Anda di halaman 1dari 20

lOMoARcPSD|21957817

Makalah Kalut Sulfida

Kimia (Universitas Hasanuddin)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)
lOMoARcPSD|21957817

Makalah Kimia Analisis Lingkungan Laut

PENENTUAN KADAR SULFIDA

Disusun oleh:

KELOMPOK III

Dengan nama anggota:

ANITA RAHELEA RANGGA BUA (H031191031)


FARIHAH RAYHANA FIRDAUSI (H031191033)
ADAM NUR AHMAD (H031191043)
YOLANDA GABRIELLA MADAUN (H031191045)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penentuan

Kadar Sulfida” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

dosen pada mata kuliah Kimia Analisis Lingkungan Laut . Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang penentuan kadar sulfida bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nursiah la Nafie, M.Sc selaku

dosen pada mata kuliah kimia analisis lingkungan laut yang telah memberikan tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi

yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami

menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 13 September 2021

Kelompok III

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. .........

DAFTAR ISI................................................................................................ .........

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ .........

1.1 Latar Belakang ........................................................................... .........

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... .........

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ .........

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. .........

2.1 Sulfida………………................................................................. .........

2.2 Prinsip Metode Penentuan Kadar Sulfida................................... .........

2.3 Sumber Kesalahan dan Cara Mengatasinya.........................................

2.4 Proses Analisis ....................................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................... .........

3.1 Kesimpulan..................................................................................... .....

3.2 Saran............................................................................................... .....

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .....

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau.

70% dari seluruh wilayah Indonesia merupakan lautan. Laut ini memiliki sifat-sifat

meliputi kedalaman, salinitas, kandungan kimia, arus, aktifitas biologis, dan lain

sebagainya. Salah satu hal yang paling penting dari laut adalah kandungan senyawa

kimianya.

96,5% dari air laut merupakan air murni serta 3,5 % merupakan zat lain. Zat

lain tersebut bisa berupa zat tersuspensi dan zat terlaut, dimana zat terlarut bisa

berupa logam-logam berat, mineral, garam-garam anorganik, senyawa organik, gas

terlarut dan lain sebagainya. Gas-gas terlarut ini meliputi O2, CO2, N2, dan H2S.

Dalam makalah ini, yang akan saya bahas yakni mengenai gas hidrogen sulfida (H2S)

di dalam air laut.

Hidrogen Sulfida dengan rumus kimia H2S merupakan suatu senyawa kimia

yang berbentuk gas. Dalam air laut, gas H2S bersifat toksik dan dapat menggangu

keberlangsungan hidup dari organisme laut.

Untuk lebih memahami tentang penentuan kadar sulfida dalam air, maka saya

mengambil salah satu contoh jurnal yang berkaitan dengan penentuan kadar sulfida

dalam air laut yang berjudul Analisis Kandungan Amoniak, Sulfida dan Krom Pada

Sungai Sail dan Sungai Air Hitam Pekanbaru. Jurnal ini diterbitkan tahun 2015 dan

didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan.

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian sulfida?

2. Apa prinsip dan metode pada sulfida?

3. Apa sumber kesalahan dan cara mengatasinya pada sulfida?

4. Bagaimana proses analisis sulfida?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian sulfida

2. Untuk mengetahui prinsip dan metode pada sulfida

3. Untuk mengetahui sumber kesalahan dan cara mengatasinya pada sulfida

4. Untuk mengetahui proses analisis sulfida

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sulfida

Kandungan oksigen terlarut dalam air sering berfluktuasi, oksigen terlarut

berperan penting dalam kehidupan biota di dalam suatu perairan, termasuk bakteri

pengurai di kawasan tersebut. Berkurangnya oksigen terlarut secara terus-menerus

akan mengubah proses penguraian bahan organik yang semula aerob berganti menjadi

anaerob. Penurunan angka oksigen terlarut menggambarkan adanya perubahan

komposisi bakteri pengurai yang terdapat di perairan dasar sehingga memungkinkan

munculnya kelompok bakteri anaerob fakultatif. Oksigen di dalam air digunakan oleh

bakteri dalam proses penguraian bahan organik. Penguraian bahan organik secara terus

menerus dengan kandungan oksigen terlarut yang semakin habis akan mengakibatkan

terbentuknya H2S di perairan tersebut. Toksisitas H2S meningkat dengan penurunan

angka pH karena pada pH 5 sulfur berada dalam bentuk H2S (Sa’diyah dkk., 2018).

Ion S2- tidak pernah ditemukan dalam perairan alami yang bersifat normal. Ion

sulfida mempunyai afinitas yang besar dengan banyak logam berat dan pengendapan

dari logam-logam sulfida seringkali menyertai terbentuknya H2S yang sangat

berbahaya. Dalam kadar tertentu H2S bersifat racun terhadap manusia, hewan dan biota

air. Senyawa H2S dapat juga menyebabkan korosi. Sulfida dihasilkan dari proses

pembusukan bahan-bahan organik yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob,

sulfida juga dihasilkan dari proses reduksi anaerob sulfat oleh mikroorganisme,

Senyawa ini bisa berasal dari pelapukan material organik yang terjadi pada saat hujan,

limbah industri, domestik dan pertanian (Setiani dkk., 2015).

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Sulfida menimbulkan bau tidak sedap, bersifat korosif dan iritan, dimana dalam

dosis tinggi dapat merusak susunan saraf pusat. Sulfida jika terdapat dalam air kotor

akan mengalami oksidasi dengan udara dan membentuk hidrogen sulfida yang

menimbulkan bau tidak sedap. Pada kondisi asam, air yang mengandung ion sulfide

dapat menghasilkan hidrogen sulfida yang sangat beracun meskipun berada dalam

konsentrasi yang rendah (0,2 ppm). Apabila suatu air terkontaminasi dengan adanya

sulfida H2S, maka air tersebut jika ditambahkan dengan larutan sulfida, maka akan

terbentuk warna merah mudayang kemudian akan berubah menjadi biru. Selain itu,

ciri-ciri yang telah terkontaminasi dengan H2S adalah air tersebut berbau busuk yang

pekat dan warna air tersebut akan berubah menjadi kuning (Tambunan, 2019).

2.2 Prinsip Metode Penentuan Kadar Sulfida

2.2.1 Prinsip Penentuan kadar Sulfida

Penggunakan metode yang valid akan dapat mengetahui tingkat akurasi dan

presisi dari suatu data hasil pengujian. Pengujian ditetapkan untuk parameter sulfide

dalam air dan air limbah dengan biru metilen secara spektrofotometri sesuai

SNI 6989.70:2009. Secara prinsip sulfida bereaksi dengan ferri klorida dan

dimetil-p-fenilendiamina membentuk senyawa berwarna biru metilen, kemudian

diukur pada panjang gelombang 664 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis

(Hadi, 2010).

2.2.2 Metode Penentuan Kadar Sulfida

1. Jurnal: Analisis Kandungan Amoniak, Sulfida dan Krom Pada Sungai Sail dan

Sungai Air Hitam Pekanbaru (Setiani dkk., 2015).

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Metode Pengambilan Sampel

Sampel diambil di Sungai Sail dan Sungai Air Hitam Pekanbaru. Pengambilan sampel

dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan

Desember 2014–Februari 2015 pada saat cuaca hujan dan cuaca panas setelah 3 hari

tidak turun hujan pada 4 titik stasiun. Sampel masing-masing diambil tiap titik pada

bagian pinggir kiri, kanan dan tengah pada ke dalaman 0,5 meter dari permukaan

sungai menggunakan botol polietilen kemudian disaring lalu dikompositkan.

Penanganan Sampel

Sampel dipisahkan berdasarkan analisis yang akan ditentukan. Analisis sulfida

ditambahkan seng asetat sampai pH > 9.

Analisis Sampel (Penentuan Sulfida dengan Metilen Biru Menggunakan

Spektrofotometer)

Sebanyak 7,5 mL sampel dimasukan ke dalam Erlenmeyer 50 mL ditambahkan

berturut-turut 0,5 mL pereaksi asam sulfat amin, 0,15 mL FeCl 3 dan 1,6 mL larutan

(NH4)2HPO4 secara hati-hati lalu larutan dihomogenkan secara perlahan-lahan,

kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 665 nm dan rentang waktu 8-

24menit. Dihitung kadar sulfida dalam sampel.

2.3 Sumber Kesalahan dan Cara Mengatasinya

Gas H2S adalah gas yang beracun, apabila kadar gas ini berlebihan di suatu

perairan, maka gas tersebut dapat membahayakan bagi kehidupan biota di lingkungan

tersebut. Gas H2S timbul sebagai akibat dari perombakan bahan organik yang

tertimbun di sedimen. Menurut baku mutu air laut untuk wisata bahari sesuai

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup kandungan H2S adalah 0,03 mg/l.

Menurut Poppo et. al. (2009), tingginya kandungan hidrogen sulfida pada air limbah

disebabkan karena proses pembusukkan bahan-bahan organik yang mengandung

belerang oleh bakteri anaerob.

Berdasarkan faktanya bahwa suhu dipengaruhi oleh kecerahan di perairan

tempat pengambilan sampel. Peningkatan suhu air mempengaruhi kecepatan

penguraian bahan organik oleh bakteri. Peningkatan dekomposisi bahan organik akan

mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang membuatnya semakin menipis, yang

selanjutnya akan membuat kandungan H2S di kawasan tersebut meningkat. Menurut

Effendi (2003), aktivitas mikroorganisme memerlukan suhu optimum yang berbeda-

beda. Setiap peningkatan 10OC akan meningkatkan proses penguraian bahan organik

dan konsumsi oksigen. Kenaikan suhu atau goncangan selama transportasi H2S

menguap atau keluar dari air contoh, sehingga untuk mengatasi kesalahannya adalah

dengan memasukkan air sampel ke dalam ice box, lalu didinginkan dengan es batu.

Beberapa sumber kesalahan perlu diperhatikan dengan saksama. Misalnya, cara

pengambilan dan pengawetan sampel air. Penuangan langsung contoh air dari water

sampler ke dalam botol BOD dapat menyebabkan H2S menguap. Untuk mengatasi

kesalahannya, dari water sampler air contoh dialirkan dengan selang plastik atau karet

ke dalam botol BOD. Ujung selang plastik harus sampai ke dasar botol BOD dan

pengisian botol BOD dilakukan sampai penuh.

Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut, maka perairan tersebut mempunyai

pasokan yang cukup untuk proses dekomposisi bahan organik, sehingga tidak bergeser

ke proses anaerob. Proses anaerob dalam dekomposisi bahan organik dapat

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

menyebabkan terbentuknya H2S. Menurut Pantjara et. al. (2010), kandungan oksigen

terlarut dalam air sering berfluktuasi, oksigen terlarut berperan penting dalam

kehidupan biota di dalam suatu perairan, termasuk bakteri pengurai di kawasan

tersebut. Berkurangnya oksigen terlarut secara terus-menerus akan mengubah proses

penguraian bahan organik yang semula aerob berganti menjadi anaerob. Menurut

Purnamawati (2009), penurunan angka oksigen terlarut menggambarkan adanya

perubahan komposisi bakteri pengurai yang terdapat di perairan dasar sehingga

memungkinkan munculnya kelompok bakteri anaerob fakultatif.

Kadar H2S dalam air dipengaruhi oleh bahan organik sedimen dan oksigen

terlarut, karena kadar H2S berasal dari proses dekomposisi bahan organik dalam

keadaan anaerob. Semakin tinggi kandungan bahan organik sedimen dan semakin

rendah kandungan oksigen terlarut di perairan tersebut, maka semakin tinggi kadar H2S

airnya. Menurut Apriliana et.al. (2014), bahan organik yang tinggi akan digunakan

bakteri sebagai nutrisi makanan pada proses penguraian bahan organik, sehingga

jumlah bakteri yang menguraikan bahan organik meningkat seiring meningkatnya

jumlah bahan organik yang masuk ke dalam perairan.Saat mengambil air sampel,

tentunya tidak hanya H2S yang terambil, pastinya juga terdapat zat-zat pengotor

lainnya. Zat-zat pengotor tersebut tentu akan memantulkan cahaya pada saat

melakukan pengukuran dengan spektrofotometer. Kesalahan tersebut menghasilkan

hasil analisis yang lebih besar daripada kadar yang sebenarnya dalam air sampel. Untuk

mengatasi hal tersebut, tentunya dilakukan penyaringan sebelum dianalisis.

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

2.4 Proses Analisis

Proses analisis yang pertama dilakukan adalah pengambilan air sampel.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa sumber kesalahan

dan cara mengatasi terkait pengambilan dan pengawetan air sampel. Analisis parameter

kualitas air laut dan air limbah, yaitu pertama dengan menentukan indeks pencemaran

air laut dan air limbah, dilakukan analisis berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan.

Kedua, membandingkan dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya yang

mengacu kepada Peraturan Daerah tentang Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku

Kerusakan Lingkungan Hidup. Nilai yang didapatkan setelah dianalisis kemudian

dibandingkan dengan standar baku mutu.

Untuk mendeteksi kandungan H2S dalam air sampel, dapat dilakukan dengan

mempergunakan alat spektrofotometer (uji kuantitatif). Pengujian dengan

spektrofotometer akan mengukur absorban larutan melalui instensitas warna larutan.

Oleh karena itu, sampel yang akan digunakan harus jernih agar tidak mengganggu

proses pembacaan absorban pada spektrofotometer. Pengujian dilakukan dengan

penambahan 0,50 mL N,N-dimetil-p-fenilen diamin dan 0,50 mL FeCl3. Ujung pipet

harus sampai ke dasar botol. Kadar sulfida yang didapatkan kemudian dapat

disimpulkan sesuai dengan standar mutu oleh Peraturan Menteri Lingkungan.

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. sulfida di dalam air laut berasal dari reduksi ion sulfat oleh bakteri dan

penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme.

2. kadar sulfida dalam suatu perairan dapat diukur dengan metode

spektrofotometri yakni biru metilen dengan metode ultraviolet.

3. dalam menentukan kadar sulfida dalam suatu perairan, harus diperhatikan

sumber-sumber kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil akhir dan

menghindari kesalahan tersebut dengan cara masing-masing.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam makalah yang kami buat itu punya banyak referensi agar

menjadi pendukung dari adanya artikel atau referensi yang sudah didapat sebelumnya.

sebaiknya sumber yang berhubungan dengan materi ini dapat mudah diakses.

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, 2010, Penentuan Batas Deteksi Metode (Method Detection Level) dan Batas
Kuantifikasi (Limit of Quantitation) Pengujian Sulfida dalam Air dan Air
Limbah dengan Biru Metilen Secara Spektrofotometri, Ecolab, 4(2): 55-96.

Sa’diyah, H., Afiati, N. dan Purnomo, P.W., 2018, Kandungan Bahan Organik Sedimen
dan Kadar H2S Air di Dalam dan di Luar Tegakan Mangrove Desa Bedono,
Kabupaten Demak, Journal of Maquares, 7(1): 78-75.

Setiani, L., Hanifah, T.A. dan Anita, S., 2015, Analisis Kandungan Amoniak, Sulfida
dan Krom pada Sungai Sail dan Sungai Air Hitam Pekanbaru, JOM FMIPA,
2(2): 1-9.

Tambunan, R., 2019, Penentuan Kadar Sulfida pada Air Limbah Outlet di PDAM
Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Cemara Medan
Spektrofotometer DR 3900 Fakultas Matematika dan Ilmu Universitas
Sumatera Utara dengan Alat Spektrofotometer DR 3900, Skripsi, Jurusan
Kimia, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Poppo, A, Mahendra, MS., Sundra, I, K., 2009, Studi Kualitas Perairan Pantai di
Kawasan Industri Perikanan, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana, Ecotrophic, 3(2): 98-103.

Muhsi, Bangun, M.S., Taufik, M., Aji, P., 2017, Model Pendugaan Kandungan Sulfat
di Air Laut Menggunakan Citra Satelit Landsat 8, Konferensi Nasional
Teknik Sipil dan Infrastruktur – I.
Mudiah, L., 2017, Penetapan Kadar Sulfat dalam Air di Salah Satu Perusahaan Air
Minum Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Lampiran Sumber

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)


lOMoARcPSD|21957817

Downloaded by Fahra Aqilla Azzurah (fahraaqilla12@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai