Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

“INOKULASI EKSPLAN DAUN BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis)”

Oleh:
DEWI PUTRIARTI
19030244036

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel,
jaringan ataupun irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan
yang mengandung nutrisi yang aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara
utuh. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan
kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses kultur
berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang
masuk ke media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan
dihasilkan tanaman baru (Dwiyani, 2015).
Eksplan merupakan istilah untuk bahan tanam awal yang digunakan dalam
kultur. Eksplan dapat berupa sel (kultur sel), protoplas (kultur protoplas),
epidermis, empulur (kultur jaringan), meristem apikal atau lateral (kultur
meristem), tunas apikal maupun lateral (kultur tunas), serta irisan batang, daun
maupun akar (kultur organ). Eksplan tersebut ditanam pada media tanam steril
yang mengandung nutrisi (Dwiyani, 2015). Pada praktikum ini digunakan
eksplan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Herbie (2015); Murthy et
al (1997) dalam Julia et al (2019) menerangkan bahwa Hibiscus rosa-sinensis
digunakan sebagai obat gondongan, keputihan, sariawan, batuk berlendir, radang
saluran nafas dan demam malaria, bunga dari tanaman ini memiliki aktifitas
antifertilitas, seperti anti implantasi dan anti spermatogenik pada hewan
pengerat.
Penanaman Eksplan Kegiatan penanaman eksplan ke dalam botol kultur
disebut dengan inokulasi. Pada proses ini sering terjadi kontaminasi pada media
maupun eksplan yang menyebabkan eksplan mati dan kegagalan kultur jaringan.
Sehingga perlu ditingkatkan proses sterilisasi dan juga ketelitian untuk
meminimalisir kontaminasi. Dalam praktikum ini akan diamati bagaimana cara
inokulasi dan sterilisasi eksplan daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
yang baik.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara inokulasi dan sterilisasi eksplan daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis)?

C. Tujuan
Mengetahui cara inokulasi dan sterilisasi eksplan daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis)
D. Manfaat
Hasil praktikum ini bermanfaat khususnya untuk mahasiswa agar memiliki
kemampuan inokulasi dan sterilisasi eksplan menggunakan eksplan daun bunga
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Selain itu manfaat lain untuk khalayak umum
yakni sebagai sumber literatur untuk memperkaya pengetahuan tentang
inokulasi dan sterilisasi eksplan menggunakan eksplan daun bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Inokulasi Eksplan
Inokulasi eksplan adalah kegiatan penanaman bahan tanam (eksplan) ke
dalam media inisiasi baik berupa media padat/cair dalam botol kultur di
Laminar Air Flow Cabinetdengan kondisi aseptik. Kondisi aseptik
diperlukanuntuk keberhasilan inokulasi eksplan sehingga kegiatan
inokulasimemerlukan peralatan dan bahan yang mendukung terciptanya
kondisi yang aseptik (Prihandono, 2017).
Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang diambil
ataudipisahkan dari tanaman induknya sebagai bahan tanamin
vitrokemudiandikulturkan secarain vitro dalam kondisi aseptis. Beberapa
kriteria yang harus dipertimbangkan dalam seleksi bahantanam/eksplan antara
lain ukuran eksplan, umur fisiologis, umur ontogenetik tanaman induk. Salah
satu jenis eksplan yakni eksplan organ seperti ujung akar, pucuk aksilar,
tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, dan buku batang, biasanya
digunakan untuk kultur organ (organ culture). Eksplan organ tersebut biasanya
digunakan untuk penanaman kultur melalui organogenesis (pembentukan
organ tanaman secara langsung maupun tidak langsung) dan embriogenesis
(pembentukan embrio tanaman secara langsungmaupun tidak langsung). Selain
itu akar biasanya digunakan dalam hairy root culture yaitu kultur dari eksplan
akar untuk memproduksibahan metabolit sekunder dari akar tanaman.
(Prihandono, 2017).
Sterilisasi eksplan merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk
menghilangkan kontaminan mikroorganisme pada eksplan.Pemeliharaan suci
hama dan penyakit (keaseptikan) atau kondisi sterilsangat esensial untuk
keberhasilan dalam prosedur kultur jaringan. Keadaanaseptis ini diperlukan
untuk semua botol kultur yang akan digunakan, media kultur, peralatan yang
akan digunakan dalam kegiatan penanaman eksplan.Selain itu eksplan yang
akan dikulturkan pada media kultur itu sendiri harus steril yang berarti bebas
dari berbagai agen/sumber kontaminan hidup. Kontaminan hidup dapatberupa
cendawan, bakteri, tungau, serangga dan telurnya. Apabila kontaminan
tersebut tidak dihilangkan maka pada media yang mengandung gula, vitamin
dan mineral dalam waktu singkat akan dipenuhi kontaminan sehingga
mengakibatkan eksplan menjadi mati (Prihandono, 2017).
Pemeliharaan eksplan dilakukan dengan cara botol-botol kultur berisi
eksplan diletakkan pada rak kultur di dalam ruang kultur. Ruangan ini
diusahakan bebas dari bakteri dan cendawan, dimana setiap hari disemprot
dengan alkohol 96% atau dan disemprot formalin agar bebas dari organisme
yang menyebabkan terjadi kontaminasi. Dalam penelitian ini suhu ruangan
kultur yang digunakan 23+2°C dan intensitas cahaya 2000 lux (Sundari et al,
2015).

B. Bunga Sepatu
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan tanaman yang
memiliki banyak manfaat. Daun dan bunga sepatu mempunyai khasiat
antiseptik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan luka. Daun, bunga, dan akar Hibiscus rosa sinensis
mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin
dan polifenol, bungamengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin,
saponin. Peranan flavonoida adalah melancarkan peredaran ke seluruh tubuh
dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah, anti inflamasi dan
sebagai anti nyeri (analgesik). Saponin adalah kandungan zat kimia yang
bermanfaat dalam mempengaruhi kolagen (tahap awal perbaikan jaringan)
yaitu dengan menghambat produksi jaringan luka yang berlebihan (Hutapea,
(1999) dalam Sumara, 2017). Menurut Suarsana et al 2015 kasiat dan
kandungan nutrisi senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya antara lain:
1. Bagian tanaman kembang sepatu (daun, bunga dan akar) mengandung
flavonoida
2. Daun dan batang mengandung saponin, polifenol, β-sitosterol,
stigmasterol, tarakseril asetat dan 3-siklopropan dan turunannya
3. Bunga mengandung antosianin, cyanidin diglucoside, flavonoid, vitamin,
tiamin, riboflavin, niasin, dan asam askorbat, Quercetin-3- diglucoside,
3,7-diglucoside, cyanidin-3,5- diglucoside dan cyanidin-3- sophoroside-5-
glukosida, serta kaempferol-3-xylosylglucoside
4. Pada bagian akar terdapat flavonoid, tanin dan saponin

Kasiat kembang sepatu untuk kesehatan:


1. Daun kembang sepatu berkhasiat sebagai obat demam pada anakanak, obat
batuk dan obal sariawan
2. Tanaman bunga kembang sepatu dipercaya masyarakat dapat
menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya adalah anti radang,
diuretik dan peluruh dahak.
3. Ekstrak daun dan bunga kembang sepatu memunyai aktivitas antibakteri
pathogen (Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium)
4. Ekstrak bunga kembang sepatu mempunay aktivitas sebagai antikonvulsan
dan hipotensi
5. Bunga mengandung anthocyanin, yang mempunyai efek sebagai
antioksidan.
6. Daun, bunga, akar kembang sepatu dapat digunakan untuk penyakit
kencing batu
7. Ekstrak daun dapat digunakan sebagai pelembut dan obat cuci perut
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Waktu : 4 Maret 2021
Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi UNESA

B. Alat dan Bahan


Alat :
1. Laminar Air Flow (LAF)
2. Entkas
3. Lampu spiritus
4. Cawan Petri 2
5. Gunting, - Pinset
6. Gagang scalpel
7. Mata pisau scalpel steril no 11 dan 13
8. Korek api
9. Botol saos
10. Botol selai untuk sterilisasi 8 buah – Sprayer

Bahan :
1. Spiritus
2. Alkohol 90 dan 70%
3. Dettol, tween 80
4. Formalin tablet
5. Kertas tissue
6. Kertas saring
7. Kertas label
8. Benang Kasur
9. Aluminium foil
10. Kapas
11. Aquadest
12. Kertas bekas
13. Eksplan daun bunga sepatu

C. Prosedur Penelitian
1. Mencuci tangan menggunakan sabun cair kemudian dikeringkan dengan
lap bersih
2. Mencuci eksplan dengan sabun cair kemudian dibilas dengan air
mengalir hingga sabun hilang
3. Eksplan direndam dalam larutan chlorox 5% selama 4 menit
4. Eksplan direndam dengan aquades steril selama 5 menit sambal
digoyang-goyang
5. Eksplan direndam dengan alcohol 10% selama 5 detik untuk
mensterilkan
6. Eksplan dicuci dengan aquades steril selama 5 menit dan diulang 2x
7. Eksplan diletakkan pada cawan petri yang sudah diberi alas kertas saring
steril
8. Memotong bagian tepi eksplan (jaringan yang rusak atau kontak dengan
bahan kimia). Kemudian memotong eksplan dengan ukuran ± 0,5 cm
menggunakan pinset dan pisau scalpel
9. Membuka aluminium foil tutup media dengan hati-hati
10. Menanam eksplan pada media dengan menggunakan pinset (3 eksplan
setiap botol)
11. Menutup botol kembali dengan segera
12. Memberi label pada botol inokulasi
13. Membungkus botol inokulasi dengan plastik wrap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Inokulasi
No ZPT Tanggal Hari Botol kutur Keterangan
inokulasi ke- A B C D
1 1-7 - - - - Belum
tumbuh
kalus
2 8-12 - - x x Botol C dan
D
kontaminasi
Sari 4 Maret jamur
3 Sawi 2021 13-15 - x x x Botol B
kontaminasi
jamur
4 15-56 x x x x Botol A
kontaminasi
jamur

Sebanyak 4 botol inokulasi bertahan selama 7 hari. Kemudian di hari ke-8,


sebanyak 2 botol inokulasi kontam hingga hari ke-12. Pada hari ke-13, inokulasi
yang mengalami kontaminasi bertambah 1 botol, sehingga jumlah inokulasi
yang kontam menjadi 3 botol hingga hari ke-15. Pada hari ke-16 sebanyak 4
botol inokulasi mengalami kontaminasi semuanya.

B. Pembahasan
Dalam praktikum ini digunakan eksplan daun bunga sepatu. Eksplan daun
bunga sepatu dipotong dengan ukuran ± 0,5 cm. Bagian daun yang digunakan
adalah bagian tengah yakni tulang daun sedangkan bagian tepi eksplan (jaringan
yang rusak atau kontak dengan bahan kimia) dibuang. Daun dan bunga sepatu
mempunyai khasiat antiseptik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan luka. Daun, bunga, dan akar Hibiscus rosa
sinensis mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung
saponin dan polifenol, bungamengandung polifenol, akarnya juga mengandung
tanin, saponin. Peranan flavonoida adalah melancarkan peredaran ke seluruh
tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah, anti inflamasi
dan sebagai anti nyeri (analgesik) (Hustiantama, (2002) dalam Julia et al, 2019).
Saponin adalah kandungan zat kimia yang bermanfaat dalam mempengaruhi
kolagen (tahap awal perbaikan jaringan) yaitu dengan menghambat produksi
jaringan luka yang berlebihan (Hutapea, (1999) dalam Sumar, 2017). Banyaknya
manfaat dan kegunaan bunga sepatu menyebabkan tingginya tingkat
penggunaan tanaman ini. Namun pemanfaatan yang tidak diimbangi dengan
pembudidayaan dapat menyebabkan kepunahan. Kultur jaringan menjadi solusi
perbanyakan tumbuhan dalam jumlah yang banyak dan berkualitas. Selain itu,
bagian kalus pada proses kultur jaringan seperti akar sering dimanfaatkan untuk
diambil ekstrak metabolit sekundernya. Prihandono (2017) menyatakan bahwa
akar biasanya digunakan dalam hairy root culture yaitu kultur dari eksplan akar
untuk memproduksibahan metabolit sekunder dari akar tanaman.
Kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang
diperlukan terpenuhi. Teknik tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan
tanam, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik, dan pengaturan
udara yang baik (Hendaryono dan Wijayani, (1994) dalam Andaryani, 2010). Di
sisi lain menurut Mantell et al., (1985) dalam Syahid dan Hadipoentyanti (2006),
keberhasilan perbanyakan melalui kultur in vitro ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah sumber eksplan, komposisi media kultur yang tepat berupa
penggunaan media dasar dan komposisi zat pengatur tumbuh yang digunakan.
Secara umum media buatan mengandung komponen unsur makro, unsur mikro,
gula, Myo-inositol, vitamin, ZPT, pemadat media, dan senyawa organik (George
& Sherington, (1984); Saad & Elshahed, (2012) dalam Tuhuteru et al., 2012).
Dalam hal ini, bahan organic yang digunakan dalam pembuatan media ini
adalah ekstrak atau sari sawi hijau. Sawi memiliki banyak kandungan ZPT
seperti auksin dan sitokinin dan juga unsur makro dan mikro yang dapat
memperkaya kandungan media kultur. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
RI tahun 1981 dalam Tahani (2016) menyebutkan bahwa dari 13 kandungan
sawi setiap 100 gram 4 diantaranya adalah Kalsium (Ca) 220,50 mg, Fosfor (P)
38, 40 mg, Besi (Fe) 2,90 mg, Vit B1 0,09 mg. Selain itu, faktor lainnya yakni
aseptic. Kondisi aseptik dapat dipakai pemanasan autoklaf, desinfektan atau
lampu ultraviolet, sehingga mikroba-mikroba pengganggu dapat dimatikan.
Kontaminasi merupakan penyebab kagagalan dalam kultur. Wulandari dan
Nasution (2014) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa inokulasi
menunjukkan kontaminasi yang terjadi berasal dari eksplan dan juga media
kultur. Menurut Aryani (2013) kontaminan akan tumbuh dengan cepat pada
media yang mengandung gula, vitamin dan mineral bila faktor kontaminasi tidak
dihilangkan.
Sumber kontaminasi menurut Elfiani dan Jakoni, (2015) dapat berasal dari:
1. Eksplan,baik eksternal maupun internal
2. Mikroor-ganisme yang masuk ke dalam media
3. Botol tanam atau peralatan tanam yang kurang steril
4. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
5. Kecerobohan praktikan dalam pelaksanaan
Pada hari ke-11, pada 2 botol muncul lendir putih pada media. Kemudian
berlanjut hingga hari ke-16 lalu berubah menjadi kehitaman dan muncul hifa
disekitar eksplan. Faktor yang menjadi kendala utama adalah kontaminasi yang
dapat menyebabkan media perlakuan rusak dan plantlet mati. Kontaminasi
disebabkan oleh cendawan dan sangat sulit untuk mensterilkan kembali media
dan plantlet yang telah terkontaminasi olehnya. Kontaminasi jamur ditandai
dengan terbentuknya hifa berwarna putih sampai kecoklatan terlihat jelas pada
media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas berwarna putih.
Menurut Oratmangun (2017) dalam penelitiannya, pengamatan dari berbagai
macam hasil kultur jaringan, banyak media kultur dan eksplan yang
terkontaminasi, dengan menunjukkan koloni yang berwarna putih atau biru
untuk jamur dan menampakkan gejala busuk untuk bakteri. Hasil pengamatan
yang dilakukan pada eksplan yang terkontaminasi menunjukkan gejala berwarna
seperti berwarna putih, coklat kehitaman, yang disebabkan jamur. Media tumbuh
dan eksplan dapat terkontaminasi oleh jamur karena dapat berfungsi sebagai
substrat yang baik bagi pertumbuhan.
Pada praktikum ini digunakan eksplan daun dari nodus ke 3-5 sehingga
daun masih tergolong muda. Eksplan kemudian dicuci menggunakan sabun
pencuci piring Sunlight dan dibilas bersih. Setelah itu daun di sterilisasi dengan
larutan chlorox, aquades, dan alkohol sesuai prosedur praktikum. Pada eksplan
daun bunga sepatu dilakukan perendaman pada larutan chlorox selama 4 menit
karena daun bunga sepatu memiliki tekstur yang cukup tebal dan kasar sehingga
perendaman dilakuan cukup lama. Hal ini juga berpengaruh nyata pada eksplan.
Ketidaktepatan penggunaan bahan sterilan bisa menyebabkan eksplan tidak
tumbuh. Wulandari dan Nasution, (2014) menyebutkan bahwa penggunaan
bahan sterilan selain menghambat perkembangan mikroorganisme kontaminan
juga dapat menyebabkan eksplan mengalami browning terutama pada bahan
tanaman yang relatif muda. Proses browning akan menghambat pertumbuhan
eksplan dan menurunkan fungsi fisiologi dari eksplan hingga eksplan mengalami
kematian.
Fenomena lain yang sering terjadi pada perbanyakan mikro
(micropopagation) adalah terjadinya pencoklatan (browning) dan penghitaman
(blacking) terutama eksplan yang digunakan berasal dari jaringan tanaman
berkayu dan tanaman yang mengandung banyak zat ekstraktif berupa alkaloid.
Beberapa macam tanaman khususnya tanaman tropika mempunyai kandungan
senyawa fenol yang tinggi yang teroksidasi ketika sel dilukai atau terjadi
senesens. Akibatnya jaringan yang diisolasi menjadi coklat atau kehitaman dan
gagal tumbuh. Pencoklatan jaringan terjadi karena aktivitas enzim oksidase yang
mengandung tembaga seperti polifenol oksidase dan tirosinase (Hutami, 2008).
Menurut penelitian Andhika (2018) Hasil Uji Fitokimia daun bunga sepatu
menunjukkan adanya senyawa alkaloid, fenolik, steroid, dan triterpenoid.
Penambahan arang aktif/active charcoal digunakan dalam kultur in vitro
untuk tujuan tertentu, misalnya untuk mengatasi browning (pencoklatan) pada
kultur organ tanaman yang banyak mengandung senyawa fenol (Dwiyani, 2015).
Namun pada praktikum ini media tidak ditambah arang aktif ataupun senyawa
lain yang dapat mengabsorbsi asam fenolik seperti polyvinylpyrolidone (PVP)
(Santoso dan Nursandi (2001) dalam Elfiani dan Jakoni, 2015) sehingga eksplan
mudah mengalami browning (pencoklatan).
Selain itu, pencoklatan juga dapat disebabkan oleh sintesis metabolit
sekunder. Sintesis senyawa fenolik yang menutupi permukaan eksplan berasal
dari bagian tanaman yang mengalami luka dan apabila keadaan ini berlangsung
terus- menerus, maka akan terakumulasi dalam media sehingga menyebabkan
terhambatnya penyerapan unsur-unsur hara oleh eksplan menghambat
pertumbuhan eksplan khususnya kalus (Marlin et al., 2012; Santoso dan
Nursandi, 2002). Hutami (2008) menuturkan bahwa untuk menghindari
pembentukan fenol dapat dilakukan transfer eksplan ke media baru. Namun pada
praktikum ini solusi ini juga tdak dilakukan sehingga meningkatkan resiko
kontaminasi. Terbukti pada praktikum ini sebanyak 2 botol inokulasi mengalami
kontaminasi browning pada hari ke-8 dan berlanjut hingga hari ke-10.
Keberhasilan inokulasi harus didukung oleh pemeliharaan eksplan yang
baik. Pemeliharaan eksplan dilakukan dengan cara meletakkan botol-botol
kultur berisi eksplan pada rak kultur di dalam ruang kultur. Ruangan ini
diusahakan bebas dari bakteri dan cendawan, dimana setiap hari disemprot
dengan alkohol 96% atau dan disemprot formalin agar bebas dari organisme
yang menyebabkan terjadi kontaminasi. Dalam penelitian ini suhu ruangan
kultur yang digunakan 23+2°C dan intensitas cahaya 2000 lux (Sundari et al
2015). Pada praktikum ini, botol kultur disimpan di dalam ruangan biasa seperti
kamar dan sebagainya tanpa adanya sterilisasi ruangan seperti penyemprotan
alkohol atau formalin. Sehingga resiko kontaminasi pada eksplan lebih tinggi.
Pada praktikum ini tidak dilakukan pengukuran secara khusus pada suhu dan
intensitas cahaya. Namun, praktikan meletakkan botol kultur pada suhu ruangan
dengan paparan sinar matahari tidak langsung. Kondisi-kondisi inilah yang dapat
pula menjadi penyebab kontaminasi.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, inokulasi eksplan daun bunga sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) dilakuakan secara aseptic menggunakan LAF. Terdapat
2 tahapan yakni sterilisai dan pemotongan eksplan. Sterilisasi dilakukan dengan
cara mencuci eksplan mnggunakan sabun cair kemudian dibilas dengan air
mengalir, merendam eksplan dalam larutan chlorox 5% selama 4 menit,
merendam eksplan dalam aquades steril selama 5 menit sambal digoyang-
goyang, merendam eksplan dengan alkohol 10% selama 5 detik, kemudian
merendam eksplan dengan aquades steril lagi selama 5 menit dan diulang
sebanyak 2x. Setelahnya eksplan diletakkan pada cawan petri yang sudah diberi
alas kertas saring steril. Tahap selanjutnya yakni pemotongan dan penanaman
eksplan dilakukan dengan cara memotong eksplan menjadi bagian yang lebih
kecil dengan ukuran ± 0,5 cm. Bagian daun yang digunakan adalah bagian
tengah yakni tulang daun sedangkan bagian tepi eksplan (jaringan yang rusak
atau kontak dengan bahan kimia) dibuang. Kemudian botol inokulasi dibuka,
eksplan ditanam pada media menggunakan pinset, dan menutup kembali botol
inokulasi dengan aluminium foil dan membungkus dengan plastik wrap.

B. Saran
Praktikan disarankan untuk memahami setiap komponen yang digunakan
dalam praktikum sebelum melaksanakan praktikum. Hal ini sangat membantu
praktikan untuk menganalisis data yang diperoleh dan juga kelancaran jalannya
praktikum. Kultur jaringan bekerja secara aseptic, jadi pastikanlah setiap
tahapan praktikum dilakukan dengan teliti dan hati-hati agar tidak terjadi
kesalahan yang dapat menyebabkan kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andaryani, Setianingrum. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi Bap


Dan 2,4-D Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatrophacurcasl.) Secara
Invitro. Surakarta: Skripsi UNS.
Andhika, Edwin. 2018. Uji fitokimia daun kembang sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis
L). http://repository.untar.ac.id/4310/.
Aryani. D. 2013. Optimasi Pemberian NAA dan BAP Terhadap PertumbuhanTunas
Mikro Tanaman Kantong Semar (Nepenthessp.) secaraIn vitro.Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur Jaringan Tumbuhan. Bali: Pelawa Sari.
Elfiani dan Jakoni. 2015. Sterilisasi Eksplan Dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah
Dan Krisan Pada Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal Dinamika
Pertanian, 30(2): 117-124, Agustus 2015.
Herbie, Tandi. (2015).Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: OCTOPUS
Publishing House.
Hutami, S. 2008. Ulasan Masalah Pencoklatan pada Kultur Jaringan.Jurnal
AgroBiogen, 4 (2): 83-88.
Julia, Dina., Salni, Nita, Sri. 2019. Pengaruh Ekstrak Bunga Kembang Sepatu
(Hibiscus Rosa-SinensisLinn.) Terhadap Jumlah, Motilitas, Morfologi,
Vabilitas Spermatozoa Tikus Jantan (Rattus Norvegicus). Biomedical
Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran, Universitas
Sriwijaya, 5(1), Januari 2019.
Marlin, Yulian, Hermansyah. 2012. Inisiasi Kalus Embriogenik pada Kultur
Jantung Pisang Curup dengan Penambahan Sukrosa, BAP dan 2,4-D. Jurnal
Agrivor. 11(2): 275-283.
Sundari, L., Siregar, L. A. M., dan Hanafiah, D. S. 2015. Kajian Awal: Respon
Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg.) dalam Medium WPM. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 3(1) : 179-187.
Santoso, U., dan Nursandi. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press.
Suarsana. I. N., Kumbara, A. A. N. A., Satriawan, I. K. 2015. Tanaman obat
sembuhkan penyakit untuk sehat. Bali: Swasta Nulus.
Sumara, Retno. 2017. Hubungan Lokasi Terapi Intravenus Dengan Kejadian
Plebitis. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2 (2).
Syahid, S. F. dan Hadipoentyanti, E. 2006. Pengaruh Media Dan Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Multiplikasi Tunas Selasih (Ocimum Basilicum) In Vitro.
Jurnal Littri, 12(2), Maret 2006 : 15 – 19.
Oratmanguna, K. M., Pandianganaa, D., Kandoua, F. E. 2017. Deskripsi Jenis-Jenis
Kontaminan Dari Kultur KalusCatharanthus roseus (L.) G. Don. Jurnal Mipa
Unsrat Online, 6 (1): 47-52.
Prihandono, P. A. 2017. Modul Diklat Program Keahlian Ganda Sekolah Menengah
Kejuruan (Smk). Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Bidang Pertanian.
Tahani, N. A. 2016. Pengaruh Acetyl Salicylic Acid (ASA) Terhadap Pertumbuhan
Sawi (Brassica Juncea L) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Malang:
Skripsi.
Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L., dan Raharjo, S.H.T. 2012. Pertumbuhan dan
perkembangan Anggrek Dendrobium Anosmum Pada Media Kultur In Vitro
Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia, 1(1): 1-12.
Wulandari, A. S. dan Nasution, S. S. 2014. Pengaruh Bahan Sterilan terhadap
Keberhasilan Inisiasi Eksplan Paulownia (Paulownia elongata SY Hu) secara
In Vitro. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 05 No. 1 April 2014, Hal 1-6.
LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEGIATAN

Semua inokulasi belum mengalami Eksplan masih hijau dan media


kontaminasi bersih

Muncul hifa berwarna putih

Browning pada eksplan Jamur mulai menghitam

Anda mungkin juga menyukai