Anda di halaman 1dari 10

Biocelebes, Agustus, 2019 Volume 13 Nomor 2

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus

Melsi Mengkido*, Orryani Lambui, Wahyu Harso

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasTadulako,


Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117

Koresponding author: melsimengkido.17a@gmail.com

ABSTRACT
Ageratum conyzoides L. is commonly known as weed species however leaf from this plant is
used as traditional medicine for wound and skin infection. Furthermore it is important to test A.
conyzoides L. leaves extract can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria which is
causing infection disease. The content of this leaf which can inhibit bacterial growth is also
obeserved. The study was conducted by growing S. aureus bacteria on nutrient agar (NA) and
then a number of leave extract from A. conyzoides leaves (7.5, 15.0, 35 and 50%) were injected
to NA by well diffusion method. Amoxicillin 0,6% and DMSO 1% were also injected as positve
control and negative control respectively. Inhibition zone was measured based on diameter
formed. The results showed that increasing leaves extract increased inhibition of S. aureus
growth however 50% leave extract inhibited S. aureus growth less than Amoxicilin 0,6%.A.
conyzoides leaf can inhibit S. aureus growth may be caused by terpenoid, fenol, saponin and
alkaloid on its content.

Keywords :Extract Bandotan, Ageratum conyzoides L., Staphylococus aureus. Inhibition zone.

PENDAHULUAN kembung, mulas, muntah, diare dan


Bandotan (Ageratum conyzoides L.) mengobati penyakit yang disebabkan oleh
merupakan tumbuhan liar yang mudah infeksi bakteri (Heyne, 1987; Depkes, 1989;
didapat di Indonesia dan lebih dikenal Wijayakusuma dkk., 1994).
sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di Infeksi merupakan salah satu
kebun dan ladang. Tumbuhan ini masalah klasik dalam bidang kesehatan di
merupakan salah satu tumbuhan yang Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar
diketahui secara empiris mempunyai (2013), prevalensi rata-rata infeksi di
khasiat sebagai bahan obat dan telah Indonesia sebesar 3,5%. Infeksi dapat
digunakan di beberapa daerah (Dalimartha, disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
2007). Tanaman ini banyak dimanfaatkan seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa.
sebagai obat luka baru, luka berdarah, Beberapa infeksi disebabkan oleh bakteri
bisul,radang telinga,radangtenggorokan, yang secara umum merupakan patogen
rematik, keseleo, pendarahan rahim, bagi manusia, bersifat tidak tampak atau
sariawan, tumorrahim, malaria, perut asimptomatik, seperti bakteri

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 121


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

Staphylococcus aureus dan Escherichia Alat dan Bahan


coli. Bakteri S. aureus dapat menyebabkan Alat yang digunakan pada
terjadinya berbagai macam infeksi seperti penelitian ini adalah blender, erlenmeyer
jerawat, bisul, pneumonia, epiema, 100 ml, gelas kimia 1000 ml, gelas ukur 500
endokarditis, atau bernanah pada bagian ml, neraca analitik, Rotary evaporator, pipet
tubuh mana pun. Toksin dari bakteri S. tetes, tabung reaksi, pipet mikro 100-1000
aureus (leukosidin) dapat mematikan sel μl, autoklaf, inkubator,oven, hotplate,
darah putih pada manusia. Infeksi bakteri S. batang pengaduk, gelas ukur, cawan petri,
aureus tersebut dapat disebabkan oleh jarum ose, bunsen, corong kaca, jangka
kontaminasi langsung pada luka, misalnya sorong, pinset, rak tabung, wadah
pada infeksi luka pasca bedah (Andrian, meserasi, loyang, labu ukur 25 ml dan 10
2009). ml, cawan porselen, alat tulis dan kamera.
Tanaman A. conyzoides L. memiliki Bahan yang digunakan dalam
kandungan senyawa yang dapat digunakan penelitian ini yaitu biakan bakteri S. aureus
sebagai anti bakteri, terutama bagian daun yang diperoleh dari Laboratorium
dan bunga yang mengandung senyawa Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA
saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak UNTAD, daun Ageratum conyzoides L.,
atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). etanol 96%, aquades, HCl 2 N, media LB
Senyawa fenol secara umum telah dikenal (Lactose Broth), media NA (Nutrient Agar),
sebagai desinfektan yang digunakan untuk FeCl3, larutan DMSO (Dimethyl Sulfoxide),
membunuh mikroorganisme patogen aluminium foil, kertas saring, NaCl fisiologis
(Mutschler, 1991). Senyawa polifenol telah 0,9%, Amoxicillin 0,6%, Pereaksi Wagner,
terbukti memiliki aktivitas antibakteri kloroform dan H2SO4.
(Rahman, 1997). Disamping itu, daunnya Prosedur Penelitian
juga mengandung minyak atsiri dan Pengambilan Sampel Daun Tumbuhan
terdapat pula kumarin (Heyne, 1987). Ageratum conyzoides L.
Waktu dan Tempat Sampel daun tumbuhan bandotan A.
Penelitian initelah dilakukan pada conyzoides L. diperoleh di Desa Tongoa,
bulan Desember sampai dengan Maret Kecamatan Palolo, Palu Sulawesi Tengah.
2017 yang bertempat di Laboratorium Pengambilan sampel daun yang dibutuhkan
Bioteknologi Jurusan Biologi dan adalah daun yang tua
Laboratorium Pertanian Fakultas Pertanian Sterilisasi Alat dan Bahan
Universitas Tadulako

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 122


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

Alat-alat yang akan digunakan menghentikan reaksi enzim yang dapat


terlebih dahulu dicuci bersih dan menyebabkan penguraian atau
dikeringkan, yaitu cawan petri, tip pipet perubahan kandungan kimia yang
mikro dibungkus dengan kertas, untuk alat- terdapat pada daun bandotan. Selain itu,
alat ditutup mulutnya dengan menggunakan pengeringan dilakukan di oven selama 8
kapas steril lalu dibungkus dengan jam. Menurut Katno dkk. (2008)
aluminium foil sedangkan pinset, jarum ose pengeringan dilakukan selama 8 jam
disterilkan dengan cara flambir/pemijaran pada suhu 40oC dengan jumlah kadar air
(Syahrurachman dkk, 1994). Bahan yang kurang lebih 5%. Kemudian daun
akan digunakan yaitu media NA, LB, NaCl tersebut dihaluskan dengan
fisiologis dan aquades dimasukan didalam menggunakan blender dan diperoleh
erlenmeyer dan disumbat dengan kapas serbuk simplisia (Rahmadani, 2015).
dan ditutup dengan aluminium foil. Ekstraksi Sampel Daun Tumbuhan
Kemudian alat dan bahan tersebut Ageratum conyzoides L.
o
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 Ekstraksi sampel daun tumbuhan
C, tekanan 2 atm selama 15 menit. A. conyzoides L. menggunakan metode
Penyiapan Sampel maserasi dengan pelarut etanol 96%
Bagian tanaman yang digunakan selama 24 jam. Metode maserasi
untuk penelitian ini yaitu daun bandotan digunakan karena struktur sampel daun
A. conyzoides L. menurut Maija (2015) yang cukup kecil dan lunak. Kelebihan
daunterlebih dahulu di sortasi basah dari metode maserasi adalah cara
untuk memisahkan kotoran seperti tanah pengerjaan dan peralatan yang
atau bagian tanaman yang tidak sederhana. Selanjutnya ekstrak disaring
digunakan dan terbawa pada saat dengan menggunakan kertas saring dan
pengumpulan daun. Selanjutnya daun di corong, kemudian dilakukan pemisahan
cuci pada air mengalir, kemudian antara zat pelarut dan senyawa aktif hasil
dirajang kecil-kecil sehingga pelarut lebih ekstraksi dengan menggunakan alat
mudah berpenetrasi kedalam sel dan rotary evaporatordengan suhu 45oC
penarikan senyawa kimia yang (Mangindaan dkk., 2014).
terkandung dalam sampel lebih maksimal Pembuatan Stok Ekstrak
setelah proses perajangan. Daun Pembuatan stok ekstrak daun A.
selanjutnya dikering-anginkan. conyzoides L. serta kontrol
Pengeringan dilakukan untuk menggunakan larutan DMSO mengacu

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 123


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

dari Hidayatullah (2011). Larutan induk ekstrak daun A. conyzoides L. dengan


adalah konsentrasi 75%, yaitu dengan konsentrasi 7,5 %, 15 %, 35 %, 50 %,
perbandingan 7,5 g ekstrak daun dalam kontrol positif Amoxicillin 0,6% dan kontrol
10 ml DMSO (b/v). Selanjutnya, dibuat negatif DMSO 1% tanpa campuran
konsentrasi 7,5, 15, 35 dan 50%. ekstrak (Kurniawan, 2015). Pembuatan
Amoxicillin 0,6% sebagai kontrol positif
Pembuatan Suspensi Bakteri disajikan pada. Media Nutrien Agar
Staphylococus aureus dipanaskan dalam hotplate sampai
Biakan murni bakteri S. aureus mencair kemudian dibiarkan dioven
o
diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi sampai suhu sekitar 40 hingga 50oC.
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Setelah itu media NA tersebut dituang ke
Ilmu Pengetahuan Alam. Bakteri yang dalam masing-masing cawan petri
akan digunakan, dilakukan peremajaan sebanyak 15 ml yang telah terisi 1 ml
kembali sesuai dengan cara kerja Maija suspensi bakteri. Selanjutnya
(2015), yaitu dengan cara memindahkan dihomogenkan dan disimpan ditempat
bakteri dari medium yang lama ke yang rata sampai media memadat.
medium yang baru yaitu ke medium NA Pengujian kepekaan bakteri ini
miring. Bakteri diambil dengan menggunakan metode difusi sumur.
menggunakan jarum ose kemudian Sumur dibuat dengan menggunakan
disuspensikan kedalam medium LB pelubang steril dengan ukuran diameter 7
sebagai media penyubur yang berguna mm. Sumur tersebut diisi sebanyak 100 µl
untuk pertumbuhan bakteri. Setelah itu ekstrak daun A. conyzoides L. dan
dilakukan pengenceran bertingkat dengan Amoxicillin 0,6% sebagai kontrol positif
menggunakan larutan NaCl fisiologi 0,9%. serta 1 kontrol negatif menggunakan
Dalam perlakuan jumlah bakteri S. aureus larutan DMSO 1%. Selanjutnya cawan
7
yang digunakan yaitu 1,30x10 CFU/ml. diinkubasi pada suhu 37oC selama 24
Prosedur pembuatan media NA dan LB jam.
disajikan pada. Pengamatan Zona Hambat
Uji Daya Hambat Pengamatan zona hambat ekstrak
Uji daya hambat dilakukan dengan daun A. conyzoides L. terhadap
menggunakan metode sumur dilakukan pertumbuhan bakteri S. aureus pada
dengan menggunakan alat pelubang masing-masing cawan petri dilakukan
steril. Uji daya hambat menggunakan setelah masa inkubasi.Pengamatan

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 124


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

dilakukan dengan mengukur diameter zona lapisan.Terbentuknya warna coklat


bening yang terbentuk dengan mengunakan kemerahan pada permukaan
jangka sorong (Maija, 2015). menunjukan adanya terpenoid (Ayoola,
Skrining Fitokimia 2008).
Skrining fitokimia dilakukan dengan 4. Uji Kandungan Fenol
metode uji tabung menggunakan pereaksi- Ekstrak sebanyak 0,5 gram, ditetesi
pereaksi yang sesuai untuk golongan larutan FeCl3 1%, positif adanya fenolik
senyawa yang akan diuji yaitu alkaloid, jika terjadi perubahan warna hijau,
saponin, fenol dan terpenoid. Proses merah, ungu, biru atau hitam (Resmi,
pengujiannya adalah sebagai berikut: 2011)
1. Uji Kandungan Alkaloid Analisis Data
Ekstrak sebanyak 0,5 g dimasukan ke Data kuantitatif yang diperoleh dari
dalam gelas piala, ditambah dengan pengukuran, kemudian dianalisis dengan
HCl 2 M lalu dipanaskan di atas One Way Anove menggunakan software
penangas air sambil diaduk kemudian SPSS pada taraf uji 5%. Apabila ada beda
didinginkan sehingga suhu kamar. NaCl nyata diikuti oleh uji lanjut menggunakan
serbuk ditambahkan, diaduk dan DMRT.
disaring kemudian filtrate ditambah HCl HASIL
2 M setelah itu ditambahkan pereaksi Skrining Fitokimia
Wagner.Jika terjadi perubahan warna Hasil uji fitokimia terdapat beberapa
coklat berarti positif Alkaloid (Resmi, kandungan senyawa antibakteri pada
2011). ekstrak daun A. conyzoidesL. yangdisajikan
2. Uji Kandungan Saponin pada Tabel. 1.
Sebanyak 0,5 g ekstrak dimasukan
dalam tabung reaksi, ditambahkan air
dan dipanaskan di water bath. Adanya Zona daya hambat
buih menunjukan adanya saponin
(Ramyashree et al, 2012).
3. Uji Kandungan Terpenoid
Pada 0,5 g masing-masing ekstrak
ditambahkan 2 mL kloroform. Sebanyak
3 mL konsentrasi H2SO4 hati-hati Gambar. 1 Zona hambat yang terbentuk di
sekeliling sumur pada konsentrasi 35%Terjadi
ditambahkan untuk membentuk peningkatan zona hambat seiring penambahan

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 125


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

Uji Daya Hambat larutan akuades tanpa ekstrak (Kontrol


Uji daya hambat ekstrak daun A. negatif) dan zona hambat tertinggi diperoleh
conyzoides L. terhadap pertumbuhan pada larutan 50% ekstrak daun A.
bakteri Staphylococus aureus dengan conyzoides L. akan tetapi zona hambat
menggunakan metode sumur, yang ditandai tertinggi yang dihasilkan dari extrak 50%
dengan terbentuknya zona daya hambat di daun A.conyzoides L. masih lebih rendah
sekitar sumur (Gambar. 1). dibandingkan dari Amoxicilin 0,6%.
Konsentrasi ekstrak yang diberikan.
Zona hambat terendah diperoleh pada

Tabel. 1 Hasil skrining senyawa antibakteri


Alkalod Saponn Terpenod Fenol
Ekstrak
daun Terdapat Terdapat
Ageratum Terdapat kadungan kandungan kandungan Terdapat
conyzoid senyawa alkaloid senyawa senyawa terpenoid kandungan fenol
es L ditandai dengan saponin dengan dengan ditandai dengan
terbentuknya warna adanya busa terbentuknya terbentuknya
coklat ketika lapisan warna warna hitam
dipanaskan coklat kemerahan

Pembahasan
Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri patogen dapat disembuhkan
oleh beberapa obat antibakteri.Namun
dalam perkembangannya penanganan
terhadap beberapa penyakit ini menemui
Kontrol negatif kesulitan (Awoyinka et al,
2007).Perkembangan penggunaan obat
Gambar 2 Grafik zona daya hambat ekstrak tradisional khususnya dari tumbuh-
daun Ageratum conyzoides L. terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus nilai yang tumbuhan dapat membantu meningkatkan
ditampilkan adalah nilai rata-rata ± standar derajat kesehatan masyarakat secara
deviasi. Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata pada meluas.Selama ini penyakit infeksi diatasi
taraf uji 5%.
dengan menggunakan antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan bisa

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 126


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

membuat mikroba patogen menjadi resisten Cara kerja fenol dalam membunuh
(Refdanita dkk., 2004). Oleh karena itu, mikroorganisme yaitu dengan cara
diperlukan alternatif dalam mengatasi mendenaturasi protein sel (Pelczar dan
masalah ini dengan memanfaatkan bahan- Chan, 1981). Saponin memiliki gugus
bahan aktif antimikroba dari tanaman obat. aglikonyang berperan sebagai
Menurut Ushimaru et al., (2007), antibakteri.Mekanisme kerja saponin dapat
Pemanfaatan tumbuhan obat secara mengubah permeabilitas sel dan
tradisional dapat berdasarkan verifikasi efek mengganggu permeabilitas membran sel
farmakologi dan anti infeksi dari senyawa bakteri (Villa, 2014).Bakteri gram positif
yang dihasilkan tumbuhan tersebut seperti S. aureus tidak memiliki membran
terhadap aktifitas mikro organisme. luar seperti yang dimiliki kebanyakan bakteri
Pemanfaatan daun A. conyzoides L. gram negatif. Disamping itu S. aureus
sebagai anti bakteri khususnya S. Aureus memiliki dinding sel yang bersifat hidrofobik
dapat diidentifikasi berdasarkan uji daya pada bagian luarnya, sehingga konsentrasi
hambat ekstrak tumbuhan terhadap rendah dari ekstrak akan dapat membunuh
pertumbuhan bakteri tersebut. seluruh bakteri S. aureus (Madigan et al.,
Hasil uji fitokimia dari daun A. 2009). Uji alkaloid menunjukan dengan
conyzoides L. menunjukkan adanya terbentuknya warna coklat. Senyawa
kandungan senyawa aktif berupa terpenoid, alkaloid mempunyai mekanisme kerja
fenol, saponin dan alkaloid (Tabel 4.1). sebagai antibakteri yaitu dengan cara
Senyawa tersebut diatas mampu untuk mengganggu komponen penyusun
menghambat pertumbuhan bakteri patogen peptodoglikan pada sel bakteri sehingga
(Kamboj dan Saluja, 2010). Senyawa lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
terpenoid bereaksi dengan porin pada utuh dan menyebabkan kematian pada sel
membran luar dinding sel bakteri, tersebut (Farnworth, 1966).
membentuk ikatan polimer yang kuat Bachir dan Benali, (2012)
sehingga mengakibatkan rusaknya porin. menyatakan bahwa bakteri gram positif
Rusaknya porin yang merupakan pintu seperti S. aureus memiliki lapisan
keluar masuknya senyawa akan peptidoglikan yang lebih tebal tanpa adanya
mengurangi permeabilitas dinding sel membrane luar. Adanya aktivitas senyawa
bakteri yang mengakibatkan sel bakteri fenolik akan dengan mudah menyebabkan
kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan kerusakan pada dinding dan membrane sel
bakteri terhambat atau mati (Cowan, 1999). sehingga akan mengganggu sistem

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 127


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

transport aktif. Selanjutnya senyawa terhadap bakteri S. aureus.Mengacu pada


tersebut akan mendenaturasi dan standart umum yang dikeluarkan oleh
menginaktifkan protein seperti enzim Departemen Kesehatan (1989) disebutkan
sehingga mempengaruhi metabolisme sel. bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap
Berdasarkan Gambar 4.1 antimikroba asal tanaman apabila
perlakuan dengan pemberian konsentrasi mempunyai ukuran diameter daya
ekstrak daun 50% menghasilkan diameter hambatannya 12 - 24 mm.
zona hambat yang rata-rata 22,0 mm, lebih Berdasarkan uraian di atas,
besar dibandingkan dengan pemberian membuktikan bahwa daun A. conyzoides
konsentrasi lainnya. Namun demikian zona L.mempunyai dasar kuat digunakan sebagai
hambat pada konsentrasi tersebut masih bahan obat karena mengandung senyawa
lebih kecil dibanding dengan zona hambat antibiotik yang dapat mempengaruhi
pada kontrol positif menggunakan pertumbuhan bakteri S. aureus.
Amoxicillin 0,6% yaitu 33,0 mm. Sedangkan KESIMPULAN
uji daya hambat yang paling kecil terjadi Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun A.
pada pemberian konsetrasi ekstrak yang conyzoidesL. semakin besar daya
paling rendah 7,5% yaitu 9,0 mm. hambatnya. Pada ekstrak daun A.
Kemampuan suatu bahan antibakteri dalam conyzoidesL. terdapat beberapa kandungan
meniadakan kemampuan hidup senyawa yang dapat menghambat
mikroorganisme tergantung pada pertumbuhan bakteri yaitu terpenoid, fenol,
konsentrasi bahan antibakteri tersebut. saponin dan alkaloid.
(Santoso dan Harry, 2004). Semakin tinggi DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi antibakteri yang diberikan Andrian. (2009). Uji aktivitas antibakteri
minyak atsiri daun jeruk keprok
dalam hal ini adalah ekstrak daun A.
(Citrus nobilis) terhadap
conyzoides L. maka daya hambat semakin Staphylococus aureus dan
Escherichi coli. Skripsi. Fakultas
besar. Kamboj dan Saloja (2010) juga
Farmasi Universitas
menyatakan bahwa selain konsentrasi Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
mempengaruhi daya hambat terhadap
bakteri, jenis dari senyawa yang dapat Awoyinka, O. A. Balogun, I. O., and
Ogunnowo, A. A. (2007).
menghambat bakteri juga sangat penting.
Phytochemical screening and in
Hal ini membuktikan bahwa vitro bioactivity cnidoscolus
aconitifolius
konsentrasi ekstrak A. conyzoides L. dapat
(Euphorbiaceae).Journal Of
digunakan sebagai bahan antibakteri

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 128


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

Medicinal Plants Resources, 1(3), belanda (Guazuma ulmifolia


064-065. L.).Jawa Tengah: Balai Besar
Ayoola, D. S. (2008). Phytochemical Litbang Tanaman Obat dan Obat
screening and free radical Tradisional.
scavenging activity of some Kurniawan.(2015). Uji aktivitas anti jamur
nigerian medicinal plants,Journal ekstrak etanol daun kelor (Moringa
Pharmaceutical Sciences, 7(3), oleifera Lamk.)Terhadap Candida
1019-1024. albicaus secaraIn-vitro.Skripsi.
UniversitasTanjungpura.
Cowan, M. (1999). Plant product as Pontianak.
antimicrobial agent. Clinical
Microbiology Reviews. 12: 564-582 Madigan, MT., Martinko, JM., Dunlap, VP.,
Clark, PD. (2009). Biology of
Dalimartha, S. (2007). Atlas tumbuhan Microorganisme.Southern lllinois
Indonesia jilid 2.Jakarta: Penerbit University Carbondale.
PuspaSwara.
Maija, F. (2015). Uji daya hambat ekstrak
Depkes RI. (1989). Sediaan galenik.Jakarta: daun Harrisonia perforrata Merr
Di Rektorat Jendral Pengawasan terhadap pertumbuhan bakteri
Obat dan Makanan. Staphylococus aureus. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Farnworth, N. R. (1966). Biological and Pengetahuan Alam. Universitas
phytochemical screening of Tadulako. Palu.
plant,Journal PharmacyScience,
55(3), 225-276. Mangindaan, Y. P., I ketut, B. dan Niluh, E.
Hidayatullah. (2011). Profil kandungan kimia S. (2014). Pemberian ekstrak kulit
dan aktivitas antibakteri ekstrak batang kelor terhadap gambaran
metanol daun bamban (Donax mikroskopis ginjal tikus yang di
canniformis (G. Forst.) K. Schum) induksi aloksan . Skripsi.
terhadap Staphylococus aureus. Universitas Udayana. Denpasar.
Skripsi. Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Mutschler, E.(1991). Dinamika obat.Buku
Tadulako. Palu. Ajar Farmakologi dan Toksikologi
Edisi V. diterjemahkan oleh
Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Mathilda B, Widianto & Anna Setia
Indonesia.Jakarta: Badan Ranti, hal 608-609.612-
Penelitian dan Pengembangan 614.Bandung: Penerbit ITB.
Kehutanan.
Pelczar, M. J., dan Can, E.C.S. (1981).
Kamboj, A and A. K. Saluja. (2010). Dasar – Dasar
Ageratum conyzoides L. A review Mikrobiologi.Jakarta: UI Press.
on its phytochemical and
pharmacological Rahman, A.(1997). Isolasi dan identifikasi
profile,International Journal of senyawa antimikroba dari
Green Pharmacy, 2(2), 59-68. daunanyang-anyang(Elaeocarpus
Grandiflorus).J.E. SmithTesis.
Katno, Awal P. K., dan Sutjipto. (2008). Program Studi Ilmu Farmasi.
Pengaruh waktu pengeringan Jurusan Ilmu Matematika dan Ilmu
terhadap kadartanin daun jati

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 129


Mengkido, dkk. Biocelebes. Agustus. 2019. Volume 13 Nomor 2, Halaman 121-130

Pengetahuan Alam. Program ces/download/general/Hasil%20Ris


Pasca Sarjana. UGM. Jogjakarta. kesdas%20 2013.pdf.
Ramyasheer, M., Krishna, R. H., and Santoso dan Herry. (2004). Operasi teknik
Shivabasavaiah.(2012). kimia ekstraksi. Jurusan Teknik
Ethnomedicinal value of opuntia Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
elatior fruits and its effects in Diponegoro.
mice.University of Mysore,
Karnataka, India. Syahrurachman, A., Chatim, A. Dan
Sardjito, R. (1994). Buku ajar
Refdanita, R. Maksum, A. Nurgani dan P. mikrobiologi kedokteran. Edisi
Endang. (2004). Pola kepekaan revisi.Jakarta: Bina Rupa Aksara.
kuman terhadap antibiotik di ruang
rawat intensif rumah sakit Syamsuhidayat, S.S. dan Hutapea,
fatmawati Jakarta. Makara J.R.(1991).Inventaris Tanaman
Kesehatan. 8(2): 41-48. Obat Indonesia. edisi
kedua.Jakarta: Departemen
Resmi, M.(2011). Metode Penelitian Obat. Kesehatan RI.
Widya Padjajaran. Antapani,
Bandung. Villa, T. G. And Particia. (2014).
Antimicrobial compound. Spiger.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Berlin.
Penelitian dan
PengembanganKesehatan Wijayakusuma, H.M.H., Dalimarata,
Kementerian RI tahun S.danWirian, A.S.(1994). Tanaman
2013.Diakses: 28 juli 2016, Berkhasiat Obat di Indonesia. jilid
darihttp://www.depkes.go.id/resour III (30-31). Jakarta: Pustaka Kartini.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 130

Anda mungkin juga menyukai