infeksi
penelitian ini adalah etil asetat. Etil asetat akibat C.albicans. Nistatin diketahui efektif
merupakan pelarut yang baik digunakan secara invitro menghambat pertumbuhan C.
untuk ekstraksi karena dapat dengan mudah albicans dibandingkan dengan antijamur
diuapkan, tidak higroskopis, memiliki lainnya (Khan & Baqi, 2010).
toksisitas rendah dan bersifat semi polar Dimetilsulfoksida (DMSO) digunakan
sehingga diharapkan dapat menarik senyawa sebagai kontrol negatif yang tidak
yang bersifat polar maupun nonpolar (Rowe memberikan zona hambat pada bakteri dan
et al., 2009). jamur uji. Penggunaan Dimetilsulfoksida
Ekstrak etil asetat yang didapat dari (DMSO) karena pelarut ini tidak toksik dan
masing-masing isolate dilakukan pengujian relatif tidak berpengaruh terhadap proliferasi
aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji sel sehingga tidak mengganggu hasil

85
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

pengamatan pegujian aktivitas antibakteri maupun semi polar (Maryati & Sutrisna,
dengan metoda difusi agar, selain itu 2007).
dimetilsulfoksida (DMSO) merupakan salah Hasil uji aktifitas antimikroba
satu pelarut yang dapat melarutkan hampir ekstrak etil asetat isolate jamur endofit dari
semua senyawa baik polar, non polar daun matoa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji aktifitas antimikroba ekstrak etil asetat isolate jamur endofit dari daun matoa

Rata-rata diameter hambat (mm)


Isolate/Kontrol Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa Candida albicans
Ekstrak etil asetat jamur PpD1 9,54 9,391 8,546
Ekstrak etil asetat jamur PpD2 9,875 9,38 9,048

Ekstrak etil asetat jamur PpD3 13,378 9,396 9,046

Kontrol (+) Bakteri 20,04 25,91 -


Kontrol (+) Jamur - - 25,91
Kontrol (-) - - -

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tiga sedang jika diameternya antara 10-15 mm,
ekstrak etil asetat isolat jamur endofit yang dikategorikan kuat jika zona hambat
berhasil diisolasi menghasilkan aktivitas mencapai 16-20 mm, dan dikategorikan
daya hambat yang berbeda-beda terhadap S. sangat kuat jika zona hambat mencapai >20
aureus, P. aeruginosa dan C. albicans. mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ekstrak etil asetat dari isolat PpD3 memiliki ekstrak etil asetat isolat jamur endofit PpD2
rata-rata diameter hambat tertinggi terhadap memiliki aktivitas antijamur kategori lemah
bakteri uji S. aureus dan P. aeruginosa pada jamur C. albicans.
dengan rata-rata diameter hambatan 13,378 Secara umum tiga ekstrak isolat
mm dan 9,396 mm. Menurut Davis & Stout, jamur endofit yang diisolasi dari daun matoa
(1971) Klasifikasi respon hambat menunjukkan penghambatan yang lebih baik
pertumbuhan bakteri dengan diameter terhadap bakteri gram positif S. aureus dari
hambat lebih dari 20 mm digolongkan pada bakteri gram negatif P. aeruginosa.
sangat kuat, 10-20 mm digolongkan kuat, 5- Bakteri gram positif diketahui lebih sensitif
10 mm digolongkan sedang dan kurang dari dari pada bakteri gram negatif, hal ini
5 mm digolongkan lemah. Hasil penelitian disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat isolat gram negatif yang lebih kompleks
jamur endofit PpD3 memiliki aktivitas dibandingkan dengan bakteri gram positif.
antibakteri kategori kuat pada bakteri S. Struktur dinding sel bakteri gram negatif
aureus dan memiliki aktivitas antibakteri terdiri dari tiga lapis sedangkan bakteri gram
kategori sedang pada bakteri P. aeruginosa . positif struktur dinding selnya berupa
Ekstrak etil asetat isolat jamur endofit PpD2 lapisan tunggal, selain itu pada bakteri gram
memiliki rata-rata diameter hambat tertinggi positif peptidoglikan tidak terlindungi oleh
pada jamur uji C. albicans dengan nilai membran luar. Perbedaan struktur lapisan
9,048 mm. Menurut Puthera et al., (2007), membran tersebut menyebabkan bakteri
aktivitas antijamur dikategorikan gram negatif kurang sensitif terhadap
mempunyai diameter lemah jika antibiotik dari pada bakteri gram positif
diameternya <10 mm, lalu dikategorikan (Prihanto, 2012; Pelczar & Chan, 2006).

86
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Isolat jamur ekstrak etil asetat PpD1, dilakukan dengan cara menghambat proses
PpD2, PpD3 memiliki aktivitas antijamur, respirasi bakteri sehingga adanya energi
namun daya hambat terhadap jamur Candida yang dihambat akan berpengaruh terhadap
albicans lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas penyerapan metabolit dan
pengujian terhadap bakteri S. aureus dan P. biosintesis makromolekul bakteri (Chusine
aeruginosa. Ekstrak etil asetat dari isolat & Lamp, 2005). Mekanisme kerja tanin
jamur endofit tidak sepenuhnya mampu sebagai bahan antibakteri antara lain melalui
menembus dinding sel jamur C. albicans. perusakan membran sel bakteri karena
Menurut Ibrahim (2014) C. albicans toksisitas tanin dan pembentukan ikatan
mempunyai struktur dinding sel yang komplek ion logam dari tanin yang berperan
kompleks, tebalnya 100-400 nm. Membran dalam toksisitas tanin. Bakteri yang tumbuh
sterol pada dinding sel memegang peranan dalam kondisi aerob memerlukan zat besi
penting sebagai target antifungi dan untuk berbagai fungsi, termasuk reduksi dari
kemungkinan tempat bekerjanya enzim- prekursor ribonukleotida (Akiyama et al.,
enzim yang berperan dalam sintesa dinding 2001).
sel.
Hasil uji skrining fitokimia KESIMPULAN
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
isolate jamur endofit PpD1, PpD2, dan PpD3 Dari penelitian yang telah dilakukan
mengandung seyawa flavonoid, fenol dan dapat disimpulkan:
tannin. Aktivitas antimikroba ekstrak etil 1. Diperoleh tiga isolat jamur endofit dari
asetat jamur endofit terhadap berasal dari daun matoa yaitu PpD1, PpD2 dan PpD3
senyawa golongan flavonoid, tannin, dan 2. Ekstrak etil asetat jamur endofit PpD1,
fenolik. Mekanisme kerja flavonoid sebagai PpD2 dan PpD3 dari daun matoa
antimikroba adalah menghambat sintesis memiliki aktivitas antimikroba.
asam nukleat, menghambat fungsi
membrane sel dan menghambat DAFTAR RUJUKAN
metabolisme energi (Rijayanti, 2014).
Dalam penghambatan sintesis asam nukleat, Akiyama, L., Purwati, S. E., & Dewi, S. R.
cincin A dan B senyawa flavonoid berperan (2013). Isolasi dan identifikasi jamur
penting dalam proses interkelasi atau ikatan endofit tanaman manggis (Garcinia
mangostana L). Jurnal Biosfera, 30(2),
hidrogen, dengan menumpuk basa asam
82-89.
nukleat sehingga menghambat pembentukan Arista Elysabet Wenny (2002). Daya Antibakteri
DNA dan RNA. Sedangkan kerja flavonoid Ekstrak Etanol Daun Matoa (Pometia
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pinnata) terhadap Staphylococcus
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom aureus dan Escherichia coli. (Skripsi).
dan lisosom merupakan hasil interaksi antara Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
flavonoid dengan DNA bakteri (Cushine & Cushine, T. P. T, & Lamb, A. J. (2005).
Lamp, 2005). Mekanisme kerja flavonoid Antimicrobial activity of flavonoids. Int
dalam menghambat fungsi membran sel J Antimicrob Agents, 26, 3443-356.
dengan membentuk senyawa kompleks dari Davis, W. W., & Stout, T. R. (1971). Disc plate
protein ekstraseluler dan terlarut sehingga method of microbiological antibiotic
merusak membran sel bakteri dan diikuti assay.Journal of Microbiology, 22(4),
659-665.
dengan keluarnya senyawa intraseluler (Li et
al., 2003). Selain itu penghambatan
metabolisme energi bakteri oleh flavonoid

87
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Gandjar, I., Robert, A, S., Karin, V. D. T., Martiningsih NW, Widana G, Kristiyanti P.
Aryanti, O., & Imam, S. (1999). (2016). Skrining Fitokimia dan Uji
Pengenalan kapang endofit. Jakarta: Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Yayasan Obor Indonesia. Daun Matoa (Pometia pinnata) dengan
Handayani, D., Rivai, H., Hutabarat, M., & Metode DPPH. Prosiding Seminar
Hertiani, T, (2018). Antimicrobial and Nasional MIPA, FMIPA Undiksha, 332-
cytotoxic activities of endophytic fungi 338.
isolated from mangrove plant sonetatria Maryati., & Sutrisna, E. M. (2007). Potensi
alba Sm. Journal of applied sitotoksik tanaman ceplukan (Physalis
pharmaceutical Science, 8(2), 049-053. angulata L) terhadap sel hela.
Hasiani, V, V., Ahmad, I., & Rijai, L. (2015). Pharmacon, 8(1), 1-6.
Isolasi jamur endofit dan produksi Mohammad FV, Ahmad VU, Lajis NH, &
metabolit sekunder antioksidan dari Noorwala M. (2012). A New
daun pacar (Lawasonia inermis L.), Monodesmosidic Triterpenoid Saponin
Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(4), 240- From The Leaves of Pometia pinnata.
247. Natural Product Communications. 7,
Ibrahim, M. N. M. (2014). Uji aktivitas (11), 1423-1426.
antimikroba ekstrak n-heksan daun Muljono, P., Fatimawali., & Manampiring, A. E.
ketepeng cina (Cassia alata Linn) (2016). Uji aktivitas daun mayana jantan
terhadap jamur dan bakteri. (Skripsi). (Coleus atropurpureus Benth) terhadap
Gorontalo: Universitas Negeri pertumbuhan bakteri Streptococcus Sp.
Gorontalo. Dan Pseudomonas Sp. Jurnal e-
Khan, F., & Baqi, R., (2010). In vitro Antifungal Biomedik, 4(1), 164-172.
Sensitivity of Fluconazole Clotrimazole, Ngajow, M., Abidjulu, J., & Kamu, V.S.,
and Nystatin Against Candidiasis In (2013). Pengaruh Antibakteri Ekstrak
Females Of Childbearing Age. Journal Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata)
Ayub Collection Abbodttabad, 22(4), Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
197-200. Secara In Vitro. Jurnal MIPA UNSRAT
Kjer, J., Debbab, A., Aly, A. H., & Proksch, P. Online. 2, (2), 128-132.
(2010). Methods for isolation of marine- Pleczar, M. J., & Chan, E. C. S. (2006). Dasar-
derived endophytic fungi and their dasar mikrobiologi, (Edisi 1). Jakarta:
bioactive secondary products. Journal Universitas Indonesia.
Nature Protocols, 5, (3),479-490. Prihanto, A. A., (2012). Perbandingan anktivitas
Kumala, S., & Nur A. F. (2008). Penapisan antibakteri Penicillium notanum atcc
kapang simbion ranting kayu meranti 28089 dengan Penicilium sp. RIM yang
merah (Shorea balangeran Korth) diisolasi dari mangrove Sonneratia
sebagai penghasil enzim xilanase. Jurnal caseolaris. Jurnal pengolaha hasil
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 6, 1-6. perikanan Indonesia, 15(1), 66-7.
Lense O. (2012). The wild plant use as Purwidyaningrum, I & Dzakwan, M. (2015). Uji
traditional medicines by indigenous Aktivitas Diuretik Daun Matoa (Pometia
people of Manokwari, West Papua. pinnata) pada Tikus Jantan Galur
Jurnal Biodiversitas, 13, (2), 2085-4722. Wistar. Jurnal Farmasi Indonesia, 12,
Li, H., Wang, Z. & Liu, Y. (2003). Review in (1), 79 – 84.
the studies on tannins activity of cancer Puthera, A, G.N Agung & A.S Duniaji, 2007,
prevention and anticancer. Zhong-Yao- Mempelajari Pengaruh Konsentrasi
Cai, 26(6) 444-448. Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia
galanga) Terhadap Pertumbuhan
Aspergillus flavus pada Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.)., 4 (2), 131-136.

88
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Radji, M., (2005). Peranan Bioteknologi dan Strobel, G. A., & B. Daisy. (2003).
Mikroba Endofit dalam Pengembangan Bioprospecting for Microbial
Obat Herbal. Majalah Ilmu Endhophytes and Their Natural
Kefarmasian, 2, (3), 113-124. Products. Microbiology and Molecular
Rijayanti, R. P. (2014). Uji aktivitas antibakteri Biology Review. 67. (4). 419-502.
ekstrak etanol daun mangga bacang Suedee, A. (2012). Phytocemichal Studies of
(Mangifera indica l) terhadap Mimusopselengiand Pometia Pinnata
staphylococcus aureus. Jurnal Leaf Extract with Anti HIV1 Activity.
Kedokteran dan Kesehatan, 18(1), 13- (Thesis). Songkla (TH): Prince of
19. Songkla University.
Rowe, R. C., Shekey, P. J., & Quinn, M. E. Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I.,
(2009). Handbook of pharmaceutical Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., &
exipients. USA: Pharmaceutical Press Kusnandar. (2008). Iso farmakoterapi
and American Pharmacist Assosiation. buku 1. Jakarta: PT Isfi Penerbitan.
Suparni, I, & Wulandari, A. (2012). Herbal
Nusantara :1001 Ramuan Tradisional
Asli Indonesia. (1, 1st published).
Yogyakarta:Andi.

89

Anda mungkin juga menyukai