Anda di halaman 1dari 7

Protobiont (2020) Vol.

9 (2) : 125-131

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PASCAPANEN


PENYEBAB BUSUK BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.)
Rina Agus Setiawati1*, Rahmawati1, Elvi Rusmianto P.W.1
1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
*
Email korespondensi: rinaagus971@gmail.com

Abstract

Ambon banana fruit which is attacked by fungi that cause rot does not last long during storage. This study
aims to determine the genus of fungi isolated from ambon. The study was conducted at the Microbiology
Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Tanjungpura University, Pontianak. There were 9
fungal isolates obtained, genus Aspergillus (3 isolates), genus Colletotrichum (1 isolate), genus Fusarium (3
isolates) and genus Penicillium (2 isolates) with the isolates code Aspergillus sp. PA1, Aspergillus sp. PA2,
Aspergillus sp. PA3, Colletotrichum sp. PA4, Fusarium sp. PA5, Fusarium sp PA6, Fusarium sp. PA7,
Penicillium sp. PA8 and Penicillium sp. PA9.

Keywords: Ambon Bananas, Fruit Rot Fungus

PENDAHULUAN Buah pisang ambon merupakan buah yang


dikonsumsi secara langsung, tetapi buah pisang
Buah pisang ambon memiliki kulit yang mudah ambon memiliki kulit yang mudah rusak sehingga
rusak sehingga mudah terserang hama dan mudah terserang hama dan mikroorganisme. Hal
penyakit pada masa pascapanen (Prabawati et al., ini mengakibatkan mudahnya buah pisang ambon
2008). Menurut Natawijaya et al. (2015), untuk terkontaminasi oleh jamur mikroorganisme pada
mempertahankan kondisi buah setelah panen agar masa penyimpanan (Prabawati et al., 2008).
tetap segar yaitu dapat dengan menerapkan pena- Penelitian mengenai jamur penyebab busuk buah
nganan pascapanen agar tidak terjadi infeksi yang pisang ambon pascapanen belum pernah dilapor-
disebabkan oleh mikroorganisme, salah satunya kan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
oleh jamur patogen. Menurut Drusch dan Ragab untuk mengetahui jenis-jenis jamur serta diameter
(2003), jamur patogen dikenal dapat menghasil- pertumbuhan jamur yang mengakibatkan busuk
kan racun atau mikotoksin. pada buah pisang ambon.
Jamur menyerang buah hasil panen ketika di BAHAN DAN METODE
lapangan pada fase pascapanen. Spora jamur
dapat tersebar melalui udara atau kontak alat yang Waktu dan Tempat Penelitian
digunakan pada waktu pemanenan. Alat yang di- Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan
gunakan saat panen dapat menyebabkan keru- Juli sampai September 2019. Lokasi pengambilan
sakan pada buah seperti tergores sehingga spora sampel dilakukan di kebun milik petani Desa
jamur dapat masuk dan berkembang di dalam Kampung Jawa Tengah, Sungai Ambawang,
buah tersebut selama penyimpanan (Widiastuti et Kabupaten Kubu Raya. Isolasi dan identifikasi
al., 2015). dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Serangan jamur patogen dapat mengakibatkan
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
kerugian besar bagi buah karena mengakibatkan
kebusukan. Menurut Widiastuti et al. (2015), Alat dan Bahan
jamur penyebab penyakit pascapanen pada be-
berapa buah di Yogyakarta ditemukan enam Alat yang digunakan pada penelitian adalah alat
genus jamur yang memiliki gejala serupa dengan tulis, aluminium foil, autoklaf, bunsen burner,
gejala awal salah satunya terdapat bercak hitam cawan petri, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur,
coklat dengan tepi kemerahan pada buah pisang hot plate, inkubator, jangka sorong, jarum ose,
raja yang diakibatkan oleh jamur anggota genus kaca penutup, kaca preparat, kamera, keranjang,
Pestalotia dan Lasiodiplodia. Ratnaningsih (2014) kertas label, magnetic stirrer, mikroskop,
menyatakan bahwa jamur anggota spesies penggaris, plastik, spatula, timbangan analitik,
Fusarium semitectum menyebabkan busuk pada dan tissue. Bahan yang digunakan pada penelitian
buah pisang kultivar lampung selama masa adalah akudes, alkohol 70%, asam laktat 3%,
penyimpanan. buah pisang ambon, media PDA dan spiritus.

125
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

Prosedur Kerja Identifikasi Jamur


Sterilisasi Alat Identifikasi jamur dilakukan dengan pembuatan
preparat jamur yaitu dengan membersihkan gelas
Alat-alat seperi cawan petri, erlenmeyer, gelas
objek menggunakan alkohol 70% kemudian gelas
ukur, dan gelas piala, yang akan digunakan ter-
objek difiksasi. Biakan jamur hasil isolasi diambil
lebih dahulu disterilisasi. Alat-alat yang akan di-
menggunakan jarum ose secara aseptis dan
sterilisasi terlebih dahulu dibungkus mengguna-
diletakkan pada gelas objek kemudian ditetesi
kan plastik dan kemudian dimasukkkan ke dalam
asam laktat 3% sebanyak satu tetes. Gelas objek
autoklaf. Sterilisasi dilakukan selama 15 menit de-
ditutup dengan penutup gelas dan larutan asam
ngan suhu 121 °C dan tekanan 1 atm (Waluyo,
laktat diserap secara berlahan dengan tissue.
2008).
Selanjutnya preparat diamati menggunakan
Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) mikroskop (Waluyo, 2008).

Kentang dikupas kemudian dipotong dadu dan Jamur yang diamati kemudian diidentifikasi
ditimbang sebanyak 200 gram. Kentang di masuk- dengan mengamati karakter makromorfologis dan
kan ke dalam gelas piala ditambahkan akuades mikromorfologis. Karakter makromorfologis yang
sebanyak 500 ml. gelas piala yang berisi potongan meliputi bentuk, tepian, warna koloni dan
kentang kemudian ditutup menggunakan allu- diameter. Karakter mikromorfologis yang
munium foil kemudian dipanaskan menggunakan meliputi struktur konidiofor yaitu bersekat atau
hotplate stirrer pada suhu 1000C hingga kentang tidak bersekat dan struktur reproduksi meliputi
lunak. Air rebusan kentang kemudian disaring. bentuk spora.
Sukrosa 20 gram, agar 15 gram, dan ciprofloxacin
0,01 gram ditambahkan ke dalam air rebusan Perhitungan Pengamatan Diameter Jamur
kentang kemudian ditambah akuades sampai 1000 Rata-rata pertumbuhan diameter jamur penyebab
ml. Campuran bahan tersebut lalu dipanaskan busuk buah pisang ambon dihitung menggunakan
sampai mendidih. Setelah mendidih, bahan rumus sebagai berikut:
tersebut dipindah ke dalam erlenmeyer kemudian
ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan d = (AA’) + (BB’) + (CC’) + (DD’)
plastik, kemudian disterilisasi menggunakan 4
autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 °C dan
tekanan 1 atm (Atlas, 2004).

Pengambilan Sampel
Sampel buah pisang ambon umur tiga hari setelah
panen diambil dari kebun. Buah pisang ambon
selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik.
Kemudian pisang diinkubasi dengan suhu ruang
selama sembilan hari. Gambar 1.Pengukuran rata-rata diameter pertumbuhan
jamur
Isolasi Jamur Patogen
Keterangan: Pengukuran diameter jamur dengan garis
Isolasi jamur penyebab busuk buah pisang ambon horizontal (AA’), vertikal (BB’) dan diagonal (CC’ dan
menggunakan metode tanam langsung (direct DD’)
plating method) dengan cara membersihkan ter-
lebih dahulu permukaan kulit pisang mengguna- (Davis, 1965 dalam Nawawi, 2001)
kan alkohol 70 % selama tiga menit, kemudian di-
bilas menggunakan akuades steril selama dua Penyajian Data
menit. Kulit buah pisang busuk dipotong meng-
gunakan cutter dengan ukuran 1x1 cm kemudian Data hasil karakterisasi dan identifikasi isolat
potongan diletakkan pada media PDA dan diinku- jamur disajikan dalam bentuk gambar (foto).
basi selama tujuh hari pada suhu ruang. Setelah
jamur tumbuh pada media kemudian dilakukan
pemurnian dan diamati setiap hari pertumbuhan
koloni setiap jamur dan dilakukan pengamatan di
bawah mikroskop (Agrios, 2005).

126
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil isolasi dan identifikasi jamur dari buah
pisang ambon yang busuk diperoleh 9 isolat yaitu
Aspergillus sp. PA 1, Aspergillus sp. PA 2,
Aspergillus sp. PA 3, Colletotrichum sp. PA 4,
Fusarium sp. PA 5, Fusarium sp. PA 6 Fusarium Gambar 6 A. Koloni jamur Fusarium sp. PA 5 pada
sp. PA 7, Penicillium sp. PA 8 dan Penicillium sp. media PDA. B. Karakter mikromorfologi
PA 9. Sembilan isolat jamur hasil isolasi dari buah jamur dengan perbesaran 400x: a. Konidiofor
pisang ambon busuk dengan gejala pada b. Makrokonidia c.Mikrokonidia
permukaan kulit buah pisang berwarna cokelat
kehitaman dan berair. Karakter setiap isolat jamur
terlihat berbeda-beda secara makroskopis dan c
mikroskopis. d
ba
A B
b
Gambar 7 A. Koloni jamur Fusarium sp. PA 6 pada
media PDA. B. Karakter mikromorfologi
a jamur dengan perbesaran 400x: a. Koni-
diofor b. Klamidiosfor c.Makrokonidia
A B
d.Mikrokonidia
Gambar 2. A. Koloni jamur Aspergillus sp. PA 1 pada
media PDA. B. Karakter mikromorfologi
jamur dengan perbesaran 400x: a. Hifa b.
Konidia
c
a
e b
d A B
c Gambar 8 A. Koloni jamur Fusarium sp. PA 7 pada
b a
media PDA. B. Karakter mikromorfologi
A B jamur dengan perbesaran 400x: a. Koni-
Gambar 3. A. Koloni jamur Aspergillus sp. PA 2 pada diofor; b. Makrokonidia; c.Mikrokonidia
media PDA. B. Karakter mikromorfologi
jamur dengan perbesaran 400x: a. Hifa; b.
Konidiofor; c. vesikel; d. Fialid; e. Konidia c

c b
b a
a A B
d
Gambar 9 A. Koloni jamur Penicillium sp. PA 8 pada
A B media PDA. B. Karakter mikromorfologi
Gambar 4 A. Koloni Jamur Aspergillus sp. PA 3 pada jamur dengan perbesaran 400x: a. Koni-
media PDA. B. Karakter mikromorfologi diofor; b. Fialid; c. Konidia
jamur dengan perbesaran 400x: a.Koni-
diofor; b. Vesikel; c.Fialid; d. Konidia d

b
b c
A B a
a Gambar 10 A. Koloni jamur Penicillium sp. PA 9 pada
A B media PDA. B. Karakter mikromorfologi
Gambar 5 A. Koloni jamur Colletotrichum sp. PA 4 jamur dengan perbesaran 400x: a. Koni-
pada media PDA. B. Karakter mikro- diofor; b. Percabangan konidiofor; c. Fialid;
morfologi jamur dengan perbesaran 400x: d. Konidia
a. Konidiofor; b. Konidia

127
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

Pembahasan Aspergillus sp. PA 3


Aspergillus sp. PA 1 Hasil pengamatan makroskopis selama masa
inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
Hasil pengamatan makroskopis selama masa in-
karakter dari jamur Aspergillus sp. PA 3 yaitu
kubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
koloni berbentuk bulat dengan tepian berombak,
karakter dari jamur Aspergillus sp. PA 1 yaitu ko-
warna koloni bagian atas dan balik kuning tua dan
loni berbentuk bulat berwarna putih pada bagian
tekstur granular dan permukaan tidak rata. Jamur
tepi dan bagian tengah hitam serta bagian balik
ini tumbuh lambat, koloni tidak memenuhi petri
berwarna putih dan memperlihatkan garis radial,
walau sudah 7 hari inkubasi (Gambar 4A).
serta tekstur koloni kasar (Gambar 2A). Karakter
tersebut sesuai dengan karakter anggota genus Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran
Aspergillus menurut Raper dan Fennel (1965) dan 400x isolat jamur Aspergillus sp. PA 3 memiliki
Bessey (1979) yang menyatakan bahwa Asper- karakter yaitu konidiofor bersekat, fesikel agak
gillus ada yang memiliki koloni yang berwarna bulat terlihat jelas dan ditutupi stigmata.
putih dan kehitaman, tekstur kasar dan tampak Konidiofor tunggal dengan bentuk kompleks
garis-garis radial pada permukaan bawah koloni. adanya metula, fialid dan konidia (Gambar 4B).
Karakter Aspergillus sp. PA 3 ini sesuai dengan
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran
pernyataan Praja dan Yudhana (2017) yaitu isolat
sampai 400x isolat jamur Aspergillus sp. PA 1
Aspergillus sp. secara mikroskopis menunjukkan
memiliki karakter yaitu konidiofor bersekat de-
adanya tangkai konidia (konidiofor) tumbuh
ngan warna kecokelatan, konidia berbentuk bulat
tunggal, fesikel, konidia berbentuk bulat,
berwarna hitam di atas fialid. Konidiofor tunggal
sterigmata menutupi setengah bagian dari fesikel.
dengan bentuk kompleks yang terdiri dari fesikel,
fialid dan konidia (Gambar 1B). Menurut
Colletotrichum sp. PA 4
Watanabe (2002) menyatakan bahwa konidia
jamur Aspergillus ada yang berwarna cokelat Hasil pengamatan makroskopis selama masa
hitam bentuk bulat. Konidia terdapat pada bagian inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
apikal konidiofor berwarna cokelat hitam (Navi et karakter dari jamur Colletotrichum sp. PA 4 yaitu
al.,1999). koloni berbentuk bulat, warna koloni putih orange
seperti kapas dan warna balik orange. Miselium
Aspergillus sp. PA 2 jamur Colletotrichum sp. PA 4 pada media PDA
Hasil pengamatan makroskopis selama masa berwarna putih sampai hari ke 7 inkubasi dan
inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan koloni tumbuh rata memenuhi cawan petri.
karakter dari jamur Aspergillus sp. PA 2 yaitu (Gambar 5A). Rangkuti et al. (2014) menyatakan
berbentuk bulat, warna permukaan atas koloni isolat Colletotrichum yang didapat berwarna
yaitu cokelat muda dengan bagian tepi berwarna putih, permukaan koloni seperti kapas, miselium
putih, warna balik putih kekuningan dan tekstur teratur dan pertumbuhan rata dan tebal.
seperti beludru (Gambar 3A). Karakter tersebut
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran
sesuai dengan karakter anggota genus Aspergillus
400x isolat jamaur Colletotrichum sp. PA 4
menurut Kidd et al. (2016) bahwa karakter koloni
memiliki karakter yaitu memiliki konidia bentuk
jamur Aspergillus sp. berwarna cokelat seperti
oblongus pada bagian ujung membulat dan
beludru dan warna kunging ke cokelat tua.
pangkal agak menyempit, dan terlihat memiliki
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran satu inti (Gambar 5B). Karakter ini sesuai dengan
400x isolat jamur Aspergillus sp. PA 2 memiliki karakter anggota genus Colletotrichum menurut
karakter yaitu konidiofor bersekat, fesikel agak Barnett dan Hunter (2003) bahwa anggota
bulat dan konidia tersusun padat di atas fialid. Colletotrichum ada yang memiliki konidia
Konidiofor tumbuh kompleks yang terdiri atas berbentuk oblongus atau sabit, berwarna hialin
metula, fialid dan konidia (Gambar 2B). Karakter dan berinti satu. Smith dan Black (1990)
mikroskopis ini sesuai dengan pernyataan Kidd et melaporkan bahwa morfologi dan karakteristik
al. (2016) yaitu anggta Aspergillus ada yang isolat Colletotrichum spp. yang berbeda diisolasi
memiliki kepala konidia berbentuk padat, metula dari buah strobery pada media PDA seperti jamur
berada disepanjang fialid, konidiofor bertipe C. fragariae melmiliki warna koloni hitam abu-
hialin dan berdinding halus. abu dan bentuk spora glendong, C. gleosporioides
memiliki warna koloni abu-abu dan bentuk spora
silindris, dan C. acatum memiliki warna koloni
putih abu-abu sampai kehitaman dengan spora
bentuk silindris.

128
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

Fusarium sp. PA 5 permukaan inang yang sudah terserang lebih


lanjut. Klamidiospora dihasilkan pada ujung
Hasil pengamatan makroskopis selama masa
konidiofor yang sudah tua atau di dalam
inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
makrokonidia, biasanya klamidiospora merupakan
karakter dari jamur Fusarium sp. PA 5 yaitu
diameter pertahanan Fusarium pada lingkungan
koloni berbentuk bulat, warna permukaan atas
yang kurang baik (Nugraheni, 2010).
putih, tekstur seperti kapas dan warna balik putih
keunguan (Gambar 6A). Karakter ini sesuai Fusarium sp. PA 7
dengan pernyataan Samson et al. (2010) dan
Kiswanti dan Sumardiyono (2010) menyatakan Hasil pengamatan makroskopis selama masa
bahwa karakter koloni Fusarium pada media PDA inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
biasanya berwarna putih, kuning, merah muda, karakter dari jamur Fusarium sp. PA 7 yaitu
atau ungu dan miselium seperti kapas. koloni berbentuk bulat berwarna putih
kekuningan, tekstur koloni seperti kapas, dan
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran warna balik koloni putih kekuningan (Gambar
400x yaitu konidiofor bersekat, konidiofor 8A). Sesuai dengan Samson et al. (2010) yang
pendek, warna hialin, bentuk makrokonidia menyatakan bahwa koloni jamur Fusarium pada
seperti sabit pada bagian ujung menyempit, media PDA biasanya berwrna putih, kuning,
bentuk mikrokonidia oval (Gambar 5B). Ber- merah muda atau ungu, dan tekstur seperti kapas.
dasarkan penelitian Sutejo et al. (2008) anggota
Fusarium ada yang memiliki mikrokonidia ber- Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran
bentuk oval, makrokonidia berbentuk sabit ram- 400x yitu konidiofor bersekat, warna hialin.
ping, dinding tebal dan halus bagian apikal Makrokonidia seperti bulan sabit dengan beberapa
meruncing. Konidia tumbuh pada konidiofor yang sekat. Mikrokonidia berbentuk ovoid dan pendek
monofialid dengan tangkai pendek. (Gambar 8B). Sesuai pernyataan Gandjar et al.
(1999) dan Samson et al. (2010) yaitu anggota
Fusarium sp. PA 6 Fusarium ada yang memiliki makrokonidia
berbentuk sabit, mikrokondia dapat berbentuk
Hasil pengamatan makroskopis selama masa ellipsoidal, ovoid, globose, atau pyriform dan
inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan biasanya memiliki karakter gabungan dari
karakter dari jamur Fusarium sp. PA 6 yaitu beberapa bentuk tersebut.
koloni berbentuk bulat berwarna putih, tekstur
koloni seperti kapas, dan warna balik koloni putih Penicillium sp. PA 8
(Gambar 7A). Sesuai dengan Samson et al. (2010)
menyatakan bahwa koloni jamur Fusarium pada Hasil pengamatan makroskopis selama masa
media PDA biasanya berwarna putih, kuning, inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
merah muda atau ungu dan tekstur seprti kapas. karakter dari jamur Penicillium sp. PA 8 yaitu
memiliki bentuk koloni bulat, warna koloni
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran bagian atas putih keabuan, tekstur seperti kapas
400x yaitu konidiofor bersekat, warna hialin, dan dan warna balik putih kecokelatan. (Gambar 9A).
terdapat klamidospora berbentuk rantai pada Pertumbuhan koloni isolat jamur Penicillium sp.
konidiofor. Makrokonidia seperti bulan bulan PA 8 cepat yaitu pada hari ke 7 koloni jamur
sabit dengan satu sekat. Mirokonidia berbentuk sudah hampir memenuhi cawan petri, hal ini
ovoid (Gambar 7B). Sesuai pernyataan Gandjar et sesuai menurut Kidd et al. (2016) bahwa pertum-
al. (1999) dan Samson et al. (2010) yaitu anggota buhan koloni anggota genus Penicillium umum-
Fusarium ada yang memiliki makrokonidia nya cepat. Karakter jamur Penicillium sp. PA 8
berbentuk sabit, mikrokondia dapat berbentuk sesuai dengan penelitian Hardianty et al. (2013)
ellipsoidal, ovoid, globose, atau pyriform dan yang menyatakan bahwa koloni Penicillium
biasanya memiliki karakter gabungan dari berwarna putih keabuan, hijau hingga krem
beberapa bentuk tersebut. Klamidiosfor biasanya kecokelatan.
berbentuk tunggal, berantai atau berpasangan.
Hasil pengamatan miroskopis pada perbesaran
Jamur Fusarium sp. memiliki 3 alat reproduksi 400x yaitu karakter konidiofor bersekat.
yaitu mikrokonidia yang terdiri atas 1-2 sel, Konidiofor silindris terdiri dari batang tunggal
makrokonidia yang memiliki 1-3 sekat dan membentuk beberapa fialid, panjang dan
klamidiospora yaitu konidiofor yang mengalami berwarna hialin. Konidia berbentuk bulat dan
pembengkakan. Mikrokonidia dihasilkan di setiap fialid berbentuk seperti botol (Gambar 8B).
lingkungan bahkan pada saat berada di jaringan Simanjuntak et al. (2015) menyatakan bahwa
inangnya. Makrokonidia biasanya dihasilkan pada karakter mikroskopis anggota spesies Penicillium

129
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

sp. ada yang memiliki fialid berbentuk botol yang Kidd, S, Hallyday, C, Alexiou, H & Ellis, D, 2016,
terdiri dari 3-6 fialid, konidia kehijauan berbentuk Descriptions of Medical Fungi, 3rd edition,
bulat, metula berbentu silinder dan konidiofor Newstyle Printing, Mile End
berwarna hialin.
Kiswanti, SD & Sumardiyono, C, 2010, ‘Identifikasi
Penicillium sp. PA 9 dan Virulensi Fusarium oxysporum f.sp.
cubense Ras 4’, Jurnal Perlindungan Tanaman
Hasil pengamatan makroskopis selama masa Indonesia, vol. 16, no. 1, hal. 28-32
inkubasi 7 hari pada media PDA memperlihatkan
karakter dari jamur Penicillium sp. PA 9 yaitu Natawijaya, D, Saepudin, Adam & Pangesti, D, 2015,
koloni berwarna hijau dengan tepi berwarna putih, ‘Uji Kecepatan Pertumbuhan Jamur Rhizopus
bentuk koloni bulat, tekstur kasar dengan garis- stolonifer dan Aspergillus niger yang
Diinokulasikan pada Beberapa Isolat Buah
garis radial di permukaan koloni, dan warna balik
Lokal’, Jurnal Siliwangi, vol. 1, no.1, hal. 32-40
koloni kuning dengan bagian tepi putih (Gambar
10A). Menurut Gandjar et al. (1999), Samson et Navi, SS, Bandyopadhyay, R, Hall, AJ & Bramel-Cox,
al. (2010), dan Watanabe (2002) jamur PJ, 1999, A Pictorial Guide for the Identifi-
Penicillium memiliki warna hijau, hijau keabuan, cation of Mold Fungi on Sorghum Grain,
hijau kekuningan atau hijau kebiruan, tekstur International Crops Research Institute for the
kasar dan padat. Semi-Arid Tropics, Information Bulletin (59),
Andhra Pradesh
Hasil pengamatan mikroskopis pada perbesaran
400x yaitu konidiofor panjang bercabang, bentuk Nawawi, G, 2001, Mengukur Jarak dan Sudut, Modul
silindris dan berwarna hialin. Konidia berbentuk Program Keahlian Mekanisme Pertanian,
bulat berwarna kehijauan kemudian konidiofor Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat
bersekat (Gambar 10B). Menurut Samson et al. Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta
(2010) anggota Penicillium ada memiliki Nugraheni, ES, 2010, Karakterisasi Biologi Isolat-
konidiofor hialin, konidia bulat berwarna Isolat Fusarium sp. pada Tanaman Cabai
kehijauan atau hialin. Merah (Capsicum annuum L.) Asal Boyolali,
Skripsi, Program Studi Agronomi Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Agrios, GN, 2005, Plant Pathology, 5th edition,
Prabawati, S, Suyanti, & Setyabudi, DA, 2008,
Departement of Plant Pathology University of
Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan
Florida, Academic Press, New York
Buah Pisang, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, dalam
Atlas, RM, 2004, Handbook of Microbiological Media,
3rd edition, CRC Press, Boca Raton Seminar Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian, Bogor
Barnett, HL & Hunter, BB, 2003, Illustrated Genera of
Imperfact Fungi, 4th edition, American Praja, RN & Yudhana, A, 2017, ‘Isolasi dan
Phytopathological Society, St. Paul Identifikasi Aspergillus spp. pada Paru-Paru
Ayam Kampung yang Dijual di Pasar
Banyuwangi’, Jurnal Medik Veterinereissn,
Bessey, EA, 1979, Morphology and Taxonomy of
vol.1 no.1, hal. 6-11
Fungi,3rd edition, Vikas Publishing House PVT
LTD, New Delhi
Rangkuti, EE, Dwi,SS, Kiki, N & Erman,M, 2014,
‘Kemampuan Bakteri Endofit Tanaman
Drusch, S & Ragab, W, 2003, ‘Mycotoxin Fruits, Fruit
Juice and Dried Fruit’, Journal of Food Semangka dalam Menekan Perkembangan
Protection, vol. 66, no. 8, pp. 1514-1527 Penyakit Bercak Daun dan Umbi Tanaman
Kentang dengan Menggunakan Trichoderma
Gandjar, I, Robert, AS, Karin, Van den, TV, Ariyanti, spp. Isolat Lokal’, BIOMA, vol. 11, no. 1, hal.
O & Iman, S, 1999, Pengenalan Kapang Tropik 24-32
Umum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Ratnaningsih, EA, 2014, Mikobiota pada Buah Pisang:
Pengaruhnya Terhadap Fusarium semitectum,
Hardianty, DI, Roza, RM & Martina, A, 2013, Isolasi
dan Seleksi Jamur Selulolitik dari Hutan Cendawan Penyebab Busuk Buah, Skripsi,
Arboretum Universitas Riau, Fakultas Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor, Bogor
kampus Binawidya Pekanbaru
Raper, KB & Fennel, DI, 1965, The Genus Aspergillus,
Williams & Wilkins, Baltimore

130
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 125-131

Samson, RA, Houbraken, J, Thrane, U, Frisvad, JC & Sutejo, AM, Priyatmojo, A & Wibowo, A, 2008,
Andersen, B, 2010, Food and Indoor Fungi, ‘Identifikasi Morfologi Beberapa Spesies Jamur
CBS-KNAW Fungal Biodiversity Centre, Fusarium’, Jurnal Perlindungan Tanaman
Utrecht Indonesia, vol.14, no.1, hal. 7-13

Simanjuntak, N, Khotimah, S & Linda, R, 2015, Waluyo, L, 2008, Teknik dan Metode Dasar dalam
‘Keanekaragaman Kapang Udara di Ruang Mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah
Perkuliahan Fakultas Matematika dan Ilmu Malang Press, Malang
Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak’, Protobiont, vol. 4, no. 2, hal. 55-62 Watanabe, T, 2002, Pictorial Atlas of Soil and Seed
Fungi: Morphologis of Cultured Fungi and Key
Smith, BJ, & Black, LL, 1990, ‘Morphological, to Species, 2nd edition, CRC Press, Boca Raton
Cultural, and Pathogenic Variation Among
Colletotrichum Species Isolated from Widiastuti, A, Ningtyas, OH & Priyatmojo, A, 2015,
Strawberry’, Plant Disease, vol. 74, no. 1, pp. ‘Identifikasi Cendawan Penyebab Penyakit
69-76 Pascapanen pada Beberapa Buah di
Yogyakarta’, Jurnal Fitopatologi Indonesia,
vol. 11, no. 3, hal. 91–96

131

Anda mungkin juga menyukai