Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nirwana Emsa Mangopo

NIM : 18011101073
Kelas/Tugas : B/14

Heat Coagulation Test

1. Tuliskan tujuan dan prinsip percobaan!

· Tujuan

Mengetahui adanya protein di dalam urine/proteinuria (analisis kualitatif)

· Prinsip

Denaturasi, koagulasi dan presipitasi​6

2. Tuliskan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan ini!
3. Tuliskan langkah kerja melakukan pemeriksaan ini

- Dimasukkan urin normal kedalam tabung 1, kemudian dimasukkan juga urin patologis
pada tabung 2 masing-masing 3 ml

- Dipanaskan dengan suhu 100 derajat selama 2-3 menit

- Dilihat apakah ada endapan yang terbentuk

- Tambahkan Asam asetat 2% sebanyak 5 tetes

- Lihat perubahan yang terjadi, masih ada endapan membuktikan adanya protein yang
larut dalam suasana asam.

· Tabung dengan urin patologis akan menyebabkan urin menjadi keruh dan terdapat
kepingan-kepingan presipitat

· Tabung dengan urin normal akan membuatburin tetap jernih dan tidak ada butir-butir
ataupun kepingan-keoingan.​15

4. Tuliskan bagaimana menginterpretasi hasil pemeriksaan ini!

Cara interpretasi

a.Negatif (-): tidakditemukan kekeruhan.


b.Positif +/1+: terdapat kekeruhan ringan tanpa butir-butir.
c.Positif ++/2+: terdapat kekeruhan yang mudah dilihat yang berbentuk seperti
butir-butir.
d. Positif +++/3+: terdapat kekeruhan yang sangat jelas berbentuk seperti
keping-keping.
e.Positif++++/4+: terdapat kekeruhan yang berbentuk berkeping-keping besar,
memadat dan menggumpal.​8
5. Tuliskan definisi dari denaturasi, koagulasi dan presipitasi kemudian jelaskan definisi
tersebut dihubungkan dengan konteks pemeriksaan ini!

Denaturasi

Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi


terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya
pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat diartikan suatu
9
proses terpecahnya ikatan hydrogen.​

Protein yang terdenaturasi akan mengendap karena gugus-gugus yang


bermuatan positif dan negatif dalam jumlah yang sama atau netral atau dalam
9
keadaan titik isoelektrik. ​

Koagulasi

Koagulasi adalah penurunan daya larut molekul-molekul protein atau perubahan


bentuk cairan menjadi bentuk padat atau semu pada(gel). Koagulasi dapat
disebabkan oleh panas, pengocokan, garan, asam, dan basa, serta pereaksi lain
9​
seperti urea​ .

Pengembangan molekul protein akan membuka gugus reaktif yang ada pada
rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif
yang sama atau saling berdekatan. Bila unit yang berdekatan cukup banyak
sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein akan
mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan antara gugus-gugus reaktif protein
tersebut menahan seluruh cairan, akan terbentuklah gel. Sedangkan bila cairan
9
terpisah dari protein yang terkoagulasi, maka protein akan mengendap.​

Presipitasi

Pengendapan protein oleh asam asetat terjadi cukup cepat Karena adanya panas.
Pertama-tama akan terjadi prepitasi yaitu pembentukan presipitat atau partikel
kecil yang melayang-layang dalam larutan dan dapat mengendap dalam waktu
singkat.

Prepitasi protein merupakan fenomena berkurangnya kelarutan suatu protein


yang disebabkan oleh perubahan struktur kimia. Adapun tujuan dari prepitasi
10
protein biasanya untuk memurnikan atau mengkonsentrasikan.​

6. Jelaskan mengapa sebelum diperiksa, urin harus disaring terlebih dahulu!

Urin dibentuk oleh penggabungan 3 proses yaitu 1). fikrasi plasma darah oleh
glomerulus. 2) Absorpsi kembali selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana
dan asam amino oleh tubulus yang diperlukan untuk mempertahankan lingkungan
internal atau untuk membantu proses-proses metabolik; dan 3) Sekresi zat-zat oleh
tubulus dari darah ke dalam lumen tubulus untuk dieksresikan ke dalam urin. Proses
ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, anion organik, dan ion hidrogen.
Tugasnya untuk memperbaiki komponen buffer darah dan untuk mengeluarkan
zat-zat yang mungkin merugikan (Sinosuke,2009).

Dari proses pembentukan urin yang melewati beberapa tahap ini kemungkinan
didapatkan sel-sel epitel di dalamnya, dimana sel-sel epitel adalah suatu protein.
Sehingga menjadi sangat penting untuk dilakukannya penyaringan terhadap urin
sebelum dilakukan pemeriksaan heat coagulation test agar menghindari hasil negatif
palsu pada sampel.​13

7. Jelaskan tujuan tindakan pemanasan pada pemeriksaan ini !

Dinding pembuluh darah dan struktur jaringan yang ada disekitar glomerulus
berperan penting sebagai barier terhadap melintasnya makromolekuler seperti
globulin dan albumin. Adanya proses peradangan pada glomerulus berakibat
perubahan ukuran barier dan hilangnya hambatan anionik sehingga terjadilah
proteinuria. Mikroglobulin, α mikroglobulin, vasopresin, insulin dan hormon
paratiroid secara bebas melalui filter glomerulus dan selanjutnya diabsorbsi serta
dikatabolisme pada tubulus kontortus proksimalis. Kerusakan pada epitel tubulus
proksimalis menyebabkan kegagalan untuk mereabsorbsi protein dengan berat
molekul rendah yang selanjutnya keluar melalui urin. pada pemeriksaan heat
coagulation test ini dilakukan pemanasan yang bertujuan selanjutnya untuk
mengadakan denaturasi Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam
nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa
tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik
terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organic sehingga terjadilah presipitasi yang
terlihat berupa kekeruha. proses prepitasi ini dibantu oleh garam-garam yang telah ada
dalam urine atau yang sengaja ditambahkan ke dalam urine.​7

8. Jelaskan fungsi pemberian asam asetat 2% pada pemeriksaan ini!

Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektris
protein. ​Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul
bermuatan nol akibatbertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi
asam-basa.Setiap jenis protein memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Pada titik
isoelektrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak
bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua
elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik
isoelektrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan
kimia erat hubungannya dengan pH isoelektrik ini. Pada pH di atas titik isoelektrik
protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isoelektrik, protein bermuatan
positif.​Berdasarkan sifat protein jika dipanaskan pada titik isoelektrik akan terjadi
denaturasi yang diikuti koagulasi.

Jadi penambahan asam asetat 2% pada pemeriksaan ini berfungsi untuk melarutkan
fosfat di urin agar tidak terbaca sebagai protein dan untuk membantu albumin
mencapai titik iso elektrik (4,6) agar mudah mengendap.​1,2

9.​ A
​ pabila hasil pemeriksaan menunjukkan proteinuria positif, apakah menandakan

adanya keadaan patologis pada orang yang diperiksa ? Jelaskan jawaban anda !

Tidak. Karena proteinuria yang positif tidak selalu menggambarkan keadaan


patologis dikarenakan proteinuria dapat dibagi menjadi dua kategori. Dalam kategori
pertama, proteinuria nonpathologis, ekskresi protein berlebihan tampaknya bukan
hasil dari keadaan penyakit. Tingkat proteinuria dalam kategori ini umumnya kurang
dari 1 g / hari. Proteinuria patologis dihasilkan dari gangguan glomerulus atau tubular.

Proteinuria Ortostatik

Anak-anak dengan kelainan ini mengeluarkan jumlah protein normal atau sedikit
meningkat pada posisi terlentang. Dalam posisi tegak, jumlah protein dalam urin
dapat meningkat sepuluh kali lipat atau lebih. Proteinuria biasanya ditemukan di
urinalisis rutin; etiologinya tidak diketahui.

Proteinuria Demam

Proteinuria sementara dapat ditemukan pada anak-anak yang mengalami demam


lebih dari 38,3 ° C. Mekanisme proteinuria yang berhubungan dengan demam tidak
diketahui. Proteinuria tidak melebihi 2+ pada dipstick dan dapat dianggap jinak jika
sembuh ketika demam mereda.

Proteinuria Exercise

Proteinuria, seperti hematuria, dapat mengikuti olah raga berat. Levelnya jarang
melebihi 2+ pada dipstick. Gangguan dapat dianggap jinak jika proteinuria sembuh
setelah 48 jam istirahat.​5
Percobaan Benedict

1. Tuliskan tujuan dan prinsip percobaan!

·​ Tujuan

Agar dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar glukosa dalam urine.

·​ Prinsip

Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar
menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.​4

2. Tuliskan alat dan bahan yang diperlukanuntuk melakukan pemeriksaan ini!


3. Tuliskanlangkah-langkah untuk melakukan pemeriksaan ini

Langkah-langkah pemeriksaan glukosa denga nmetode benedict :

1. Pakai sarung tangan sebelum pemeriksaan

2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


3. Masukkan 5 ml reagen Benedict dan 8 tetes urine (2,5 ml reagen Benedict dengan 4
tetes urine) ke dlam tabung reaksi

4. Kocok, kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas api Bunsen

5. Atau dapat dimasukkan kedalam penangas air dengan air yang telah mendidih
selama 5 menit atau bisa juga dipanaskan secara langsung

3
6. Biarkan dingin, amati perubahan warna yang terjadi​

4. Tuliskan bagaimana menginterpretasi hasil pemeriksaan ini!

Interpretasi:

·​ N
​ EG : Cairan tetap biru jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh

·​ 1
​ + :Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)

·​ ​ 2+ : Kuningkehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%

·​ ​ 3+ :Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)

11
·​ ​ 4+ :Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%)​

5. Pemeriksaan inni disebutkan sebagai pemeriksaan semikuantitatif. Jelaskan!

Dalam penelitian-penelitian tentang ini secara teknis hanyalah mengidentifikasi


kadar gula hasil uji benedict, dimana reaksi yang diberikan larutan benedict dengan
benda cair yang mengandung glukosa adalah perubahan warna dan kekeruhan.
Semakin warnanya pekat ke merah (merah bata) dan atau kekeruhan sudah mencapai
maksimal maka kadar gula semakin tinggi.

Uji benedict jika hanya dilakukan dengan cara yang seperti biasa maka data kadar
gula yang didapatkan hanya sebatas data semikuantitatif, data berupa besar persentase
gula pada urine yang diinterpretasikan melalui warna. sedangkan informasi kadar
gula wajib diketahui secara kuantitatif dalam satuan “mg/dl”.​16

6. Tuliskan pemeriksaan - pemeriksaan lain (sebanyak yang bisa anda temukan) yang
dapat dilakukan untuk pemeriksaan karbohidrat (tuliskan nama pemeriksaan dan tujuan
pemeriksaan) pada suatu larutan uji.

1. Metode fehling: Untuk mengetahui cara pemeriksaan kadar Glukosa dalam urine.

2. Metode ampherometric: Untuk mengetahui cara pemeriksaan kadar Glukosa


dalam serum.

3. Enzimatik Kolorimetri:Untuk mengetahui cara pemeriksaan kadar Glukosa dalam


serum.

4. Metode somogyin nelson : Untuk menetapkan kadar glukosa dalam darah

5. Metode orthotoluidine :Untuk menetapkan kadar glukosa dalam darah.

12
6. Metode glukosa peroksidase:Untuk menetapkan kadar glukosa dalam darah.​
DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesian medical laboratory. PemeriksaanProtein Urin [Internet]. 2019. [cited 1 april


2020]. Available from:​https://medlab.id/pemeriksaan-protein-urine/

2. Samudra ilmu institute. Titik Isoelektrik dan Pengaruh Titik Isoelektrik terhadap

Protein.Pelatihan guru [Internet].2012. [cited 1 april 2020]. Available from:


https://pelatihanguru.net/titik-isoelektrik-dan-pengaruh-titik-isoelektrik-terhadap-protein

3. Day, R.A, dan Underwood A.L.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta.PenerbitErlangga.


Edisi lima.1986.

4. Santhi,D. Diktat Praktikum. Pemeriksaan Glukosa Urine dan Glukosa Darah Kualitatif

dan Kuantitatif. Bagian PK, Fakultas Kedokteran Udayana.2017. available from :


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/ea8b0f3a4b780a66d9c9237bbea
4db4c.pdf

5. Bergstein Jerry. 1998. Practical Pediatric Nephrology. A Practical Approach to


Proteinuria. James Whitcomb Riley Hospital for Children. Indiana University School of
Medicine.

6. Thenawijaya, Maggy. 1982. Dasar-Dasar Biokimia jilid 1.Jakarta: Erlangga

7. d
​ r. suparyanto, M.Kes. Pemeriksaan Protein Urine. Jakarta. Penerbit Yan Karta Sikamira.

2016

8.​ G
​ andasoebrata, PenuntunLaboratoriumKlinik, Dian Rakyat, Jakarta,2007

9. Winarno, F.G.1992. ​Kimia Pangan dan Gizi.​ Gramedia. Jakarta(1)

10.​ ​Genius.2010. ​Kelarutan Protein​. 6 Januari 2013. Hal 1.​http://Bisakimia.com​[1 April]

​ agian Patologi Klinik. ​Keterampilan Pemeriksaan Glukosa Urin.​ 2018. FKUH.Dikutip


11. B
dari [01 April 2020]
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wpcontent/uploads/2018/03/PEMERIKSAAN-GLUK
OSA-URIN.pdf
12. K
​ hopkar, S.M, 1990, KonsepDasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press),

Jakarta, Hal 215-216

13. V
​ ajira H.W. Dissanayake, Linda Morgan, Fiona Broughton Pipkin, Vellupilai, Samanthi

P. , Rohan W., Harshalal R. S. The urine protein heat coagulation test-a useful screening
test for proteinuria in pregnancy in developing countries: a method validation study.
BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology. May 2004; 111,
pp.491-494

14.​ ​Aparna Verma, Shruti Mohanty. Practical Clinical Biochemistry. 2013.

15. Hamzah
​ S. Uji Koagulasi. Scribd. 31 Maret 2014. Available from :
https://id.scribd.com/document/215389851/Uji-Koagulasi

16. Z
​ heni Akhbar. Rancangan Prototype Instrumen Ukur Kadar Gula Darah Dengan Metode

Pengenalan Warna Dan Tingkat Kekeruhan Urine Dalam Uji Benedict Berbasis Visual
Basic.Net [Skripsi]. Jember: Fakultas Teknik Universitas Jember; 2014

Anda mungkin juga menyukai