2: 155-160
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p09
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti
No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018
Abstrak
Daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin dan
tanin yang berperan sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak
daun sirsak dalam menghambat pertumbuhan jamur Microsporum gypseum penyebab dermatitis
kompleks pada anjing. Kemampuan ekstrak daun sirsak dalam menghambat pertumbuhan jamur M.
gypseum diuji dengan modifikasi metode difusi lempeng agar (Kirby Bauer) dengan teknik sumuran.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
yaitu ekstrak daun sirsak konsentrasi 0%, 5%, 10%, dan 25%, dengan ulangan 4 kali dan larutan
ketokonazol sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan besar zona hambat
yang terbentuk pada konsentrasi 5%, 10%, dan 25% secara berturut- turut yaitu 2,50 mm ± 0,00, 3,55
mm ± 0,00, dan 5,00 mm ± 0,58. Secara statistik ada perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) antara
rataan besar zona hambat masing-masing perlakuan. Disimpulkan ekstrak daun sirsak mampu
menghambat pertumbuhan jamur M. gypseum penyebab dermatitis kompleks pada anjing.
Kata kunci: Microsporum gypseum; dermatitis kompleks; daun sirsak (Annona muricata L.)
ABSTRACT
Soursop leaf (Annona muricata L) contains active compounds such as flavonoids, saponins, and
tannins that act as antifungals. This study aims to determine the ability of soursop leaf extract in
inhibiting the growth of Microsporum gypseum, which causing dermatitis complex in dogs. The
ability of soursop leaf extract to inhibit the growth of M. gypseum was tested using the agar plate
diffusion method (Kirby Bauer) with slight modification. Complete randomized design (RAL) with
four treatment, i.e., soursop leaf extract 0%, 5%, 10%, and 25%, with four replication and
ketoconazole as a positive control was used in the study. The results showed that the inhibitory zones
formed at concentrations of 5%, 10%, and 25% were 2.50 mm ± 0.00, 3.55 mm ± 0.00, and 5.00 mm
± 0, 58, respectively. Statistically, there was a highly significant difference (p <0.01) between the
average inhibitory zone of each treatment. Conclusion based on the test effectiveness of the soursop
leaf extract is able to inhibit the growth of M. gypseum, which causing dermatitis complex in dogs.
Keywords: Microsporum gypseum; complex dermatitis; soursop leaf (Annona muricata L.)
155
Buletin Veteriner Udayana Serlin et al.
dan bau yang tidak sedap (Madleau dan dinilai lebih aman daripada penggunaan
Hlinica, 2006). Kulit yang terserang akan obat kimia.
basah dan berair, dan ada eksudat yang Salah satu bahan alam yang sudah
mengering pada rambut. Hal itu dapat lama dimanfaatkan oleh masyarakat
memicu bakteri flora normal kulit seperti sebagai obat herbal adalah tanaman sirsak
bakteri Staphylococcus. intermedius (Annona muricata L.). Tanaman ini
menjadi patogen (Futagawa-Saito et al., memiliki aktivitas farmakologi utama
2006). Kasus dermatitis pada hewan termasuk sitotoksik, antileishmanial,
kesayangan seperti anjing dan kucing penyembuhan luka, antimikroba (Patel,
dilaporkan sangat tinggi diberbagai daerah 2016). Diketahui daun sirsak mengandung
di Indonesia seperti Yogyakarta dan senyawa aktif flavonoid, saponin dan tanin
dilaporkan kasus penyakit kulit berperan sebagai antifungal (Masloman et
mendominasi kasus dari pasien-pasien al., 2016), maka penelitian ini dilakukan
yang berobat ke rumah sakit hewan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
(Widyastuti et al., 2012; Tjahajati et al., ekstrak daun sirsak dalam menghambat
2013; Tjahajati, 2014). pertumbuhan jamur M. gypseum penyebab
Kasus dermatitis pada anjing juga dermatitis kompleks pada anjing.
dilaporkan di beberapa negara, seperti di
kota Gwangjo, Korea ditemukan bahwa METODE PENELITIAN
45,6 % (47/103) anjing jalanan menderita Penelitian ini menggunakan rancangan
penyakit kulit disebabkan oleh infeksi acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
tunggal maupun lebih dari satu agen yaitu ekstrak daun sirsak konsentrasi 0%
penyakit (multiple infestation) (Chee et al, (sebagai kontrol negatif), 5%, 10%, dan
2008). Kejadian dermatosis pada anjing 25%), larutan ketokonazol sebagai kontrol
jalanan di Bali ditemukan sebanyak 37,9% positif, setiap perlakuan diulang sebanyak
baik yang disebabkan oleh satu agen 4 kali. Isolat jamur yang digunakan adalah
infeksi ataupun infeksi dari beberapa agen isolat jamur M. gypseum yang telah
secara bersamaan (Wirayana et al., 2014). diisolasi di Laboratorium Mikrobiologi
Salah satu agen jamur yang ditemukan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
sebagai penyebab dermatitis kompleks Udayana dari anjing yang mengalami
pada anjing adalah dari golongan dermatitis kompleks. Data yang diperoleh
dermatofita yakni Microsporum gypseum. dianalisis dengan sidik ragam Univariate,
Jamur M. gypseum memiliki sifat geofilik uji BNT, dan analisis regresi. Analisis
dengan distribusi di seluruh dunia yang dilakukan dengan menggunakan program
sering menginfeksi kulit dan rambut SPSS 17 for Window.
hewan dan manusia (Jawetz et al., 2001).
Golongan jamur ini dapat mencerna Pembuatan ekstrak daun sirsak
keratin kulit (keratinofilik) yang dapat Ekstraksi daun sirsak dikerjakan di
menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari laboratorium terpadu (Lab Marine)
stratum korneum sampai dengan stratum Pascasarjana Universitas Udayana. Daun
basalis. sirsak dipotong dengan ukuran 0,5 cm,
Terapi anti jamur selama ini dikeringkan dengan cara diangin-
menggunakan obat kimia, namun anginkan, selanjutnya daun sirsak yang
penggunaan obat-obat seperti amfoterisin, sudah kering diblender sehingga menjadi
nistatin, ketokonazol, dan griseofulvin serbuk halus. Serbuk daun sirsak direndam
harganya relatif mahal (Rintiswati et al., dengan methanol selama 24 jam untuk
2004; Saifudin, 2011). Berkaitan dengan proses ekstraksi. Hasil ekstraksi disaring
masalah tersebut, dapat dipilih alternatif dengan kertas saring GF227, untuk
lain dengan memanfaatkan obat herbal. memisahkan bagian substrat dan filtrat.
Penggunaan obat herbal secara umum Filtrat dikeringkan dengan evaporator
156
Buletin Veteriner Udayana Volume 12 No. 2: 155-160
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p09
sehingga diperoleh ekstrak daun sirsak berbeda (5%, 10%, 25%) pada setiap
yang siap digunakan untuk penelitian. lubang atau sumuran dengan volume
sebanyak 0,2µL, sedangkan pada lubang
Pembuatan media Sabaroud Dextrose
kontrol negatif dengan konsentrasi 0%
Agar (SDA)
diisi dengan tween 2% dan kontrol
Sabaroud Dextrose Agar ditimbang
positifnya diisi dengan larutan
seberat 65gram dan dicampur dengan 1L
ketokonazol. Kemudian cawan
akuades dan ditambah 1% streptomycin, o
diinkubasikan pada suhu 37 C selama 24
kemudian dimasukan ke dalam gelas
jam dan diamati selama seminggu sampai
kimia. Setelah itu, media ditutup
terbentuknya zona hambatan (Masloman,
menggunakan aluminium foil lalu
2016).
disterilkan dalam autoklaf dengan
o
temperatur 121 C selama 15-20 menit, Pengamatan hasil uji sensitivitas
kemudian masing-masing cawan petri Pengamatan dilakukan dengan melihat
dituangkan sebanyak ± 15-20 ml SDA. adanya zona hambat pada pertumbuhan
Selanjutnya tunggu memadat di suhu jamur M. gypseum yang terbentuk di
ruangan. daerah sekitar lubang sumuran yang telah
diberi ekstrak daun sirsak pada media
Pembuatan suspensi jamur
SDA. Terbentuknya lingkaran hijau
Pembuatan suspensi jamur uji
disekitar lubang media menunjukan hasil
dilakukan dengan mengambil satu osa
positif dan diameter zona hambat diukur
kultur jamur M. gypseum pada media SDA
dengan satuan millimeter (mm)
dan dimasukan ke dalam tabung reaksi
menggunakan penggaris. Kemudian
yang berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak
diameter zona hambat tersebut
3ml, kemudian dicampur hingga homogen
dikategorikan kekuatan daya antijamur
ditandai dengan cairan berubah menjadi
berdasarkan penggolongan Davis dan
keruh sesuai standar kekeruhan McFarland
Stout (1971) dalam (Kandoli et al., 2016):
0,5 yang bertujuan agar jumlah kepadatan
a. Diameter zona hambat diatas 20 mm
sel jamur yang digunakan dalam penelitian
artinya daya hambat sangat kuat,
ini sama pada seluruh perlakuan.
b. Diameter zona hambat 11-20 mm
Metode uji sensitivitas artinya daya hambat kuat,
Metode yang digunakan adalah c. Diameter zona hambat 5-10 mm artinya
modifikasi metode difusi lempeng agar daya hambat sedang,
(Kirby Bauer) yang merupakan metode uji d. Diameter zona hambat 0-4 mm artinya
kepekaan langsung dengan teknik daya hambat lemah.
sumuran. Media SDA disediakan dan
bagian belakang cawan petri diberi kode HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan spidol sesuai dengan
Ekstrak daun sirsak mampu
keempat perlakuan. Suspensi jamur menghambat pertumbuhan jamur M.
diinokulasikan dengan cara diambil dari gypseum. Pada masing-masing lubang
sediaan kemudian diinokulasikan secara sumuran yang telah diberi perlakuan
merata dan menyeluruh pada media SDA ekstrak daun sirsak dan diinkubasi selama
yang telah dibuat lubang-lubang atau 24 jam (Gambar 1), yang ditandai dengan
sumuran dengan alat khusus (cork borer) adanya zona hambat dengan bentuk
atau dengan menggunakan potongan besi lingkaran hijau tanpa adanya pertumbuhan
antena steril dengan diameter tertentu. koloni jamur.
Setelah proses inokulasi pada media SDA Rataan diameter zona hambat yang
selesai, selanjutnya lubang atau sumuran
terbentuk karena pengaruh pemberian
yang telah dibuat diisi dengan ekstrak ekstrak daun sirsak adalah 2,75 ± 1,90mm.
daun sirsak dengan konsentrasi yang Zona hambat merupakan lingkaran hijau
157
Buletin Veteriner Udayana Serlin et al.
Tabel 1. Rataan diameter zona hambat berbagai konsentrasi ekstrak daun sirsak terhadap
jamur M. gypseum.
Konsentrasi
Rataan Zona Hambat ± Standar Deviasi
Ekstrak Sirsak N
(mm)
(%)
0 4 0,00 ± 0,00a
5 4 2,50 ± 0,00b
10 4 3,50 ± 0,00c
25 4 5,00 ± 0,58d
Total 16 2,75 ± 1,90
Ket: Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan perbedaan besar diameter zona
hambat yang sangat nyata (P<0,01)
158
Buletin Veteriner Udayana Volume 12 No. 2: 155-160
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p09
159
Buletin Veteriner Udayana Serlin et al.
Rintiswati N, Winarsih NE, Malueka RG. 2014. Macam pasien dan persentase
2004. Potensi antikandida ekstrak pasien anjing dan kucing yang
madu secara in vitro dan in vivo. terinfeksi endoparasit dan ektoparasit
Berkala Ilmu Ked., 36(4): 187-94. yang ditangani di Klinik Hewan Jogja
Saifudin A. 2011. Standardisasi Bahan Tahun 2013-2014. Proseding Kivnas
Obat Alam. Yogyakarta: Graha Imu. ke-13 PDHI. Palembang 23-26
Pp. 1-11. Nopember 2014.
Sawitri MY, Mahatmi H, Besung INK. Widyastuti SK, Dewi NMS, Utama IH.
2013. Daya hambat perasan daun 2012. Kelaianan kulit anjing jalanan
sambiloto terhadap pertumbuhan pada beberapa lokasi di Bali. Buletin
bakteri Echerichia coli. Indonesia Vet. Udayana, 4(2): 81-86.
Med. Vet., 2(2): 142-150. Wirayana IKS, Damriyasa IM,
Tjahajati I. 2013. Update common Dharmawan NS, Arnawa KAA,
parasitic disease in dog. Seminar Dianiyanti K, Harumna D. 2014.
Ilmiah Dokter Hewan. 14 Nopember Kejadian dermatosis yang tinggi pada
2013. Pulmann Hotel Bali. anjing jalanan di Bali. J. Vet., 15(2):
Tjahajati I, Widiastuti TA, Erarindah E, 217-220.
Prayitno AD, Rifqiyanto L, Hanafi I.
160