DASAR TEORI
Kimia Farmasi Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif,
kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan
bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk
melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di
dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
Sedangkan analsis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar
absolut atau relatif dari suatu elemen atau senyawa yang ada di dalam sampel
(Gandjar, 2007).
ANALGESIK
Menurut Anwar dan Yahya (1973) analgetika dapat dibagi dalam dua
golongan besar, yakni:
umumunya bahan-bahan ini didapat dari opium sehingga sering juga disebut
analgetika-opiat.
Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan
dimanfaatkan sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol dimetabolisir oleh hati
dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir
lambung atau menimbulkan pendarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme
kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin. Obat ini digunakan
untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas tubuh.
Analisis parasetamol dilakukan untuk memastikan bahwa tablet parasetamol sesuai
dengan kriteria yang tertera pada Farmakope Indonesia dan memastikan bahwa
3|Page
ASETOSAL
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
merupakan salah satu senyawa yang secara luas digunakan, aspirin digunakan
sebagai obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan.
(Wilmana,1995).
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan daya absorbsi 70%
dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi dalam
usus halus bagian atas. Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian didistribusikan ke
seluruh tubuh. Salisilat segera menyebar ke seluruh tubuh dan cairan transeluler
setelah diabsorbsi. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat
dapat ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, liur dan air susu. Kadar
tertingggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian (Wilmana, 1995).
4|Page
ANTALGIN
Farmakologi antalgin
Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut
dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam
menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.
Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa
sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).
Farmakodinamika antalgin
Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas
rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang
berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik
opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang
merugikan. Sebagai antipiretik, obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada
keadaan demam. Kerja analgetik antalgin lebih besar dibandingkan dengan kerja
antipiretik yang dimilikinya. Sedangkan efek antiinflamasinya sangat lemah
(Ganiswara,1981).
Farmakokinetik antalgin
5|Page
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama
penggunaan obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat
menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama
penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur (Lukmanto, 1986).
DAFTAR PUSTAKA :