Anda di halaman 1dari 10

Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol x No.

x Tahun x

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI


EKSTRAK MASERASI DAN REFLUKS DAUN PEPAYA
(Carica papaya L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus
Eka Dian Lestari1, Inur Tivani2, Susiyarti3
Program Studi Diploma III Farmasi Politeknik Harapan
Bersama, Jl. Mataram No. 09 Kota Tegal, Kode pos 52112
Telp (0283) 352000
e-mail: 1lestariekadian76@gmail.com,

Article Info Abstrak

Article history: Bakteri dapat menjadi penyebab infeksi penyakit, diantaranya adalah infeksi
Submission April 2021 kulit seperti bisul, jerawat dan infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia,
Accepted April 2021 meningitis dan arthritis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Publish April 2021 Infeksi bakteri dapat diatasi menggunakan antibiotik. Akan tetapi penggunaan
antibiotik dalam pengobatan menimbulkan permasalahan yaitu resistensi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penggunaan obat yang lebih
aman, salah satunya adalah pemanfaatan tanaman berkhasiat yang ada
disekitar kita yaitu daun pepaya didalam daun pepaya mengandung senyawa
flavonoid,saponin, dan tanin yang berfungsi sebagai zat antimikroba. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi manakah yang paling efektif
antara metode ekstraksi maserasi dan refluks serta pada konsentrasi berapakah
ekstrak daun pepaya yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, pada pengujian antibakteri daun pepaya dibuat ekstrak dengan
metode ekstraksi maserasi dan refluk, adapun ekstrak dibuat dengan konsentrasi
10%, 15% dan 20%. Antibiotik Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif,
dan aquadest sebagai kontrol negatif. Pengujian antibakteri yang digunakan
menggunakan metode difusi sumuran. Dari percobaan diperoleh hasil ekstrak
dengan metode ekstraksi refluks lebih efektif dalam menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dan pada konsentrasi 20% merupakan konsentrasi yang
paling baik dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus, dengan rata-
rata luas daya hambatnya 174,3 mm2.
Kata kunci : Daun pepaya, Maserasi, Refluks, Bakteri Staphylococcus aureus

Ucapan terima kasih: Abstract


1. Bapak Nizar Bacteria can be the cause of infectious diseases, including skin infections such
Suhendra, Amd, S.E, as boils, acne, and respiratory infections such as pneumonia, meningitis, and
M.P.P. selaku arthritis caused by Staphylococcus aureus bacteria. Bacterial infections can be
Direktur Politeknik treated using antibiotics. However, the use of antibiotics in treatment creates
Harapan Bersama problems, namely resistance. To overcome this problem, safer use of drugs is
2. Ibu Inur Tivani, S.Si, needed, one of which is the use of nutritious plants around us, namely papaya
M.Pd selaku dosen leaves in papaya leaves containing flavonoids, saponins, and tannins which
pembimbing 1 function as antimicrobial substances. This study aimed to determine which
3. Ibu apt. Susiyarti., M.extraction method is the most effective between maseratic and refluction and at
Farm selaku dosen what concentration extracts of papaya leaf are the most effective in inhibiting the
pemimbing 2 growth of Staphylococcus aureus bacteria. The type of this research is
1
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
experimental research, in the papaya leaf antibacterial test, extracts were made
by maceration and reflux extraction methods, while the extract was made with a
concentration of 10%, 15%, and 20%. Chloramphenicol antibiotic was used as
a positive control and aqua dest as a negative control. The antibacterial test used
was a good diffusion method. From the experiment, it was obtained that the
extract using the reflux extraction method was more effective in inhibiting
Staphylococcus aureus bacteria and at a concentration of 20% was the best
concentration in inhibiting Staphylococcus aureus bacteria, with an average
area of inhibition of 174,3 mm2.

©2021Politeknik Harapan Bersama Tegal

Alamat korespondensi:
Prodi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Gedung A Lt.3. Kampus 1
Jl. Mataram No.09 Kota Tegal, Kodepos 52122
Telp. (0283) 352000 p-ISSN: 2089-5313
E-mail: parapemikir_poltek@yahoo.com e-ISSN: 2549-5062

2
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
A. Pendahuluan yang sering digunakan sebagai obat
Salah satu penyakit yang paling banyak tradisional adalah daunnya, karena
diderita di negara berkembang seperti mengandung enzim papanin (Tim Karya
indonesia adalah penyakit infeksi (Radji, Tani Mandiri, 2011)[9]. Daun pepaya
2011)[1]. Infeksi dapat disebabkan oleh mengandung senyawa kimia yang bersifat
bakteri, virus, jamur, protozoa atau antiseptik, antiinflamasi, antifungal, dan
beberapa kelompok minor lain antibakteri. Senyawa antibakteri yang
(mikroplasma, riketsia ,dan klamida) terdapat dalam daun pepaya diantaranya
(Gloud dan Brooker, 2003)[2]. Infeksi tanin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan
bakteri merupakan penyakit yang sering saponin (Duke, 2009)[10]. Senyawa
diderita oleh masyarakat, dan bakteri antibakteri diperoleh melalaui pembuatan
patogen yang sering menginfeksi adalah ekstrak terlebih dahulu.
bakteri Staphylococcus aureus (Tuntun, Dalam pembuatan ekstrak ada beberapa
2016)[3]. metode, diantaranya yaitu metode maserasi
Staphylococcus aureus dan refluks. Metode maserasi digunakan
biasanya terdapat pada kulit dan saluran untuk mengekstrak sampel yang relatif
pernafasan atas. Infeksi bakteri tidak tahan panas. Metode ini dilakukan
Staphylococcus aureus diasosiasikan hanya dengan merendam sampel dalam
dengan beberapa kondisi patologi, suatu pelarut dalam jangka waktu tertentu,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa
meningitis dan arthritis. Sebagian besar menggunakan pemanasan. Keuntungan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini dari metode maserasi adalah tidak
memproduksi nanah, oleh karena itu memerlukan peralatan yang rumit, relatif
bakteri ini disebut piogenik (Entjang, 2003 murah, dapat menghindari penguapan
: 42)[4]. Namun, Staphylococcus aureus komponen senyawa, karena tidak
menjadi masalah yang serius karena terjadi menggunakan panas, mengacu pada
resistensi bakteri ini terhadap berbagai penelitian (Tuntun, 2016)[3] bahwa metode
jenis antibotik (Trisia dkk,2018)[5]. maserasi dapat menghasilkan hasil efektif
Resistensi adalah keadaan dalam menyari senyawa antibakteri
dimana strain bakteri didalam tubuh sudah (flavonoid, saponin, dan tanin). Metode
kebal terhadap agen bakteri, sehingga agen Refluks digunakan untuk mengekstrak
bakteri tidak dapat menghambat sampel yang relatif tahan panas. Metode
pertumbuhan bakteri didalam tubuh. ini dilakukan dengan cara menggodok
Resistensi dapat disebabkan karena sampel dalam suatu pelarut yang
penggunaan antibiotik yang tidak sesuai diletakkan dalam wadah dan dilengkapi
kemudian menimbulkan mikroorganisme dengan kondensor dengan jangka waktu
patogen menjadi resisten sehingga lebih cepat, biasanya 3-7 jam. Kelebihan
pengobatan menjadi tidak efektif. Untuk metode ini adalah waktunya lebih singkat,
mengurangi jumlah kejadian resistensi terjadi kontak langsung dengan pelarut
bakteri dimasyarakat, diperlukan secara terus menerus, dan pelarut yang
penggunaan obat yang lebih aman, salah digunakan lebih sedikit, sehingga lebih
satunya adalah pemanfaatan tanaman efektif (Meloan, 1999)[11], mengacu pada
berkhasiat yang ada disekitar kita penelitian (Suhardiman dkk, 2018) [12]
(Priyanto, 2008 :87)[6]. Penggunaan obat metode ekstraksi refluks efektif dalam
tradisonal dinilai memiliki efek samping menyari senyawa antibakteri (flavonoid,
yang lebih kecil dibandingkan dengan obat saponin dan tanin).
yang berasal dari bahan kimia, disamping Dari beberapa kelebihan yang dimiliki
itu harganya juga lebih terjangkau oleh kedua metode tersebut, timbul
(Tampubolon,1981)[7]. Keuntungan lain pemikiran untuk melakukan penelitian
penggunaan obat tradisional adalah bahan “Perbandingan Efektivitas Antibakteri
bakunya mudah diperoleh dan harganya Ekstrak Maserasi dan Refluks Daun
relatif murah (Sardjoko, 1993) [8]. Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap
Salah satu tanaman yang dapat Bakteri Staphylococcus aureus”.
dimanfaatkan sebagai obat adalah pepaya
(Carica papaya L.). Bagian tanaman ini
3
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
b. Uji mikroskopis
B. Metode
1) Alat dan Bahan Menimbang simplisia sebanyak 50
Alat-alat yang digunakan : Pembuatan mg letakkan pada obyek glass, tetesi
simplisia : Talenan, pisau, blender. dengan aquadest kemudian letakkan pada
Penanaman dan penumbuhan bakteri: mikroskop untuk mengamati fragmen-
Labu erlenmeyer, gelas ukur, tabung fragmen sesuai literatur (Suryani,
reaksi, cawan petri, jarum ose bundar, 2011)[14]
batang pengaduk, corong, neraca
c. Uji makroskopis
analitik, lampu spirtus, kasa asbes, kaki
tiga, in case, dan inkubator. Sterilisasi : Mengamati bentuk, bau, warna, dan
Autoklaf dan oven. Pembuatan ekstrak rasa yang sesuai dengan literatur
daun pepaya metode maserasi : (Siswondo, 2013).[15]
maserator, batang pengaduk, cawan
poselen, erlenmeyer, kain flanel, d. Pembuatan ekstrak dengan metode
penangas air, penjepit kayu. Refluks : maserasi
labu alas bulat 500 ml, kondensor refluks, Proses ekstraksi simplisia daun pepaya
Selang (2 buah), klem (2 buah), statif (2 dengan menggunakan metode maserasi
buah), erlenmeyer 250 ml, beaker glass yang dilakukan dengan menimbang 100 g
50 ml, beaker glass 500 ml, dan corong serbuk simplisia daun pepaya dan 1000 ml
kecil. Penguji daya hambat bakteri: etanol 70% dengan perbandingan antara
Inkubator, rak tabung reaksi, in case, bahan dan pelarut 1:10. Lalu dimasukkan
lampu spirtus, cawan petri, jarum ose ke dalam maserator dan diaduk hingga
bulat, jarum ose. homogen selama ±5 menit, lalu menutup
Bahan-bahan yang digunakan: maserator rapat-rapat dengan plester hitam
Pembuatan Ekstrak sampel : Daun dan membungkusnya dalam plastik hitam
pepaya, etanol 70%. Pembuatan media supaya terlindung dari cahaya. Bejana
uji antibakteri: Bakteri Staphylococcus tersebut didiamkan selama 1 hari dengan
aureus , MHA (Mueller Hinton Agar) 7,6 pengadukan selama 5 menit tiap 6
gram, BHI (Brain Heart Infusion) 5,55 jam.Setelah proses maserasi, saring
gram, NA (Nutrient Agar) 2,4 gram, maserat dengan kain flanel kedalam
konsentrasi ekstrak maserasi daun erlenmeyer, lalu masukkan maserat
pepaya 10% b/v, 15% b/v, 20% b/v kedalam cawan porselen untuk dipekatkan
sebagai kontrol uji, Kloramfenikol diatas penangas air hingga diperoleh massa
sebagai kontrol positif, dan larutan kental seperti madu (Sari dkk, 2015)[16].
aquadest sebagai kontrol negatif.
e. Pembuatan Ekstrak dengan Metode
2) Prosedur kerja
Refluks
a. Pengumpulan sampel
Proses ekstraksi simplisia daun pepaya
Daun yang sudah dikumpulkan
dengan menggunakan metode refluks yang
dicuci bersih dengan air mengalir
dilakukan dengan cara menimbang 100 g
untuk menghilangkan tanah dan
serbuk simplisia dan 1000 ml etanol 70%
semua kotoran yang melekat pada
dengan perbandingan antara bahan dengan
tanaman, kemudian ditiriskan dan
pelarut 1:10. Lalu proses selanjutnya
dilakukan perajangan. Selanjutnya
adalah merangkain alat refluks, setelah alat
dikeringkan menggunakan oven pada
selesai dirangkai proses selanjutnya adalah
suhu 70˚C. Daun yang sudah
memasukan simplisia daun pepaya dan
dikeringkan segera diserbuk dengan
pelarut kedalam labu alas bulat, kemudian
mesin penyerbuk dan diayak
proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam.
menggunakan ayakan nomor 60
Kemudian hasil yang didapatkan disaring
(Prasetyo, MS. 2013 :17)[13] dengan kain flanel dan diuapkan
menggunakan kompor spirtus pada api
kecil untuk menghilangkan pelarutnya dan
dilakukan uji bebas etanol berfungsi untuk
4
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
mendapatkan ekstraknkental, kemudian h. Pembuatan media pertumbuhan
hasil ekstrak dihitung rendemannya dan pengembangbiakan bakteri
(Akhyar,2010)[17].
Media Nutrient Agar (Na)
f. Uji Identifikasi metabolit sekunder
Media NA dibuat dengan cara
Uji saponin melarutkan 2,4 gram serbuk NA
dengan 120 ml aquadest steril yang
Memasukakan 0,5 gram simplisia hangat dalam erlenmeyer, lalu
ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 mengecek pH media (6,8-7).
ml air panas, kocok-kocok kuat Campuran tersebut disterilkan
selama 10 detik sampai terbentuk menggunakan autoklaf dengan suhu
busa setinggi 1-10 cm diamkan, beri 1 121˚C dan tekanan 2 atmosfer selama
tetes asam klorida 2 N, positif buih 15 menit (Shinta, 2016)[22].
tidak hilang (Depkes RI, 1977)[18].
Uji flavonoid Media Brain Heart Infussion (BHI)
Memasukan ekstrak daun sawo Media BHI dibuat dengan cara
kecik sebanyak 1 ml kedalam tabung melarutkan 5,55 gram serbuk NA
reaksi, larutkan dalam 1 ml etanol dengan 150 ml aquadest steril yang
(95%), tambahkan 0,1 gram hangat dalam erlenmeyer, lalu
magnesium dan 10 ml asam klorida mengecek pH 6,8-7. Campuran
pekat, jika terjadi perubahan warna tersebut disterilkan menggunakan
merah jingga sampai ungu autoklaf dengan suhu 121˚C dan
menunjukkan adanya senyawa tekanan 2 atmosfer selama 15 menit
flavonoid (Depkes RI, 1977)[18]. (Shinta, 2016)[22].

Uji Tanin I Media Mueller Hinton Agar (MHA)


Memasukan ekstrak ke dalam tabung Pembuatan media MHA diawali
reaksi, tambahkan 2-3 tetes larutan dengan menimbang serbuk media
FeCl3 5%. Hasil positif ditunjukan MHA sebanyak 7,6 gram kemudian
dengan terbentuknya warna hitam memasukan kedalam labu
kebiruan atau hijau (Sastrawan dkk, erlenmeyer, melarutkan dengan
2013)[19]. aquadest steril sebanyak 200 ml diatas
lampu spirtus. Sambil diaduk-aduk
Uji Tanin II perlahan hingga terlarut sempurna.
Selanjutnya ditutup dengan
Memasukan ekstrak ke dalam tabung
alimunium foil dan disterilkan dalam
reaksi, ditambahkan larutan gelatin
autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
1% akan timbul endapan berwarna
menit (Shinta, 2016)[22].
putih (Hanani, 2016)[20].
i. Pembuatan Inokulum
g. Uji bebas etanol
Pembuatan inokulum atau
Ekstrak yang diperoleh dari metode
penanaman bakteri dilakukan dengan
ekstraksi maserasi dan refluks diuji
cara mengambil 1 ose koloni
bebas etanol dengan penambahan 2
Staphylococus aureus dari media
ml asam asetat dan 2 ml asam sulfat
induk dan ditanam pada media NA
pekat diban.tu dengan pemanasan.
dibuat garis lurus dengan menarik
Ekstrak dinyatakan bebas etanol bila
dasar tabung lurus keatas, dilakukan
tidak ada bau ester yang khas dari
beberapa kali menggunakan jarum
etanol (Samsumaharto, 2010)[21].
ose. Kemudian diinkubasi pada suhu
37˚C selama 24 jam diamati
perubahan yang terjadi, jika bakteri
tersebut tumbuh kemudian proses
dilanjutkan dengan menginokulasi
pada media BHI dengan cara hasil
5
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
pembiakkan dari media NA diambil menggunakan rumus luas lingkaran
dengan menggunakan ose bulat dan yaitu L = π.r2 dikatakan nilai π = 3,14
dimasukkan kedalam media BHI yang dan r (jari-jari) = ½ dari diameter,
berupa media cair, dilakukan satu kali sehingga akan diperoleh luas total dan
dan proses tersebut diulang pada luas sumuran.Luas daerah hambat
media BHI lainnya. Selanjutnya diperoleh dari luas total dikurangi luas
media BHI yang terdapat koloni sumuran.
bakteri diinkubasi pada suhu 37˚C
selama 24 jam C. Hasil dan Pembahasan
(Astutiningrum,2016)[23]. Tabel 1.1 Tabel Uji mikroskopis

j. Pengujian daya hambat antibakteri Hasil Pustaka Keterangan


Epidermis
Pengujian daya antibakteri atas
dilakukan dengan menggunakan diperbesar
metode difusi cetak lubang yaitu
dengan cara mencelupkan kapas lidi
Fragmen
cair pada media BHI cair kemudian
pembuluh
mengusapkannya secara perlahan
kau
pada media MHA yang terdapat
dalam cawan petri sampai rata.
Biarkan mengering selama 3-5 menit, Hablur
kemudian mencetak sumuran pada kalsium
media tersebut dengan menggunakan oksalat
boor prop dengan diameter 0,6 cm.
Pada penelitian ini dibuat lima Fragmen
sumuran, tiga untuk ekstraksi dengan mesofil
konsentrasi berbeda-beda yaitu 10%,
15%, dan 20% dan dua sumuran untuk
kontrol positif dan negatif masing-
masing sebanyak 50µL, Epidermis
menggunakan mikropipet, memberi bawah
tanda pada masing-masing sumuran. diperbesar
Rangkaian cara kerja tersebut
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi,
diruang in case aseptik dengan lampu
Tabel 1.2 Hasil uji bebas etanol
spirtus yang menyala serta
menggunakan sarung tangan dan
Ekstrak Perlakuan Hasil Literatur
masker. Proses selanjutnya adalah
Ekstrak +2 tetes Maserasi Tidak
menggunakan inkubator yang telah
daun asam Tidak tercium
diatur suhu dan waktunya. Setelah itu
pepaya sulfat +2 tercium bau ester
amati dan mengukur daerah hambat
tetes asam bau ester
yang tampak pada media dengan
asetat Refluks
menggunakan janga sorong (Singkoh,
dipanaskan Tidak
2011)[24].
sampai tercium
k. Pembaca hasil tidak bau ester
tercium
Pembacaan daerah hambat dari bau ester
ekstrak maserasi dan refluks daun
pepaya dilakukan dengan mengukur
diameter sumuran dan diameter total
disekitar lubang dengan
menggunakan jangka sorong. Data
diameter yang diperoleh kemudian
dikonversikan ke dalam luas dengan
6
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
Tabel 1.3 Hasil uji senyawa saponin Tabel 1.6 Luas daerah hambat
antibakteri ekstrak daun pepaya
Uji Hasil Pustaka Keterang
an Metode Replikasi Konsentrasi Ekstrak
10 gram Buih Buih Positif
serbuk tidak tidak 10% 15% 20%
simplisia+ hilang hilang
10 ml air d(mm) L(mm2) d(mm) L(mm2) d(mm) L(mm2)
panas+koco
Maserasi 1 10,01 50,39 13,03 105,1 14,01 125,81
k kuat-kuat
diamkan 2 9,01 35,46 8,03 22,35 13,01 104,54
selama 1
menit+ 3 9,01 35,46 7,01 10,31 15,01 148,54
HCL 2N
Rata- 40,54 45,92 126,29
Tabel 1.4 Hasil Uji Senyawa Flavonoid rata
Refluks 1 11,01 66,89 12,01 84,94 17,09 201,01
Uji Hasil Pustaka Keterang
an 2 10,01 50,39 15,03 149,04 16,01 172,95
1 ml Merah Merah Positif
Ekstrak jingga jingga 3 9,09 36,6 14,08 127,36 15,03 149,04
daun sampai
pepaya+ 1 ungu Rata- 51,29 120,4 174,3
ml etanol rata
95%+ 0,1
gram Tabel 1.7 luas daerah hambat
Magnesium kelompok kontrol
+ 10 ml
HCL pekat Replikasi Kontrol + Kontrol –
kloramfenikol aquadest

d(mm) L(mm2) d(mm) L(mm2)


Tabel 1.5 Hasil Uji Senyawa Tanin
1 25,03 491,8 0 0
Uji Hasil Pustaka Keterangan
Ekstrak Biru Biru positif 2 31,01 754,87 0 0
kental+ kehitam Kehitam 3 32,09 808,36 0 0
5 tetes hitaman hitaman Rata-rata 656,75 0
fecl3 5%
Ekstrak endapan Endapan positif
kental+ putih putih
5 tetes Berdasarkan tabel diatas,
larutan terlihat bahwa ekstrak daun pepaya
gelatin dengan metode ekstraksi maserasi dan
1% refluks dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus. Dari tabel 1.1
terlihat bahwa ekstrak refluks lebih
besar menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dari pada
ekstrak maserasi, hal ini disebabkan
karena adanya proses pemanasan
pada refluks yang dapat
meningkatkan kemampuan pelarut
untuk mengekstraksi senyawa-
senyawa yang tidak larut di dalam
suhu kamar pada maserasi, sehingga
7
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
penarikan senyawa lebih maksimal
(Harbone, 1987)[25] disebutkan bahwa Tabel 1.3 Hasil Uji Anova Ekstrak
perbedaan suhu akan mempengaruhi Maserasi dan Refluks Daun
kecepatan difusi dan kelarutan Pepaya
simplisia sehingga jumlah senyawa
yang terekstrak berbeda (Aulia ANOVA
dkk,2017)[26]. Hal ini juga didukung Sum of df Mean Square F Sig.
penelitian yang dilakukan oleh Squares
(Mauizatul, dkk, 2016)[27] pada Between Groups 13862,415 2 6931,208 6,455 ,032
dh_mas
penelitiannya dalam menentukan Within Groups 6442,848 6 1073,808
erasi
kadar antioksidan yang didalamnya Total 20305,263 8
terdapat senyawa flavonoid dan Between Groups 22824,798 2 11412,399 17,382 ,003
saponin, ekstraksi dengan metode dh_reflu
Within Groups 3939,373 6 656,562
refluks mendapatkan hasil yang lebih ks
Total 26764,171 8
baik dari pada ekstraksi dengan
metode maserasi.
Pada percobaan, ekstrak daun Tujuan dari dilakukannya analisis One
pepaya dibuat dengan konsentrasi Way Anova adalah untuk mengetahui
10%, 15% dan 20% pada setiap apakah terdapat perbedaan rata-rata
metode ekstraksi (maserasi dan antara dua atau lebih kelompok sampel
refluks), ekstrak dengan konsentrasi (Adi dkk,2017)[28]. Berdasarkan hasil
tinggi menghasilkan luas daerah perhitungan analisis One Way Anova
hambat yang baik, dapat dilihat pada pada tabel diatas, dengan menggunakan
hasil ekstrak maserasi dengan tingkat keyakinan 95% (a=5%) diperoleh
konsentrasi 20% memiliki luas nilai signifikan pada ekstrak maserasi
daerah hambat dengan rata-rata 0,032<0,05 dan pada ekstrak refluks
126,29 mm2, pada ekstrak refluks 0,003< 0,05. Pada analisis di atas
dengan konsentrasi 20% memiliki diperoleh nilai F hitung> F tabel, dimana
luas daerah hambat dengan rata-rata F hitung ekstrak maserasi (6,455> 5,14),
174,3 mm2, hal ini disebabkan sedangkan pada ekstrak refluks diperoleh
semakin banyaknya ekstrak semakin nilai F hitung (17,382>5,14). Oleh
besar pula senyawa yang dapat karena itu dapat disimpulkan bahwa
menghambat. Pada kontrol negatif hipotesis diterima, maksud dari hipotesis
yaitu aquades tidak terdapat daerah diterima dalam penelitian ini yaitu bahwa
disekitar sumuran atau tidak memiliki jawaban sementara terhadap masalah
efek antibakteri, sedangkan pada yang menjadi objek dalam penelitian
kontrol positif yaitu kloramfenikol diterima. Jadi kedua ekstrak mampu
memberi efek antibakteri yang paling menghambat bakteri Staphylococcus
besar. aureus.
Mekanisme senyawa antibakteri (tanin,
Data dari hasil yang diperoleh saponin, dan flavonoid) dalam
kemudian dianalisa menggunakan uji menghambat bakteri dapat dijabarkan,
anova satu arah ( one way anova) pada senyawa saponin merupakan zat
dengan tingkat kepercayaan 95% yang apabila berinteraksi dengan dinding
menggunakan sofware SPSS. bakteri maka dinding tersebut akan lisis
atau pecah (Pratiwi, 2008)[29]. Saponin
akan mengganggu tegangan permukaan
dinding sel, maka saat tegangan
permukaan terganggu zat antibakteri
akan dengan mudah masuk kedalam sel
dan akan mengganggu metabolisme
hingga akhirnya terjadi kematian bakteri
(Karlina dkk, 2013)[30]. Mekanisme
antibakteri oleh flavonoid dilakukan
dengan cara mengganggu permeabilitas
8
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
dinding sel bakteri (Karlina dkk, 6) Priyanto, A. (2008). Farmakologi
2013)[30]. Senyawa tanin mampu Dasar Untuk Mahasiswa Perawat dan
menghambat pertumbuhan bakteri Farmasi. Depok: Lembaga Studi dan
dengan cara mengkoagulasi protoplasma Konsultasi Farmakologi.
bakteri dan dengan mengikat protein 7) Tampubolon, T. O. (1981). Tumbuhan
sehingga pembentukan dinding sel Obat Bagi Pencinta Alam. Jakarta:
bakteri akan terhambat (Pratiwi, Bhratara Karya Aksara.
2008)[29]. 8) Sardjoko. (1993). Rancangan Obat.
Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity
D. Kesimpulan Press.
Berdasarkan hasil penelitian 9) Tim Karya Tani Mandiri. (2011).
yang telah dilakukan tentang Pedoman Bertanam Pepaya. Bandung:
Perbandingan Efektivitas antibakteri CV Nuansa Aulia.
ekstrak maserasi dan refluks daun
pepaya (Carica papaya L.) terhadap 10) Duke, J. (2009). Dr. Duke's
bakteri staphylococcus aureus dapat Phytochemial and Ethnobotanical
disimpulkan bahwa: Database. Jurnal Kesehatan Vol VII
1. Ekstrak yang diperoleh dari No.3, 497-502.
metode refluks daun pepaya lebih 11) Meloan, C. (1999). Chemical
efektif dalam menghambat Separation. New York: J.Willey.
pertumbuhan bakteri 12) Suhardiman, A., Juanda, D., & Alanti,
staphylococcus aureus. M. D. (2018). Uji Antibakteri
2. Ekstrak maserasi dan ekstrak Rimpang Gandasuli (Hedychium
refluks daun pepaya dengan Coronarium) Terhadap Bakteri
konsentrasi 20% memiliki daya Staphylococcus aureus dan
hambat paling baik terhadap Escherichia coli Dengan
bakteri staphylococcus aureus. Perbandingan Metode Ekstraksi.
Journal of Pharmacopolium, Volume
E. Daftar Pustaka 1 No.2, 62-68.
1) Radji, M. (2011). Mikrobiologi 13) Prasetyo. (2013). Pengelola Budidaya
Panduan Mahasiswa Farmasi dan Obat-obatan (Bahan Simplisia).
kedokteran. Jakarta: EGC. Bengkulu: Badan Penerbit Fakultas
2) Gloud, D. &. (2003). Mikroiologi Pertanian UNIB.
terapan untuk perawat. Jakarta: 14) Suryani, O. (2011). Uji Aktivitas
EGC. Antibkteri Isolat Tannin Daun
3) Tuntun, M. (2016). Uji Efektivitas Belimbing Wuluh Terhadap
Ekstrak Daun Pepaya (Carica Staphylococcus aureus Sebagai
papaya L) Terhadap Pertumbuhan Pencegahan Pada Infeksi Jerawat.
Bakteri Esherica coli Dan Malang: Akademis Analis Farmasi
Staphylococcus aureus. jurnal dan Makanan "Putra Indonesia".
kesehatan(VII), 497-502. 15) Siswondo, A. (2013). Analisis
4) Entjang. (2003). Mikrobiologi dan Makroskopis, Mikroskopis dan Kimia
Parasitologi. Bandung: Citra Aditya Kaemferia rotunda L.S. Yogyakarta:
Bakti. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
5) Trisia, A., Philyra, R., & Toemon, Mada.
A. N. (2018). Uji Aktivitas 16) Sari, E., & & Prabaningtyas, S.
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Sawo
Kalanduyung (Guazuma ulmifolia Kecik (Manilkara kauki L.) Terhada
Lam.) Terhadap Pertumbuhan Daya Hambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus Dengan Futarium solani Secara Invitro.
Metode Difusi Cakram (Kirby- Malang: Universitas Negri Malang.
Baurer). Anterior Jurnal Volume 17 17) Akhyar. (2010). Uji Daya Hambat
Issue 2, 136-143. dan Analisis KLT Bioautografi Akar
dan Buah Bakau (Rhizopora Styloss
Griff) Terhadap Fibrio Harvey
9
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages …
Skripsi. Makassar: Universitas 28) Adi, D. P., & Masruri, M. S. (2017).
Hasanuddin. Keefektifan Pendekatan Saintek
18) Departemen Kesehatan Republik Model Problem Based Learning,
Indonesia. (1977). Materi Medika Problem Solving, dan Inquiry dalam
Indonesia Jilid 1. Jakarta: Depkes RI. Pembelajaran IPS. Harmoni sosial
19) Sastrawan. (2013). Skrinning Jurnal Pendidikan IPS, 142-152.
Fitokimia Dan Uji Aktivitas 29) Pratiwi, S. I. (2008). Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Biji Adas Antibakteri Tepung Daun Jarak
(Foeniculum vulgarae) Menggunakan (Jatropha curcas L.) Pada Berbagai
Metode DPPH. Jurnah Ilmiah Sains, Bakteri Saluran Pencernaan Ayam
3 No. 2. Broiler Secara In Vitro, Skripsi.
20) Hanani, E. (2016). Analisis Fitokimia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Jakarta: EGC. 30) Karlina, C. Y., Ibrahim, M., &
21) Samsumaharto. (2010). Uji Aktivitas Trimulyono, G. (2013). Aktivitas
Anti Bakteri n heksan,Etil asetat, dan Antibakteri Ekstrak Herba Krokot
Etanol 70% Daun Kembang Sepatu (Portulaca oleraceae L.) terhadap
(Hibiscus rosasinesis L.) tehadap S. Staphylococcus aureus dan Esherichia
aureus ATCC 25923. Surakarta: coli. Lentera Bio, 87-93.
Universitas Setia Budi.
22) Shinta, A. (2016). Potensi Antibakteri
Air Perasan Bawang Putih (Allium
Sativi L.) Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah
Farmasi Vol.5 No.4, 77-89.
23) Astutiningrum, T. (2016). Uji
Antibakteri Ekstrak daun Kenikir
(Camos caudatus Kunth) terhadap
Pertumbuhan Bakteri S.aureus secara
Invitro, Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
24) Singkoh, M. F. (2011). Aktivitas
Antibakteri Alga Laut Caulepra
racemosa Dari Perairan Pulau Nain.
Jurnal Perikanan dan Kelautan
Tropis, 123-127.
25) Harbone, J. B. (1987). Metode
Fitokimia Penuntun cara Modern
menganalisa tumbuhan
diterjemahkan oleh K.Padmawinata.
Bandung: institut Teknologi Bandung
Press.
26) Aulia, k., & Nugroho, P. R. (2017).
Perbandingan Daya Bersih Ekstrak
Lidah Mertua ( Sansevieria trifaciata
Prain) Metode Ekstraksi Maserasi
dengan Refluks. Malang: Akademi
Farmasi Putra Indonesia.
27) Mauizatul, H., Andriani, N., &
Noprizon. (2016). Perbandingan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
Hasil Ekstraksi Maserasi dan Refluks.
Scientia Vol 6, 84-90.

1
Eka Dian Lestari, Inur Tivani, Susiyarti Vol … ( … ) years , pages … 0

Anda mungkin juga menyukai