x Tahun x
Article history: Bakteri dapat menjadi penyebab infeksi penyakit, diantaranya adalah infeksi
Submission April 2021 kulit seperti bisul, jerawat dan infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia,
Accepted April 2021 meningitis dan arthritis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Publish April 2021 Infeksi bakteri dapat diatasi menggunakan antibiotik. Akan tetapi penggunaan
antibiotik dalam pengobatan menimbulkan permasalahan yaitu resistensi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penggunaan obat yang lebih
aman, salah satunya adalah pemanfaatan tanaman berkhasiat yang ada
disekitar kita yaitu daun pepaya didalam daun pepaya mengandung senyawa
flavonoid,saponin, dan tanin yang berfungsi sebagai zat antimikroba. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi manakah yang paling efektif
antara metode ekstraksi maserasi dan refluks serta pada konsentrasi berapakah
ekstrak daun pepaya yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, pada pengujian antibakteri daun pepaya dibuat ekstrak dengan
metode ekstraksi maserasi dan refluk, adapun ekstrak dibuat dengan konsentrasi
10%, 15% dan 20%. Antibiotik Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif,
dan aquadest sebagai kontrol negatif. Pengujian antibakteri yang digunakan
menggunakan metode difusi sumuran. Dari percobaan diperoleh hasil ekstrak
dengan metode ekstraksi refluks lebih efektif dalam menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dan pada konsentrasi 20% merupakan konsentrasi yang
paling baik dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus, dengan rata-
rata luas daya hambatnya 174,3 mm2.
Kata kunci : Daun pepaya, Maserasi, Refluks, Bakteri Staphylococcus aureus
Alamat korespondensi:
Prodi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Gedung A Lt.3. Kampus 1
Jl. Mataram No.09 Kota Tegal, Kodepos 52122
Telp. (0283) 352000 p-ISSN: 2089-5313
E-mail: parapemikir_poltek@yahoo.com e-ISSN: 2549-5062
2
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
A. Pendahuluan yang sering digunakan sebagai obat
Salah satu penyakit yang paling banyak tradisional adalah daunnya, karena
diderita di negara berkembang seperti mengandung enzim papanin (Tim Karya
indonesia adalah penyakit infeksi (Radji, Tani Mandiri, 2011)[9]. Daun pepaya
2011)[1]. Infeksi dapat disebabkan oleh mengandung senyawa kimia yang bersifat
bakteri, virus, jamur, protozoa atau antiseptik, antiinflamasi, antifungal, dan
beberapa kelompok minor lain antibakteri. Senyawa antibakteri yang
(mikroplasma, riketsia ,dan klamida) terdapat dalam daun pepaya diantaranya
(Gloud dan Brooker, 2003)[2]. Infeksi tanin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan
bakteri merupakan penyakit yang sering saponin (Duke, 2009)[10]. Senyawa
diderita oleh masyarakat, dan bakteri antibakteri diperoleh melalaui pembuatan
patogen yang sering menginfeksi adalah ekstrak terlebih dahulu.
bakteri Staphylococcus aureus (Tuntun, Dalam pembuatan ekstrak ada beberapa
2016)[3]. metode, diantaranya yaitu metode maserasi
Staphylococcus aureus dan refluks. Metode maserasi digunakan
biasanya terdapat pada kulit dan saluran untuk mengekstrak sampel yang relatif
pernafasan atas. Infeksi bakteri tidak tahan panas. Metode ini dilakukan
Staphylococcus aureus diasosiasikan hanya dengan merendam sampel dalam
dengan beberapa kondisi patologi, suatu pelarut dalam jangka waktu tertentu,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa
meningitis dan arthritis. Sebagian besar menggunakan pemanasan. Keuntungan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini dari metode maserasi adalah tidak
memproduksi nanah, oleh karena itu memerlukan peralatan yang rumit, relatif
bakteri ini disebut piogenik (Entjang, 2003 murah, dapat menghindari penguapan
: 42)[4]. Namun, Staphylococcus aureus komponen senyawa, karena tidak
menjadi masalah yang serius karena terjadi menggunakan panas, mengacu pada
resistensi bakteri ini terhadap berbagai penelitian (Tuntun, 2016)[3] bahwa metode
jenis antibotik (Trisia dkk,2018)[5]. maserasi dapat menghasilkan hasil efektif
Resistensi adalah keadaan dalam menyari senyawa antibakteri
dimana strain bakteri didalam tubuh sudah (flavonoid, saponin, dan tanin). Metode
kebal terhadap agen bakteri, sehingga agen Refluks digunakan untuk mengekstrak
bakteri tidak dapat menghambat sampel yang relatif tahan panas. Metode
pertumbuhan bakteri didalam tubuh. ini dilakukan dengan cara menggodok
Resistensi dapat disebabkan karena sampel dalam suatu pelarut yang
penggunaan antibiotik yang tidak sesuai diletakkan dalam wadah dan dilengkapi
kemudian menimbulkan mikroorganisme dengan kondensor dengan jangka waktu
patogen menjadi resisten sehingga lebih cepat, biasanya 3-7 jam. Kelebihan
pengobatan menjadi tidak efektif. Untuk metode ini adalah waktunya lebih singkat,
mengurangi jumlah kejadian resistensi terjadi kontak langsung dengan pelarut
bakteri dimasyarakat, diperlukan secara terus menerus, dan pelarut yang
penggunaan obat yang lebih aman, salah digunakan lebih sedikit, sehingga lebih
satunya adalah pemanfaatan tanaman efektif (Meloan, 1999)[11], mengacu pada
berkhasiat yang ada disekitar kita penelitian (Suhardiman dkk, 2018) [12]
(Priyanto, 2008 :87)[6]. Penggunaan obat metode ekstraksi refluks efektif dalam
tradisonal dinilai memiliki efek samping menyari senyawa antibakteri (flavonoid,
yang lebih kecil dibandingkan dengan obat saponin dan tanin).
yang berasal dari bahan kimia, disamping Dari beberapa kelebihan yang dimiliki
itu harganya juga lebih terjangkau oleh kedua metode tersebut, timbul
(Tampubolon,1981)[7]. Keuntungan lain pemikiran untuk melakukan penelitian
penggunaan obat tradisional adalah bahan “Perbandingan Efektivitas Antibakteri
bakunya mudah diperoleh dan harganya Ekstrak Maserasi dan Refluks Daun
relatif murah (Sardjoko, 1993) [8]. Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap
Salah satu tanaman yang dapat Bakteri Staphylococcus aureus”.
dimanfaatkan sebagai obat adalah pepaya
(Carica papaya L.). Bagian tanaman ini
3
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
b. Uji mikroskopis
B. Metode
1) Alat dan Bahan Menimbang simplisia sebanyak 50
Alat-alat yang digunakan : Pembuatan mg letakkan pada obyek glass, tetesi
simplisia : Talenan, pisau, blender. dengan aquadest kemudian letakkan pada
Penanaman dan penumbuhan bakteri: mikroskop untuk mengamati fragmen-
Labu erlenmeyer, gelas ukur, tabung fragmen sesuai literatur (Suryani,
reaksi, cawan petri, jarum ose bundar, 2011)[14]
batang pengaduk, corong, neraca
c. Uji makroskopis
analitik, lampu spirtus, kasa asbes, kaki
tiga, in case, dan inkubator. Sterilisasi : Mengamati bentuk, bau, warna, dan
Autoklaf dan oven. Pembuatan ekstrak rasa yang sesuai dengan literatur
daun pepaya metode maserasi : (Siswondo, 2013).[15]
maserator, batang pengaduk, cawan
poselen, erlenmeyer, kain flanel, d. Pembuatan ekstrak dengan metode
penangas air, penjepit kayu. Refluks : maserasi
labu alas bulat 500 ml, kondensor refluks, Proses ekstraksi simplisia daun pepaya
Selang (2 buah), klem (2 buah), statif (2 dengan menggunakan metode maserasi
buah), erlenmeyer 250 ml, beaker glass yang dilakukan dengan menimbang 100 g
50 ml, beaker glass 500 ml, dan corong serbuk simplisia daun pepaya dan 1000 ml
kecil. Penguji daya hambat bakteri: etanol 70% dengan perbandingan antara
Inkubator, rak tabung reaksi, in case, bahan dan pelarut 1:10. Lalu dimasukkan
lampu spirtus, cawan petri, jarum ose ke dalam maserator dan diaduk hingga
bulat, jarum ose. homogen selama ±5 menit, lalu menutup
Bahan-bahan yang digunakan: maserator rapat-rapat dengan plester hitam
Pembuatan Ekstrak sampel : Daun dan membungkusnya dalam plastik hitam
pepaya, etanol 70%. Pembuatan media supaya terlindung dari cahaya. Bejana
uji antibakteri: Bakteri Staphylococcus tersebut didiamkan selama 1 hari dengan
aureus , MHA (Mueller Hinton Agar) 7,6 pengadukan selama 5 menit tiap 6
gram, BHI (Brain Heart Infusion) 5,55 jam.Setelah proses maserasi, saring
gram, NA (Nutrient Agar) 2,4 gram, maserat dengan kain flanel kedalam
konsentrasi ekstrak maserasi daun erlenmeyer, lalu masukkan maserat
pepaya 10% b/v, 15% b/v, 20% b/v kedalam cawan porselen untuk dipekatkan
sebagai kontrol uji, Kloramfenikol diatas penangas air hingga diperoleh massa
sebagai kontrol positif, dan larutan kental seperti madu (Sari dkk, 2015)[16].
aquadest sebagai kontrol negatif.
e. Pembuatan Ekstrak dengan Metode
2) Prosedur kerja
Refluks
a. Pengumpulan sampel
Proses ekstraksi simplisia daun pepaya
Daun yang sudah dikumpulkan
dengan menggunakan metode refluks yang
dicuci bersih dengan air mengalir
dilakukan dengan cara menimbang 100 g
untuk menghilangkan tanah dan
serbuk simplisia dan 1000 ml etanol 70%
semua kotoran yang melekat pada
dengan perbandingan antara bahan dengan
tanaman, kemudian ditiriskan dan
pelarut 1:10. Lalu proses selanjutnya
dilakukan perajangan. Selanjutnya
adalah merangkain alat refluks, setelah alat
dikeringkan menggunakan oven pada
selesai dirangkai proses selanjutnya adalah
suhu 70˚C. Daun yang sudah
memasukan simplisia daun pepaya dan
dikeringkan segera diserbuk dengan
pelarut kedalam labu alas bulat, kemudian
mesin penyerbuk dan diayak
proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam.
menggunakan ayakan nomor 60
Kemudian hasil yang didapatkan disaring
(Prasetyo, MS. 2013 :17)[13] dengan kain flanel dan diuapkan
menggunakan kompor spirtus pada api
kecil untuk menghilangkan pelarutnya dan
dilakukan uji bebas etanol berfungsi untuk
4
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
mendapatkan ekstraknkental, kemudian h. Pembuatan media pertumbuhan
hasil ekstrak dihitung rendemannya dan pengembangbiakan bakteri
(Akhyar,2010)[17].
Media Nutrient Agar (Na)
f. Uji Identifikasi metabolit sekunder
Media NA dibuat dengan cara
Uji saponin melarutkan 2,4 gram serbuk NA
dengan 120 ml aquadest steril yang
Memasukakan 0,5 gram simplisia hangat dalam erlenmeyer, lalu
ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 mengecek pH media (6,8-7).
ml air panas, kocok-kocok kuat Campuran tersebut disterilkan
selama 10 detik sampai terbentuk menggunakan autoklaf dengan suhu
busa setinggi 1-10 cm diamkan, beri 1 121˚C dan tekanan 2 atmosfer selama
tetes asam klorida 2 N, positif buih 15 menit (Shinta, 2016)[22].
tidak hilang (Depkes RI, 1977)[18].
Uji flavonoid Media Brain Heart Infussion (BHI)
Memasukan ekstrak daun sawo Media BHI dibuat dengan cara
kecik sebanyak 1 ml kedalam tabung melarutkan 5,55 gram serbuk NA
reaksi, larutkan dalam 1 ml etanol dengan 150 ml aquadest steril yang
(95%), tambahkan 0,1 gram hangat dalam erlenmeyer, lalu
magnesium dan 10 ml asam klorida mengecek pH 6,8-7. Campuran
pekat, jika terjadi perubahan warna tersebut disterilkan menggunakan
merah jingga sampai ungu autoklaf dengan suhu 121˚C dan
menunjukkan adanya senyawa tekanan 2 atmosfer selama 15 menit
flavonoid (Depkes RI, 1977)[18]. (Shinta, 2016)[22].
1
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages … 0