ANALGETIKA
OLEH:
1. Gusti Agung Ayu Sri Agastea Putri (161200043)
2. I Dewa Made Prajna Cahya Putra (161200045)
3. I Gede Dedy Indrawan (161200046)
4. I Gst Ngurah Bagus Darma Suwitra (161200048)
PENDAHULUAN
1. Turunan morfin
Morfin didapat dari opium, yaitu getah kering tanaman papaver
samniferum. Opium mengandung tidak kurang dari 25 alkaloid, antara
lain adalah morfin, kodein, noskapin, papaverin, tabain dan nersein. Selain
efek analgesic turunan morfin juga menimbulkan efek euforia sehingga
banyak disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi turunan morfin
dikontrol secara ketat oleh pemerintah (Siswandono dan B. Soekardjo,
2008).
Contoh golongan obat morfin:
a. Morfin
Didapat dari hasil isolasi opium yang mengandung morfin antara 5-
20% morfin. Morfin digunakan sebagai mengurangi rasa sakit yang
hebat, misalnya serangan jantung akut, efeknya terjadi secara cepat.
b. Kodein
Didapat dari hasil metilasi gugus hidroksil fenol morfin. Efek
analgesiknya lebih rendah dibandingkan dengan morfin tetapi
mempunyai efek anti batuk yang kuat, efek kecanduan dari kodein
lebih rendah dari morfin.
c. Dionin.
Didapat dari hasil etilasi gugus hidroksil fenol morfin, efek
analgesiknya lebih rendah dari kodein dan mempunyai efek anti batuk
yang kuat seperti kodein.
d. Heroin.
Didapatkan dari hasil asetilasi kedua gugus hidroksil morfin, efek
analgesic dan euforianya lebih tinggi dibandingkan morfin.
Kendrungan kecanduan heroin terjadi lebih cepat dan efek samping
jauh lebih besar dari morfin.
2. Turunan fenilpiperidin
Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur morfin
tetapi masih menunjukan kemiripan karena mempunyai pusat atom C
kuartener, rantai etilen ,gugus N-tersier, dan cicin aromatic sehingga dapat
berinteraksi dengan reseptor analgesic (Siswandono dan B. Soekardjo,
2008).
Contoh obat golongan fenilpiperidin:
a. Meperidin (petidine)
Mempunyai efek analgesic antara morfin dan kodein, digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada obsetri dan untuk pramedikasi pada
anestesi.
b. Difenoksilat (lomotil)
Mempunyai efek analgesik rendah, difenoksilat dapat menghambat
pergerakan saluran cerna sehingga digunakan sebagai konstipan pada
kasus diare.
c. Loperamid (Imodium)
Loperamid mempunyai efek langsung pada pada otot longitudinal dan
sirkular usus, digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut dan
kronik.
d. Fentanil
Analgesik narkotik sangat kuat yang digunakan sebagai penunjang
pramedikasi pada anestesi sistemik, sebelum oprasi.
e. Sufentanil.
Sifat dan kegunaan seperti fentanil.
3. Turunan difenilprofalamin
Turunan metidon bersifat optis aktif dan biasanya digunakan dalam
bentuk garam HCL. Meskipun tidak memiliki cincin piperidin, seperti
pada turunan morfin dan meperidin, tetapi turunan metadon dapat
membentuk cicin bila dalam larutan atau cairan tubuh. Hal ini disebabkan
karena adanya tarik menarik dipol-dipol antara basa N dengan gugus
karboksil (Siswandono dan B. Soekardjo, 2008).
Contoh golongan obat turunan difenilprofalamin:
a. Metadon
Digunakan sebagai obat pengganti morfin, untuk pengobatan penderita
pecandu turunan morfin.
b. Propoksifen
Mempunyai efek antibatuk yang cukup besar.
4. Turunan lain-lain.
Contoh:
a. Tramadol
Analgesik kuat dengan aktivasi 0,1-0,2 kali k\morfin meskipun
efeknya melalui reseptor opiate tetapi efek depresi pernafasan dan
kemungkinan resiko kecanduan relative kecil.
b. Butorfenol tartrat
Turunan morfinan dengan efek analgesik kuat digunakan dalam
bentuk spray untuk menghilangkan rasa nyeri yang sedang dan hebat.
(Siswandono dan B. Soekardjo, 2008).
Mekanisme kerja:
1. Analgetik
Analgetik non narkotik menimbulkan efek analgetik dengan cara
menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada system
saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin seperti
siklooksigenase, sehingga mencegah sensitiasi reseptor rasa sakit oleh
mediator mediator rasa sakit seperti bradikinin, bistamin, serotin,
prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium, yang dapat
merangasang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
2. Antipiretik
Dengan meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan sushu
badan tinggi dengan cara menimbulkan dilatasi bulu darah perifer dan
mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran
keringat.
3. Antiradang.
Analgetik non-narkotik menimbulkan efek anti radang melalui
beberapa kemungkinan antara lain adalah menghambat biosintesis dan
pengeluarana prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan
enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala radang.
(Siswandono dan B. Soekardjo, 2008).
b. Farmakokinetik
Propoksifen diabsorpsi setelah pemberian oral maupun
parenteral. Efektivitas jauh berkurang jika propoksifen diberikan PO.
Biotransformasi propoksifen dengan cara N-demetilasi yang terjadi
dalam hati. Dimetabolisme separuh pada lintasan pertama. Waktu
paruh 15 jam (Raharjo, 2004).
BAB IV
HUBUNGAN KUANTITATIF/KUALITATIF STRUKTUR DENGAN
Contoh:
B. Turunan Meperidin
Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur
morfin tetapi masih menunjukkan kemiripan karena mempunyai pusat
atom c kuartener, rantai etilen, gugus N-tersier dan cincin aromatik
sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik.
Gambar 4.4 Struktur dan aktivitas turunan meperidine
Contoh:
a. Meperidine, mempunyai efek analgesik Antara morfin dan
kodein. Meperidin digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada
kasus obserti dan untuk pramedikasi pada anestesi. Sering
digunakan sebagai obat pengganti morfin untuk pengobatan
penderita kecanduan turunan morfin karena mempunyai efek
analgesic seperti morfin tetapi kecenderungan kecanduan lebih
rendah. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik, obat diikat
pada protein plasma 40-50%. Kadar plasma tertinggi obat dicapai
dalam 1-2 jam, waktu paruh plasma ± 5 jam.
b. Difenoksilat (lomotil), strukturnya berhubungan erat dengan
meperidine, tetapi efek analgesiknya sangat rendah karena adanya
gugus yang besar pada atom N. pada dosis rendah obat tidak
menimbulkan kecanduan.
c. Loperamid (Imodium), struktunya berhubungan erat dengan
difenoksilat tetapi efeknya lebih kuat, lebih khas, dan lebih lama.
Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ± 4 jam setelah
pemberian oral dengan waktu paruh ± 40 jam.
d. Fentanil, analgesik narkotik sangat kuat, aktivitasnya 100 kali
morfin dengan masa kerja yang pendek (0,5 jam).
(Siswandono dan B. Soekardjo, 2008).
C. Turunan Metadon
Turunan metadon bersifat optis aktif biasanya digunakan
dalam bentuk garam HCL. Meskipun tidak mempunyai cincin
piperidin seperti turunan morfin dan meperidin, tetapi turunan
metadon dapat membentuk cincin bila dalam larutan atau cairan
tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya daya tarik-menarik dipol-
dipol antara basa N dengan gugus karboksil.
Contoh:
B. Turunan 5-pirazolidindion
Merupakan antiradang non-steroid yang banyak digunakan
untuk meringankan nyeri pada rematik, penyakit pirai dan sakit
persendiaan. Turunan ini menimbulkan efek samping agranulositosis
yang cukup besar dan dapat mengiritasi lambung.
Gambar 4.9 Struktur turunan 5-pirazolidindion
Contoh:
1. Asam mefenamat, mempunyai aktivitas analgesic 2-3 kali aspirin
dan aktivitas antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam
mefenamat menimbulkan toksisitas hematopoitik dan efek
samping iritasi lambung.
2. Glafenin, aktivitas analgesiknya 5 kali lebih besar dibanding
aspirin dengan efek samping lebih rendah dan batas keamana
yang lebih luas.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sardjono., dkk. 1995. Depkes RI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Balitbangkes, Tinjauan Hasil Penelitian Tanaman Obat di Berbagai
Institusi. Jilid III. Cetakan Pertama.
Tjay T.H. and Rahardja K. 2015. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek - Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo. Jakarta : pp. 523–
531.