Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Analisa Sulfat (SO4), Ammonia (NH3), dan Penentuan Kadar Besi (Fe)
Mangan (Mn) Pada Sampel Air di Sekitar Musi Rawas

OLEH :

WIDYA TWINY RIZKI

08092681923001

JURUSAN MAGISTER KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

1 Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan
ini. Adapun judul dari laporan ini adalah “Analisa Uji Sulfat (SO4), Ammonia (NH3),
dan Penentuan Kadar Besi (Fe) Mangan (Mn) Pada Sampel Air dan Air Limbah di
Sekitar Musi Rawas.”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr.
Poedji Loekitowati H., M.Si, Bapak Dr. Suheryanto, M.Si dan Bapak Dr. Muhammad
Said, M.T selaku dosen kimia lingkungan lanjutan yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah ini dan
memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca. Akhir kata, semoga hasil praktikum ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, November 2019

Penulis

2 Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 4
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ........................................................................................... 6
2.2 Sulfat ....................................................................................... 8
2.4 Ammonia ................................................................................ 9
2.3 Besi dan Mangan ..................................................................... 9
2.4 Spektrofotometer Uv-Vis ..................................................... 10
2.5 Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS) ...................... 12
BAB III METODE ANALISIS
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................ 14
3.2 Prosedur ................................................................................... 14
3.2.1 Analisis Sulfat .............................................................. 14
3.2.2 Analisis Ammonia ........................................................ 15
3.2.3 Analisis Fe dan Mn....................................................... 16
3.2.5 Pembuatan Aquadest Bebas Sulfat ............................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18
LAMPIRAN ................................................................................................. 19

3 Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten yang ada di
provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Pada kabupaten tersebut didirikan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) dengan tugas umum untuk mengendalikan pencemaran
dan kerusakan lingkungan di Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Musi Rawas.
Dinas Lingkungan Hidup Musi Rawas dikepalai oleh Bapak Hermeruddin, S.H.
Adapun jumlah pegawai TKS sebanyak 38 orang dan pegawai PLH sebanyak 60
orang.
Disamping tugas Dinas Lingkungan Hidup diatas, Dinas lingkungan hidup
juga melayani pengujian sampel yang meliputi parameter air dan limbah, udara, tanah
serta pengujian mikroba. Salah satu yang menjadi pengendalian pencemaran di atas
yakni mengenai pengelolaan air. Dalam air, baik air sumur maupun air dari sumber
lainnya, terdapat beberapa kandungan bahan kimia. Kandungan ini memiliki efek
positif dan negatif bagi tubuh. Kondisi lingkungan atau daerah sumber air masing-
masingmempengaruhi karakteristik air sumur tersebut sehingga bahan kimia yang
terkandung pun beragam jumlahnya. Berdasarkan keragaman jumlah bahan-bahan
kimia dalam air, maka dibutuhkan suatu standard yang mengatur kualitas air yang
baik untuk dikonsumsi. Standard kualitas air ini diatur oleh Departemen Kesehatan
berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang harus dipatuhi oleh semua produsen
air minum.
Dalam percobaan ini akan diamati beberapa parameter kandungan material
kimia yang terkandung dalam sampel air yang meliputi : kadar Sulfat (SO4), kadar
ammonia (NH3), kadar besi (Fe), dan kadar mangan (Mn).

4 Universitas Sriwijaya
1.2 Tujuan
Mengetahui cara menentukan kadar Sulfat (SO4), kadar ammonia (NH3),
kadar besi (Fe), dan kadar mangan (Mn) dalam sampel air sumur di sekitar Dinas
Lingkungan Hidup Musi Rawas, Sumatera Selatan.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi kepada dosen dan teman-teman mahasiswa tentang


cara menentukan kandungan yang terdapat dalam air sumur di sekitar Dinas
Lingkungan Hidup Musi Rawas, Sumatera Selatan.

5 Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk


kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti
minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Air merupakan senyawa kovalen
biner yang tersusun dari dua macam atom (H dan O) dengan rumus molekul H2O.
Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat kimia yang dapat dijumpai
dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk gas,air terdapat di udara yang
sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di laut.alam bentuk cair, air
terdapat di permukaan bumi dalam jumlah besar yaitu mencapai 97 % dari total
ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk padat terdapat sebagai salju dan es abadi
sekitar 25 %. Pada ketiga fasa, secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai
rumus H2O. Air mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Dari
kemampuan tersebut air mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi, mendukung
kebutuhan manusia dalam berbagai kehidupan terutama kebutuhan untuk minum.
Air merupakan materi esensial dalam kehidupan. Bukti-bukti menunjukkan
semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan
yang meningkat mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari
air tanah, mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan
kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau. (Winarno,
1986).
Sifat Air
1. Sifat Fisika Air
Air adalah suatu zat anorganik berwujud cairan yang mempunyai sifat unik,
antara lain :
a. Dalam keadaan normal air tidak berwarna, berbau dan beras
b. Mendidih pada suhu 100 0C dan membeku pada suhu 0 0C.
c. Merupakan penghantar listrik yang buruk.

6 Universitas Sriwijaya
d. Berat jenis air dalam bentuk padat lebih kecil daripada dalam bentuk
cairan.
e. Memiliki sifat anomali air ( dibawah suhu 4 0C berat jenis air naik apabila
dipanaskan, diatas suhu tersebut berat jenisnya turun bila dipanaskan ) dan
memiliki sifat yang sama dengan zat cair lainnya.
2. Sifat Kimia Air
a. Dapat melarutkan beberapa zat.
b. Sebagai katalis, misalnya dalam pemanasan karbon dan oksigen.
c. Mengalami penguraian.
DLH musi rawas melakukan pengujian sampel yang meliputi parameter air
dan limbah mengacu pada metode Standar Nasional Indonesia yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter uji air dan limbah

cat : belum terakreditasi KAN (*


Standar Kualitas Air
Dalam menjamin bahwa air minum itu aman, higienis dan baik serta dapat di
minum, maka harus terpenuhi syarat- syarat berikut :
1. Syarat Fisika
Syarat fisika air minum adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui
sejauh mana kualitas air tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisiknya

7 Universitas Sriwijaya
baik, maka kualitas air tersebut baik juga, tetapi harus dilakukan pengujian
parameter lainnya. Yang termasuk ke dalam parameter fisika adalah bau,
warna, rasa, temperatur, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan
kekeruhan.
2. Syarat Kimia
Air minum yang baik harus tidak mengandung unsur-unsur kimia
yang jumlahnya melebihi batas standar air minum. Parameter ini
merupakan pangujian yang lebih kuat daripada parameter fisika dalam
penentuan kualitas air. Yang termasuk ke dalam parameter kimia adalah
kesadahan, pH, DO (Kadar Oksigen Terlarut), BOD (Biochemical Oxygen
Demand) alkalinitas, besi, mangan, klorida, zat organik, sulfat,
fosfat,logam berat dan nitrogen (nitrat, nitrit dan amonia).

2.2 Sulfat (SO4)


Sulfat adalah garam anorganik dari asam sulfat. Ion sulfat adalah anion
poliatomik dengan rumus empiris SO4. Banyak garam sulfat sangat larut dalam air.
Sulfat meningkatkan keasaman atmosfer, menciptakan hujan asam. Efek Twomey,
atau efek aerosol sulfat pada formasi awan, dapat mengimbangi efek pemanasan gas
rumah kaca dan sebagian besar terjadi di bagian hilir kawasan industri yang sangat
luas.
Pada umumnya sulfat sangat larut dalam air kecuali dalam bentuk senyawa
kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat. Barium sulfat sangat berguna
dalam analisis gravimetri sulfat, yaitu penambahan barium klorida pada suatu larutan
yang mengandung ion sulfat. Dan pada saat itu akan kelihatan endapan putih, yaitu
barium sulfat menunjukkan adanya anion sulfat (Desi Ratna, 2011).
Menurut P.P No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400
mg/L. Menurut Permenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 250
mg/L.

8 Universitas Sriwijaya
2.3 Ammonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun
amonia memilii sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri
adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Keberadaannya dalam air
dapat mempengaruhi perubahan sifat fisik air dan kesehatan manusia yang
mengkonsumsi air tersebut.
Ammonia dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan
menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk
penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan
konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L.

2.4 Besi (Fe) dan Mangan (Mn)


Mineral yang sering terkandung dalam air dengan jumlah besar adalah Fe.
Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak, maka akan muncul berbagai
gangguanlingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di wilayah Jakarta semakin
meningkat. Beberapa sumur memiliki kadar Fe yang melebihi standar baku mutu.
Intake Fe dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena besi Fe2+ bisa
bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan radikal bebas.
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, memiliki sifat yang
mirip dengan besi (Fe), merupakan logam keras, mudah retak, dan mudah teroksidasi.
Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat besar di dalam tanah,
baik dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Logam Mn bereaksi dengan air dan
larut dalam larutan asam. Kadar Mn meningkat sejalan dengan meningkatnya
aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan bakar. Mangan
yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk kelingkungan air, tanah, udara,
dan makanan. Kadar mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik.

9 Universitas Sriwijaya
Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake) orang deawasa menurut
PeraturanMenteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/ Per/IX/1990 tentang syarat-syarat
Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air Minum, maka kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L sedangkan kadar Mn adalah 0,1 mg/L.

Berikut ini metode analisis air

2.5 Spektrofotometer UV-VIS


Spektrofotometri ialah suatu analisis berdasarkan pengukuran intensitas
cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorb (Ia)
yang tergantung oleh warna dari suatu zat. Sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya tersebut disebut Spektrofotometer. Hukum yang berlaku
pada spektrofotometer adalah Lambert-Beer. Persamaannya :
A = є.c.t

Dimana : A = absorbansi
Є = epsilon (tetapan)

10 Universitas Sriwijaya
C = konsentrasi
t = tebal cuvet

Pada Spektrofotometer terbagi dalam 4 bagian penting, yaitu:


a. Sumber cahaya (sinar)
Sumber cahaya yang dapat dipakai ada dua yaitu wolfram dan deuterium.
Wolfram menghasilkan sinar pada panjang gelombang diatas 375 nm dan deuterium
memiliki panjang gelombang dibawah 375 nm. Dengan memilih salah satu dari
keduanya kita dapat melakukan penetapan pada daerah UV atau VIS.
b. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendispersikan atau menguraikan cahaya
polikromatis menjadi monokromatis. Ada dua macam monokromator yaitu prisma
dan grating. Grating lebih banyak dipakai karena lebih baik dalam mendispersikan
cahaya karena daya mendispersikannya lebih besar dibandingkan prisma. Selain itu
grating juga dapat dipakai disemua daerah spektra. Ketelitian dari monokromator
selain dipengaruhi jenisnya juga dipengaruhi oleh lebar celah (Slit Width) yang
dipakai. Karena semakin sempit slit yang dipakai maka sinar yang ditransmisikan
akan makin selektif, artinya makin monokromatis tetapi hubungan lebar slit dengan
band pass width tidak linier.
d. Cuvet
Cuvet adalah tempat larutan contoh yang akan diukur. Dalam
penggunaannya cuvet harus memiliki syarat-syarat:
1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan cahaya
2) Permukaannya secara optis sejajar
3) Tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia
4) Tidak rapuh
5) Bentuknya sederhana
Bentuk cuvet yaitu lingkaran dan persegi dengan ukuran panjang 1x 1 cm
dan tinggi + 5 cm. Adapun jenis cuvet yaitu plastik, kaca, dan kuarsa. Kaca hanya
dapat digunakan di daerah VIS, tidak UV karena kaca dapat mengabsorb sinar UV.

11 Universitas Sriwijaya
Sedangkan kuarsa bisa di daerah UV-VIS dan kuarsa lebih tahan pelarut organik,
asam basa kuat. Maka dari itu banyak yang menggunakan kuarsa.
e. Detektor
Fungsinya merubah cahaya yang diterima menjadi arus listrik. Ada dua
jenis detektor yang dikenal yaitu:
1) Foto Tube (photo emissive cell)
2) Barrier Layer Cells.
Diantara keduanya paling baik yaitu Barrier Layer Cells, karena pada saat proses
jatuhnya foton sinar pada katoda akan membebaskan elektron labih banyak
dibandingkan Foto Tube yaitu sebesar 106–107 elektron.

Gambar 1. Spektrofotometer yang ada di DLH Musi Rawas

2.6 Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)


Spektrofotometer serapan atom adalah metode analisis berdasarkan pada
pengukuran radiasi cahaya yang diserap oleh atom bebas. Analisis mengunakan
spektrofotometer serapan atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat
peka dan cepat, pengerjaanya relative sederhana. Prinsip dasar SSA yang didasarkan
pada proses penyerapan energy radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada
pada tingkat energy dasar akan memberikan energy menjadi bacaan absorbansi yang
sebanding dengan konsentrasi.
Komponen-komponen utama yang menyusun spektrofotometer serapan atom
adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detektor dan penampilan data.

12 Universitas Sriwijaya
Gambar 2. Seperangkat Alat AAS yang ada di DLH Musi Rawas

13 Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE ANALISIS
3.1 Alat dan Bahan

Alat :Spektrofotometer Uv-Vis, oven, desikator, timbangan analitik,


Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) Besi dan Mangan, pemanas
listrik, seperangkat alat saring vakum.

Bahan : Air suling bebas sulfat, kertas saring bebas sulfat, Barium klorida,
(BaCl2.2H2O), Natrium sulfat anhidrat, Na2SO4, larutan buffer A dan
B, Ammonium Klorida (NH4Cl), Larutan Fenol (C6H5OH), Larutan
alkalin sitrat, Natrium hipoklorit (NaClO)

3.2 Prosedur

3.2.1 Analisis Sulfat

1. Pembuatan larutan induk sulfat,


SO42- 100 mg/L. Keringkan serbuk Na2SO4 anhidrat dalam oven pada suhu
105℃ selama 24 jam kemudian dinginkan dalam desikator. Timbang 1,479 g Na2SO4
anhidrat dan larutkan dengan air suling bebas sulfat dalam labu ukur 1000 mL.
Tepatkan sampai tanda tera dan kocok sampai homogen.
2 Pembuatan larutan kerja sulfat, SO4 2-
Pipet 0 mL; 10 mL; 20 mL dan 30 mL larutan baku sulfat 100 mg/L,
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan air suling bebas sulfat sampai
tanda tera sehingg diperoleh konsentrasi sulfat: 0,0 mg/L; 10,0 mg/L; 20,0 mg/L dan
30,0 mg/L.
3 Pembuatan kurva kalibrasi
Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk alat untuk pengujian kadar
sulfat. Pindahkan masing-masing 50 mL larutan kerja sulfat ke dalam erlenmeyer 250
mL. SNI 06-6989.20-2004 3 dari 5. Tambahkan 20 mL larutan buffer dan
homogenkan dengan cara di aduk menggunakan pengaduk magnet pada kecepatan
tetap selama (60 + 2) detik, sambil di aduk tambahkan 0,2 g sampai dengan 0,3 g
barium klorida, BaCl2. Lakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang

14 Universitas Sriwijaya
gelombang 420 nm setelah (5 + 0,5) menit penambahan barium klorida. Buat kurva
kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

4 Prosedur analisa
Gunakan 100,0 mL contoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Lakukan analisis pada langkah sebelumnya. Lakukan analisis duplo / triplo. Buat
spike matrix dengan cara sebagai berikut: - ambil 50 mL contoh uji, di tambah 20 mL
larutan baku sulfat 1,0 mg/mL dan encerkan dengan air suling hingga volumenya
100,0 mL, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL; - lakukan langkah diatas.

3.2.2 Analisis Ammonia

1. Pembuatan larutan
 Larutan Fenol (C6H5OH)
Dicampurkan 11.1 mL Fenol yang dicairkan (kadar Fenol ≥ 89 %) dengan etil
alcohol 95 % didalam labu ukur 100 mL. Diencerkan dengan aquades hingga batas
tanda tera dan dihomogenkan
 Larutan Nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0.5 %
Dilarutkan 0.5 gram Natrium Nitroprusida dalam 100 mL air suling lalu
dihomogenkan.
 Larutan hipoklorit (NaOCl) 5 %
Catatan : larutan yang tersedia di pasaran berkonsentrasi 5 %, larutan ini akan
terdekomposisi setelah segel dilepas, oleh karena itu ganti larutan setelah 2 bulan
.  Larutan pengoksidasi
Dicampurkan 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL larutan NaOCl 5 %.
Larutan ini harus disiapkan setiap kali sebelum pengujian.
 Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
Dilarutkan 3.819 g NH4Cl (yang sudah dikeringkan pada 100℃ dengan 100
mL aquades dalam labu ukur 1 L. Diencerkan hingga batas tanda tera dengan aquades
Setiap 1 mL larutan ini mengandung 1 mg N /L = 1 mg NH3 /L. 22 1. Kalibrasi

15 Universitas Sriwijaya
Dipipet 0.0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 5 mL larutan baku ammonia 10 mg N /L dan
masukan dimasing-masing ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan air suling
sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar ammonia 0.0 mg N /L; 0.1 mg N/L;
0.2 mg N/L; 0.3 mg N/L; 0.5 mg N/L.
2. Prosedur Uji

Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk alat pengujian kadar


ammonia. Dipipet 25 mL larutan standard dan dimasukkan masing-masing ke dalam
Erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan
1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan
pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin. Dibiarkan selama
1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 640 nm. Pengukuran Sampel Dipipet 25 mL sampel dan
dimasukkan masing-masing kedalam erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan
Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida,
dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup
Erlenmeyer dengan paraffin atau aluminum foil. Dibiarkan selama 1 jam untuk
pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 640 nm.

3.2.3 Analisis Fe dan Mn


Ambil 100 mL sampel dan tambahkan HNO3 1 mL (1% dari volume sampel).
Apabila sampel agak keruh,lakukan penyaringan dengan filter paper atau centrifuge.
Buat larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi 0.1
ppm; 0.5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm. Optimalkan instrument AAS sesuai dengan
instruksi kerja alat. Ukur konsentrasi larutan standar masing-masing logam dengan
AAS, pastikan kurva kalibrasinya membentuk kurva linier (garis lurus) dengan
koefisien korelasi mendekati 1(0.99...Lakukan pengukuran sampel, dan catat
konsentrasi yang tertera pada AAS. Apabila tidak ada pemgenceran atau pemekatan
pada sampel, maka konsentrasi sampel pada AAS merupakan konsentrasi logam
tersebut.

16 Universitas Sriwijaya
3.2.4 Pembuatan Aquadest bebas sulfat.
Pembuatan aquadest yang bebas sulfat dilakukan dengan proses evaporasi.
Tahap pembuatan aqudest ini dengan cara mereaksikan air dengan kalium
permanganate dan bariumhidroksida, selanjutnya dilakukan proses evaporasi yang
akan menghasilkan uap air bebas sulfat

Gambar 3. Proses pembuatan aquadest bebas sulfat

17 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

http://bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/30 pencemaran-air

http://bsn.go.id diakses 09 Desember 2011 13.10 http://greencollege-


keperawatan.blogspot.com/2010/01/sulfat-sulfida-fluorida-amonia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfat

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1704.pdf

http://science.csumb.edu/morocojo/chem_methods/Phosphate/PhosphateMeth.html

http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/penghilangan-besi-fe-dan-mangan-mn-
dalam-air-2/

https://www.academia.edu/7013825/SNI_06-6989_5 2004_Mn_SSA_Nyala

18 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat Akreditasi Laboratorium

19 Universitas Sriwijaya
20 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai