Start!
Kelompok 7 1
Elektroforesis Protein
1. Elektroforesis 1D
2
- SDS PAGE
- Native PAGE
- Isoelectric Focusing (IEF)
3
2. Elektroforesis 2D
- 2-D Electrophoresis
4
3. Native-PAGE 1
Science T
F
Latar Belakang
Berangkat dari permasalahan Astringensi atau disebut juga
penyebab mulut terasa kering, telah menjadi perhatian besar bagi industri
makanan, karena sensasi yang tidak menyenangkan ini dapat membatasi
penerimaan konsumen terhadap banyak makanan. Astringensi
didefinisikan sebagai sensasi kering, kasar dan kerutan yang terasa
dimulut. Astringensi umumnya dikaitakan dengan komsumsi polifenol
seperi tanin, tetapi juga protein makanan, garam kation multivalen (yaitu
garam aluminium), agen dehidrasi (yaitu etanol), dan molekul kecil lainnya
seperti flavonoid (yaitu quercetin), asam fenolik (yaitu asam pcoumaric),
dan saponin. secara umum diakui bahwa astringensi berasal dari interaksi
senyawa makanan dengan air liur dan struktur di rongga mulut. Mekanisme
astringensi yang paling banyak dipelajari difokuskan pada interaksi antara
senyawa astringen, terutama tanin, dan PRP saliva.
Latar Belakang
Saliva adalah cairan fisiologis yang melapisi rongga mulut sebagai
pelumas, dan memainkan peran penting dalam proses oral dan pencernaan
makanan. Terdiri dari hampir 99% air dan campuran elektrolit, asam lemak
dan protein, kaya prolin (PRPs), statherin, cystatins, mucin dan histatin.
Maka dari itu untuk mengetahui interaksi antara protein nabati dan saliva,
yang sangat penting untuk formulasi makanan nabati dengan kandungan
protein yang lebih tinggi dengan mekanisme astringensi menggunakan
bahan dasar kacang polong (Pisum sativum L.) dalam formulasi makanan
nabati telah menjadi sangat populer karena rendahnya alergenisitas
tanaman dan nilai gizinya yang tinggi kandungan dan kualitas proteinnya
menjadi perhatian khusus. Bahkan, isolat protein kacang polong (PPI) kini
digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam industri alternatif daging
dan susu.
Tujuan Penelitian
5. Analisis statistik
untuk membandingkan pengendapan protein tertentu
yang menarik dalam air liur:Campuran PPI dengan rasio 95:5 dan
1:1
Hasil & Pembahasan
Kromatografi Ekslusi Ukuran
Metode ini berfungsi untuk memisahkan protein dan kompleks protein yang
terbentuk dalam campuran saliva:PPI yang berbeda dalam kondisi asli. Puncak
pertama dalam kromatogram SEC mewakili volume kosong, yaitu molekul yang
terlalu besar untuk masuk ke kolom.
Gambar 5. Gel elektroforesis gel poliakrilamida asli dari air liur saja, isolat protein
kacang polong (PPI) dan pelet campuran air liur:PPI pada rasio 1:1
dan kontrol negatif (NC)
Analisis Native-PAGE
Gambar ini menjelaskan tidak ada protein saliva yang terdeteksi pada pita 60 kDa,
yang selanjutnya menunjukkan bahwa tidak ada agregat yang melibatkan protein
saliva yang terbentuk pada BM ini. Lima dari protein saliva yang paling banyak
terdeteksi sebelumnya telah dikaitkan dengan astringency termasuk Lactotransferrin
KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi protein kacang
polong dan saliva yang terlibat dalam pembentukan endapan yang dihasilkan
ketika PPI dan saliva dicampur. Terlihat bahwa sebagian besar protein kacang yang
teridentifikasi yang diendapkan dengan adanya air liur, juga terjadi pada kontrol
negatif (buffer HEPES), yang berarti pengendapan mereka tidak secara eksklusif
dipicu oleh air liur dan dapat didorong oleh agregasi sendiri. Namun, dapat
disimpulkan bahwa pengendapan protein ini lebih tinggi dengan adanya air liur.
Meskipun presipitasi pada kontrol negatif tidak dinilai secara kuantitatif, analisis
presipitasi antara dua rasio yang dipelajari, menunjukkan bahwa ketika lebih
banyak air liur hadir, protein ini cenderung lebih banyak mengendap. Hal ini
membuktikan bahwa protein saliva berperan aktif dalam presipitasi protein kacang
polong
KESIMPULAN
Terima Kasih W