Anda di halaman 1dari 9

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN

MIMBA
(Azadirachta Indica Juss)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

Diajukan oleh :
Fika Wilda Anggraeni
NIM 17040014

JURUSAN FARMASI
STIKES dr.SOEBANDI JEMBER
2019
BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan Negara tropis yang kaya akan tanaman herbal salah satunya
adalah mimba. Tanaman mimba (Azadirachta indica Juss.) merupakan salah satu tanaman
herbal yang tumbuh di Negara-negara tropis seperti India, Paksistan, Burma dan Indonesia.
Tanaman mimba di Indonesia tersebar dibeberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jawa
Timur dan Madura. Masyarakat Madura menyebut mimba dengan nama mimbheh , di Bali
dikenal dengan intaran sedangkan di jawa dikenal dengan nama imba atau mimba. Tanaman
ini tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 300 meter di atas permukaan air laut. Tanaman
mimba (Azadirachta indica Juss.) merupakan pohon yang tinggi batangnya dapat mencapai
20 m (H.Puri.2006)
Menurut Sukrasno (2003), Daun dan biji mimba mempunyai banyak manfaat. Biji
mimba dapat dimanfaatkan untuk insektisida alami, antioksidan, fungisida, antibakteri,
spermisida, sabun minyak mimba dan pelumas minyak mimba. Pada saat ini pemanfaatan
mimba lebih berorientasi sebagai insektisida, padahal selain insektisida, mimba juga
berpotensi sebagai bakterisida.
Tanaman mimba mengandung senyawa bioaktif baik pada bagian batang, daun
maupun bijinya. Hampir semua bagian dari pohon mimba mempunyai khasiat obat .Daun
mimba mengandung senyawa-senyawa bioaktif diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside,
nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine (Tiwari P, 2011).
Ekstrak daun mimba mempunyai aktifitas sebagai antioksidan (Balaji and
Cheralathan 2015). Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau memperlambat
kecepatan oksidasi bahan-bahan yang terokidasi (Nawar, 1996) Antioksidan dapat
menghambat oksidasi lipid melalaui pengikatan oksigen secara kompetitif, menghambat
tahap inisiasi, memblokir tahap propagasi dengan cara merusak atau mengikat radikal bebas,
menghambat catalis atau menstabilkan hidrogenperoxide (Saeed et al., 1999). Selain bersifat
antioksidan daun mimba juga bersifat anti bakteri. Menurut (Susmitha et al. 2013) mimba
mengandung senyawa bioaktif alkaloid, steroid, flavonoid saponin dan tannin. Senyawa-
senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri salmonella dan E. coli.
Senyawa bioaktif tersebut terdapat dalam jaringan sehingga perlu dilakukan ekstrasi
untuk mendapatkan senyawa bioaktifnya. Metode maserasi dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa bioaktif yang ada pada daun mimba. Ekstraksi menggunakan maserasi
mempunyai kelebihan yaitu mudah dan murah. Keberhasilan metode ekstraksi menggunakan
maserasi ditentukan oleh jenis pelarut, kosentrasi pelarut serta waktu maserasi. Sehingga
perlu dilakukan perlakuan pendahuluan untuk mengetahui kondisi optimum dalam
mengesktrak senyawa bioaktif tersebut.
Ekstraksi senyawa bioaktif yang telah diakukan pada daun mimba dengan
menggunakan pelarut yang berbeda-beda (Khan et al. 2010). (Apristiani & Astuti 2005)
melakukan ekstraksi daun mimba dengan pelarut chloroform dengan metode maserasi selam
24 jam. Namun hasilnya belum optimal karena ekstrak yang dihasilkan rendemennya sedikit
dan masih banyak senyawa bioaktif yang belum terekstrak. Metode yang digunakan untuk
ekstraksi pada penelitian ini menggunakan metode maserasi selama 3x 24 jam dengan
melakukan variasi jenis pelarut metanol, etanol dan air dan Konsentrasi pelarut
BAB II

Tinjauan Pustaka

Gambar tanaman Azadirachta indica Juss


2.1. Tinjauan Botani

Tinjauan botani meliputi klasifikasi, nama tumbuhan, morfologi daun, penyebaran


tanaman, kandungan kimia dan kegunaan tanaman yang digunakan dalam penelitian, yaitu
mimba (Azadirachta indica A.H.J.Juss.)

2.1.1. Klasifikasi

Berdasarkan ilmu taksonomi klasifikasi tanaman mimba dapat dikelompokan


sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta (Dicots)

Anak kelas : Rosidae

Bangsa : Sapindales

Suku : Meliaceae

Marga : Azadirachta

Jenis : Azadirachta indica A.H.J.Juss. (Cronquist, 1981:813).

2.1.2. Nama tanaman

Mimba atau biasa dikenal dengan nama lain Azadirachta indica A.H.J.Juss
memiliki berbagai sebutan, antara lain nim, neem (Arab); nimgach, nim (Bengali);
bowtamaka, thinboro, tamarkha, tamar, tamaka, tamabin (Burma); persian lilac, neem tree,
bastard tree, Indian lilac, bead tree, margosa tree, cornucopia, Indian cedar (Inggris) dan
sadao, kadao, sadao India, khwinin, saliam atau cha-tang (Thailand). Di Indonesia,
tanaman mimba memiliki berbagai sebutan, seperti mindi, intaran, membha, imba,
mempheuh (Madura), dan mimba (Jawa) (Heyne, 1987) dan (Utami dan Puspaningtyas,
2013:145).
2.1.3. Morfologi tanaman

Pohon setinggi 10-15 meter. Batang berkayu, tegak, bulat, permukaan kasar,
percabangan simpodial, berwarna cokelat. Daun mimba merupakan daun majemuk yang
tersusun saling berhadapan di petiol atau tangkai daun. Bentuknya lonjong dengan tepi
bergerigi. Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, panjang helaian daun 5 cm, lebar
3 cm sampai 4 cm (Adi, 2008:128). Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi
daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar
satu dengan yang lainnya (Sukrasno dkk, 2003:8). Tangkai daun berwarna hijau, panjang
8-20 cm. Bunga tumbuh majemuk di ujung cabang dan berkelamin dua. Bentuk tangkai
silindris, panjang 8-15 cm. Benang sari berbentuk silindris, berwarna putih kekuningan.
Bentuk putik lonjong warna cokelat muda. Mahkota bunga halus, warna putih. Kelopak
bunga berwarna hijau. Buah buni, berbentuk bulat telur, warna hijau. Biji bulat, diameter
sekitar 1 cm, berwarna putih. Akar tunggang, berwarna cokelat (Adi, 2008:128).

2.1.4. Habitat dan penyebarannya

Daerah asal mimba yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun,
diperkirakan berasal dari Birma dan Assam. Beberapa ahli berpendapat bahwa mimba
merupakan tanaman asli India. Ahli lainnya menyatakan bahwa mimba tersebar di hutan-
hutan di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, termasuk Pakistan, Sri Lanka, Thailand,
Malaysia, serta Indonesia (Sukrasno dkk, 2003:1).

Di Indonesia, mimba paling banyak ditanam di Bali. Jumlahnya diperkirakan lebih


dari lima ratus ribu pohon. Di Bali, mimba dikenal dengan nama intaran. Tanaman ini
sangat melekat dengan kultur masyarakat Bali. Selain di Bali, mimba juga banyak ditanam
di Lombok. Jumlahnya diperkirakan sekitar 250-300 ribu pohon. Sementara itu, di wilayah
Indonesia lainnya, mimba ditanam dalam jumlah sedikit, tidak lebih dari dua ratus lima
puluh ribu pohon. Penanaman mimba secara intensif telah dilakukan oleh Kelompok
Intaran yang memiliki curah hujan rendah. Namun, kelompok ini juga menghijaukan lahan
bekas tambang timah di Bangka dengan menanam mimba (Sukrasno dkk, 2003:2).
2.1.5. Kandungan kimia

Kandungan senyawa aktif dalam mimba antara lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-
desasetil salanin, salanol, azadirachtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin,
17-epiazadiradion, 17-hidroksi azadiradion, azaridin, quercetin, kaemferol, sedikit
mirisetin, nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, dan
margosin (suatu senyawa alkaloid), saponin dan flavonoid (Utami dan Puspaningtyas,
2013). Daun mimba mengandung senyawa kimia diantaranya adalah nimonol, nimbolida,
28-deoksi nimbolida, α-linolenat, 14-15-epoksinimonol, 6-K-O-asetil- 7-deasetil
mimosinol, melrasinol, dan nimbotalin (Sukrasno dkk, 2003:9). Azadirachtin, minyak
gliserida, asam asetiloksifuranil-dekahidrotetrametil- oksosiklopentanatolfuran, asetat,
keton, heksahidro-hidroksitetrametil-fenantenon (nimbol), quercetin, rutin, quercitrin, β-
sitosterol, flavonoid, tanin, saponin (Adi, 2008:129).

1.1.6. Manfaat tanaman dan efek farmakologi

Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan, seperti obat demam, menguatkan


badan, menurunkan panas, membersihkan darah, mengaktifkan kelenjar-kelenjar tubuh,
secara tidak langsung memperbaiki sirkulasi darah, serta menjaga kesehatan organ jantung
(Adi, 2008:129). Selain itu, daun mimba mempunyai kegunaan sebagai anti-inflamasi,
antirematik, antipiretik, penurun gula darah, antitukak lambung, hepatoprotektor(pelindung
hati), antifertilitas, antivirus, antikanker, antibakteri, antidiare, antijamur, antitumor,
antidiare, antioksidan, diuretik, analgesik, hiperkolesterol (Sukrasno dkk, 2003:11;
Ross,2001:81-85, dan Parotta, 2001:95-96).
BAB III

Metodologi Percobaan
2.1 Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi antara lain : Rotary evavorator,
shaker, spektrofotometer, timbangan dan alat-alat gelas untuk analisa

2.2 Bahan

Daun mimba yang diperoleh dari Kecamatan Gerokgak Bali, DPPH, pelarut air,
etanol 60%, etanol 80%, methanol 60% dan methanol 80%, dan bahan-bahan lain untuk
analisa kimia

2.3 Jalannya Penelitian

2.3.1. Pembuatan ekstrak


Daun mimba yang diguanakan adalah yang berwarna hijau tua. Sebelum digunakan
daun mimba dikeringanginkan selama satu hari kemudian dilakukan pengecilan ukuraqn
dengan blender. Sebanyak 100 gram serbuk daun mimba di ekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut air, etanol 60%, etanol 80%, methanol 60% dan methanol
80%.
Perbandingan antara serbuk daun mimba dengan pelarut adalah 1 : 3. Kemudian
larutan tersebut dimaserasi selama 48 jam dalam ruang tertutup dengan dilakukan
penggojogan/shaker. Setelah 48 jam sampel disaring dan filtrate yang diperoleh ditambung
dalam Erlenmeyer. Filtrat yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan evavorasi
menggunakan rotary evavorator pada suhu 40℃ sampai diperoleh ekstrak pekat.

2.3.2 Analisis Antioksidan


Disiapkan 5 sampel ekstrak daun mimba yang memiliki variasi jenis pelarut dan
konsentrasi pelarut . Langkah pertama yaitu membuat larutan induk masing-masing sampel
sebesar 100 ppm dengan melarutkan 10 mg ekstrak pada 100 ml metanol PA. Selanjutnya
melakukan pengenceran menggunakan pelarut metanol PA dengan membuat variasi
konsentrasi yaitu 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm dan 9 ppm pada tiap masing-masing sampel.
Disiapkan larutan stock DPPH 50 ppm. Larutan stock DPPH dibuat dengan melarutkan 5 mg
padatan DPPH ke dalam 100 ml metanol PA. Kemudian disiapkan larutan perbandingan,
yaitu larutan kontrol yang berisi 2 ml metanol PAdan 1 ml larutan DPPH 50 ppm.
Untuk sampel uji, disiapkan masing-masing 2 ml larutan sampel dan 2 ml larutan
DPPH.Kemudian, diinkubasi selama 30 menit pada suhu 27℃ hingga terjadi perubahan
warna dari aktivitas DPPH. Semua sampel dibuat triplo. Semua sampel yaitu sampel ekstrak
yang telah di inkubasi di uji nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer Uv-vis pada panjang
gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan menghitung nilai IC50 yang diperoleh
dari persamaan regresi linier dari data absorbansi di atas.

Anda mungkin juga menyukai