Disusun Oleh:
Nama Peneliti :
Bidang Penelitian :
Jenjang :
Nama Pembimbing :
2023
Proposal Penelitian
Bidang Penelitian:
Matematika, Sains, dan Teknologi
Nama Peneliti:
1.
2.
Asal Madrasah:
MTsN 4 Blitar Jawa Timur
Latar Belakang
Selama bertahun-tahun, WHO menganjurkan agar negara-negara lebih memperhatikan
pengobatan tradisional dengan harapan untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi aspek-aspek
yang menyediakan pengobatan yang relatif lebih aman dan efektif untuk penyakit yang
disebabkan oleh mikroba dan non-mikroba. Sebagai akibat darianjuran tersebut, penelitian
mengenai pemanfaatan dan penggunaan tanaman sebagai obat herbal mengalami kenaikan.
Apalagi hal ini berkaitan dengan meningkatnya perhatian global terhadap obat tradisional dari
Cina. Cina sendiri dengan gigih melakukan penelitian dan pengarsipan mengenai pengobatan
warisan nenek moyang, dengan sekitar 100.000 formula dan 11.000 tanaman telah
terdokumentasi. Selain itu, obat herbal juga dipercaya memiliki efek samping yang lebih aman
dibanding dengan obat sintestis. Salah satu tanaman yang sudah banyakdigunakan sebagai
obat adalah Ageratum conyzoides atau bandotan. Ageratum conyzoides merupakan tumbuhan
liar yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, terutama di daerah pertanian. Tumbuhan ini
banyak dijumpai di daerah Amerika Selatan, Afrika Barat, beberapa daerah di asia termasuk
Indonesia (Sivakrishan, 2017). Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 1 meter, memiliki bunga
berwarna putih-ungu, bulu-bulu halus menyelimuti permukaan batang dan daunnya. Bau dari
tumbuhan ini seperti bau kambing,sehingga banyak disebut sebagai “goat weed”, meskipun
demikian tumbuhan ini memiliki banyak manfaat (Wahua, 2021).
Ageratum conyzoides atau bandotan memiliki kandungan obat yang banyak dimanfaatkan
masyarakat lokal. Tanaman ini banyak mengandung flavonoids, alkaloids, cumarins, essential oils,
and tannins (Kamboj, 2008; Shekhar, 2012). Di berbagai daerah daun Ageratum conyzoides
digunakan sebagai terapi luka, wasir, anti disentri, antibakteri, anti-inflamasi, analgesik, antipiretik,
antispasmodik, gastroprotektif, antiulcer, insektisida, dan anti nyamuk (Warsinah, 2020). Di India
tanaman ini digunakan sebagai obat lepra, di Brazil tanaman ini dijadikan teh dan diminum
sebagaianti inflamasi, analgesik, dan anti diare. Di Indonesia terutama oleh suku batak, tanaman
ini dimanfaatkan sebagai obat demam. Meskipun demikian, penggunaan tanaman ini untuk obat
hewan ternak masih jarang digunakan.
Peternakan marmut mulai banyak digemari di Indonesia. Marmut termasuk hewan pengerat
atau rodensia, yang mudah dan banyak dibiakkan oleh peternak. Marmut biasa dimanfaatkan
sebagai hewan hias, hewan penghasil daging, dan hewan percobaan. Marmut digunakan sebagai
hewan percobaan mengacu pada penelitian terdahulu yang memanfaatkan marmut sebagai
hewan model penyakit manusia, biokimia, fisiologis, serta farmakologis (Hasibuan, 2018).
Pemeliharaan marmut terbilang cukup mudah,namun demikian apabila kebersihan lingkungan
kurang, dapat menimbulkan penyakit kulit pada hewan ternak ini. Penyakit kulit pada marmut
merupakan penyebab kematian terbesar pada hewan ini (Poernomo, 2020).. Tak jarang para
peternak harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengobati luka pada hewan ternak ini. Padahal
dilingkungan sekitar terdapat tumbuhan alami yang secara turun-temurun telah digunakan sebagai
obat dan terbukti memiliki kandungan yang baik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
dapat menunjukkan bahwa bandotan dapat digunakan sebagai alternatif obat luka untuk marmut,
yang diharapkan dapat mengurangi biaya operasional para peternak marmut
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana efek Ageratum conyzoides terhadap luka pada marmut?
Penentuan tujuan penelitian mengacu pada batasan rumusan masalah yang telah di
paparkan diatas.
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dijabarkan menjadi dua aspek, yaitu manfaat
praktis dan teoretis.
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Dapat memanfaatkan tumbuhan liar sebagai obat untuk hewan ternak, sehingga
dapat mengurangi biaya operasional pemeliharaan hewan.
2. Bagi Peneliti
1. Ageratum conyzoides
Tanaman Bandotan memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi
tanaman Bandotan (Syamsu hidayat & Hutapea, 1991):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
Ageratum berasal dari kata Yunani 'a geras', yang berarti tidak menua, mengacu pada umur
panjang tanaman. Conyzoides di sisi lain diturunkan dari 'konyz' nama Yunani Inula
helenium yang tanamannya sangat mirip. Ageratum conyzoides termasuk dalam famili
Asteraceae suku Eupatoriae. Keluarga ini memiliki karakteristik yang unik dan tidaksama
dengan lainnya. Sebagian besar tanaman dalam keluarga ini adalah herba sementara pohon
dan semak relatif jarang (Okunade, 2001).
A. conyzoides adalah tanaman tropis yang sangat umum di Afrika Barat dan beberapa
bagian
Asia dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan herba tahunan yang tumbuh
setinggi sekitar 1 m. Batang dan daunnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih daunnya
bulat telur dan panjangnya mencapai 7,5 cm. Bunganya berwarna ungu sampai putih,
kurang dari 6 mm, dan tersusun dalam perbungaan terminal yang rapat. Tanaman ini
tumbuh subur di mana saja, dan sangat umum di tempat-tempat sampah dan di daerah
terbengkalai. Bandotan memiliki bau aneh yang disamakan dengan bau kambing dan
karenanya dinamai 'kambing' gulma' atau 'gulma kambing billy' (USDA, 2019).
Hipotesis
-
Metode Penelitian
A. Metode yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Dengan 3 perlakuan yaitu kontrol negataif,
kontrolpositif, dan perlakuan. Kontrol negatif tanpa perlakuan apapun, kontrol negatif diberi
perlakuan dengan betadin, dan kontrol positif diberi perlakuan dengan ekstrak Ageratum
conyzoides.
B. Subjek Penelitian
Sebanyak 9 marmut (Cavia porcellus) dengan masing-masing perlakuan sebanyak 3 ekor.
Pembuatan ekstrak daun bandotan dilakukan dengan metode maserasi. Metode maserasi
merupakan proses ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
pelarut aktif yang sesuai, selama beberapa hari pada suhu kamar yang terlindung dari
cahaya, dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah etanol (Mujahid dkk, 2008). Daun
bandotan yang diperoleh dibersihkan dengan air mengalir, dan dikeringkan anginkan selama
2 kali 24 jam. Kemudian, daun bandotan dimasukkan kedalam oven selama 2 jam dengan
suhu 45 C . Daun yang kering dihaluskan menggunakan blender dan diayak untuk
mendapatkan serbuk (simplisia). Setelah itu, dimasukkan 200 gr simplisia daun bandotan
yang dicampur dengan 2 liter etanol 70% kedalam beaker glass, kemudian ditutup
menggunakan plastik. Kemudian diamkan selama 1 kali 24 jam. Rendaman simplisia
tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring hingga menghasilkan cairan yang
terbebas dari simplisia. Kemudian cairan dipekatkan dengan menggunakan alat rotary
evaporator dengan suhu49 ̊C, kecepatan 20 RPM dan tekanan 176 Bar sampai pelarut tidak
menetes lagi. Cairan tersebut dapat dikatakan sebagai ekstrak etanol daun bandotan.
2. Penelitian
a. Pembuatan luka
Luka dibuat di punggung dengan mencukur bulu marmut sampai 3 cm. Kemudian dipasang
perlak dan alas di bawah tubuh marmut yang akan dibuat luka, tangan dicuci, area kulit yang
akan dibuat luka didesinfeksi dengan alkohol 70%, sarung tangan dipakai, anastesi dengan
lidokain pada area kulit yang akan dibuat luka, melakukan pembuatan luka pada punggung
marmut, dengan mess steril, panjang luka 4 cm yang ditandai dengan munculnya darah
. Prosedur perawatan luka
Perawatan luka dilakukan 2 kali sehari pada jam 07.00 dan 17.00 WIB.
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober Ket
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
bing
bing
6 Presentasiproposal Peneliti
semifinal
7 Supercamp Peneliti
8 Pelaksanaan Peneliti +
penelitian dan pembim-
bimbingan dari Bing +
mentor Kemenag RI mentor
Daftar Pustaka
Akinyemi, K. O., Oladapo, O., Okwara, C. E., Ibe, C. C., & Fasure, K. A. (2005). Screening of
crude extracts of six medicinal plants used in South-West Nigerian unorthodox medicine for
C, W., & Bc, N. (2021). Morphological, Anatomical and Proximate Properties of Ageratum
63–67. https://doi.org/10.36347/sajb.2021.v09i03.002
Chah, K. F., Eze, C. A., Emuelosi, C. E., & Esimone, C. O. (2006). Antibacterial and wound healing
Hasibuan, B. I., Andika, B., & Yakub, S. (2018). SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT
SHAFER. 1.
ibad, mohammad rosyidul, nasution, T. handayani, & Andarini, S. (n.d.). Pengaruh ekstrak daun
kersen (Muntingia calabura) terhadap derajat eritima pada proses inflamasi marmot (Cavia
Kamboj, A., & Saluja, A. K. (2008). Ageratum conyzoides L.: A review on its phytochemical and
O. K, O., & J.O, W. (2014). The Use of Ageratum Conyzoides L. [Asteraceae] As A Therapeutic
Measure In The Treatment Of Breast Myiasis Sores In Rural Women And Associated
https://doi.org/10.9790/3008-09634450
O.W, O., I.O, I., F.C, O., O. O, O., A, A., O, A., O.E, E., O.O, O., & E.E.U, A. (2002).
Poernomo, H., & Ma’ruf, M. T. (2020). THE EFFECT OF GARLIC EXTRACT GEL (Allium sativum
Shekhar, T. C., & Anju, G. (2012). A Comprehensive Review on Ageratum conyzoides Linn.(Goat
weed).
Shirwaikar, A., Bhilegaonkar, P. M., Malini, S., & Sharath Kumar, J. (2003). The gastroprotective
Silva, M. J. M. E., Capaz, F. R., & Vale, M. R. (2000). Effects of the water soluble fraction from
132. https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-1573(200003)14:2<130::AID-PTR594>3.0.CO;2-4