ABSTRAK
Bacillus sp. memiliki kemampuan untuk hidup dan berkembang dalam usus ternak. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mencari isolat dan karakter Bacillus sp yang memiliki
kemampuan menghasilkan antimikroba. Dari hasil penelitian diperoleh dua isolat Bacillus
sp. yaitu Bacillus sp.A1 dan Bacillus sp.A2. Kedua isolat bakteri tersebut memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri patogen Streptococcus, Klebsiella
pneumonia, Vibrio cholera dan Escherichia coli. Kedua isolat bakteri bersifat Gram positif,
mesofil, neutrofil, menghasilkan spora oval yang letaknya di tengah, mampu menfermentasi
gula seperti glokosa, galaktosa, fruktosa dan sukrosa, serta mampu menghasilkan enzim
katalase. Dari hasil karakterisasi berat molekul protein menggunakan SDS-PAGE terbentuk
6 pita protein yang berat molekulnya 30 KDa, 45 KDa, 60 KDa, 105 KDa, 143 KDa dan 165
KDa.
Kata Kunci: isolasi, Bacillus, karakterisasi, ayam kampung, SDS-PAGE
Ayam kampung lebih tahan terhadap 2.1 Isolasi Bakteri Penghasil Antimikroba
penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Untuk mendapatkan isolat bakteri penghasil
Dari hal tersebut dapat dipastikan bahwa di antimikroba, maka di lakukan langkah-
dalam tubuh ayam kampung ada bakteri langkah sebagai berikut :
yang berperan dalam memusuhi mikroba a) Bakteri yang akan diisolasi berasal dari
patogen. sampel pakan yang telah mengalami
pelunakan (karena proses pencernaan)
Bakteri Bacillus sp. merupakan salah satu di dalam ventrikulus, sampel pakan
mikroba flora normal pada saluran yang telah digiling menjadi molekul
pencernaan ayam kampung (Green et al., yang lebih kecil di dalam ampela, ayam
2006). Bacillus sp. memiliki sifat mampu kampung.
hidup dan berkembang dalam usus ternak b) Masing-masing dari sampel tersebut
dengan baik dan dapat menghasilkan enzim diambil kurang lebih 1 sendok teh
pencernaan seperti protease dan amilase kemudian di masukkan ke dalam media
yang dapat membantu pencernaan, serta pengkayaan/enrichment yaitu media
memproduksi asam-asam organik rantai NB. cair sebanyak 50 ml.. Kemudian di
pendek yang mempunyai sifat antimikroba. o
inkubasi selama 5 hari pada suhu 40 C.
Hasil penelitian Sjofjan (2003) membuktikan c) Setelah diinkubasi selama 5 hari, 1 ml
bahwa Bacillus sp. mampu menghasilkan sampel di inokulasikan ke dalam 20 ml
antimikroba yang dapat menghambat bakteri media NA yang sudah mencair
patogen seperti Salmonella sp. dan E.coli. kemudian ditunggu hingga memadat.
Pada percobaan in vitro menunjukkan Setelah padat, diinkubasi selama 24
bahwa kultur Bacillus dapat menekan o
jam dalam suhu 40 C. Adanya bakteri
perkembangan Salmonella sp. dan E.coli. penghasil antimikroba ditandai dengan
adanya zona jernih di sekitar bakteri
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang merupakan bukti bahwa bakteri
ini dilakukan untuk mendapatkan isolat tersebut memiliki kemampuan untuk
bakteri Bacillus sp. dan karakterisasinya menghambat pertumbuhan koloni
yang memiliki kemampuan antimikroba dari bakteri yang lain. Koloni ini merupakan
saluran pencernaan ayam kampung untuk koloni kandidat penghasil antimikroba.
mengurangi terjadinya infeksi pada ayam. d) Setelah 24 jam, koloni yang tumbuh
diamati dengan melihat pertumbuhan
306
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
307
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
308
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
.Tabel 2. Hasil uji isolat bakteri penghasil antimikroba kesempatan E. coli untuk menempel pada
terhadap beberapa bakteri uji usus jauh berkurang. Dengan demikian, E.
coli hanya berada dalam lumen dan akan
No Bakteri Bakteri Uji Diameter dikeluarkan bersama feses.
Zona
Hambat
(cm) Antimikroba Bacillus dihasilkan pada fase
1 Bacillus sp. Streptococcus 1,2 stationer yaitu pada saat menghasilkan
A1 K. pneumonia 1,7 metabolit sekunder (Todar, 2009). Pada
V. cholera 1,2
fase ini terjadi perubahan fisiologis
(Purwoko, 2007), jumlah sel yang mati
E. coli 1,2 semakin meningkat, dan jumlah sel hidup
2 Bacillus sp. Streptococcus 0 konstan (Sumarsih, 2003). Pada fase ini
A2 K. pneumonia 0 bakteri tidak melakukan perbanyakan sel
V. cholera 0
karena penurunan kadar oksigen, nutrien
habis, dan memproduksi antimikroba yang
E. coli 1,5
banyak (Purwoko, 2007). Produksi
antimikroba diatur oleh kontrol regulasi
Data pada tabel di atas jika ditampilkan keseluruhan yang berperan dalam laju
dalam diagram akan tampak seperti Gambar pertumbuhan dan efek regulasi khusus pada
1. setiap jalur metabolisme, faktor genetik dan
komposisi media.
Isolat Bacillus sp. A1 mampu menghambat 3.3 Karakteristik Bakteri hasil Isolasi
beberapa bakteri patogen. Bukti dari Bakteri yang menghasilkan antimikroba
penghambatan tersebut adalah adanya adalah bakteri Bacillus sp. A1 dan A2.
zona bening di sekitar bakteri uji yaitu Karakteristik bakteri penghasil antimikroba
Streptococcus sebesar 1,2 cm, Klebsiella dilakukan dengan menggunakan
pneumonia 1,7 cm, Vibrio cholera 1,2 cm pengamatan morfologi, fisiologi dan analisis
dan Escherichia coli sebesar 1,2 cm kandungan protein dengan SDS-PAGE.
sedangkan Bacillus sp. A2 hanya mampu Hasil dari pengamatan morfologi yaitu koloni
menghambat pertumbuhan bakteri berbentuk bulat, warna koloni putih, ukuran
Escherichia coli yaitu sebesar 1,5 cm..Dari koloni tidak begitu besar, memiliki
data penelitian diatas maka dapat diambil permukaan cembung dan tepi yang rata.
kesimpulan bahwa bakteri Bacillus sp. yang Dari pengecatan gram dan bakteri BA 1 dan
memiliki kemampuan dalam menghasilkan BA 2 memiliki ciri-ciri morfologi bentuk sel
antimikroba adalah Bacillus sp.A1 dan A2. bakteri batang dan bersifat gram positif
(berwarna ungu). Pada pengecatan spora
Bacillus sp. melakukan adhesi yang kuat bakteri BA 1 dan BA 2 memiliki bentuk spora
dengan dinding usus, mencegah kolonisasi oval dan letak sporanya di tengah. Sesuai
usus oleh mikroba patogen, sehingga dengan Feliatra, dkk. (2004) yang
309
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
mengatakan bahwa bakteri Bacillus memiliki Berdasarkan ciri-ciri morfologi, fisiologi dan
endospora oval, kadang-kadang bundar hasil analisis dengan menggunakan SDS-
atau silinder dan sangat resisten pada PAGE maka dapat diketahui bahwa kedua
kondisi yang tidak menguntungkan. isolat bakteri penghasil antimikroba yang
dihasilkan dari saluran pencernaan ayam
Selain pengamatan secara morfologi, juga kampung merupakan bakteri yang sama.
dilakukan pengamatan fisiologi yang Perbedaan kedua bakteri ini adalah pada
meliputi tes biokomia, pH, suhu dan uji kemampuan isolat bakteri dalam
enzimatik. Pada pengecatan gram Pada uji menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
suhu kedua bakteri ini tumbuh optimum
o
pada suhu 30-40 C dan pada pH 7-9. Jika
bakteri ditumbuhkan pada suhu diatas suhu 4. SIMPULAN
optimum maka pertumbuhan tidak terjadi
secara optimal. Hal ini terjadi karena suhu 1. Ada dua isolat bakteri Bacillus sp.
optimum suatu bakteri bergantung pada penghasil antimikroba di dalam saluran
suhu sel tempat bakteri itu berasal atau pencernaan ayam kampung. Kedua
sedikit melebihi suhu sel tersebut (Murray, bakteri tersebut adalah jenis yang
2003). sama.
Bakteri BA 1 dan BA2 memiliki kemampuan 2. Bakteri Bacillus A1 memiliki
dalam memfermentasi karbohidrat terutama kemampuan menghambat
glukosa dan fruktosa serta mendegradasi pertumbuhan beberapa bakteri patogen
protein, amilum dan selulosa. yaitu Streptococcus, Klebsiella
pneumonia, Vibrio cholera dan
3.4 Hasil identifikasi protein dengan Escherichia coli sedangkan Bacillus A2
menggunakan SDS-Page hanya memiliki kemampuan dalam
Isolat bakteri Bacillus sp.A1 dan A2 yang menghambat bakteri Escherichia coli
diperoleh kemudian dianalisis jumlah pita 3. Isolat bakteri Bacillus sp. yang diisolasi
protein dan berat molekulnya dengan SDS dari saluran pencernaan ayam
PAGE. Kemudian hasilnya akan diwarnai kampung memiliki sel berbentuk
dengan menggunakan pewarna gel yaitu batang, bersifat gram positif,
perak nitrat. Hasil yang diperoleh adalah menghasilkan spora, mampu
seperti Gambar 2. memfermentasi karbohidrat, mampu
mendegradasi amilum, protein dan
o
selulosa dan tumbuh pada suhu 40 C
dan pH 7-9.
UCAPAN TERIMAKASIH
PUSTAKA
310
ISBN No. 978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III-2012
311